Thursday, April 2, 2015

Majisuka Gakuen (JKT48) - Chapter 1

AZEEKKK APDET LAGEE
Biar dobel kill!! Ngene udah apdet ff ular tangga nya juga soalnya (check here)

Betewe ini bukan chapter pertama bener-bener!
Yang ketinggalan baca prolog cerita ini, bisa disini
Dan chapter 0 nya disini

Ternyata jadinya gak lama-lama amat kok kalau mood..
Betewe FF ini kan adaptasi dari Drama AKB48 yang berjudul sama, saran sih lebih enak nonton dulu minimal yang Season 1 biar tau ini apaan gitu (?)
Tapi, bebas aja sih. Ya, semoga yang saya tulis juga bisa menggambarkan dan berasa kek dramanya gitu :v

Dan tau gak sih, ini tulisan terpanjang saya~~ selama ini daku kalau nulis pendek2 wkwk XDD
Yaudah ah! Selamat membaca~ Maaf kalau isinya jayus >< gw gak bisa nulis komedi!! ARGHH!!
Majisuka Gakuen (JKT48)


Wedeh mereka mau berantem, cuy!! :v
Chapter 1
Waktu istirahat tiba, setelah gurunya –yang dicuekin kecuali oleh Elaine- keluar. Elaine kembali duduk dengan santai sambil membaca buku pelajaran Biologi, seluruh mata di kelasnya masih memperhatikannya. Mereka tentunya masih membicarakan Elaine. Tiba-tiba Elaine bangkit, pergi dari kelasnya. Bukan karena risih, melainkan karena tidak bisa belajar dengan tenang.
Elaine terus berjalan, lagi-lagi melewati ruang kelas 2-4. Tentunya Nabilah dan kawan-kawannya yang sudah selesai memakan sate mereka pagi itu, melihatnya.

“Itu bocah mungil mau kemane dah?” Tanya Nabilah.
“Ke tangga yang pasti.” Jawab Ayana.
“Yak, bodo amat Ay!” Nabilapun bangkit dari duduknya dan menuju ke depan pintu kelasnya. Terlihat Elaine menaiki tangga sekolah mereka. “Eh dia naik! Mau kemane tuh?”
“Ke tempat Gracia?” Ucap Dena tak yakin.
“Bener juga tuh, ayo!”
“Kemana Bil?” Tanya Sisil kali ini.
“Ikutan ke atas lah, udah ayo!” Nabilahpun berlari, Sisil dan Denapun mengikuti.
Sementara Jeje…
“Aduh, elah! Masa gw sendiri yang mesti narik nih bocah?!” Jeje melirik Ayana yang terlihat santai menyender dan mulai memejamkan mata. “Ayo, Ay! Achan, elah!” Jeje menarik kedua lengan Ayana –yang malas-, berusaha menariknya untuk bangkit dan mengikuti ketiga kawannya yang lain.
“Ngantuk, Je.”
“Yaelah lo kapan gak ngantuk, sih!”

Sementara itu, Elaine yang sudah tiba di atas gedung sekolah mereka, disambut oleh tatapan dingin Gracia yang tentunya sadar akan kedatangannya.
“Untuk apa menghampiri?” Tanya Gracia dengan nada sinis pada Elaine yang terlihat duduk santai di kursi (?) yang ada disana sambil membaca.
Elaine tidak merespon dan tetap membaca bukunya tidak peduli akan tatapan dingin dari gadis cantik bernama lengkap Shania Gracia itu. Nabilah dan keempat kawannyapun mengintip dari kejauhan, terlihat penasaran dengan hubungan kedua gadis itu, khususnya apalagi Nabilah.

“Untuk apa kembali?” Sekali lagi, Gracia bertanya dan sepertinya kali ini Elaine merespon.
“Gre-”
“Gak usah sok akrab!”
“Kamu juga masih manggil aku ‘Kwek’, kan kemaren.”
“Keceplosan.” Elaine menaruh bukunya, bangkit berdiri sedikit mendekat pada Gracia.
“Apa kita gak bisa jadi teman lagi?”
“Lagi? Kapan kita pernah temenan?” Tanya Gracia dengan heran, jujur saja raut wajah Elaine terlihat sedih. “Memangnya dengan kita berteman lagi, apa itu akan mengembalikan yang dulu?” Tanya Gracia dengan penekanan pada kata ‘lagi’ dan ‘mengembalikan’.
“Gre.” Panggil Elaine dengan lirih.
“Udahlah, Kw- Elaine.”

Graciapun berjalan melewati Elaine, angin berhembus kencang. Dan tiba-tiba dengan gerakan yang sama cepatnya… Keduanya berbalik dan saling melayangkan pukulan dengan tangan kanan mereka. Namun, pukulan itu hanya berhenti tepat di depan wajah mereka, tidak ada yang mengenai wajah Gracia ataupun Elaine.
“Sepertinya masih ada yang hatam soal berkelahi.” Gracia tersenyum tipis, sebelum berbalik dan melanjutkan perjalanannya.
Mengira akan melihat perkelahian di siang hari yang terik ini, tentunya kelima orang tim Nabilah -yang masih mengintip- masih ada di tempatnya. Panik bukan main saat melihat Gracia berjalan ke arah mereka, tidak ada lagi tempat bersembunyi. Sebenernya Gracia hanya ingin keluar karena memang pintu keluarnya ada di dekat mereka berlima.

