Sebelum masuk ke cerita di FFnya, saya mau nginfoin dulu
buat yang gak tau *sok beut* judul FF ini diambil dari lagu Unit Song milik Tim
K di setlist Saishuu Bell ga Naru, yang dinyanyikan originalnya oleh Ohori
Megumi dan Tomomi Kasai.
Secara kebetulan, setlist ini juga akan dinyanyikan oleh
Tim KIII. Cukup kaget juga, karena lagu ini lebih ‘berbahaya’ dari Kinjirareta
Futari *yang artinya aja di alusin sama JOT.
Buat yang belum pernah liat:
(Oshimeshi versi Nyannyan x Acchan)(Lyrics+English Translation)
(Lirik+Terjemahan Indonesia)
Cerita di FF inipun diambil dasarnya dari lagu ini, yang menceritakan tentang kakak-adik yang jatuh cinta~ awalnya ide ini muncul pas saya membayangkan jika Veranda dan Gracia membawakan lagu ini… pasti gregetss bangettss. Sayangnya KIII yang dapet, mungkin Oshimeshi (singkatan lagu ini) bakalan Prasetya Sister yang bawain secara mereka emang kakak-adik beneran kkk~
Dan karena ide FF ini muncul, tapi ku gak bisa buat FF
dengan genre ini *lebih tepatnya malas lolz* kulemparlah plot ceritanya ke grup
BeShanan dan…. Lihatlah! Jadi! So, cerita ini dibuat oleh beberapa member BeShanan.
FF Live yang akhirnya di rapihkan dan saya post~
WARNING: This fanfic is
not for child. This fanfic contain a mature theme. So if you’re underage, please
don’t read this! *if u still wanna read this, it’s up to you
Oh iya, ff ini bergenre Romance Thriller, lalu ada Jessica *bukan Jessica ex SNSD, ya* nah
yang bingung maksudnya, semoga penjelasan dalam ceritanya bisa ngejelasin. Lalu
semoga gak bingung kalau narasinya nulis kadang Jessica, kadang Veranda *ya
entar kan tau kenapa* Terakhir, gak usah baper ya, ini cuman shinkirou kaya
hubungan diantara kita *apasih
Yaudah, sekali lagi Saya
sudah peringatkan, fanfic ini mengandung unsur dewasa yang agak berbahaya. Saya
tidak bertanggung jawab dengan kondisi kalian setelah membacanya. ._.
Selamat membaca~
Oshibe to meshibe to yoru
no chouchou (GreVe ft Jessica)
Nih GreVe |
Cast:
Gracia (Grecot): Gadis SMA yang cantik dan manis kek gula
*sugar, yes, please *ala oknum D
Veranda: Kakak dari Gracia, sudah kuliah. Gadis yang
sebenernya baik hati, rajin, sempurna kayak bidadari sayangnya...
Jessica: Sosok lain dari seorang Veranda, sifatnya
berbanding terbalik dengan saat dirinya jadi Veranda.
Hamids: Teman satu kelas Gracia, sekaligus sahabat dan
pacar Gracia.
Kinan: Teman satu kampus Ve, menyukai Ve. Ve juga
menyukainya, hanya saja….
Yak, mari kita mulai saja ceritanya~
~~~
Di sebuah rumah bertingkat 4, tinggalah sebuah keluarga yang
harmonis. Sepasang suami istri dengan 2 anak perempuan mereka yang cantik. Anak
pertama bernama Jessica Veranda dan adiknya bernama Shania Gracia. Di mata
orang-orang mereka adalah keluarga kaya yang harmonis dan baik-baik saja.
Memang, begitulah yang terlihat, tapi kenyataannya...
“Gre, bisa tolong pijitin aku?” Pinta gadis bertubuh bak
model itu pada adiknya.
“Iya kak.” Gracia memijat punggung kakaknya. Memang, kakak
tercintanya ini baru saja pulang dari kuliah.
“PIJITNYA YANG KENCENG DONG!” Bentak sang kakak.
“I-iya maaf.” Graciapun memijat lebih kencang.
Tiba-tiba Veranda yang sedang dalam mode Jessica itu
memegang lembut tangan Gracia dan mengusapnya.
“Lebih kenceng dong Gre sayang.” Ucap Jessica –mari kita
sebut Jessica- dengan suara yang agak membuat merinding.
Dia menarik tangan Gracia, saat Jessica ingin mencium
tangan Gracia, gadis penyuka warna ungu itu menarik tangannya. Sontak Jessica
langsung bangkit dan menatap Gracia dengan tajam.
“Anu kak, aku tadi bikinin makanan buat kakak, aku ambilin
dulu, ya.”
