Akhirnya bisa nge-update ini :'V
Actionnya itu bikin lelah hati ini *halah lebeh
Btw, kalau aneh dan ada typo-typo maaf ya, saya gak baca ulang. Males #dzigh
Langsung aja, selamat membaca~
Actionnya itu bikin lelah hati ini *halah lebeh
Btw, kalau aneh dan ada typo-typo maaf ya, saya gak baca ulang. Males #dzigh
Langsung aja, selamat membaca~
Majisuka Gakuen (JKT48)
GreKwekku~~ #dzigh |
Chapter 3
Hari berganti, seperti biasa
Elaine memasuki sekolahnya dengan bejalan pelan. Seperti biasa pula, kedua daun
telinganya mendapati murid di sekitarnya membicarakan dirinya. Tentunya apalagi
kalau bukan karena perkelahian antara gadis mungil itu dengan seorang Ghaida
Farisya.
Elaine terus berjalan, menaiki
tangga menuju lantai dua. Saat ingin melewati kelas 2-4, anak-anak Tim Gesrek
langsung memanggilnya. Dengan grasak-grusuk, Jeje langsung berlari ke arah
Elaine.
“Len, gimana keadaan lo?” Tanya
Jeje, sambil memperhatikan Elaine dengan seksama. Sudah tidak ada lagi perban
yang membalut kepalanya.
“Udah gak apa-apa, kok. Makasih
kemarin udah nganter ke UKS. Maaf udah ngerepotin kalian. Tolong sampein ke
anak-anak.” Ucap Elaine sambil tersenyum manis, begitu tulus.
Jejepun tersenyum. “Selow aja
Len.”
Elaine melihat ke dalam kelas 2-4,
tentunya keadaan kelas itu tidak ada yang berubah. Rusuh karena hal tidak
jelas, dan tentunya Tim Gesrek yang sedang nyate. Terlihat Sisil sedang
menyiapkan bumbu, Ayana -sambil tertidur menopang dagunya- sedang mengipas
sate-sate. Dan Dena menyiapkan sate-sate untuk mereka makan. Elainepun
tersenyum melihat mereka. Loh? Tapi, kemana Nabilah?
“Nabilah kemana?”
“Gak tau deh. Katanye sih ada
urusan.” Elaine hanya mengangguk tanda tahu. “Gracia.” Ucap Jeje pelan, Elaine
langsung membalikan tubuhnya. Terlihat Gracia yang baru saja datang.
Kedua ‘mantan sahabat’ itu hanya
saling pandang sesaat dalam diam sampai Gracia melanjutkan perjalanan ke dalam
kelasnya.
“Emh, Len? Mau ikut nyate?” Tawar
Jeje, Elaine hanya menggeleng. “Yaudah, kalau gitu.” Jeje kembali masuk
melanjutkan kegiatannya.
Saat Elaine ingin menuju ke
kelasnya, ia berhenti. Teringat sesuatu. Diapun berbalik, dengan langkah cukup
cepat berjalan berbalik arah.
“Lah? Itu si Elaine mau kemana?”
Tanya Sisil yang melihat itu.
Tim Gesrek hanya memperhatikan
dalam bingung. Begitu juga Gracia -yang sedang mengutak-atik kamera polaroid-nya-
pun melihat Elaine yang keliatan terburu-buru itu. Graciapun bangkit menuju
pintu kelasnya.
Ternyata Elaine berjalan menuju kelas
2-5, dari luar dia melongokkan kepalanya. Mata sipit Elaine menyisir dengan
teliti ruang kelas yang tentunya juga rusuh itu. Tapi, tidak ditemukan sosok
yang sudah di kenalnya. Siapa lagi kalau bukan seorang Ghaida.
Gracia terus memperhatikan tingkah
laku Elaine dan mengambil gambarnya dengan polaroid-nya, sampe dua orang yang
diketahuinya sebagai adik kelasnya menaiki tangga, mencuri perhatiannya.
Keduanya yang sedang mengobrol santai itu langsung berhenti saat melihat Gracia
memperhatikan mereka.
(Betewe, tangganya itu depan-depan-an sama pintu depan kelas 2-4. Terus
kek sekolah Jepang gitu, pintunya ada 2 di setiap kelasnya. Di bagian depan
sama belakang)
Mereka hanya saling diam, saling
menatap dengan tatapan bertanya.
“Chel, udah ah, ngapa jadi
tatap-tatapan sama Kak Gracia? Kita gak ada urusan sama Kak Gracia. Ayo.” Ucap gadis
berkulit putih seperti bule itu sambil menarik temannya.
Gracia tetap kembali diam
memperhatikan keduanya yang terlihat menghampiri Elaine yang masih di depan
ruang kelas 2-5. Saat Elaine membalikkan badannya, ketiganyapun berpapasan.
“Hai Kak.” Sapa keduanya pada
Elaine yang terlihat jelas bingung itu.
“Kenalin kita- aw! Ngapa sih Cil?”
Ucap si gadis berkulit hitam itu sambil mengelus tangannya yang disikut.
“Kelamaan. Jadi kita ini-”
“Itu lu juga sama aja.”
“Sama apanya? Ini gw mau ngomongin
intinya.”
“Yaudah ngomong.”
“Jadi, kita itu mau-”
KRING!!
Bel sekolah yang sebagian besar
murid lebih anggap sebagai alarm itu berbunyi. Potong ucapan gadis cantik yang
terlihat kesal sendiri.
“Ahh!! Bel sialan. Yaudah ini
Kak.” Elainepun mengambil amplop yang diberikan keduanya. “Dah, Kak.” Keduanya
yang mengenakan baju model lolitha itu langsung berlari pergi tinggalkan Elaine
dan juga melewati Gracia.
Elaine berjalan kembali menuju
kelasnya, saat melewati Gracia…
“Pelan-pelan kau mulai menaiki
tangga. Tak lama, mereka akan mencarimu.” Elaine berhenti saat mendengar
perkataan Gracia.
KLIK!!
Itulah bunyi yang terdengar saat
Elaine menatap Gracia, ternyata dengan polaroid-nya, gadis itu mengambil gambar
wajah Elaine.
“Semoga saja kau orang yang
tepat.”
Elaine hanya diam sebelum kembali
lagi melanjutkan perjalanannya. Gracia hanya menghela nafas, lalu melempar
sembarang foto Elaine yang barusan diambilnya. Tiba-tiba foto yang masih
melayang-layang di udara itu diambil seseorang. Seseorang yang ternyata
memperhatikan semuanya sejak awal dari atas…
~~~
Hari kembali berganti. Seperti biasa, Elaine berkumpul bersama Tim Gesrek. Lagi-lagi masih tanpa Nabilah yang entah kemana. Sambil ikut memakan sate, Elaine duduk dalam diam memperhatikan Tim Gesrek yang berbanding terbalik dengannya. Selalu berisik.
