Thursday, April 23, 2015

Majisuka Gakuen (JKT48) - Chapter 3

Akhirnya bisa nge-update ini :'V
Actionnya itu bikin lelah hati ini *halah lebeh

Btw, kalau aneh dan ada typo-typo maaf ya, saya gak baca ulang. Males #dzigh
Langsung aja, selamat membaca~



Majisuka Gakuen (JKT48)

GreKwekku~~ #dzigh
Chapter 3
Hari berganti, seperti biasa Elaine memasuki sekolahnya dengan bejalan pelan. Seperti biasa pula, kedua daun telinganya mendapati murid di sekitarnya membicarakan dirinya. Tentunya apalagi kalau bukan karena perkelahian antara gadis mungil itu dengan seorang Ghaida Farisya.
Elaine terus berjalan, menaiki tangga menuju lantai dua. Saat ingin melewati kelas 2-4, anak-anak Tim Gesrek langsung memanggilnya. Dengan grasak-grusuk, Jeje langsung berlari ke arah Elaine.
“Len, gimana keadaan lo?” Tanya Jeje, sambil memperhatikan Elaine dengan seksama. Sudah tidak ada lagi perban yang membalut kepalanya.
“Udah gak apa-apa, kok. Makasih kemarin udah nganter ke UKS. Maaf udah ngerepotin kalian. Tolong sampein ke anak-anak.” Ucap Elaine sambil tersenyum manis, begitu tulus.
Jejepun tersenyum. “Selow aja Len.”
Elaine melihat ke dalam kelas 2-4, tentunya keadaan kelas itu tidak ada yang berubah. Rusuh karena hal tidak jelas, dan tentunya Tim Gesrek yang sedang nyate. Terlihat Sisil sedang menyiapkan bumbu, Ayana -sambil tertidur menopang dagunya- sedang mengipas sate-sate. Dan Dena menyiapkan sate-sate untuk mereka makan. Elainepun tersenyum melihat mereka. Loh? Tapi, kemana Nabilah?
“Nabilah kemana?”
“Gak tau deh. Katanye sih ada urusan.” Elaine hanya mengangguk tanda tahu. “Gracia.” Ucap Jeje pelan, Elaine langsung membalikan tubuhnya. Terlihat Gracia yang baru saja datang.
Kedua ‘mantan sahabat’ itu hanya saling pandang sesaat dalam diam sampai Gracia melanjutkan perjalanan ke dalam kelasnya.
“Emh, Len? Mau ikut nyate?” Tawar Jeje, Elaine hanya menggeleng. “Yaudah, kalau gitu.” Jeje kembali masuk melanjutkan kegiatannya.
Saat Elaine ingin menuju ke kelasnya, ia berhenti. Teringat sesuatu. Diapun berbalik, dengan langkah cukup cepat berjalan berbalik arah.
“Lah? Itu si Elaine mau kemana?” Tanya Sisil yang melihat itu.
Tim Gesrek hanya memperhatikan dalam bingung. Begitu juga Gracia -yang sedang mengutak-atik kamera polaroid-nya- pun melihat Elaine yang keliatan terburu-buru itu. Graciapun bangkit menuju pintu kelasnya.
Ternyata Elaine berjalan menuju kelas 2-5, dari luar dia melongokkan kepalanya. Mata sipit Elaine menyisir dengan teliti ruang kelas yang tentunya juga rusuh itu. Tapi, tidak ditemukan sosok yang sudah di kenalnya. Siapa lagi kalau bukan seorang Ghaida.
Gracia terus memperhatikan tingkah laku Elaine dan mengambil gambarnya dengan polaroid-nya, sampe dua orang yang diketahuinya sebagai adik kelasnya menaiki tangga, mencuri perhatiannya. Keduanya yang sedang mengobrol santai itu langsung berhenti saat melihat Gracia memperhatikan mereka.
(Betewe, tangganya itu depan-depan-an sama pintu depan kelas 2-4. Terus kek sekolah Jepang gitu, pintunya ada 2 di setiap kelasnya. Di bagian depan sama belakang)
Mereka hanya saling diam, saling menatap dengan tatapan bertanya.
“Chel, udah ah, ngapa jadi tatap-tatapan sama Kak Gracia? Kita gak ada urusan sama Kak Gracia. Ayo.” Ucap gadis berkulit putih seperti bule itu sambil menarik temannya.
Gracia tetap kembali diam memperhatikan keduanya yang terlihat menghampiri Elaine yang masih di depan ruang kelas 2-5. Saat Elaine membalikkan badannya, ketiganyapun berpapasan.
“Hai Kak.” Sapa keduanya pada Elaine yang terlihat jelas bingung itu.
“Kenalin kita- aw! Ngapa sih Cil?” Ucap si gadis berkulit hitam itu sambil mengelus tangannya yang disikut.
“Kelamaan. Jadi kita ini-”
“Itu lu juga sama aja.”
“Sama apanya? Ini gw mau ngomongin intinya.”
“Yaudah ngomong.”
“Jadi, kita itu mau-”
KRING!!
Bel sekolah yang sebagian besar murid lebih anggap sebagai alarm itu berbunyi. Potong ucapan gadis cantik yang terlihat kesal sendiri.
“Ahh!! Bel sialan. Yaudah ini Kak.” Elainepun mengambil amplop yang diberikan keduanya. “Dah, Kak.” Keduanya yang mengenakan baju model lolitha itu langsung berlari pergi tinggalkan Elaine dan juga melewati Gracia.
Elaine berjalan kembali menuju kelasnya, saat melewati Gracia…
“Pelan-pelan kau mulai menaiki tangga. Tak lama, mereka akan mencarimu.” Elaine berhenti saat mendengar perkataan Gracia.