Graciapun langsung pergi ke dapur. Veranda sebenarnya
memiliki kondisi kejiwaan schizophrenia. Jessica adalah satu "dark alter
ego" dari dirinya. Keadaan kejiwaan Veranda ini hanya diketahui sang adik
yang ‘dicintai’ oleh Jessica. Veranda sendiri bahkan tidak tahu. Jika ditanya
kenapa Gracia tidak menceritakannya pada orang lain, jawabannya satu. Di dalam
lubuk hatinya yang terdalam, dia kasian dan juga mencintai kakaknya. Entah yang
mana. Aneh dan gila juga rasanya pikir Gracia.
20 menit kemudian Gracia kembali ke kamar kakaknya.
“Lho? Kamu dari mana Gracia?”
“Eh? Aku abis ngambil makanan buat kakak.”
“Kayaknya aku tadi gak minta deh. Any way, thanks.”
Gracia bisa tahu siapa yang ada di hadapannya dari
panggilan. Jika ia dipanggil Gre, maka kakaknya adalah Jessica. Jika ia
dipanggil Gracia/Dek, maka kakaknya adalah Veranda.
“Aku taro disini ya makanannya, Kak.” Gracia menaruh
makanannya di meja. “Kak Ve mau aku pijitin lagi?”
“Lagi?” Tanya Veranda heran. “Gak usah Gracia. Kamu
belajar aja, dek. Besok sekolah, kan?”
Graciapun mengangguk dan kembali ke kamarnya. Malam ini,
Gracia beruntung. Ia bisa tidur lebih cepat, biasanya ia harus menjalani
"siksaan" dari kakaknya hingga tengah malam. Hari berganti, keluarga
kecil itu sarapan dengan tenangnya. Seperti biasa kakak-beradik itu berangkat
bersama dengan mobil pribadi Veranda. Di dalam mobil, hanya suara music yang
terdengar. Hingga suara sang kakak memecah keheningan.
“Gre.” Deg. Jantung Gracia berdegup kencang, karena tahu
dia sedang dengan kakaknya "yang lain". “Kamu temenin kakak, ya?”
“Tapi Kak, aku kan mesti sekolah.”
“JADI KAMU NGELAWAN KAKAK?! Temenin kakak, Gre… Temenin...”
Entah kenapa air mata keluar dari mata Jessica. Gracia masih terdiam. Jessica yang
tidak sabaran akhirnya dengan nekat memberhentikan mobilnya di tepi jalan.
Beruntung pagi itu kondisi jalan masih lenggang. “JAWAB GRE! KOK DIEM AJA?”
Kesal, Jessica menjambak rambut adiknya tersebut.
“Awwww!! Sakit kak….” Rintis Gracia kesakitan.
BEEP-BEEP!! *bukan! Bukan
lagu SNSD :v
Alarm, di HP Veranda berbunyi. Dengan kesal, Jessicapun mengecek
HPnya.
Jam di HP sudah menunjukkan pukul 06.48. Verandapun
menengok ke arah Gracia. “Dek? Kamu kenapa Gracia? Aduh... ini kok udah jam
segini aja? Kita harus buru-buru biar gak macet.” Veranda kembali menjalankan
mobilnya.
Graciapun menghembuskan nafasnya lega. Setibanya di
sekolah...
“Kamu kenapa Gre? Kok rambut kamu kusut?” Tanya seorang
cowok bertubuh jangkung to the point pada saat melihat Gracia yang baru tiba
itu.
"Eh gak. Gak papa kok. Udah yuk masuk kelas.” Gracia
langsung menarik lengan cowok bernama Hamids itu, teman sekelasnya. Pacarnya.
Jam pulang sekolahpun tiba. Seperti biasa, Veranda
menjemput Gracia untuk pulang bersama. Tidak seperti saat pagi tadi, Veranda
terlihat senang dan gembira juga cerah. Melihat itu Gracia merasa lega.
“Liat deh, Dek. Tadi Kak Kinan ngasih Kak Ve kalung.” Ucap
Veranda sambil memamerkan kalung berbandul huruf V yang sudah dipakainya itu.
Ahh~ pantes saja. Kinan itu teman sekampus Veranda yang
naksir berat sm Veranda. Sampai di rumah, karena merasa kondisi kakaknya lagi bahagia
(?), Gracia memberanikan diri meminta Veranda mengajarinya.
“Kak, tolong bantuin aku ngerjain PR bisa, kan?”
“Bisa kok, Dek. Abis makan malem, ya.”
Keduanyapun makan malem dengan tenangnya sambil bercanda
tawa. Gracia merasa begitu tenang juga senang. Walau mereka hanya berdua,
karena kedua orang tua mereka pergi keluar kota untuk urusan pekerjaan. Selesai
makan malam, keduanya belajar bersama di kamar Veranda.