Hari kembali berganti. Seperti biasa, Elaine berkumpul bersama Tim Gesrek. Lagi-lagi masih tanpa Nabilah yang entah kemana. Sambil ikut memakan sate, Elaine duduk dalam diam memperhatikan Tim Gesrek yang berbanding terbalik dengannya. Selalu berisik.
“Je, lu beneran gak tau Nabilah my
oshi kemana?” Tanya Sisil.
“Kagak tau, kalau gw tau juga gw
kasih tau lu pada.” Jawab Jeje.
Mereka terus mengobrol berbagai
hal yang tidak penting, sampai Elaine membuka suaranya.
“Maaf.” Ucap Elaine pelan, spontan
para anggota Tim Gesrek langsung menatap Elaine dengan kompaknya. “Emm… apa
kalian tau ini?” Elaine menjulurkan amplop putih pemberian dua adik kelasnya
kemaren. Dengan cepat Dena mengambilnya.
Invitation to: Elaine Hartanto
-Duo ChelVan-
-Duo ChelVan-
Begitulah tulisan yang terdapat
pada muka amplop. Dena terlihat bingung melihatnya.
“Coba gw liat.” Jeje mengambil
amplop tersebut. “Siapa deh Duo Chelvan? Siapanya Duo Serigala?” Jeje membuka
amplop tersebut. “Udah lu baca nih surat, Len?”
“Udah, hanya saja aku gak mau
gegabah. Lagian, aku gak tau ruangan yang mereka maksud.”
Jejepun mulai melihat kata perkata
yang ada di surat itu sambil menggaruk palanya.
“Baca deh Den.”
“Kenapa emang?” Denapun mulai memperhatikan
isi surat itu. “Engg…” Raut wajah Dena berubah, terlihat horror. “Dedeknyo coba
baca deh.” Denapun memberikan surat itu pada Sisil.
“Kenapa deh?” Sisil mulai membaca.
Tak jauh beda dengan Dena, mukanya langsung terlihat horror. “Ayana aja nih yang
baca. Pasti tau deh.” Sisil langsung memberikan surat itu pada Ayana.
“Kenapa, sih?” Tanya Ayana heran.
“Pake bahasa Jepang Ay.” Ucap
Jeje.
“Serius?” Ayana mulai melihat isi
surat yang dipegangnya itu. “…..Apaan bahasa Jepang?! Bahasa Inggris gini. Pantesan
pada oper-operan. Ini Len.” Surat itupun kembali pada Elaine.
“Loh? Kenapa?”
“Maaf deh Len. Kagak ade yang bisa
bahasa Inggris. Hehehe.” Keempatnyapun hanya nyegir kuda pada Elaine. “Lagian
kita juga kurang tau ChelVan itu siapa. Besok tanya Nabilah aja. Dia kan ketua
kita, tau banyak.” Tambah Jeje.
Suasana menjadi hening, sampe Dena
memberikan sebuah saran yang…
“Kenapa gak tanya Gracia aja?”
Elaine menolehkan kepalanya ke
arah Gracia. Sadar di perhatikan, Gracia ikut menolehkan kepalanya ke belakang.
Kedua mata sipit Elaine dan Graciapun bertemu. Senyum menyeringai diberikan
Gracia pada Elaine sebelum kembali fokus memakan kebabnya. Di tangannya yang
kosong, Gracia memegang sebuah foto. Di dalam foto itu berisi dua orang yang
terlihat akrab dengan model pakaian Gothic Lolita, di bagian kanan foto
tersebut terdapat tulisan ChelVan berwarna hitam.
“Untuk apa mereka mengincar
Elaine?” Tanya Gracia pada dirinya sendiri.
Dua orang yang terdapat dalam foto
hasil jepretan Gracia itu kini sedang berada di salah satu ruangan sekolah yang
mereka ‘ubah’ dan mereka jadikan ‘hak milik’. Bisa juga dibilang ‘ruangan
pribadi’ mereka.
“Cil.” Panggil si gadis yang
terlihat sedang membuat minuman itu pada sahabatnya yang sedang duduk sambil
bermain dengan boneka-boneka Hello Kitty-nya. “Kok Kak Elaine belum
kesini-kesini, deh? Kata kamu dia bakal dateng-dateng aja.”
Si gadis yang dipanggil ‘Cil’ itu
menoleh sesaat. “Mana gw tau, Chel. Kita tunggu aja.”
“Hmm. Nih kopinya.” Gadis yang
dipanggil ‘Chel’ itu menaruh kopi buatannya dan memberikannya pada gadis yang
seperti tidak suka dengan minuman itu.
“Rachel! Kan gw minta susu, kenapa
jadi kopi?”
“Lu udah putih Thalia kecilku
sayang, alias Vanka. Biar gw aja yang minum susu. Kan kata lu kita saling
melengkapi.” Jawab Rachel sambil meminum susu buatannya.
“Ihh!” Dengan sangat terpaksa,
Vanka meminum kopi hitam itu. Untunglah manis. Semanis pembuatnya. Tanpa
diketahui Rachel, Vanka tersenyum kecil saat meminum kopi tersebut.
(Yups, Dua gadis Goth Loli-nya itu ChelVan. Inspirasinya jelas dari
Sanshou Sister di Majijo Season 1)
~~~
Hari kembali berganti. Sambil
memegangi novel pertama karya Raditya Dika, Elaine berdiri di lantai atas
gedung sekolah Majijo, memandangi langit yang cerah disana. Langit yang cerah
seperti saat itu. tanpa terasa, air mata mengalir dari mata sipitnya.
(andelaine-an sama gremids-an lagi~)
“Aduh, ada yang narsis mulu.” Ucap Elaine meledek dua orang
disampingnya sebut saja Mawar dan Sari. *dipukul
Gracia hanya menatap sekilas Elaine dan tersenyum, sebelum kembali ber-narsis
ria dengan sahabat baru mereka Nina Hamidah, atau yang akrab mereka sapa
Hamids. Elaine hanya menggeleng melihat keduanya. Saat ini mereka sedang
tiduran di dekat danau tempat mereka suka berkumpul. Langit cerah menemani
mereka. Begitu membuat hati tenang.
Elaine hanya diam, memejamkan matanya. Membiarkan angin yang sejuk ini
menerpanya. Tempat itu begitu tenang dan terasa damai. Hanya ada suara cekikan
Gracia-Hamids yang masih sibuk berfoto-foto –sambil tiduran itu- dan suara….
Kecupan?!