“Eh, Gracia.” Ucap Nabilah nyengar-nyengir saja pada Gracia yang berhenti tepat di depannya, menatap teman sekelasnya itu.
“Kalian ngintip lagi?”
“Ahh? Ngintip, gak kok, gak. Kita-”
“Lagi nguping aja kok!” Tambah Sisil dengan ngaconya.

BLETAK!

Tentu saja Nabilah memberinya pukulan di kepala.
“I-Itu, kita… Nah itu, mau ketemu tuh bocah.” Tunjuk Nabilah dengan dagunya pada Elaine yang terlihat sudah duduk, kembali membaca. “Kasih penyambutan.” Tambahnya.
“Oke.” Saat Nabilah lega karena mengira Gracia tidak mempermasalahkannya…

BUGH!!

Sebuah pukulan melayang ke arah dinding samping kanan wajah Nabilah, Nabilah hanya bisa melongo kaget, keringatnya terlihat menetes. Keempat –atau lebih mungkin ketiga karena Ayana tidur (lagi)- kawan Nabilah hanya bisa diam di tempat melihat itu. Nabilah melirik pada Gracia, wajah cantik gadis itu terlihat menyeramkan (bayangin aja kek di gambar ff ini, tapi Grenya gak senyum), Nabilah melirik ke arah pukulan Gracia, terlihat sebuah foto di pukul bersamaan ke arah tembok yang terlihat mulai retak-retak. (jadi Gracia mukul tembok tapi dilapisin sebuah foto, ya gitu deh). *gak ngerti de el #dzigh

“Sekali lagi kalian ngintip, nasip kalian akan sama dengan foto kalian.” Ucapnya dengan penekanan pada kata ‘kalian’. Gracia membenarkan poninya yang turun lalu pergi tinggalkan Nabilah dan kawan-kawannya.
“Hah! Hah! Hah!” Nabilah terlihat seperti orang ngos-ngosan, dirinya sampai menahan nafas atau malah tak mampu bernafas saat Gracia tadi nyaris menghajarnya.
Sebuah foto mereka berlima yang sudah rusak karena pukulan Gracia, jatuh di lantai. Nabilah melihatnya, lagi dirinya merinding. Itu sebuah peringatan dari seorang Gracia.
“Nabilah my oshi~ kamu gak apa-apa, kan?”
“MENURUT LO?!” Tanya Nabilah kesal. “Udeh mending kita samperin tuh anak baru. Gara-gara dia jadi gini!”
Nabilah dan kawan-kawannya langsung berlari menghampiri Elaine, Elaine hanya menatap sekilas kedatangan lima orang tersebut sebelum kembali lagi mempelajari pelajaran mengenai organ-organ di buku Biologi-nya.

“Oi!” Panggil Nabilah, lagi Elaine hanya menoleh sesaat. “OIII!!” Kali ini Nabilah berteriak dengan kesal.
“Ada apa?”
“Setiap murid baru disini selalu dikasih penyambutan, termasuk elo. Jadi ayo kite berantem!” Jawab Nabilah terlihat kesal.
“Bil, kan lo gak bilang mau berantem?” Tanya Jeje yang berdiri di samping kiri Nabilah sambil memegangi (?) Ayana.
“Bodo amat elah! Ngapa kalian takut? Gw lagi kesel ini. Wa kzl ma Gre.” Elaine hanya menghembuskan nafasnya dan tetap fokus pada bacaannya. “Ett dah ini anak bebek! Kagak ngerti ape bahasa gw? Ayo kite berantem?”
Elaine masih tak bergeming dari tempatnya duduk.

“Mungkin dia takut.” Komen Dena.
“Hahaha! Takut ye lo? Hah! Kecewa deh gw.”
“Aku gak mood dan gak ada alasannya untuk kita bertarung.” Jawab Elaine akhirnya tanpa menatap Nabilah sedikitpun.
“Wah ini bocah, ngeremehin kita!!”
“Aku gak bilang, aku ngeremehin kalian.” Elainepun menutup bukunya dan bangkit menatap Nabilah dan kawan-kawannya yang langsung memasang kuda-kuda mereka.
“Kalau gitu, lawan kite-kite!”
“Hah. Tapi-”
“Gw Nabilah! Idol engg… Yankee sejuta umat! Kate authornye gw ketua di geng gw yang belum dikasih nama ini!” Ucap Nabilah.
“Gw Jeje! Tenang gw gak bakal cihuy (?) disini. Sebenernya gw bingung, ini author kenape milih gw? Terus kenapa Nabilah ketuanye??”