Dengan bantuan Veranda, dalam 30 menit saja, tugas Gracia
sudah selesai. Graciapun memilih untuk kembali ke kamarnya, agar tidak
mengganggu Veranda yang juga memiliki tugas yang harus dikerjakan. Namun, baru
saja Gracia ingin membuka kenop pintu, Jessica memanggilnya. Ya, Jessica.
“Mau kemana, Gre?” Kembali jantung Gracia serasa diremas.
Ia lalu menoleh ke arah panggilan itu.
“Kak Je?”
Kakaknya itu tersenyum dan menatap Gracia tidak seperti
biasanya. Membuat Gracia bingung siapa yang kini ada di hadapan nya.
“Sini temenin Kak Ve bobo, ya? Mau gak?”
Gracia dengan perlahan dan sedikit takut mendekati kakaknya.
Graciapun ikut duduk di tepi ranjang tempat tidur Veranda. Bulu kuduk gadis itu
berdiri saat sang kakak membelai halus rambutnya.
“Kak?”
“Kenapa Gre?”
Keliatan sama? |
Veranda (?) masih memainkan rambut Gracia, bahkan
menciumnya, terlihat seperti seorang maniak. Gracia mulai tidak nyaman dengan
sikap kakaknya itu. Perasaan nya mulai tidak enak.
“Heheh.” Senyuman kembali mengembang di wajah Veranda (?),
namun terlihat lebih.... jahat. “Gre, kamu cantik. Tapi kenapa… KENAPA KAMU ITU
JADI ADEK AKU?!”
Gracia bingung dan kaget tentunya mendengar itu. Tiba-tiba
tubuhnya di dorong hingga jatuh di atas kasur. Jessica –jelas sosok itu
bukanlah Veranda- bangkit dan akan mengambil sesuatu di meja belajarnya. Sebuah
silet kecil kini ada di tangan Jessica. Gracia tahu hal ini akan menyakitkan.
“Siniin tangan kamu!” Pinta Jessica, dengan takut dan ragu
tentunya Gracia menjulurkan tangan kirinya.
Perlahan namun pasti, sayatan demi sayatan di goreskan
Jessica di tangan mungil adik nya.
“A-aaaww!! Aaww.” Rintih Gracia.
Senyum mengembang di bibir Jessica. Ia terlihat begitu
menikmati hal ini. Darah mulai keluar dari luka yamg dibuat Jessica. Sambil
tersenyum, Jessica mulai menjilati darah yang keluar itu dan mengisapnya.
Sontak buat Gracia makin meringis.
“I like your voice, Gre... Meringis lah...”
Gracia menahan sakitnya, jika dia tidak menahannya, sang
kakak bisa terus mengisap darahnya. Itu lebih berbahaya. *mungkin Ve turunan Bella soang sama Edward Culun, atau pemain CCS:
Cantik-cantik Sariawan (?).
Kesal tidak mendapatkan yang diminta, -dengan mulut yang
masih terdapat darah Gracia- Jessica mencium bibir Gracia. Jessica mencium
Gracia dengan nafsunya, darah Gracia dan saliva bercampur saat kedua lidah
mereka bertautan. Sejujurnya Gracia menyukai bibir lembut sang kakak. Dan
seandainya hanya ada dua pilihan, dia lebih baik disiksa dengan siksaan seperti
itu dibanding disiksa dengan benda-benda tajam yang membahayakan keduanya.
Sekali lagi, Gracia merasa dia juga gila saat memikirkan itu. Saat keduanya
merasa membutuhkan oksigen untuk bernafas, Jessica melepaskan ciuman mereka.
Pikir Gracia, kakaknya akan kembali mencumbunya, nyatanya Jessica malha menekan
luka sayatan Gracia cukup dalam, hingga darah mengucur deras dari pergelangan
tangannya.
“Kak... Please... Sakit...” Tidak memperdulikan rintihan
Gracia, Jessica kembali mencium adiknya, kali ini di leher putih Gracia.
Perlahan desahan keluar dari bibir pucat Gracia yang membuat Veranda kembali…
Veranda lalu duduk. “Ini apa? Lho Gracia??? Tangan kamu
kenapa sayang? Ya ampuuunnn sini kakak obatin.” Verandapun terlihat panik.
Jika malam itu Gracia terus bersama Jessica, mungkin dia akan
kehilangan banyak darah. Tapi, Gracia tetap menutupi bagaimana luka itu terjadi
dari sang kakak yang terlihat sedih. Akhirnya, luka di tangan Graciapun telah
diobati dan dibalut dengan perban.
“Aku tidur sm Kak Ve, ya?”
“Yaudah, yuk, kalau gitu kita tidur.”