“Nggh… hnn…mmhh” Desah Elaine keluar dari mulutnya. Gadis itu membuka
mata, terlihat Andela memeluknya dari samping sedang menciumi lehernya.
“Astaga! Andela!!”
BUGH!!
Elaine langsung memukul perut Andela yang langsung berguling-guling
kesakitan. Elainepun langsung bangkit. Menatap Andela dengan raut wajah yang
kesal.
“Mesum dasar!! Inget tempat dong Andela!!”
Andela langsung duduk memandangi Elaine yang masih berdiri di
hadapannya. “Abis daripada cuman tiduran, mending-”
“Mending apa?! Apa? Jawab!”
“Mending… Mending kabur dah gw.” Andela bangkit lalu lari.
“Andela Yuwono!! Jangan lariiiii!!” Elainepun mulai mengejar Andela,
kedua insan itu mulai kejar-kejaran seperti selayaknya film-film India.
Gracia dan Hamids yang sudah duduk hanya menonton AndElaine couple itu.
Sudah jadi pemandangany yang tak asing untuk Gracia. Sementara Hamids yang
duduk disampingnya itu, memandangi dengan wajah cengo.
“Mids. Hamids. Jangan cengo gitu.”
“Hah? Apaan Gre? Ah, gak kok. Hahaha.”
“Gak apanya? Orang melongo gitu.”
“Ehehe. Andela sama Elaine kalau gak berantem aneh, ya?”
“Iya, aku sih udah biasa ngeliatnya. Kayanya emang gitu cara mereka
bermesra-mesraan.”
“Hmm. Tapi, aku mau bilang makasih sama Elaine.”
“Makasih kenapa?” Graciapun langsung menatap Hamids.
“Ya, dulu kan sebelum kenal Elaine, Andela begajulan banget.
Seenggaknya sekarang lebih baik. Soalnya emang Andela satu-satunya anggota
keluargaku yang begitu.”
“Kalau kamu gimana setelah ketemu aku?”
“Ke-Keteu Ka-Kamu? A-A-Aku ya gi-gitu?”
“Gitu gimana, Mids?”
“Ya aku-” Hamids terdiam, di depannya Gracia sedang mengusap lembut
pipinya.
“Aku sayang kamu.” Ucap lembut Gracia.
“Eh?!” Hamids hanya melongo, begitu kaget mendengarnya.
“Kamu sendiri gimana?”
“A-Aku…” Hamids benar-benar bingung dengan ‘ungkapan’ mendadak Gracia
itu.
Dihadapannya Gracia tiba-tiba memejamkan matanya. Bingung. Hamids
merasa bingung kenapa dengan Gracia. Hamids terus memandangi wajah manis Gracia
itu. Hatinya berdegup kencang, kepalanya terasa pusing. Hamids menatap sekilas
Andela dan Elaine yang sudah tidak lagi kejar-kejaran, melainkan sedang…
berciuman.
Hamids sempat melamun dan berpikir, apakah itu juga yang diinginkan
Gracia? Hamids menghembuskan nafasnya, dengan ragu menyentuhkan tangannya ke
pipi Gracia. Akhirnya dengan perlahan dan setelah keberaniannya terkumpul,
Hamids mendekatkan wajahnya. Bersama dengan tenggelamnya sang mentari, untuk
pertama kalinya, kedua bibir mungil mereka saling bersentuhan.
~~~
“Oi Elaine!!” Panggil seseorang memecahkan lamunan Elaine.
“Oi Elaine!!” Panggil seseorang memecahkan lamunan Elaine.
Elainepun membuka matanya, melihat
kedatangan Nabilah yang sedang berlari ke arahnya. Elaine langsung mengusap air
matanya yang membasahi pipinya itu.
“Kenape lau? Nangis?” Tanya
Nabilah saat sudah berdiri di samping Elaine.
“Ahh, gak kok. Kelilipan aja tadi.
Ada apa Nab?”
“Ohh. Gak itu, kemaren kate
anak-anak. lau nyariin gw.”
“Ahh itu, aku mau nanya gimana
keadaan Kak Ghaida. Udah baikan?”
“Lah, nape nanyanya ke gw?”
“Dua hari kemaren kamu ngurus Kak
Ghaida, kan?”
“Ahahah. Sape yang bilang?”
Nabilah memalingkan wajahnya yang entah kenapa terlihat merah. Elainepun hanya
tersenyum. “Kagak. Ngaco itulah yang bilang gitu. Gw ada urusan doang,
mangkanye gak masuk sekolah.”
“Aku yang bilang.” Nabilah
langsung menatap kembali Elaine. “Sikap kamu ke Kak Ghaida nunjukin kalau
kalian ada apa-apa.”
“Wuilah! Kagak ade apa-apa, Len.
Yaa.. kita temen dari kecil sih sebenernya. Dia kek abang gw sendiri. Gak lebih
kok. Betewe thanks deh, ngawatarin die. Besok udah balik masuk kok orangnya.”
Elaine kembali tersenyum sambil mengangguk. Dia tahu dengan pasti wajah tersipu
Nabilah tunjukkan gadis itu punya rasa lebih terhadap cewek tampan itu. “Udeh
ah, jangan bahas doi. Merinding gw bawaannya. Oh iye, kate si Jeje lu dapet
surat ye? Surat apaan? Tagihan listrik apa iuran bulanan?”
“Ahh itu!” Elaine mengambil surat
beserta amplop yang masih terbungkus rapi itu.
Namun, Elaine terlihat ragu untuk
memberikannya pada Nabilah.
“Sini coba gw liat. Tenang aje, gw
bisa bahasa Inggris kok. Kagak kayak empat kunyuk entuh.” Nabilahpun langsung
menyambar amplop itu. “Lagian gegayaan banget ett dah yang ngasih pake bahasa
Inggris. Ngape gak jawa sekalian? ChelVan??”
“Kamu tau Nab?”
“Dikit sih. Bentar ye, gw boleh
baca kan nih suratnye?” Elainepun mengangguk, sementara Nabilah perlahan mulai
membacanya. “Ahh jadi gini toh bentuk suratnya yang dibilang orang-orang.
Gegayaan bener itu dua bocah tengil.”
“Mereka siapa? Kenapa ngincar
aku?”
“Like us ‘Tim Gesrek’, they wanna
know your power and skill and prove it you’re strong enough and have potencial.
That’s what they said undirectly in this letter. Yeah, like what I said before,
you are the only one who can maybe go to there.” Ucap Nabilah sambil menunjuk
ruangan dimana Rappapa berada. “Betewe azek ye gw bisa bahasa Inggris, cuman di
fanfic dah bisa gini.”
“Emangnya mereka siapa?”