“Yaelah dah, Je!”
“Gw Sisil, gw fans nomer satu Nabilah, kalau mau macem-macem sama Nabilah, langkahin dulu mayat... kakaknyo silahkan.”
“Maksudnya mayat gw?” Dena terlihat kesel. “Hah!” Dena mengibaskan rambutnya. “Gw Dena, berkat Nabilah (?) gw bisa muncul di fanfic.”
Setelah perkenalan itu mereka terlihat bersiap menghadapi perkelahain dengan kuda-kudanya dan ancang-ancang masing-masing. Elaine masih diam menatap kelimanya. Tunggu dulu…
“Kok kayaknya ade yang kurang??” Tanya Nabilah heran lalu menatap ke arah teman-temannya dan… “Astaga nagekiss de uchi otosse! Ayana!! Enak bet dia molor!! Bisa-bisaan! Perkenalan woy perkenalan!!” Kesal Nabilah sambil menyenggol-nyenggol badan Ayana yang tidur sambil berdiri itu. “Ayana!!!”

“Ha? Iya, iya? Meskipun mataku sayu, senyumku selalu menghiburmu. Namaku Ayana, panggil aku Achan~”
Krik… Krik... Krik…
“Lu kate lu dek idol. Ngape jikoushokai??”
“Katanya perkenalan…” Jawab Ayana dengan polosnya.
“Au amet ah! Langsung aje, kite berlima dari Tim…”
“Gesrek!!” Lanjut Jeje.
“Apaan?! Lu doang Je yang gesrek.”
“Yaelah Bil, kan ketuanya elo! Makanya namanya Gesrek. Ett udah lah! Pegel tau authornya!!
Setelah perkenalan yang benar-benar selesai itu dan mengawali dengan teriakan, Nabilah dan kawan-kawan langsung menyerang Elaine. Namun, dengan lincahnya Elaine berhasil menghindari dan mampu melewati serangan beruntun kelimanya tanpa tersentuh sedikitpun. Kali ini posisi mereka bertukar.

“Udah aku bilang, gak ada alasan untuk kita bertarung.”
“Kalau gitu kita buat alasannya!!” Jawab Nabilah, Elaine hanya menatap gadis kecil yang masih jauh lebih tinggi darinya itu. “Seperti… Hubungan masa lalu lo dengan Gracia! Ya, kita ingin tau soal itu!!” *mendadak logat betawinya ilang lol
“Kalian serius?” Tanya Elaine.
“Hah?” Nabilah terlihat bingung.
“Serius bertarung dengan alasan seperti itu?” Terlihat Elaine serius dengan pertanyaannya itu.
“Tentu aja, kenape gak?” Tanya balik Nabilah dengan begitu yakin.
Elaine memejamkan matanya sesaat dan kembali membukanya, Tim Gesrek terutama Nabilah menyadari perubahan tatapan mata Elaine. Elainepun melempar bukunya ke sembarang tempat dan melakukan kuda-kuda. Pertanda pertarungan seriuspun dimulai… *kek sakura, tapi ini buku yang dilempar bukan dasi wkwk

Lagi, Tim Gesrek berlari maju mendekat pada Elaine. Nabilah menyerang kepala Elaine, dengan mudah Elaine menunduk dan memukul wajah Jeje yang ada di belakang Nabilah, menjatuhkan Jeje. Dua pukulan dari Sisil berhasil ditepisnya, dengan super cepat Elaine memukul dua kali perut Sisil dan mendorong gadis itu keras sampe menjatuhkan Dena juga yang ada di belakang Sisil.
Nabilah dari belakang Elaine coba mendekat, namun tentu saja Elaine menyadari itu dan langsung menendang perut Nabilah.

“Argh!” Cairan ludah dan sedikit darahpun keluar dari mulut Nabilah.
Ayana yang terlihat lemas itu maju mendekati dan bersiap memukul, namun Elaine yang cekatan langsung berputar ke belakang Ayana dan menendang punggung Ayana. Menjatuhkan gadis itu ke samping Jeje yang belum bangkit.

“Hyaaaaaa!!” Dena dan Sisil yang sudah berdiri, berlari dari arah jarum jam 8 menuju Elaine.

Elaine langsung berbalik dan menunggu keduanya mendekat, saat pukulan mereka melayang ke wajah Elaine, gadis mungil itu langsung menepis dan mempelintir tangan Sisil dan Dena. (Jadi tangan kanan Elaine megang tangan kanan Dena, tangan kirinya megang tangan kiri Sisil).
“AAAA!!!” Teriak Dena dan Sisil bersamaan. Tampa ampun, Elaine menarik lengan Dena dan…

BUGH!!

Begitu keras saat lutut kanannya di hantamkan ke perut Dena. Rasanya cairan lambung di dalam tubuh gadis yang dipanggil ‘kakaknyo’ oleh Sisil itu terasa berputar, darah segarpun keluar dari mulutnya. Dena langsung jatoh di tempat seketika. Dan tidak lama Elaine langsung menonjok pipi kiri Sisil, ada bunyi ‘Krek’ terdengar pelan, mungkin gigi Sisil ada yang patah. Diapun jatuh tersungkur.