KLIK!!
Itulah bunyi yang terdengar saat Elaine menatap Gracia, ternyata dengan polaroid-nya, gadis itu mengambil gambar wajah Elaine.
“Semoga saja kau orang yang tepat.”
Elaine hanya diam sebelum kembali lagi melanjutkan perjalanannya. Gracia hanya menghela nafas, lalu melempar sembarang foto Elaine yang barusan diambilnya. Tiba-tiba foto yang masih melayang-layang di udara itu diambil seseorang. Seseorang yang ternyata memperhatikan semuanya sejak awal dari atas…
~~~
Hari kembali berganti. Seperti biasa, Elaine berkumpul bersama Tim Gesrek. Lagi-lagi masih tanpa Nabilah yang entah kemana. Sambil ikut memakan sate, Elaine duduk dalam diam memperhatikan Tim Gesrek yang berbanding terbalik dengannya. Selalu berisik.
“Je, lu beneran gak tau Nabilah my oshi kemana?” Tanya Sisil.
“Kagak tau, kalau gw tau juga gw kasih tau lu pada.” Jawab Jeje.
Mereka terus mengobrol berbagai hal yang tidak penting, sampai Elaine membuka suaranya.
“Maaf.” Ucap Elaine pelan, spontan para anggota Tim Gesrek langsung menatap Elaine dengan kompaknya. “Emm… apa kalian tau ini?” Elaine menjulurkan amplop putih pemberian dua adik kelasnya kemaren. Dengan cepat Dena mengambilnya.
Invitation to: Elaine Hartanto
-Duo ChelVan-
Begitulah tulisan yang terdapat pada muka amplop. Dena terlihat bingung melihatnya.
“Coba gw liat.” Jeje mengambil amplop tersebut. “Siapa deh Duo Chelvan? Siapanya Duo Serigala?” Jeje membuka amplop tersebut. “Udah lu baca nih surat, Len?”
“Udah, hanya saja aku gak mau gegabah. Lagian, aku gak tau ruangan yang mereka maksud.”
Jejepun mulai melihat kata perkata yang ada di surat itu sambil menggaruk palanya.
“Baca deh Den.”
“Kenapa emang?” Denapun mulai memperhatikan isi surat itu. “Engg…” Raut wajah Dena berubah, terlihat horror. “Dedeknyo coba baca deh.” Denapun memberikan surat itu pada Sisil.
“Kenapa deh?” Sisil mulai membaca. Tak jauh beda dengan Dena, mukanya langsung terlihat horror. “Ayana aja nih yang baca. Pasti tau deh.” Sisil langsung memberikan surat itu pada Ayana.
“Kenapa, sih?” Tanya Ayana heran.
“Pake bahasa Jepang Ay.” Ucap Jeje.
“Serius?” Ayana mulai melihat isi surat yang dipegangnya itu. “…..Apaan bahasa Jepang?! Bahasa Inggris gini. Pantesan pada oper-operan. Ini Len.” Surat itupun kembali pada Elaine.
“Loh? Kenapa?”
“Maaf deh Len. Kagak ade yang bisa bahasa Inggris. Hehehe.” Keempatnyapun hanya nyegir kuda pada Elaine. “Lagian kita juga kurang tau ChelVan itu siapa. Besok tanya Nabilah aja. Dia kan ketua kita, tau banyak.” Tambah Jeje.
Suasana menjadi hening, sampe Dena memberikan sebuah saran yang…
“Kenapa gak tanya Gracia aja?”
Elaine menolehkan kepalanya ke arah Gracia. Sadar di perhatikan, Gracia ikut menolehkan kepalanya ke belakang. Kedua mata sipit Elaine dan Graciapun bertemu. Senyum menyeringai diberikan Gracia pada Elaine sebelum kembali fokus memakan kebabnya. Di tangannya yang kosong, Gracia memegang sebuah foto. Di dalam foto itu berisi dua orang yang terlihat akrab dengan model pakaian Gothic Lolita, di bagian kanan foto tersebut terdapat tulisan ChelVan berwarna hitam.
“Untuk apa mereka mengincar Elaine?” Tanya Gracia pada dirinya sendiri.
Dua orang yang terdapat dalam foto hasil jepretan Gracia itu kini sedang berada di salah satu ruangan sekolah yang mereka ‘ubah’ dan mereka jadikan ‘hak milik’. Bisa juga dibilang ‘ruangan pribadi’ mereka.
“Cil.” Panggil si gadis yang terlihat sedang membuat minuman itu pada sahabatnya yang sedang duduk sambil bermain dengan boneka-boneka Hello Kitty-nya. “Kok Kak Elaine belum kesini-kesini, deh? Kata kamu dia bakal dateng-dateng aja.”
Si gadis yang dipanggil ‘Cil’ itu menoleh sesaat. “Mana gw tau, Chel. Kita tunggu aja.”
“Hmm. Nih kopinya.” Gadis yang dipanggil ‘Chel’ itu menaruh kopi buatannya dan memberikannya pada gadis yang seperti tidak suka dengan minuman itu.
“Rachel! Kan gw minta susu, kenapa jadi kopi?”
“Lu udah putih Thalia kecilku sayang, alias Vanka. Biar gw aja yang minum susu. Kan kata lu kita saling melengkapi.” Jawab Rachel sambil meminum susu buatannya.
“Ihh!” Dengan sangat terpaksa, Vanka meminum kopi hitam itu. Untunglah manis. Semanis pembuatnya. Tanpa diketahui Rachel, Vanka tersenyum kecil saat meminum kopi tersebut.
(Yups, Dua gadis Goth Loli-nya itu ChelVan. Inspirasinya jelas dari Sanshou Sister di Majijo Season 1)