“Ahh iye! ChelVan ini gabungan
nama dari Rachel dan Vanka. Keduanya anak kelas satu empat. Jennifer Rachel
Natasya, die yang kulitnya gelap. Anaknya manis sih. Tapi, ya rada miring juga
otaknya. Nah Thalia Ivanka atau yang kadang dipanggil Thacil itu yang kek bule,
yang cakep kek boneka Annabelle eh salah kagak deh. Yang cakep entuhlah. Di
kalangan anak kelas satu, bisa dibilang mereka yang paling kuatlah. Gw pernah
ngerasain sendiri waktu berantem sama mereka karena Kadong.”
“Kadong?”
“Eh? Ghaida maksud gw. Yee
pokoknya surat ini dikasih ChelVan sama orang yang menurut mereka menantang dan
kuat.”
“Aku gak sekuat itu. Dan gak ada
urusan apapun sama mereka.” Ucap Elaine tanpa menatap Nabilah.
“We’ll never let you go to meet Kak Kinal.” Nabilah membaca ulang
kata-kata dalam surat itu. “Yah, mereka emang pernah gw denger masuk itungan
Rappapa Next Gen sih. After you make Kak
Ghaida become ‘ugly’, it’s time to face us. We wait you everyday in our room~’ Ruangan
mereka? Yang mane ye? Gw gak tau nih, Len. Sorry ye.”
“Gak apa-apa.” Elaine kembali
mengambil surat itu. “Lagian aku gak tertarik dengan hal ini.” Elainepun
berjalan pergi tinggalkan Nabilah seorang diri.
~~~
Di dalam ruangan bertuliskan ‘Rappapa’ itu, seperti biasa, Nobi sedang olahraga dengan dua barbell di genggam kedua tangannya. Sementara Beby sedang ketawa cekikikan karena video yang di tontonnya, kekasihnya malah asik tiduran dengan menjadikan paha Beby sebagai bantal.
Di dalam ruangan bertuliskan ‘Rappapa’ itu, seperti biasa, Nobi sedang olahraga dengan dua barbell di genggam kedua tangannya. Sementara Beby sedang ketawa cekikikan karena video yang di tontonnya, kekasihnya malah asik tiduran dengan menjadikan paha Beby sebagai bantal.
Dari luar, sang wakil ketua masuk
sambil menguap. “Hoaamm. Aduh ngantuk banget gw. Ett dah itu Shania enak banget
tidurnya. Ngeces gak tuh, Beb?”
“Tau deh nih, nyebelin banget
bikin Beby gak bisa pulang.” Ucap Beby sambil manyun.
“Sok manyun-manyun lu, kalau udah
digodain dikit juga doyan lu!” Ledek Kinal.
“Apaan sih Kak Kinal. Emangnya aku
Kak Kinal! Digodain dikit, pikirannya langsung kemana-mana.”
BLETAK!!
Kinal langsung menjitak pala Beby.
“Aduh!! Pusing pala Beby, pusing pala Beby deh.”
“Apaan sih, lebeh lu! Ehh ini kok
lu cuma bertiga? Si Mpries mane?” Beby dan Nobi hanya menjawab dengan gelengan
kepala. “Tumben amat gak disini, yaudah ya, gw ke dalem dulu.”
Kinalpun masuk ke dalam ruangan
milik Melody, di dalam sang ketua sedang duduk di kursi empuk milik Kinal
sambil membaca sebuah buku tentang pertanian.
“Ngapa ngeliatinnya gitu banget,
Nal?” Tanya Melody tanpa menatap Kinal sedikitpun. “Gak suka aku duduk di kursi
kamu?”
“Eh? Gak gitu, Teh. Oh iya itu
Teh, Frieska mana?”
“Frieska? Emang gak ada di luar?”
“Gak ada, kirain tadi di dalem
sama Teteh.”
“Gak kok, daritadi juga aku belum
ketemu Frieska.” KInal hanya berhoo ria.
Dengan diam-diam, Kinal
mengeluarkan sebuah foto dari kantongnya. Melihat foto itu sambil memunggungi
Melody, agar tidak ketawan. Namun itu percuma, karena…
“Ngeliatin apaan sih
ngumpet-ngumpet gitu?” Tanya Melody yang masih fokus pada bacaannya.
“Eh? Ah ini? Ahh, gak ngeliatin
apa-apa. Cuma ngecek HP aja.” Kinal lalu duduk di kursi kayu belakang Melody.
“Ngecek HP? Emangnya ada yang SMS?
Paling juga operator.”
“Yaelah si Teteh jahat banget sama
Kinal.” Ucap Kinal manja sambil merangkul Melody dari belakang. *ciee MeloNal :v :p
Melody hanya melirik sekilas pada
Kinal.
“Lagi baca apa sih, Teh? Serius
banget.” Kinal mendekatkan dirinya pada Melody dan merangkulnya semakin erat,
bahkan juga menaruh kepalanya di pundak Melody.
Dengan sengaja, Kinal menghebuskan
nafasnya yang terasa begitu hangat di leher Melody. Namun, apa daya bukannya
tergoda malah…
BLETAK!!
“Aw!!” Ringis Kinal sambil
memegangi kepalanya yang dipukul buku oleh Melody. “Sakit, Teh.”
“Lebay, aku mukulnya pelan kok.
Tadi, ngeliatin apa?”
“Bukan apa-apa.”
“Kinal.”
“Iya?”
“Siniin.” Pinta Melody sambil
menjulurkan tangannya.
“Huh. Ini, bukan apa-apa. Cuma
foto aja.” Kinalpun memberikan foto yang dikantonginya pada Melody. “Foto anak
baru yang lagi diomongin itu.”
Melody menatap foto itu dengan
tatapan serius, foto yang perlihatkan wajah Elaine seakan menatap balik Melody
dengan tatapan yang sama seriusnya.
~~~
Gadis yang berada di foto itu sedang berjalan seorang diri menuju rumahnya. Novel berjudul ‘Kambing Jantan’ itu masih digenggamnya. Elaine berjalan dalam diam, pikirannya kembali mengingat kata-kata yang diucapkan Nabilah.
Gadis yang berada di foto itu sedang berjalan seorang diri menuju rumahnya. Novel berjudul ‘Kambing Jantan’ itu masih digenggamnya. Elaine berjalan dalam diam, pikirannya kembali mengingat kata-kata yang diucapkan Nabilah.
“They wanna know your power and skill and prove it you’re strong enough
and have potencial.”
“Potencial for what? Aku kembali
ke Jakarta bukan untuk itu.” Tiba-tiba Elaine berhenti. “Untuk apa kalian
mengikutiku?” Tanya Elaine pada dua orang yang sedari tadi mengikutinya.
“Ketawan?” Tanya keduanya kompak.