Jeje dan Ayana –yang terlihat memegangi punggungnya- kembali bangkit dan menyerang Elaine. Jeje melayangkan pukulan lagi yang tentu saja mudah di tepis Elaine yang dengan cepat langsung memukul wajah Jeje tiga kali tanpa jeda. Darah keluar dari hidung Jeje di pukulan pertama, pukulan kedua membuat darah keluar dari mulutnya dan membekas di tangan Elaine. Dan pukulan terakhir benar-benar menjatuhkan Jeje.
Ayana yang beranggapan Elaine lengah, dia melayangkan sebuah tendangan yang berakhir fatal untuk dirinya. Malah Elaine mengepit kaki Ayana (ngetekin gitu deh maksudnya). Dan… Dengan sikutnya, menyikut paha Ayana.

KREKK!!

Bunyi tulang retak terdengar bersamaan dengan jatuhnya gadis yang hobi tidur itu. Nabilah yang hanya sedari tadi diam dan menonton, menelan ludahnya. Tak menyangka gadis imut-imut nan mungil di hadapannya itu, seperti… monster. Namun, sebagai ketua di timnya, Nabilah sadar dia tidak boleh menyerah atau mundur, gengsi juga. Tapi, jujur dia ngeri melihat tatapan mata Elaine, apalagi taka da lagi temannya yang bisa bangkit membantu.

“HAAA.” Teriak Nabilah nekat berlari, pukulan dilayangkannya, namun…

BUGH!!

Lagi, begitu keras pukulan Elaine yang melayang ke perut Nabilah. Darahpun kembali di muncratkan ketua Tim Gesrek itu. Belum selesai disitu Elaine berputar dan… dengan kakinya menendang pelipis kanan Nabilah, gadis itupun terpental dan menabrak tembok di belakangnya, meninggalkan luka memar di wajah manis Nabilah, yang mulai kehilangan penglihatannya.
Samar-samar Nabilah melihat Elaine akan melayangkan pukulan terakhir pada dirinya yang posisinya berada di antara Elaine dan tembok. Nabilahpun menutup matanya antara pasrah dan takut. 1 detik.. 3 detik.. Nabilah yang tidak merasakan pukulan di wajahnya membuka mata dan mendapati pukulan Elaine berhenti tepat di depan wajahnya. Mata gadis yang bertubuh kecil itu menatap Nabilah begitu tajam, dua kali di hari yang sama, Nabilah sudah mendapatkan tatapan ‘mengerikan’ dari dua orang yang berbeda.

Tak kuat lagi, tubuh Nabilah akhirnya terjatuh. Elainepun pergi mengambil bukunya kembali, meninggalkan kelima anggota Tim Gesrek yang tersungkur di lantai.
“Mata anak itu, mirip Gracia… tapi mungkin… lebih dalam dan… ke-”

BRUG!!

Nabilah keburu pingsan saudara-saudara. Elainepun berjalan keluar, menuruni tangga dengan baju dan tangan berlumuran darah tentunya, saat tiba di lantai 2, Gracia terlihat berdiri di ujung anak tangga, tentunya sambil memainkan DSLR miliknya. Elaine berhenti dan memperhatikan Gracia yang tiba-tiba memotretnya. Cukup membuatnya kaget. Graciapun tersenyum.

“Saat tangan itu sudah memukul jatuh seseorang di sekolah ini, artinya kau akan dan telah memulai sesuatu. Selamat datang.” Graciapun pergi berlalu tinggalkan Elaine.
“Gre… Kata-kata itu…” Kata-kata yang diucapkan Gracia itu, memutar kembali memori lamanya.

“Kwekku!!” Dari belakang, seseorang memeluk pinggang kecil Elaine. Gadis bertubuh tinggi itu lalu meletakkan kepalanya di bahu Elaine. “Kamu jangan nakal, yo~”
“Siapa yang nakal? Emangnya aku kamu.”
“Ihh! Bukan itu! Tapi ini.” Dia menggengam tangan kecil Elaine. “Tadi kamu mau ngotorin tangan kamu ini, kan?! Ndak boleh!!!”
“Ngotorin tangan? Maksud kamu… berantem?”
“Iyo, opo lagi toh? Aku gak mau kamu kenapa-kenapa, karena saat tangan kamu memukul jatuh seseorang, itu sama aja kamu memulai sesuatu.”
“Ciyee Andela bijak!!” Ucap Gracia yang sedari tadi hanya memperhatikan kedua gadis yang masih berpelukan itu.
“Opo toh, Gre?? Emang bener, toh?”
“Iya, iya!” Gracia hanya menggeleng sambil tersenyum lalu kembali melempar-lempar batu ke arah danau di depannya.