~~~
Hari kembali berganti. Sambil memegangi novel pertama karya Raditya Dika, Elaine berdiri di lantai atas gedung sekolah Majijo, memandangi langit yang cerah disana. Langit yang cerah seperti saat itu. tanpa terasa, air mata mengalir dari mata sipitnya.
(andelaine-an sama gremids-an lagi~)
“Aduh, ada yang narsis mulu.” Ucap Elaine meledek dua orang disampingnya sebut saja Mawar dan Sari. *dipukul
Gracia hanya menatap sekilas Elaine dan tersenyum, sebelum kembali ber-narsis ria dengan sahabat baru mereka Nina Hamidah, atau yang akrab mereka sapa Hamids. Elaine hanya menggeleng melihat keduanya. Saat ini mereka sedang tiduran di dekat danau tempat mereka suka berkumpul. Langit cerah menemani mereka. Begitu membuat hati tenang.
Elaine hanya diam, memejamkan matanya. Membiarkan angin yang sejuk ini menerpanya. Tempat itu begitu tenang dan terasa damai. Hanya ada suara cekikan Gracia-Hamids yang masih sibuk berfoto-foto –sambil tiduran itu- dan suara…. Kecupan?!
“Nggh… hnn…mmhh” Desah Elaine keluar dari mulutnya. Gadis itu membuka mata, terlihat Andela memeluknya dari samping sedang menciumi lehernya. “Astaga! Andela!!”
BUGH!!
Elaine langsung memukul perut Andela yang langsung berguling-guling kesakitan. Elainepun langsung bangkit. Menatap Andela dengan raut wajah yang kesal.
“Mesum dasar!! Inget tempat dong Andela!!”
Andela langsung duduk memandangi Elaine yang masih berdiri di hadapannya. “Abis daripada cuman tiduran, mending-”
“Mending apa?! Apa? Jawab!”
“Mending… Mending kabur dah gw.” Andela bangkit lalu lari.
“Andela Yuwono!! Jangan lariiiii!!” Elainepun mulai mengejar Andela, kedua insan itu mulai kejar-kejaran seperti selayaknya film-film India.
Gracia dan Hamids yang sudah duduk hanya menonton AndElaine couple itu. Sudah jadi pemandangany yang tak asing untuk Gracia. Sementara Hamids yang duduk disampingnya itu, memandangi dengan wajah cengo.
“Mids. Hamids. Jangan cengo gitu.”
“Hah? Apaan Gre? Ah, gak kok. Hahaha.”
“Gak apanya? Orang melongo gitu.”
“Ehehe. Andela sama Elaine kalau gak berantem aneh, ya?”
“Iya, aku sih udah biasa ngeliatnya. Kayanya emang gitu cara mereka bermesra-mesraan.”
“Hmm. Tapi, aku mau bilang makasih sama Elaine.”
“Makasih kenapa?” Graciapun langsung menatap Hamids.
“Ya, dulu kan sebelum kenal Elaine, Andela begajulan banget. Seenggaknya sekarang lebih baik. Soalnya emang Andela satu-satunya anggota keluargaku yang begitu.”
“Kalau kamu gimana setelah ketemu aku?”
“Ke-Keteu Ka-Kamu? A-A-Aku ya gi-gitu?”
“Gitu gimana, Mids?”
“Ya aku-” Hamids terdiam, di depannya Gracia sedang mengusap lembut pipinya.
“Aku sayang kamu.” Ucap lembut Gracia.
“Eh?!” Hamids hanya melongo, begitu kaget mendengarnya.
“Kamu sendiri gimana?”
“A-Aku…” Hamids benar-benar bingung dengan ‘ungkapan’ mendadak Gracia itu.
Dihadapannya Gracia tiba-tiba memejamkan matanya. Bingung. Hamids merasa bingung kenapa dengan Gracia. Hamids terus memandangi wajah manis Gracia itu. Hatinya berdegup kencang, kepalanya terasa pusing. Hamids menatap sekilas Andela dan Elaine yang sudah tidak lagi kejar-kejaran, melainkan sedang… berciuman.
Hamids sempat melamun dan berpikir, apakah itu juga yang diinginkan Gracia? Hamids menghembuskan nafasnya, dengan ragu menyentuhkan tangannya ke pipi Gracia. Akhirnya dengan perlahan dan setelah keberaniannya terkumpul, Hamids mendekatkan wajahnya. Bersama dengan tenggelamnya sang mentari, untuk pertama kalinya, kedua bibir mungil mereka saling bersentuhan.
~~~
“Oi Elaine!!” Panggil seseorang memecahkan lamunan Elaine.
Elainepun membuka matanya, melihat kedatangan Nabilah yang sedang berlari ke arahnya. Elaine langsung mengusap air matanya yang membasahi pipinya itu.
“Kenape lau? Nangis?” Tanya Nabilah saat sudah berdiri di samping Elaine.
“Ahh, gak kok. Kelilipan aja tadi. Ada apa Nab?”
“Ohh. Gak itu, kemaren kate anak-anak. lau nyariin gw.”
“Ahh itu, aku mau nanya gimana keadaan Kak Ghaida. Udah baikan?”
“Lah, nape nanyanya ke gw?”
“Dua hari kemaren kamu ngurus Kak Ghaida, kan?”
“Ahahah. Sape yang bilang?” Nabilah memalingkan wajahnya yang entah kenapa terlihat merah. Elainepun hanya tersenyum. “Kagak. Ngaco itulah yang bilang gitu. Gw ada urusan doang, mangkanye gak masuk sekolah.”
“Aku yang bilang.” Nabilah langsung menatap kembali Elaine. “Sikap kamu ke Kak Ghaida nunjukin kalau kalian ada apa-apa.”
“Wuilah! Kagak ade apa-apa, Len. Yaa.. kita temen dari kecil sih sebenernya. Dia kek abang gw sendiri. Gak lebih kok. Betewe thanks deh, ngawatarin die. Besok udah balik masuk kok orangnya.” Elaine kembali tersenyum sambil mengangguk. Dia tahu dengan pasti wajah tersipu Nabilah tunjukkan gadis itu punya rasa lebih terhadap cewek tampan itu. “Udeh ah, jangan bahas doi. Merinding gw bawaannya. Oh iye, kate si Jeje lu dapet surat ye? Surat apaan? Tagihan listrik apa iuran bulanan?”
“Ahh itu!” Elaine mengambil surat beserta amplop yang masih terbungkus rapi itu.
Namun, Elaine terlihat ragu untuk memberikannya pada Nabilah.
“Sini coba gw liat. Tenang aje, gw bisa bahasa Inggris kok. Kagak kayak empat kunyuk entuh.” Nabilahpun langsung menyambar amplop itu. “Lagian gegayaan banget ett dah yang ngasih pake bahasa Inggris. Ngape gak jawa sekalian? ChelVan??”