Elaine tidak menjawab dan memilih
kembali melanjutkan perjalanannya, namun dengan cepat Rachel berlari ke
depannya dan menghalangi jalannya.
“Mau kemana Kak?” Tanyanya.
Elaine memilih tidak menjawab dan
tetap melanjutkan perjalanannya. Kini giliran Vanka yang berlari, mengejar
Elaine, berputar dan… mengarahkan tendangan, yang dengan mudah dihindari Elaine
dengan menunduk. Elainepun langsung berputar dan memasang kuda-kudanya sambil
menatap keduanya.
“Wah, bener-bener fast response.”
Ucap Vanka girang. Elaine menghela nafasnya dan kembali berbalik. “Uhh!! Ayolah
Kak Elaine, lawan kita sebentar aja.” Ucap Vanka kembali, yang tidak digubris
oleh Elaine. “Kak Elaine!”
“Udahlah Cil. Mungkin Kak Elaine
takut.” Ucap Rachel menghampiri Vanka.
“Payah! Padahal udah bagus kita
undang. Bahkan Kak Gracia aja gak pernah kita lirik. Dasar sombong!
Mentang-mentang mantan ketua gangster!!” Teriak Vanka yang sukses hentikan
Elaine yang langsung menatap keduanya dengan tajam.
Vanka tersenyum licik. “Ucapanku
salah ya, Kak? Yang bener itu, mantan pacaranya ketua gangster, ya?” Tanya
Vanka masih sambil tersenyum, terlihat girang, Elainepun berbalik menghadap keduanya.
“Kalian-”
“Wah, sepertinya pancinganku
tepat. Santai aja Kak ngeliatinnya. Ohh, atau bingung ya aku sama Rachel tau
darimana? Gak usah bingung. Makanya jangan remehin ChelVan.”
“Iya, kalau Kak Elaine remehin
ChelVan, sama aja kakak nantangin kami!” Teriak Rachel kali ini.
“Aku gak ada urusan apapun sama
kalian.”
“Gak ada? Kakak berhasil ngalahin
Kak Ghaida ganteng. Maka dari itu, gak akan kami biarin kakak juga sampe
mendekati Kak Kinal ganteng.”
“Tujuanku kemari bukan untuk ke
atas.”
“Tau kok, buat nyari itu kan,
siapa namanya Cil? Gondola?”
“Andela, Rachel.”
“Beda tipis deh.”
“Huh dasar! Lagian buat apa
nyariin mantan kakak itu? Bukannya sekarang dia udah seneng-seneng di
Yabakune?” Elaine hanya memejamkan matanya. “Yang aku tau dia udah punya pacar
baru loh! Ngapain sih Kak ngarepin yang kaya gitu? Mending cari yang lain.
Tapi, jangan Kak Ghaida atau Kak Kinal, ya.” Elaine terlihat meremas novelnya
itu. “Tunggu! Jangan-jangan kakak sekarang di Majijo jadi mata-matanya, ya? Gak
bisa dibiarin, nih!”
“Diamlah Thalia Ivanka.” Ucap
Elaine yang masih memejamkan mata itu.
“Wah!! Chel, Kak Elaine tau nama
gw!”
“Kak, tau namaku gak?” Tanya
Rachel sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Gak penting dia tau nama lu atau
gak. Oh iya, Kak Elaine mau tau gak? Kak Andela itu pacarnya katanya gak cuman
satu loh, terus dia itu- Hwaaa!!” Tanpa disadari Elaine berlari dan mengarahkan
tendangan ke arah Vanka, Vanka masih sempat menepis. Tapi, tubuhnya tetap
terlempar jauh.
Melihat itu, Rachel yang kaget
langsung menghampiri Vanka dan membantu sahabatnya berdiri.
“Aku gak tau apa mau kalian. Tapi,
kalau kalian sedang menantang seseorang untuk berkelahi, kalian harus dalam
keadaan siap.” Ucap Elaine.
Vanka yang sudah berdiri
kembalipun tersenyum. Duo ChelVan itupun memasang kuda-kudanya. Seperti biasa,
novel yang masih Elaine genggampun di lemparnya. Bersama dengan jatuhnya novel
itu ke tanah. Di mulailah pertarungan antara Elaine dan ChelVan…
(Seperti yang gw bilang, karena ChelVan based on Sanshou Sister. Adegan
fightingnya juga gw ambil dari episode 4 Majijo Season 1 yang emang munculin
Sanshou Sister. Cuma tentunya gw edit)
Ketiganya sama-sama berlari, Vanka
menyerang Elaine terlebih dahulu. Pukulan dilayangkannya, namun tentu saja
Elaine bisa menepisnya dan lengsung memukul ulu hati Vanka. Vankapun terdorong.
Disampingnya, Rachel melayangkan tendangan. Cukup dengan mundur satu langkah,
Elaine bisa menghindarinya. Dengan cepat Elaine menarik tangan Rachel, lalu
mendorong tubuhnya sampai jatuh menimpa Vanka.
“Aduh!” Erang Vanka. “Ngapain sih,
Chel?”
“Aw… Maaf, Cil.”
Keduanya bangkit kembali, kini
menyerang secara bersamaan. Dengan mudahnya Elaine berhasil menepisnya. ChelVan
secara bersamaan dan bertubi-tubi terus memberikan pukulan. Namun, Elaine mampu
bertahan. Elaine membiarkan dirinya terus dipukuli, saat mendapatkan
kesempatan, dia merentangkan tangannya, dan langsung memukul dua kali wajah
cantik Vanka, timbulkan luka dan darah muncul di bibir dan pipi gadis itu.
Tanpa jeda, Elaine menendang perut
Rachel, darah bersama dengan ludah keluar dari mulutnya. Keduanya bangkit lagi.
Rachel yang ada di posisi arah jarum jam 2 sementara Vanka yang ada di arah jam
10 terlihat mengatur nafasnya, merekapun kembali menyerang. Tanpa mereka sadari
pertarungan itu ditonton diam-diam.
“Syel, ngapain sih nonton anak
Majijo berantem?”
“Udahlah Nads, nonton aja. Ya,
kalau mau balik silahkan.”
“Ehh?? Ya, gaklah. Kan aku mau
nemenin kamu.” Ucap Nadse sambil menggengam tangan Michelle.
Di taman bermain itu, Elaine masih
menghajar Vanka.
BUGH!!
Begitu keras bunyi saat tubuh
Vanka dibenturkan ke tiang ayunan di belakangnya. Melihat Rachel yang sudah
tersungkur di tanah, dan Vanka yang sudah babak belur, Elaine memilih menyudahi
pertarungan ini. Namun, saat dirinya berbalik.