“Lagian, daripada kamu berantem sama orang-orang gak jelas di jalanan, mending kamu berantem sama aku di kasur.” *ini najong beut! Lol
Mendengar itu, Elaine langsung melepaskan pelukan Andela dan berbalik menghadap gadis itu.
“Andela mesum!!” Elainepun mencubit hidung Andela.
“Dari dulu dia juga mesum, Kwek. Kang gombal, genit pula.” Komen Gracia.
“Ihh, kenapa sih Gre.” Tiba-tiba Andela memeluk Gracia. “Jangan cemburu gitu, ah.”
“Idih! Siapa yang cemburu??”
“Andela!! Ihh! Genit dasar, malah meluk-meluk Gracia depan aku!! Aku ngambek pokoknya.”
“Yah, kok gitu??”
“Bodo!!”
“Sukurin! Hahaha!!” Gracia tertawa begitu lepas melihat pasangan itu saling memanyunkan bibir atau mengembungkan pipi mereka. Terlihat begitu lucu, saat itu…
~~~

Hari berganti, masih dengan langkah santai (?) Elaine berjalan memasuki sekolahnya. Tentunya, dirinya masih jadi sorotan utama seluruh mata para murid di sekelilingnya. Tapi, ada yang berbeda dari kata-kata yang dibisikkan para murid tersebut. Samar-samar Elaine mampu mendengar obrolan mereka yang membicarakan soal kekalahan Tim Gesrek dari dirinya.
Elaine terus berjalan, hingga dirinya tiba di dalam kelasnya. Seperti biasa Elaine langsung duduk di bangkunya dan mengambil sebuah buku. Kali ini, Elaine membaca buku pelajaran Sejarah. *sebenernya anak IPA apa IPS? :v udah lah bebas, namanya juga SMA gak jelas.

“Ilennn~~” Panggil seseorang begitu kerasnya.
Tiba-tiba dari luar kelasnya, terdengar suara grasak-grusuk yang begitu heboh, Elaine melirik sekilas. Terlihat Nabilah dan kawan-kawannya –yang penuh luka-luka ataupun hans*plast- masuk dengan hebohnya.
“Ape lo liat-liat?” Ucap Jeje, dia dan Dena terlihat bertatap-tapan dengan anak murid kelasan Elaine.
Tentunya saja mereka tidak suka melihat kedatangan Tim Gesrek yang bukan anak kelasan 2-1. Namun mereka hanya saling tatap-tatapan, tidak ada yang berani memulai perkelahian. Sementara Sisil dan Nabilah, duduk berlutut dekat kursi Elaine.
“Kenapa?” Tanya Elaine pelan, heran melihat Nabilah dan Sisil yang menatapnya dengan tatapan berbinar.
“Hehehe, maaf soal kemaren ye, Len.” Ucap Nabilah.

“Ah? Iya. Maaf juga soal Ayana.” Ucap Elaine yang masih duduk itu sambil menunduk tanda maaf pada Nabilah.
“Ahahaha! Itu, gak apa-apa kite mah setrong! Makan sate juga kuat lagi. Oh iye, Len, kite mau ngasih tau sesuatu.” Ucap Nabilah (lagi).
“Soal apa?”
“Soal para petinggi Rappapa.” Jawab Sisil kali ini.
“Para petinggi? Rappapa?”
“Iye sebagai murid Majijo lo mesti tau.”
“Kenapa kalian memberi tahu aku? Dan untuk apa??”
“Soalnye kata Nabilah, lo mungkin orang yang kuat dan mungkin bisa ke atas?” Ucap Jeje yang sudah berdiri mendekat ke Elaine.
“Ke atas?”

“Huss!! Ape lu kate, Je. Ini kan juga keinginan lu biar ada tontonan lagi. Jadi gini, Len. Rappapa itu-”
“Kalian cuman berempat?” Tanya Elaine tiba-tiba dengan khawatir memotong ucapan Nabilah. Nabilah melihat sekitarnya dan…
“ASTAGAYANA SHAHAB!!” Teriak Nabilah kaget. “Jeje, Dena. Itu si Ayana pasti tidur di tengah jalan!!” Benar saja, saat Dena melirik keluar kelas itu, terlihat Ayana sedang tidur sambil berdiri dengan bertopang pada tongkat penyangga kakinya –tulang kakinya ada yang patah gegara Kwek- di depan kelas 2-2, langsung saja Dena menariknya.
“Ayana, gak apa-apa kan?” Tanya Elaine menatap Ayana khawatir.

“Udeh, gak apa-apa die. Yaudeh, jadi gini, tau kenapa Majijo ini jadi sekolah paling kuat? Jadi sekolah yang ditakuti di daerah sini?” Elaine hanya menatap Nabilah dalam bingung. “Itu karena di sekolah kite ini ada Rappapa yang berisi orang-orang kuat yang susah untuk dikalahkan. Rappapa itu kelompok music in-in-insetru--- Elah ini jahat banget sih authornye kan gw susah ngomong ‘R’ Rappapa ini dipimpin oleh seorang ketua, murid terkuat di Majijo, seorang wakil dan 4 anggotanya sebagai penjaga keutuhan Rappapa. Lanjutin kek sapa, gw pegel.”

Menggantikan Nabilah, kini Sisil yang menjelaskan. “Jadi, nih Len, sebelum ke atas dan jadi ketua, harus ngadepin 4 anggota Rappapa dulu. Anggota pertama namanya Nobi, anak kelas 3, cewe berbadan kekar dan tinggi. Hobinya tinju, kadang juga kayak pegulat. Gaya pakaiannya selalu ala-ala tentara. Siapapun yang ngeliat dia pasti ketakutan, tapi begitu lagi istirahat gak nonjok-nonjok samsak… kerjaannya… ngedrama sendiri.”