“Kamu tau Nab?”
“Dikit sih. Bentar ye, gw boleh baca kan nih suratnye?” Elainepun mengangguk, sementara Nabilah perlahan mulai membacanya. “Ahh jadi gini toh bentuk suratnya yang dibilang orang-orang. Gegayaan bener itu dua bocah tengil.”
“Mereka siapa? Kenapa ngincar aku?”
“Like us ‘Tim Gesrek’, they wanna know your power and skill and prove it you’re strong enough and have potencial. That’s what they said undirectly in this letter. Yeah, like what I said before, you are the only one who can maybe go to there.” Ucap Nabilah sambil menunjuk ruangan dimana Rappapa berada. “Betewe azek ye gw bisa bahasa Inggris, cuman di fanfic dah bisa gini.”
“Emangnya mereka siapa?”
“Ahh iye! ChelVan ini gabungan nama dari Rachel dan Vanka. Keduanya anak kelas satu empat. Jennifer Rachel Natasya, die yang kulitnya gelap. Anaknya manis sih. Tapi, ya rada miring juga otaknya. Nah Thalia Ivanka atau yang kadang dipanggil Thacil itu yang kek bule, yang cakep kek boneka Annabelle eh salah kagak deh. Yang cakep entuhlah. Di kalangan anak kelas satu, bisa dibilang mereka yang paling kuatlah. Gw pernah ngerasain sendiri waktu berantem sama mereka karena Kadong.”
“Kadong?”
“Eh? Ghaida maksud gw. Yee pokoknya surat ini dikasih ChelVan sama orang yang menurut mereka menantang dan kuat.”
“Aku gak sekuat itu. Dan gak ada urusan apapun sama mereka.” Ucap Elaine tanpa menatap Nabilah.
We’ll never let you go to meet Kak Kinal.” Nabilah membaca ulang kata-kata dalam surat itu. “Yah, mereka emang pernah gw denger masuk itungan Rappapa Next Gen sih. After you make Kak Ghaida become ‘ugly’, it’s time to face us. We wait you everyday in our room~’ Ruangan mereka? Yang mane ye? Gw gak tau nih, Len. Sorry ye.”
“Gak apa-apa.” Elaine kembali mengambil surat itu. “Lagian aku gak tertarik dengan hal ini.” Elainepun berjalan pergi tinggalkan Nabilah seorang diri.
~~~
Di dalam ruangan bertuliskan ‘Rappapa’ itu, seperti biasa, Nobi sedang olahraga dengan dua barbell di genggam kedua tangannya. Sementara Beby sedang ketawa cekikikan karena video yang di tontonnya, kekasihnya malah asik tiduran dengan menjadikan paha Beby sebagai bantal.
Dari luar, sang wakil ketua masuk sambil menguap. “Hoaamm. Aduh ngantuk banget gw. Ett dah itu Shania enak banget tidurnya. Ngeces gak tuh, Beb?”
“Tau deh nih, nyebelin banget bikin Beby gak bisa pulang.” Ucap Beby sambil manyun.
“Sok manyun-manyun lu, kalau udah digodain dikit juga doyan lu!” Ledek Kinal.
“Apaan sih Kak Kinal. Emangnya aku Kak Kinal! Digodain dikit, pikirannya langsung kemana-mana.”
BLETAK!!
Kinal langsung menjitak pala Beby. “Aduh!! Pusing pala Beby, pusing pala Beby deh.”
“Apaan sih, lebeh lu! Ehh ini kok lu cuma bertiga? Si Mpries mane?” Beby dan Nobi hanya menjawab dengan gelengan kepala. “Tumben amat gak disini, yaudah ya, gw ke dalem dulu.”
Kinalpun masuk ke dalam ruangan milik Melody, di dalam sang ketua sedang duduk di kursi empuk milik Kinal sambil membaca sebuah buku tentang pertanian.
“Ngapa ngeliatinnya gitu banget, Nal?” Tanya Melody tanpa menatap Kinal sedikitpun. “Gak suka aku duduk di kursi kamu?”
“Eh? Gak gitu, Teh. Oh iya itu Teh, Frieska mana?”
“Frieska? Emang gak ada di luar?”
“Gak ada, kirain tadi di dalem sama Teteh.”
“Gak kok, daritadi juga aku belum ketemu Frieska.” KInal hanya berhoo ria.
Dengan diam-diam, Kinal mengeluarkan sebuah foto dari kantongnya. Melihat foto itu sambil memunggungi Melody, agar tidak ketawan. Namun itu percuma, karena…
“Ngeliatin apaan sih ngumpet-ngumpet gitu?” Tanya Melody yang masih fokus pada bacaannya.
“Eh? Ah ini? Ahh, gak ngeliatin apa-apa. Cuma ngecek HP aja.” Kinal lalu duduk di kursi kayu belakang Melody.
“Ngecek HP? Emangnya ada yang SMS? Paling juga operator.”
“Yaelah si Teteh jahat banget sama Kinal.” Ucap Kinal manja sambil merangkul Melody dari belakang. *ciee MeloNal :v :p
Melody hanya melirik sekilas pada Kinal.
“Lagi baca apa sih, Teh? Serius banget.” Kinal mendekatkan dirinya pada Melody dan merangkulnya semakin erat, bahkan juga menaruh kepalanya di pundak Melody.
Dengan sengaja, Kinal menghebuskan nafasnya yang terasa begitu hangat di leher Melody. Namun, apa daya bukannya tergoda malah…
BLETAK!!
“Aw!!” Ringis Kinal sambil memegangi kepalanya yang dipukul buku oleh Melody. “Sakit, Teh.”
“Lebay, aku mukulnya pelan kok. Tadi, ngeliatin apa?”
“Bukan apa-apa.”
“Kinal.”
“Iya?”
“Siniin.” Pinta Melody sambil menjulurkan tangannya.
“Huh. Ini, bukan apa-apa. Cuma foto aja.” Kinalpun memberikan foto yang dikantonginya pada Melody. “Foto anak baru yang lagi diomongin itu.”
Melody menatap foto itu dengan tatapan serius, foto yang perlihatkan wajah Elaine seakan menatap balik Melody dengan tatapan yang sama seriusnya.
~~~
Gadis yang berada di foto itu sedang berjalan seorang diri menuju rumahnya. Novel berjudul ‘Kambing Jantan’ itu masih digenggamnya. Elaine berjalan dalam diam, pikirannya kembali mengingat kata-kata yang diucapkan Nabilah.
“They wanna know your power and skill and prove it you’re strong enough and have potencial.”
“Potencial for what? Aku kembali ke Jakarta bukan untuk itu.” Tiba-tiba Elaine berhenti. “Untuk apa kalian mengikutiku?” Tanya Elaine pada dua orang yang sedari tadi mengikutinya.