CKLEK!!
Tangan kirinya di borgol oleh
Vanka, yang langsung menarik tubuh Elaine. Borgol satunya dipasang di pegangan
ayunan. Elaine mencoba mengerang dan menendang Vanka, namun dia tidak bisa
jauh-jauh dari ayunan.
“Hihihi.” Tawa licik muncul dari
mulut ChelVan.
Rachel yang sudah bangkit langsung
berjalan ke belakang Elaine, menarik dengan keras rambut kakak kelasnya itu,
memaksa Elaine untuk duduk di ayunan. Dengan kurang ajarnya, Rachel menekan
kepala Elaine untuk menunduk. Tangan Elaine yang tidak diborgol mencoba
melepaskan cengkraman itu, namun Rachel langung memeganginya.
Vanka langsung duduk berlutut di
hadapan Elaine, wajah cantik yang sedikit rusak karena darah itu kembali
tersenyum lebar yang begitu menyebalkan.
“Nunduk mulu, Kak? Lagi minta maaf
apa gimana?” Kaki Elaine yang bebas coba menendang Vanka, sayangnya Vanka
menyadari dan mampu menghindari. “Wah, kakinya bandel.”
BUGH!!
Dengan kedua sikut tangannya,
Vanka memukul paha Elaine.
“Akk!!” Erang Elaine, ngilu terasa
di kedua pahanya.
PLAK!!
Tiba-tiba Vanka menampar Elaine.
Tidak sampai disitu, Vanka lalu memukul pelipis mata Elaine. Memukul lagi wajah
Elaine, dan…
BUGH!!
Memukul perut Elaine, muncratkan
darah dari mulut gadis yang suka membaca itu.
“Chel!”
“Siap.” Tiba-tiba, Rachel menarik
ayunan beserta Elaine ke belakang. Lalu mendorongnya, ayunan itu berayun ke
arah Vanka dan…
BUGH!!
Vanka memukul wajah Elaine. Hal
itu dilakukan hingga 5 kali. Di ayunan ke 6, Vanka melayangkan tendangan yang
begitu keras. Tubuh Elainepun sampai jatuh dari ayunan itu. Rachel yang sedari
tadi hanya bertugas mendorong ayunan, ikut melayangkan tinjunya berkali-kali ke
wajah Elaine yang sudah tidak berdaya.
“Hahahaha!!!” Keduanya tertawa
puas sampai…
“Ehem!” Suara deheman menghentikan
tawa mereka.
Rachelpun menghentikan
kegiatannya. Saat Vanka berbalik, terlihat Gracia berdiri menatap mereka dengan
seriusnya.
“Mengecewakan. Jadi begini cara
calon Rappapa Next Gen berkelahi? Dengan bermain curang?” Tanya Gracia.
“Bukan urusan Kak Gracia!!” Teriak
Vanka.
“Siapa bilang? Elaine itu saha—mantan
sahabatku.”
“Hah, oh begitu, baiklah. Chel!”
Panggil Vanka, Rachelpun langsung berlari menyerang Gracia.
Pukulan langsung dilayangkan
Rachel, dengan tangan kirinya Gracia menepisnya. Tidak memberi jeda, Gracia
langsung melayangkan pukulan tiga kali pada Rachel. Yang pertama di wajah, yang
kedua dan ketiga pada perut Rachel.
“Uhh!” Erang Rachel.
Sekali lagi, tanpa jeda Gracia
menarik tubuh Rachel, dia berputar ke belakang tubuh Rachel, memaksa gadis itu
untuk duduk berlutut. Gracia lalu menekan leher belakang Rachel untuk terus
membungkuk, dan… dengan enaknya Gracia duduk diatas tubuh Rachel itu. (Posisi Rachel kek mau main kuda-kudaan
jadinya)
Sambil tersenyum, Gracia menantang
Vanka untuk maju menyerangnya. Vankapun maju, melayangkan pukulan mentah yang
dapat dihindari Gracia tanpa berpindah dari posisinya. Dengan gampangnya,
Gracia menyelengkat kaki Vanka, saat gadis itu kehilangan keseimbangannya,
Gracia menariknya tangan kanan Vanka dan…
BUGH!!
Dengan tangan kanannya memukul
leher belakang Vanka. Masih sambil memegangi tangan kanan Vanka, Gracia memaksa
Vanka untuk duduk berlutut dan menekan kepala gadis itu.
“Mana kuncinya?” Vanka masih diam.
“Mana kuncinya??” Tanya Gracia sambil menekan dan mencekik leher belakang
Vanka.
“I-Ini…” Vankapun memberikan
dengan ragu-ragu.
BUGH!!
Elaine cukup kaget melihat Gracia
menjatuhkan kepala Vanka hingga membentur tanah sampai sekeras itu. Kunci yang
sudah ada di tangannya, di lemparkan Gracia pada Elaine. Dengan mudah Elaine
menangkapnya.
“Sampe kapanpun hal curang gak
akan pernah menang melawan kejujuran, kan?” Tanya Gracia yang sudah bangkit.
“Gre, kata-kata itu…”
“AHH!! Kok aku kalah lagi?” Tanya Andela heran. Elaine disampingnya
hanya melirik dan tertawa kecil. “Kamu curang ya, Kwek?!”
Seling, kasih foto ChelVan duls~ |
“Enak aja!! Siapa coba yang mainnya pake cheat?!”
Gracia yang sedang membaca komik hanya menggeleng melihat tingkah laku
pasangan yang heboh karena permainan di HP mereka. Berbanding terbalik dengan
hubungannya dengan Hamids yang adem ayem. Wajah Hamids yang begitu tenang
terlihat saat gadis itu tidur menjadikan paha Gracia sebagai bantal.
“Aku sayang kamu, Mids.” Ucap Gracia sambil tersenyum.
“Kwek!! Aduh! Ih bete ah aku kalah lagi!” Teriak Andela kembali.
“Makanya jangan main curang! Sampe kapanpun kecurangan gak akan pernah
menang melawan kejujuran!”
“Aduh, aduh iya iya. Jangan lupa hastag-nya #KwekQuotes ya~” Ledek
Andela.
“Apaan sih Ndel!!”
“Gre!” Panggil Elaine, beruntung
Gracia belum berjalan jauh.
Graciapun berbalik dan… terlihat
ChelVan ingin kembali menyerangnya, saat Gracia telah bersiap…
“Vanka! Rachel! Lawan kalian
disini!” Teriak Elaine.
Keduanyapun berbalik, kembali
berlari ke arah Elaine, bersamaan dengan itu, Elaine memejamkan matanya. Saat
keduanya hampir dekat, Elaine membuka matanya, tatapan yang membuat lawannya
bisa bergidik. Elaine kembali melempar kunci borgol itu pada Gracia. Gracia
hanya tersenyum tipis melihat itu. Ya. Elaine tidak membuka borgolnya, siap
bertarung dengan satu tangan di borgol.