“Ngedrama?”
“Iya, acting-akting sendiri gitu… main sendiri bales sendiri. Serem deh.” Jelas Sisil sambil merinding.
“Nah, anggota kedua itu ada Frieska.” Kali ini Dena yang menjelaskan. “Sebenernya kita bingung kenapa Frieska bisa jadi anggota Rappapa, apa karena—emphhh.” Tiba-tiba mulut Dena dibekep Sisil.
“Jangan disebut dulu dong, Kakaknyo.” Sisil lalu melepaskan bekapannya.
“Hah! Jadi Frieska ini keliatannya lemes banget, keliatan males. Gak tau juga deh kuat atau gak, gak pernah lihat. Anak gaul banget pula.” Jelas Dena lagi.
“Tapi, katanye dia bisa ngalahin lima….. belas orang sendirian.”

GUBRAK!!

Nabilah terlihat jatoh.
“Yaelah dah Je, kirain lima puluh!! Udah ah lanjut, nah anggota terakhir.. eh maksudnya ketiga dan keempat ini gak bisa dipisahin. Mereka nyebut nama mereka itu BebNju couple.”
“Couple?”
“Iye, mereka pacaran. Walau kate Beby sih gak.”
“Pacaran?”
“Nju itu Shania, Shania Junianatha, Shanju. Au ah elap serah. Si Shania ini, kalo kite liat tampangnya yang manis, badannya yang kek model tinggi semampai, beuh mana ada yang ngira yankee. Tapi itu cuman luarnye, aslinya beuh. Apalagi kalo udah berurusan sama waktu dan Beby. Bisa berubah jadi macan. Pitaloka aja kalah dah tuh.” Elaine hanya menatap Nabilah bingung. “Si Shania ini anaknye disiplin banget, bisa dateng ke sekolah dua jem sebelumnya. Naik roket kali ye kesininya. Tapi, disiplinnya Shania ini kebolak banget sama si Beby.”

Jeje kali ini mengambil giliran cerita. “Beby ini anaknye cuman rajin belajar, tapi kalau urusan waktu suka terlambat. Kalau janjian sama Shania di salah satu sudut sekolah aja, suka lama banget datangnya. Alhasil murid-murid di sekeliling Shania bisa jadi korbannye karena kelamaan nunggu si Beby. Pokoknya Shania serem deh kalau udah ada hal nyangkut-nyangkut Beby.”
“Bebynya juga cuek pula. Yang ada di otaknya juga cuman ada itu tuh apa itu.” Nabilah terlihat bingung. “Ituloh apasih ekebi? Ya itu dah yang nyanyi ai won yu ai nit yu rombongan kek mau tawuran.”
“Tapi, biar gitu kalau mereka udah berantem berdua… puluhan orang juga gak akan sanggup dah!”
“Nah, wakil ketua Rappapa itu Kak Kinal.” Nabilah berhenti sejenak. “Ay! Oi Achan! Lo gak mau dapet screentime (?) nih.” Ayana yang sedang duduk di bangku kosong sebelah Elaine sambil menopang daginya itu, hanya menggeleng. Lebih memilih memejamkan mata untuk melanjutkan mimpinya. “Hah! Susah dah ngomong sama kang batagor. Kak Kinal ini kek Nobi gayanye, garang, gahar, badan keker, beuh. Tapi ye same juga. Badan sekuriti hati SNSD Yuri, kalau gak ada kerjaan yee.. nonton Barbie atau gak dengerin Kepop.”

“Kalau diliat dari hobi keliatannya gak ada yang kuat, ya. Tapi sih serem juga, apalagi kalau ada ketua Rappapa… Orang terkuat di Majijo… Kak Melody.” Sisil berhenti sejenak, menarik nafasnya dalam-dalam. “Kak Melody ini kakaknya Frieska, makanya banyak yang ragu Frieska itu kuat.” Ucap Sisil pelan sambil mendekat pada Elaine. “Gak ada yang tahu seberapa kuat Kak Melody sang center Majijo itu. Seorang muridpun disini belum pernah ada yang bertahan lama kalau gak sengaja berhadapan sama Kak Melody. Cuman Kak Kinal yang mampu bertahan lama, itupun Kak Kinal akhirnya kalah.”
“Nih, kite waktu gak sengaja sih berantemnya sama Kak Mel, gegara Dena waktu itu sih!”
“Dih kok gw! Sisil tau!” Protes Dena.
“Dih! Kakaknyo kok gitu sama Dedeknyo??”
“itu kite berlima kalah dalam sekali- eh gak lima kali pukul. Masing-masing keok dalam satu kali pukulan.” Tambah Nabilah.

“Gak kok, Bil. Gw sama Sisil ditendang bukan dipukul.” Protes Dena (lagi).
“Ett dah Dena! Kan perumpamaan doang!!” Kesal Nabilah.
“Nabilah.” Untuk pertama kalinya Elaine memanggil nama Nabilah.
“Iya, Elaine?”
“Untuk apa memberi tahuku soal semua ini? Kenapa?”
“Soalnya kate si Kubil mata lu mirip Gracia dan mungkin lu bisa ke atas.” Ucap Jeje menyelak Nabilah.
“Paan?! Ett dah. Iya gitu deh, Len. Coba ke atas, memberi tontonan mungkin juga perubahan. Entah kenapa, mata lo buat kite percaya. Percaya lo juga lebih kuat dari Gracia. Karena tinggal kalian yang belum mencoba. Ya, kalau kite berlima kan gak mungkin. Hahaha.”
~~~