“Ketawan?” Tanya keduanya kompak.
Elaine tidak menjawab dan memilih kembali melanjutkan perjalanannya, namun dengan cepat Rachel berlari ke depannya dan menghalangi jalannya.
“Mau kemana Kak?” Tanyanya.
Elaine memilih tidak menjawab dan tetap melanjutkan perjalanannya. Kini giliran Vanka yang berlari, mengejar Elaine, berputar dan… mengarahkan tendangan, yang dengan mudah dihindari Elaine dengan menunduk. Elainepun langsung berputar dan memasang kuda-kudanya sambil menatap keduanya.
“Wah, bener-bener fast response.” Ucap Vanka girang. Elaine menghela nafasnya dan kembali berbalik. “Uhh!! Ayolah Kak Elaine, lawan kita sebentar aja.” Ucap Vanka kembali, yang tidak digubris oleh Elaine. “Kak Elaine!”
“Udahlah Cil. Mungkin Kak Elaine takut.” Ucap Rachel menghampiri Vanka.
“Payah! Padahal udah bagus kita undang. Bahkan Kak Gracia aja gak pernah kita lirik. Dasar sombong! Mentang-mentang mantan ketua gangster!!” Teriak Vanka yang sukses hentikan Elaine yang langsung menatap keduanya dengan tajam.
Vanka tersenyum licik. “Ucapanku salah ya, Kak? Yang bener itu, mantan pacaranya ketua gangster, ya?” Tanya Vanka masih sambil tersenyum, terlihat girang, Elainepun berbalik menghadap keduanya.
“Kalian-”
“Wah, sepertinya pancinganku tepat. Santai aja Kak ngeliatinnya. Ohh, atau bingung ya aku sama Rachel tau darimana? Gak usah bingung. Makanya jangan remehin ChelVan.”
“Iya, kalau Kak Elaine remehin ChelVan, sama aja kakak nantangin kami!” Teriak Rachel kali ini.
“Aku gak ada urusan apapun sama kalian.”
“Gak ada? Kakak berhasil ngalahin Kak Ghaida ganteng. Maka dari itu, gak akan kami biarin kakak juga sampe mendekati Kak Kinal ganteng.”
“Tujuanku kemari bukan untuk ke atas.”
“Tau kok, buat nyari itu kan, siapa namanya Cil? Gondola?”
“Andela, Rachel.”
“Beda tipis deh.”
“Huh dasar! Lagian buat apa nyariin mantan kakak itu? Bukannya sekarang dia udah seneng-seneng di Yabakune?” Elaine hanya memejamkan matanya. “Yang aku tau dia udah punya pacar baru loh! Ngapain sih Kak ngarepin yang kaya gitu? Mending cari yang lain. Tapi, jangan Kak Ghaida atau Kak Kinal, ya.” Elaine terlihat meremas novelnya itu. “Tunggu! Jangan-jangan kakak sekarang di Majijo jadi mata-matanya, ya? Gak bisa dibiarin, nih!”
“Diamlah Thalia Ivanka.” Ucap Elaine yang masih memejamkan mata itu.
“Wah!! Chel, Kak Elaine tau nama gw!”
“Kak, tau namaku gak?” Tanya Rachel sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Gak penting dia tau nama lu atau gak. Oh iya, Kak Elaine mau tau gak? Kak Andela itu pacarnya katanya gak cuman satu loh, terus dia itu- Hwaaa!!” Tanpa disadari Elaine berlari dan mengarahkan tendangan ke arah Vanka, Vanka masih sempat menepis. Tapi, tubuhnya tetap terlempar jauh.
Melihat itu, Rachel yang kaget langsung menghampiri Vanka dan membantu sahabatnya berdiri.
“Aku gak tau apa mau kalian. Tapi, kalau kalian sedang menantang seseorang untuk berkelahi, kalian harus dalam keadaan siap.” Ucap Elaine.
Vanka yang sudah berdiri kembalipun tersenyum. Duo ChelVan itupun memasang kuda-kudanya. Seperti biasa, novel yang masih Elaine genggampun di lemparnya. Bersama dengan jatuhnya novel itu ke tanah. Di mulailah pertarungan antara Elaine dan ChelVan…
(Seperti yang gw bilang, karena ChelVan based on Sanshou Sister. Adegan fightingnya juga gw ambil dari episode 4 Majijo Season 1 yang emang munculin Sanshou Sister. Cuma tentunya gw edit)
Ketiganya sama-sama berlari, Vanka menyerang Elaine terlebih dahulu. Pukulan dilayangkannya, namun tentu saja Elaine bisa menepisnya dan lengsung memukul ulu hati Vanka. Vankapun terdorong. Disampingnya, Rachel melayangkan tendangan. Cukup dengan mundur satu langkah, Elaine bisa menghindarinya. Dengan cepat Elaine menarik tangan Rachel, lalu mendorong tubuhnya sampai jatuh menimpa Vanka.
“Aduh!” Erang Vanka. “Ngapain sih, Chel?”
“Aw… Maaf, Cil.”
Keduanya bangkit kembali, kini menyerang secara bersamaan. Dengan mudahnya Elaine berhasil menepisnya. ChelVan secara bersamaan dan bertubi-tubi terus memberikan pukulan. Namun, Elaine mampu bertahan. Elaine membiarkan dirinya terus dipukuli, saat mendapatkan kesempatan, dia merentangkan tangannya, dan langsung memukul dua kali wajah cantik Vanka, timbulkan luka dan darah muncul di bibir dan pipi gadis itu.
Tanpa jeda, Elaine menendang perut Rachel, darah bersama dengan ludah keluar dari mulutnya. Keduanya bangkit lagi. Rachel yang ada di posisi arah jarum jam 2 sementara Vanka yang ada di arah jam 10 terlihat mengatur nafasnya, merekapun kembali menyerang. Tanpa mereka sadari pertarungan itu ditonton diam-diam.
“Syel, ngapain sih nonton anak Majijo berantem?”
“Udahlah Nads, nonton aja. Ya, kalau mau balik silahkan.”
“Ehh?? Ya, gaklah. Kan aku mau nemenin kamu.” Ucap Nadse sambil menggengam tangan Michelle.
Di taman bermain itu, Elaine masih menghajar Vanka.
BUGH!!
Begitu keras bunyi saat tubuh Vanka dibenturkan ke tiang ayunan di belakangnya. Melihat Rachel yang sudah tersungkur di tanah, dan Vanka yang sudah babak belur, Elaine memilih menyudahi pertarungan ini. Namun, saat dirinya berbalik.
CKLEK!!