Dengan ayunan menjadi tumpuan,
Elaine meloncat berputar dan…
BUGH!!
Menendang pundak kiri Vanka,
membuat gadis itu langsung terjatuh. Sambil berpegangan pada pegangan ayunan,
Elaine berputar dan menendang wajah samping Rachel. Michelle yang sedari tadi
menonton terlihat meninggalkan tempat itu. (Betewe,
gw ngetes apa yang dilakukan Elaine ini bisa atau gak, gwnya pusing sendiri. Untung
ngetesnya di kasur jadi gak sakit wk *sesi curhat)
“Loh? Syel? Mau kemana? Kan belum
kelar.” Tanya Nadse heran.
“Gw udah tau endingnya.” Jawab
Michelle.
Celingak-celinguk, akhirnya Nadse
pergi mengikuti Michelle. Sementara itu, Elaine berhasil memebuktikan, dengan
tangan di borgol dia mengalahkan ChelVan. Vanka coba mengangkat wajahnya dan
hasilnya…
BUGH!!
Serangan terakhir diterimanya.
Dengan ini, Elaine kembali menang. Membuktikan kualitasnya. Potensinya. Selangkah
lagi menuju tangga Rappapa. Gracia kembali melempar kunci borgol itu pada
Elaine. Dengan sedikit lemas, Elaine membukanya. Diapun bangkit, berjalan
dengan gontai.
“ELAINE!!!” Elaine menoleh,
terlihat dengan rusuhnya Tim Gesrek berlari ke arahnya.
Nabilah dan Jeje langsung
membantunya berdiri. Dena mengambil Novel milik Elaine, sementara Sisil
mengambil tas Elaine. Sementara Ayana…
Menatap keberadaan Gracia yang masih ada disana, memandangi betapa ikhlas dan tulusnya Tim Gesrek membantu Elaine itu. Graciapun sadar dia ditatap Ayana dengan tatapan yang tidak percaya.
Menatap keberadaan Gracia yang masih ada disana, memandangi betapa ikhlas dan tulusnya Tim Gesrek membantu Elaine itu. Graciapun sadar dia ditatap Ayana dengan tatapan yang tidak percaya.
“Ayana!! Ett dah lau ngapain sih?”
Tanya Nabilah.
“Itu tadi ada Gracia!”
“Mane Gracia?” Tanya Nabilah.
Saat Ayana kembali melihat tempat
dimana Gracia sebelumnya terlihat, gadis pecinta warna ungu itu sudah
menghilang.
“Loh? Kok ilang??”
“Ett dah! Bangun Ay! Udah sore,
mimpi mulu sih lu.” Ledek Jeje.
Ayana langsung cemberut diledek
seperti itu. iya, yakin tidak salah lihat. Namun ya, sudahlah.
Elaine tersenyum tipis. ‘Makasih, Gre.’ Ucapnya dalam hati.
Diapun pulang bersama Tim Gesrek.
~~~
Di koridor Yabakune, seorang Andela Yuwono hanya diam melamun. Memandangi pemandangan yang terlihat dari jendela koridor itu. Tiba-tiba dari samping kirinya ada yang merangkul pinggangnya, Andela langsung menatap cewek berwajah tajam (?) nan sexy itu. Baru cewek itu ingin mendekatkan wajahnya pada Andela, wajah Andela sudah ditarik oleh cewek lainnya yang bergelayutan (?) di tangan kanannya.
Di koridor Yabakune, seorang Andela Yuwono hanya diam melamun. Memandangi pemandangan yang terlihat dari jendela koridor itu. Tiba-tiba dari samping kirinya ada yang merangkul pinggangnya, Andela langsung menatap cewek berwajah tajam (?) nan sexy itu. Baru cewek itu ingin mendekatkan wajahnya pada Andela, wajah Andela sudah ditarik oleh cewek lainnya yang bergelayutan (?) di tangan kanannya.
“Jangan mau sama Tya.” Bisik Cewek
yang bergelayutan itu.
“Apaan sih, Rin! Mending sama gw,
daripada lo.”
“Aduh Farin, Tya, kalau berantem
mulu kaya gitu. Mana mungkin dilirik Andela.” Ucap seorang cewek yang duduk di
kursi belakang Andela. Cewek itu lalu bangkit, merangkulkan kedua tangannya di
pinggang Andela, lalu berbisik di telinga Andela. “Enak gak?” *apanya? :v
“Ehem. Ehem.” Suara batuk
terdengar. Sontak ketiga cewek yang bergelayutan mesra *halah* pada Andela melepaskan pelukannya.
Terlihat Nadse bersama Michelle
memandangi mereka dengan tidak sukanya.
“Hai, Ndel. Tadi aku ketemu mantan
kamu loh.” Ucap Michelle.
Melihat Andela berjalan ke
arahnya, Michelle tersenyum mengira Andela menanggapinya. Ternyata gadis itu
pergi melewatinya dan juga Nadse begitu saja.
“Ck ck, Michelle, Michelle. Usaha
terus ya?” Ledek cewek yang tadi merangkul Andela dari belakang.
“Kalian juga sama aja kan, Kak
Manda?” *ini bukan Manda merchandise ya,
tapi Manda member BeShanan *loh?! Salah! Maksudnya Manda Jeketi*
“Emmhh? Kita sama? Ahh, kami mah cuma
main-main. Iya kan, girls?” Tanya Manda pada kedua temannya yang sedang duduk
di kursi yang sebelumnya diduduki Manda. Kedua gadis bernama Tya dan Farin itu
menangguk.
“Ck. Ya, bebaslah. Suka-suka Kak
Manda.”
“Lalu, ada urusan apa seorang
Michelle Christo Kusnadi dengan kami.” Michellepun mendekat pada Manda,
sementara Nadse dengan genitnya duduk diantara Farin dan Tya.
“Ini foto mantan pacarnya Andela.”
Ucap Michelle memberikan sebuah foto pada Manda.
“Wah, lucuk banget. Tya, Farin mah
kalah.” Ucap Manda.
“Mana coba liat?” Tya mengambil
foto tersebut. “Ihh, kaya bocah gini. Gak enak kali. Iya, kan Nads?” Tanya Tya
sambil senyum menggoda pada Nadse, Nadsepun mengangguk sambil menatap Tya
dengan tatapan… ah sudahlah. *bayangin
Nadse asli begini gw ngakak.
“Lalu, lo mau gw ngapain tuh
bocah.”