Sementara gadis bernama Gracia itu seperti biasa, berdiri di atas gedung Majijo. Tapi, ada yang berbeda, dia hanya diam memandangi pemandangan sekolahnya dengan menopang dagunya. DSLR miliknya hanya di kalungi. Hanya ada suara semilir angin yang sedang berhembus dan suara nafas Gracia yang terdengar. Tidak ada suara lain diatas sana. Namun tiba-tiba Gracia bergerak dari posisinya, berdiri dalam posisi siap.
“Fast Response, nice reaction. Sesuatu yang memang tidak mengecewakan dari Shania Gracia.” Ucap seseorang yang datang tanpa terdeteksi (?) itu membuat Gracia membuka lebar kedua matanya karena kaget. Namun, gadis itu langsung memejamkan mata untuk mengembalikan ketenangannya.
“Siang Kak Melody.” Ucap Gracia sambil sedikit membungkuk.

“Hmm.” Melody tersenyum kecil. “Maaf kalau mengganggu, Kak Melody cuman mau minta foto Rappapa. Kamu punya, kan?”
“Ada tunggu sebentar, Kak.” Graciapun membuka tas kecil di bawahnya dan mengambi sebuah kotak berisi foto-foto hasil jepretannya.
Setelah mencari dan menemukannya, Gracia mendekat pada Melody dan menjulurkan foto tersebut. Secara tiba-tiba Melody menarik foto tersebut yang otomatis tubuh Gracia juga tertarik.
“Masih belum mau ke atas?” Tanya Melody sambil berbisik di kuping Gracia.

“Maaf, mengecewakan. Tapi, aku tidak tertarik.” Jawab Gracia pelan.
Melody hanya menyeringai, lalu mengambil foto itu. “Sayang sekali. Padahal kami menunggu.” Melodypun berbalik dan mulai berjalan.
Graciapun ikut membalikkan badannya dan…
Gadis itu berputar menendang ke arah Melody yang dengan cekatannya menunduk, menghindari tendangan Gracia tanpa melihat sedikitpun dan melanjutkan perjalanannya dengan santai.
“Naiklah ke atas Gracia. Ahh. Terima kasih atas fotonya.” Gracia hanya tersenyum mendengar itu, kepalanya di dongakkan untuk kembali menatap cerahnya siang hari itu…
~~~

Jam pulang sekolah tiba, terlihat Elaine sedang mencuci tangannya di wastafel dalam toilet setelah menunaikan tugas alam (?)nya. Elaine berdiri memandangi bayangan dirinya di cermin. Lagi-lagi ucapan Nabilah dan kawan-kawannya terlintas di pikirannya.
“Mata lu mirip Gracia.” “Kite percaya, lo lebih kuat dari Gracia.”
Elaine tersenyum tipis. “Gracia lebih kuat kok. Hanya sa-”

BRAK!!

Tiba-tiba pintu toilet itu dibuka kasar, masuklah seorang lelaki?? Elaine memandangi pemuda yang menggunakan gakuran (seragam cowo SMA Jepang) tersebut dalam herannya, berkali-kali Elaine mengedipkan matanya. Ragu dan bingung dengan apa yang dilihatnya. Sementara itu sang pemuda terlihat juga kaget melihat Elaine, dia memandangi Elaine dari atas sampe bawah ke atas lagi.
“Gw gak salah lantai, kan?” Ucap pemuda itu sambil melongok ke luar toilet. “Bener ah di lantai dua.” Pemuda yang memiliki suara seperti perempuan itu kembali masuk ke dalam. “Anak kelas satu, ya? Kok ada disini? Toilet lantai satu penuh?”

Elaine hanya diam masih memandangi pemuda itu. Dirinya benar-benar dibuat bingung, bagaimana ada laki-laki yang bisa sekolah di sekolah perempuan??
“Duh, Dek. Gak usah takut. Tenang-tenang. Kakak gak gigit kok. Ngomong-ngomong anak kelas satu berapa? Boleh lah kakak main-main. Atau kamu yang mau main ke kelas kakak? Kelas dua lima, tanya aja yang paling gan-”
“Aku permisi dulu.” Elainepun keluar dari toilet tersebut dalam bingungnya.
“Waduh, baru kali ini ada yang gak mau kenalan sama gw.” Ucap pemuda itu sambil ngaca. “Apa gw kurang ganteng buat tuh anak kelas satu? Apa dia syok kali, ya?” Pemuda itupun merapihkan (?) salah! Lebih tepatnya mengacak-ngacak rambutnya agar keren? Entahlah.
~~~

Dari jendela ruangan Rappapa yang mengarah ke jalanan depan Majijo. Frieska memperhatikan kepergian seorang Elaine Hartanto yang berjalan cukup lama karena langkahnya kecil *eh. Di belakang Frieska seperti biasa, Shania sedang bermanja-manja pada Beby yang tetap cuek dan memainkan sebuah game kali ini. Dan Nobi yang sedang olahraga angkat berat. Sementara sang ketua dengan wakil mereka di dalam ruangan sebelah…
Kinal yang sedang menonton Music Bank (sejenis Inbox *jelek banget inbox* versi Korea) di televisi, memperhatikan Melody yang terlihat mengurusi sebuah foto dan bingkai.