Tangan kirinya di borgol oleh Vanka, yang langsung menarik tubuh Elaine. Borgol satunya dipasang di pegangan ayunan. Elaine mencoba mengerang dan menendang Vanka, namun dia tidak bisa jauh-jauh dari ayunan.
“Hihihi.” Tawa licik muncul dari mulut ChelVan.
Rachel yang sudah bangkit langsung berjalan ke belakang Elaine, menarik dengan keras rambut kakak kelasnya itu, memaksa Elaine untuk duduk di ayunan. Dengan kurang ajarnya, Rachel menekan kepala Elaine untuk menunduk. Tangan Elaine yang tidak diborgol mencoba melepaskan cengkraman itu, namun Rachel langung memeganginya.
Vanka langsung duduk berlutut di hadapan Elaine, wajah cantik yang sedikit rusak karena darah itu kembali tersenyum lebar yang begitu menyebalkan.
“Nunduk mulu, Kak? Lagi minta maaf apa gimana?” Kaki Elaine yang bebas coba menendang Vanka, sayangnya Vanka menyadari dan mampu menghindari. “Wah, kakinya bandel.”
BUGH!!
Dengan kedua sikut tangannya, Vanka memukul paha Elaine.
“Akk!!” Erang Elaine, ngilu terasa di kedua pahanya.
PLAK!!
Tiba-tiba Vanka menampar Elaine. Tidak sampai disitu, Vanka lalu memukul pelipis mata Elaine. Memukul lagi wajah Elaine, dan…
BUGH!!
Memukul perut Elaine, muncratkan darah dari mulut gadis yang suka membaca itu.
“Chel!”
“Siap.” Tiba-tiba, Rachel menarik ayunan beserta Elaine ke belakang. Lalu mendorongnya, ayunan itu berayun ke arah Vanka dan…
BUGH!!
Vanka memukul wajah Elaine. Hal itu dilakukan hingga 5 kali. Di ayunan ke 6, Vanka melayangkan tendangan yang begitu keras. Tubuh Elainepun sampai jatuh dari ayunan itu. Rachel yang sedari tadi hanya bertugas mendorong ayunan, ikut melayangkan tinjunya berkali-kali ke wajah Elaine yang sudah tidak berdaya.
“Hahahaha!!!” Keduanya tertawa puas sampai…
“Ehem!” Suara deheman menghentikan tawa mereka.
Rachelpun menghentikan kegiatannya. Saat Vanka berbalik, terlihat Gracia berdiri menatap mereka dengan seriusnya.
“Mengecewakan. Jadi begini cara calon Rappapa Next Gen berkelahi? Dengan bermain curang?” Tanya Gracia.
“Bukan urusan Kak Gracia!!” Teriak Vanka.
“Siapa bilang? Elaine itu saha—mantan sahabatku.”
“Hah, oh begitu, baiklah. Chel!” Panggil Vanka, Rachelpun langsung berlari menyerang Gracia.
Pukulan langsung dilayangkan Rachel, dengan tangan kirinya Gracia menepisnya. Tidak memberi jeda, Gracia langsung melayangkan pukulan tiga kali pada Rachel. Yang pertama di wajah, yang kedua dan ketiga pada perut Rachel.
“Uhh!” Erang Rachel.
Sekali lagi, tanpa jeda Gracia menarik tubuh Rachel, dia berputar ke belakang tubuh Rachel, memaksa gadis itu untuk duduk berlutut. Gracia lalu menekan leher belakang Rachel untuk terus membungkuk, dan… dengan enaknya Gracia duduk diatas tubuh Rachel itu. (Posisi Rachel kek mau main kuda-kudaan jadinya)
Sambil tersenyum, Gracia menantang Vanka untuk maju menyerangnya. Vankapun maju, melayangkan pukulan mentah yang dapat dihindari Gracia tanpa berpindah dari posisinya. Dengan gampangnya, Gracia menyelengkat kaki Vanka, saat gadis itu kehilangan keseimbangannya, Gracia menariknya tangan kanan Vanka dan…
BUGH!!
Dengan tangan kanannya memukul leher belakang Vanka. Masih sambil memegangi tangan kanan Vanka, Gracia memaksa Vanka untuk duduk berlutut dan menekan kepala gadis itu.
“Mana kuncinya?” Vanka masih diam. “Mana kuncinya??” Tanya Gracia sambil menekan dan mencekik leher belakang Vanka.
“I-Ini…” Vankapun memberikan dengan ragu-ragu.
BUGH!!
Elaine cukup kaget melihat Gracia menjatuhkan kepala Vanka hingga membentur tanah sampai sekeras itu. Kunci yang sudah ada di tangannya, di lemparkan Gracia pada Elaine. Dengan mudah Elaine menangkapnya.
“Sampe kapanpun hal curang gak akan pernah menang melawan kejujuran, kan?” Tanya Gracia yang sudah bangkit.
“Gre, kata-kata itu…”

Seling, kasih foto ChelVan duls~
“AHH!! Kok aku kalah lagi?” Tanya Andela heran. Elaine disampingnya hanya melirik dan tertawa kecil. “Kamu curang ya, Kwek?!”
“Enak aja!! Siapa coba yang mainnya pake cheat?!”
Gracia yang sedang membaca komik hanya menggeleng melihat tingkah laku pasangan yang heboh karena permainan di HP mereka. Berbanding terbalik dengan hubungannya dengan Hamids yang adem ayem. Wajah Hamids yang begitu tenang terlihat saat gadis itu tidur menjadikan paha Gracia sebagai bantal.
“Aku sayang kamu, Mids.” Ucap Gracia sambil tersenyum.
“Kwek!! Aduh! Ih bete ah aku kalah lagi!” Teriak Andela kembali.
“Makanya jangan main curang! Sampe kapanpun kecurangan gak akan pernah menang melawan kejujuran!”
“Aduh, aduh iya iya. Jangan lupa hastag-nya #KwekQuotes ya~” Ledek Andela.
“Apaan sih Ndel!!”
“Gre!” Panggil Elaine, beruntung Gracia belum berjalan jauh.
Graciapun berbalik dan… terlihat ChelVan ingin kembali menyerangnya, saat Gracia telah bersiap…
“Vanka! Rachel! Lawan kalian disini!” Teriak Elaine.
Keduanyapun berbalik, kembali berlari ke arah Elaine, bersamaan dengan itu, Elaine memejamkan matanya. Saat keduanya hampir dekat, Elaine membuka matanya, tatapan yang membuat lawannya bisa bergidik. Elaine kembali melempar kunci borgol itu pada Gracia. Gracia hanya tersenyum tipis melihat itu. Ya. Elaine tidak membuka borgolnya, siap bertarung dengan satu tangan di borgol.
Dengan ayunan menjadi tumpuan, Elaine meloncat berputar dan…