“Habisin. Dia mengganggu rencana
gw, juga mengganggu rencana Yabakune.”
“Seorang Michelle memikirkan
Yabakune?”
“Tentu saja, memang aku sekolah
dimana?”
“Lalu apa yang kami dapatkan? Dan
bagaimana caranya mendekati anak kecil itu?”
“Kalian bakal mendapatkan
perhatian Andela dan tentunya perhatian para petinggi Yabakune.” Jawab Michelle
sambil tersenyum. “Ahh, kuberikan Nadse juga untuk kalian.”
“Baiklah, boleh saja. Sepertinya menarik.
Lalu--”
“Ini.” Michelle mengeluarkan
sebuah foto lagi. “Itu foto anak buah Elaine. Kalian bisa memanfaatkan mereka.
Soal bagaimana memancing Elaine, biar itu jadi urusanku seorang diri.”
Manda tersenyum. “Sepertinya bakal
seru. Baiklah kita deal, Michelle sayang.”
Michellepun tersenyum balik. “Baiklah
kalau begitu aku permisi. Nadse!!” Teriak Michelle pada Nadse yang terlihat
akan berciuman pada Farin. *gak usah
dibayangin :v* “Ayo balik, ada tugas buat lo.” Dengan malas dan bete karena
diganggu, Nadse bangkit mengikuti Michelle.
Nadse with Farin bonus Nana xD |
Saat Michelle berjalan melewati
koridor sepertinya dia sadar ada yang memperhatikannya. Seseorang yang mungkin
mendengar semua obrolan antara dirinya dengan Manda. Namun, saat Michelle
menoleh tidak ada siapa-siapa. Michelle memilih kembali melanjutkan
perjalanannya. Masa bodo bila ada yang memang mendengarnya.
~~~
Sambil memegangi sebuah buku. Gadis berambut pendek yang mengenakan kacamata itu berjalan menulusuri koridor sekolahnya. Menuju ruangan terdalam di Yabakune. Dari luar pintu, gadis itu mampu mendengar suara seperti ‘Klutuk-klutuk’ dan sedikit desahan. Gadis itu membuka pintu bertuliskan ‘Do not Disturb’ itu dengan perlahan.
Sambil memegangi sebuah buku. Gadis berambut pendek yang mengenakan kacamata itu berjalan menulusuri koridor sekolahnya. Menuju ruangan terdalam di Yabakune. Dari luar pintu, gadis itu mampu mendengar suara seperti ‘Klutuk-klutuk’ dan sedikit desahan. Gadis itu membuka pintu bertuliskan ‘Do not Disturb’ itu dengan perlahan.
Saat gadis itu masuk, dia bisa
melihat di sisi kirinya dua orang sedang makan es krim. Ah, salah. Lebih
tepatnya hanya satu orang yang makan es krim, orang disampingnya menyuapi
dengan telaten. Gadis yang memakan es krim itu juga memakan es batu seperti
cemilan biasa.
Keduanya duduk dalam diam sambil
memandangi dua orang yang dengan santainya bercumbu. Sampai si gadis yang baru
masuk itu berdehem untuk menyadarkan mereka.
“Vi-Viny? Se-Sejak kapan?” Gadis yang
dipanggil Viny itu tidak menggubris panggil gadis yang memiliki rambut pendek
sama dengannya itu.
Viny hanya menatap sinis cewek
berambut panjang yang ada dalam dekapan cewek yang memanggilnya.
“Ups. Kayaknya bakal ada
perkelahian.” Ucap si cewek berambut panjang, melepas pelukan cewek yang sedari
tadi menciumi dirinya.
“Vin, tadi aku sama Naomi-”
“Michelle udah bergerak.” Ucap
Viny tak peduli pada cewek dihadapannya. “Apa kita mau biarin aja?” Tanya Viny
pada… siapa lagi kalau bukan pada ketua Yabakune, yang sedang duduk di sofanya
yang begitu empuk sambil membaca sebuah novel. Tidak ada jawaban, sang ketua terus
fokus pada bacaannya itu. “Kak-”
“Biarin aja.” Jawab si ketua
akhirnya. Singkat, padat. Dan membuat keadaan jadi hening.
~~~
Pulang sekolah, Elaine langsung merebahkan tubuhnya –yang penuh luka bekas perkelahiannya tadi dengan ChelVan- di atas kasurnya yang dibalut seprei berlambang logo klub sepakbola Juventus. Elaine mengambil foto yang dipajang di meja sampingnya.
Pulang sekolah, Elaine langsung merebahkan tubuhnya –yang penuh luka bekas perkelahiannya tadi dengan ChelVan- di atas kasurnya yang dibalut seprei berlambang logo klub sepakbola Juventus. Elaine mengambil foto yang dipajang di meja sampingnya.
“Aku mendapatkan teman-teman yang
baik. Tapi, aku tetap rindu kalian. Maafin aku. Gre, Ndel.” Air mata turun
membasahi pipi Elaine.
Lelah menangis, Elainepun akhirnya
tertidur masih dengan penuh luka dan memakai seragamnya yang kotor. Dan tentunya,
sambil memeluk erat foto yang memperlihatkan kebahagiannya bersama Andela,
Gracia dan Hamids dulu.
TBC
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Akhirnya nih chapt kelar juga :’v
pusyang wa pusyang. Btw, maaf ya, adegan ChelVannya seiprit. Wkwk, bingung
saya. Wkwk :’V nanti mereka bakal muncul lagi kok. Ya, kalau ada kesempatan.
(?)
Terus, tuh yang kalian tunggu-tunggu muncul!! Siapa lagi kalau bukan….
Viny! Ahahah. Selain Viny, tadi ada para petinggi Yabakune yang lain, bisa
nebak gak tuh siapa aja? Gampang kok~
Lalu soal chara, chara Nadse disini.. gak
tau dah. Kayaknya OOT banget, jadi bego-bego tengil gitu. Michellenya juga.
Andelanya juga, jadi cool gitu. Gak mempan digodain wk. Padahal aslinya mah… ah
sudahlah. Suka-suka gw!! :v
Next: Pertarungan Majijo vs Yabakune dimulai?
3 vs 3, SesySter vs Elaine…
with Kadong & Dedong
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m
-Jurimayu14-
Makin seru aja nih ceritanya
ReplyDeletedi tunggu updatan selanjutnya
menarik nih ff..eh kenapa nggak publis di wattpad aja, kan keren tuh, udah ada beberapa judul lagi..atau mungkin udah publish, kalau udah judul book nya apa, jadi aku bisa mampir baca kasih vote sm coment juga :)
ReplyDeleteoayo lajutin bor udah nungguin ni, ogut uda kagak tahan , kagak tahan lanjutin baca hahaha
ReplyDelete