“Foto apa, Teh?” Tanya Kinal.
Melodypun menunjukkan foto yang sudah diberi bingkai itu. “Foto kita berenam yang diambil Gracia waktu itu, Nal.” Melodypun meletakkan foto tersebut di lemari pajangan yang ada diruangan itu dan tersenyum melihatnya.
Jadi siapa yang akan terlebih dahulu ke atas? Gracia yang diharapkan Melody? Atau Elaine yang dipercayai Nabilah? Dan… Kenapa ada murid laki-laki di sekolah perempuan?!
TBC
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Fyuhh~~ akhirnya chapter 1 nya kelar juga! Panjang aje cuy!! Ribet gegara perkelahiannya :’v
Gimana udah tau, kan jadi siapa aja Ketua-Wakil dan anggota Rappapa-nya. Suka gak dengan pemilihan membernya? Atau malah kaget? Bingung? Kecewa?? *maaf ya kalau kecewa* Saya punya alasan kok, nanti juga tau kenapa alasan saya milih si anu atau si itu saat udah sampe bagiannya. =]

Nah lalu… Saya tau bakal ada 3 pertanyaan yang muncul setelah baca ini, jadi saya jawab sebelum ditanya deh. *sotoy banget lu, kek bakal ada yang nanya!
1. Ada apa emang dengan Elaine dan Gracia?
Sabar sodara-sodara! Cerita masa lalu itu perlahan-lahan nanti akan terungkap kok.
2. Kemana Andela? Dimana Hamids?
Tenang aja, mereka ada bagian dan porsinya. Mereka bakal muncul. Tenang bapak-bapak, ibu-ibu, saudara sekalian yang berbahagia (?)
3. Kok Ve gak masuk jadi bagian Rappapa? *Bla3 dan sejenisnya intinya soal Ve.
Sama kek nomor dua jawabannya, tapi nunggu yang ini mungkin lebih harus sabar dibanding nunggu cerita masa lalu GreKwek. Wkwk. Tenang peran Ve penting juga kok.

Nah mungkin itu, ya. Kalau soal siapa yang jadi ‘Gakuran’ gw rasa kalian harusnya udah tau~ gancil begete!! *yang pasti bukan Sae-chan (pemeran Gakuran di drama Majijo), ya wkwk* Oke, sekian.

(Tracing-annya jelek LOL)
Next: Murid tampan itu ‘mengincar’ Elaine?! Elaine vs G...
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m

-Jurimayu14-

13 comments:

  1. Mungkin kah yang jadi gakuran jeketi vers nya itu "Hamids?" atau "ghaida?" :v
    Vee nya kemanaa T^T

    ReplyDelete
    Replies
    1. coba tebak dr fotonya >< hihihi

      Ve nya.. ada kok.. tp nanti :3

      Delete
  2. Hahaha bukan focus sama actionnya,,, tapi malah ngakak... sama genk gesrek...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Walahhh samaa wkwkwwkwk serius ngakak pas perkenalan

      Delete
    2. Walahhh samaa wkwkwwkwk serius ngakak pas perkenalan

      Delete
  3. sama Kinal kan Ve ???? nnti di jodohkan sm yg lain lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ada VeNal kok.. tp mungkin lebih bakal kayanya banyakan MeloNal *secara ketua-wakil

      Delete
  4. Wih dah aku kira klo baca yg kelahi" mulu ntar jadinya bingung ternyata nggak, bhasanya bagus thor mudah di pahami

    Teh melo nya feel nya dpt bgt walaupun baru muncul dikit sip dah lanjuut

    ReplyDelete
    Replies
    1. Syukurlah klo kamu paham >< soalnya ngeri juga takut pd g bs bayangin/ngerti. Makasih :3

      Sipp ><

      Delete
  5. Dah pasti Ghaida yg jadi gakuran. Masak hamids jadi Gamids dong wkwkwk...

    ReplyDelete
  6. Udah nebak tapi males ngetik. Ninggalin jejak aja ah :3

    ReplyDelete
  7. Kayak nya udah ketauan siapa yang ngincer elaine, tapi hamids nya kapan keluar.

    ReplyDelete
  8. Gakurannya udah pasti Ghaida wkwk..
    Btw, bagus nih ceritanya. Jadi pengen buat ff ttg sekolah bandel juga/? Tapi bukan majijo..

    Inspiration bgt deh haha.. Next part ditunggu!

    ReplyDelete