BUGH!!
Menendang pundak kiri Vanka, membuat gadis itu langsung terjatuh. Sambil berpegangan pada pegangan ayunan, Elaine berputar dan menendang wajah samping Rachel. Michelle yang sedari tadi menonton terlihat meninggalkan tempat itu. (Betewe, gw ngetes apa yang dilakukan Elaine ini bisa atau gak, gwnya pusing sendiri. Untung ngetesnya di kasur jadi gak sakit wk *sesi curhat)
“Loh? Syel? Mau kemana? Kan belum kelar.” Tanya Nadse heran.
“Gw udah tau endingnya.” Jawab Michelle.
Celingak-celinguk, akhirnya Nadse pergi mengikuti Michelle. Sementara itu, Elaine berhasil memebuktikan, dengan tangan di borgol dia mengalahkan ChelVan. Vanka coba mengangkat wajahnya dan hasilnya…
BUGH!!
Serangan terakhir diterimanya. Dengan ini, Elaine kembali menang. Membuktikan kualitasnya. Potensinya. Selangkah lagi menuju tangga Rappapa. Gracia kembali melempar kunci borgol itu pada Elaine. Dengan sedikit lemas, Elaine membukanya. Diapun bangkit, berjalan dengan gontai.
“ELAINE!!!” Elaine menoleh, terlihat dengan rusuhnya Tim Gesrek berlari ke arahnya.
Nabilah dan Jeje langsung membantunya berdiri. Dena mengambil Novel milik Elaine, sementara Sisil mengambil tas Elaine. Sementara Ayana…
Menatap keberadaan Gracia yang masih ada disana, memandangi betapa ikhlas dan tulusnya Tim Gesrek membantu Elaine itu. Graciapun sadar dia ditatap Ayana dengan tatapan yang tidak percaya.
“Ayana!! Ett dah lau ngapain sih?” Tanya Nabilah.
“Itu tadi ada Gracia!”
“Mane Gracia?” Tanya Nabilah.
Saat Ayana kembali melihat tempat dimana Gracia sebelumnya terlihat, gadis pecinta warna ungu itu sudah menghilang.
“Loh? Kok ilang??”
“Ett dah! Bangun Ay! Udah sore, mimpi mulu sih lu.” Ledek Jeje.
Ayana langsung cemberut diledek seperti itu. iya, yakin tidak salah lihat. Namun ya, sudahlah.
Elaine tersenyum tipis. ‘Makasih, Gre.’ Ucapnya dalam hati. Diapun pulang bersama Tim Gesrek.
~~~
Di koridor Yabakune, seorang Andela Yuwono hanya diam melamun. Memandangi pemandangan yang terlihat dari jendela koridor itu. Tiba-tiba dari samping kirinya ada yang merangkul pinggangnya, Andela langsung menatap cewek berwajah tajam (?) nan sexy itu. Baru cewek itu ingin mendekatkan wajahnya pada Andela, wajah Andela sudah ditarik oleh cewek lainnya yang bergelayutan (?) di tangan kanannya.
“Jangan mau sama Tya.” Bisik Cewek yang bergelayutan itu.
“Apaan sih, Rin! Mending sama gw, daripada lo.”
“Aduh Farin, Tya, kalau berantem mulu kaya gitu. Mana mungkin dilirik Andela.” Ucap seorang cewek yang duduk di kursi belakang Andela. Cewek itu lalu bangkit, merangkulkan kedua tangannya di pinggang Andela, lalu berbisik di telinga Andela. “Enak gak?” *apanya? :v
“Ehem. Ehem.” Suara batuk terdengar. Sontak ketiga cewek yang bergelayutan mesra *halah* pada Andela melepaskan pelukannya.
Terlihat Nadse bersama Michelle memandangi mereka dengan tidak sukanya.
“Hai, Ndel. Tadi aku ketemu mantan kamu loh.” Ucap Michelle.
Melihat Andela berjalan ke arahnya, Michelle tersenyum mengira Andela menanggapinya. Ternyata gadis itu pergi melewatinya dan juga Nadse begitu saja.
“Ck ck, Michelle, Michelle. Usaha terus ya?” Ledek cewek yang tadi merangkul Andela dari belakang.
“Kalian juga sama aja kan, Kak Manda?” *ini bukan Manda merchandise ya, tapi Manda member BeShanan *loh?! Salah! Maksudnya Manda Jeketi*
“Emmhh? Kita sama? Ahh, kami mah cuma main-main. Iya kan, girls?” Tanya Manda pada kedua temannya yang sedang duduk di kursi yang sebelumnya diduduki Manda. Kedua gadis bernama Tya dan Farin itu menangguk.
“Ck. Ya, bebaslah. Suka-suka Kak Manda.”
“Lalu, ada urusan apa seorang Michelle Christo Kusnadi dengan kami.” Michellepun mendekat pada Manda, sementara Nadse dengan genitnya duduk diantara Farin dan Tya.
“Ini foto mantan pacarnya Andela.” Ucap Michelle memberikan sebuah foto pada Manda.
“Wah, lucuk banget. Tya, Farin mah kalah.” Ucap Manda.
“Mana coba liat?” Tya mengambil foto tersebut. “Ihh, kaya bocah gini. Gak enak kali. Iya, kan Nads?” Tanya Tya sambil senyum menggoda pada Nadse, Nadsepun mengangguk sambil menatap Tya dengan tatapan… ah sudahlah. *bayangin Nadse asli begini gw ngakak.
“Lalu, lo mau gw ngapain tuh bocah.”
“Habisin. Dia mengganggu rencana gw, juga mengganggu rencana Yabakune.”
“Seorang Michelle memikirkan Yabakune?”
“Tentu saja, memang aku sekolah dimana?”
“Lalu apa yang kami dapatkan? Dan bagaimana caranya mendekati anak kecil itu?”
“Kalian bakal mendapatkan perhatian Andela dan tentunya perhatian para petinggi Yabakune.” Jawab Michelle sambil tersenyum. “Ahh, kuberikan Nadse juga untuk kalian.”
“Baiklah, boleh saja. Sepertinya menarik. Lalu--”
“Ini.” Michelle mengeluarkan sebuah foto lagi. “Itu foto anak buah Elaine. Kalian bisa memanfaatkan mereka. Soal bagaimana memancing Elaine, biar itu jadi urusanku seorang diri.”
Manda tersenyum. “Sepertinya bakal seru. Baiklah kita deal, Michelle sayang.”
Michellepun tersenyum balik. “Baiklah kalau begitu aku permisi. Nadse!!” Teriak Michelle pada Nadse yang terlihat akan berciuman pada Farin. *gak usah dibayangin :v* “Ayo balik, ada tugas buat lo.” Dengan malas dan bete karena diganggu, Nadse bangkit mengikuti Michelle.

Nadse with Farin bonus Nana xD
Saat Michelle berjalan melewati koridor sepertinya dia sadar ada yang memperhatikannya. Seseorang yang mungkin mendengar semua obrolan antara dirinya dengan Manda. Namun, saat Michelle menoleh tidak ada siapa-siapa. Michelle memilih kembali melanjutkan perjalanannya. Masa bodo bila ada yang memang mendengarnya.
~~~
Sambil memegangi sebuah buku. Gadis berambut pendek yang mengenakan kacamata itu berjalan menulusuri koridor sekolahnya. Menuju ruangan terdalam di Yabakune. Dari luar pintu, gadis itu mampu mendengar suara seperti ‘Klutuk-klutuk’ dan sedikit desahan. Gadis itu membuka pintu bertuliskan ‘Do not Disturb’ itu dengan perlahan.
Saat gadis itu masuk, dia bisa melihat di sisi kirinya dua orang sedang makan es krim. Ah, salah. Lebih tepatnya hanya satu orang yang makan es krim, orang disampingnya menyuapi dengan telaten. Gadis yang memakan es krim itu juga memakan es batu seperti cemilan biasa.
Keduanya duduk dalam diam sambil memandangi dua orang yang dengan santainya bercumbu. Sampai si gadis yang baru masuk itu berdehem untuk menyadarkan mereka.
“Vi-Viny? Se-Sejak kapan?” Gadis yang dipanggil Viny itu tidak menggubris panggil gadis yang memiliki rambut pendek sama dengannya itu.
Viny hanya menatap sinis cewek berambut panjang yang ada dalam dekapan cewek yang memanggilnya.
“Ups. Kayaknya bakal ada perkelahian.” Ucap si cewek berambut panjang, melepas pelukan cewek yang sedari tadi menciumi dirinya.
“Vin, tadi aku sama Naomi-”
“Michelle udah bergerak.” Ucap Viny tak peduli pada cewek dihadapannya. “Apa kita mau biarin aja?” Tanya Viny pada… siapa lagi kalau bukan pada ketua Yabakune, yang sedang duduk di sofanya yang begitu empuk sambil membaca sebuah novel. Tidak ada jawaban, sang ketua terus fokus pada bacaannya itu. “Kak-”
“Biarin aja.” Jawab si ketua akhirnya. Singkat, padat. Dan membuat keadaan jadi hening.
~~~
Pulang sekolah, Elaine langsung merebahkan tubuhnya –yang penuh luka bekas perkelahiannya tadi dengan ChelVan- di atas kasurnya yang dibalut seprei berlambang logo klub sepakbola Juventus. Elaine mengambil foto yang dipajang di meja sampingnya.
“Aku mendapatkan teman-teman yang baik. Tapi, aku tetap rindu kalian. Maafin aku. Gre, Ndel.” Air mata turun membasahi pipi Elaine.
Lelah menangis, Elainepun akhirnya tertidur masih dengan penuh luka dan memakai seragamnya yang kotor. Dan tentunya, sambil memeluk erat foto yang memperlihatkan kebahagiannya bersama Andela, Gracia dan Hamids dulu.
TBC
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Akhirnya nih chapt kelar juga :’v pusyang wa pusyang. Btw, maaf ya, adegan ChelVannya seiprit. Wkwk, bingung saya. Wkwk :’V nanti mereka bakal muncul lagi kok. Ya, kalau ada kesempatan. (?) 
Terus, tuh yang kalian tunggu-tunggu muncul!! Siapa lagi kalau bukan…. Viny! Ahahah. Selain Viny, tadi ada para petinggi Yabakune yang lain, bisa nebak gak tuh siapa aja? Gampang kok~
Lalu soal chara, chara Nadse disini.. gak tau dah. Kayaknya OOT banget, jadi bego-bego tengil gitu. Michellenya juga. Andelanya juga, jadi cool gitu. Gak mempan digodain wk. Padahal aslinya mah… ah sudahlah. Suka-suka gw!! :v

Next: Pertarungan Majijo vs Yabakune dimulai?
3 vs 3, SesySter vs Elaine… with Kadong & Dedong

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m

-Jurimayu14-

3 comments:

  1. Makin seru aja nih ceritanya
    di tunggu updatan selanjutnya

    ReplyDelete
  2. menarik nih ff..eh kenapa nggak publis di wattpad aja, kan keren tuh, udah ada beberapa judul lagi..atau mungkin udah publish, kalau udah judul book nya apa, jadi aku bisa mampir baca kasih vote sm coment juga :)

    ReplyDelete
  3. oayo lajutin bor udah nungguin ni, ogut uda kagak tahan , kagak tahan lanjutin baca hahaha

    ReplyDelete