Biar takut dan ada kesempatan untuk bebas, melihat
kakaknya yang sedang bingung dan heran itu, Gracia memilih untuk tetap tidur bersama
sang kakak, kakak yang begitu disayanginya. Dengan cepat, terlihat Veranda
sudah tertidur, Graciapun membaringkan dirinya.
Gracia tertidur begitu lelap, sampai tiba-tiba tubuhnya
terasa berat. Leher nya terasa geli dan basah (?) terdengar suara kecupan (?)
Gracia perlahan membuka matanya, dan melihat sang kakak –yang berada di atasnya
itu- tengah mencumbu dirinya penuh gairah.
“Kak Ve...” Ucap Gracia yang masih mengantuk
“Ssssttt.... Jangan banyak gerak sayangghh, atau aku
bakalan gigit leher kamu sampe berdarah.” Ucap Jessica tentunya dengan nada
seduktif. *Tuh kan Ve itu CCS,
Cantik-cantik Sengklek #dzigh
“Ta-tapi, Kak? Ngghh hmmhh…” Gracia menahan desahannya dengan
menggigit bibir bawahnya.
“Gak usah ditahan gitu sayangghh.”
Merasa kesal (?) karena Gracia tetap menahan desahannya.
Jessica kembali meremas pergelangan tangan gracia yang sebelumnya dilukainya
dengan tetap menikmati leher adiknya sambil tersenyum evil (?).
“Kak, udah Kak. Tolong jangan lanjutin lagi.”
“Kamu diem deh, Gre. Kamu ikutin permainan kakak ini aja
pasti seru. Kakak janji bakal lebih seru dari biasanya.” Ucap Jessica sambil
mengusap bibir Gracia dan tersenyum lagi.
Melihat senyuman itu, meluluhkan Gracia, membuatnya tak
bisa menolak lagi. Gracia memang sudah tak bisa apa-apa lagi, dirinyapun mengiyakan
untuk mengikuti permainan kakak nya itu. Jessica perlahan membuka kancing
piyama adiknya dengan menggunakan mulut nya. Hembusan nafas Jessica benar-benar
membuat Gracia menjadi "panas".
“Kamu mau kan jadi milikku seutuhnya?” Gracia hanya
mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya.
Melihat Gracia yang hanya mengangguk, Jessica meremas
salah satu buah dada Gracia. “Kak... Mmmhhh...”
“Shall we play the game?”
Gracia kembali mengangguk. “Y-Yes, please. Just start now
and end this game.” Ucapnya pelan.
Lagi-lagi senyum evil Jessica keluar. Tanpa ba-bi-bu, Jessica
mencium bibir Gracia, Graciapun melingkarkan kedua lengannya di leher sang
kakak guna memperdalam ciuman mereka. Yang tanpa disadari Gracia, darah kembali
keluar dari tangannya yang terluka sebelumnya. Gracia tidak hanya pasrah dan
membiarkan sang kakak menguasai permainan. Tapi, dia juga membalas ciuman itu. Gracia
tahu, ini salah. Menyakitkan. Menyiksa. Tapi, mengenakkan (?).
Perlahan, tangan Jessica mulai menjamahi tubuh adiknya
sendiri itu. Tangannya mulai ke bagian belakang tubuh Gracia, mencari sesuatu.
Gracia sedikit mengangkat tubuhnya. Dan dengan mudahnya, Jessica melepaskan bra
ungu yang dipakai Gracia.
“Are you ready, sugar?” *ganti sugar, karena kalau kata oknum D, gre manis kek gula
Jessica perlahan meremas dada Gracia. Sang adik hanya bisa
memejamkan mata sambil mencoba menikmati (?) permainan sang kakak. Semakin lama
semakin keras.
“Kak... Pelan-pelan... Auuuuhhhh.” Jessica tidak peduli
dengan adiknya yang memohon. Malah kini ia semakin semangat melakukannya.
“Scream for me!”
“Kaaakk! Aaaggghh!”
Walau Gracia sudah berteriak, Jessica masih terlihat belum
puas. Dia terlihat seperti akan mengambil sesuatu lagi di mejanya.
“Biar seru... Kamu mau pake apa, Gre? Gunting? Cutter?
Atau silet lg?”
“Kak?! Aku gak mau pake kaya gitu.”
“APA?! COBA SEKALI LAGI BILANG?!”
Gracia mencoba kabur, namun....
KLEK!
Seling foto lagi ah~ |
Jessica berhasil menahan dan memborgol satu tangannya dengan
satu tangan Gracia. Gracia hanya bisa meneteskan air mata nya. Dengan silet,
Jessica kali ini mengukir sebuah tulisan di tangan Gracia. Ternyata Jessica
mengukir nama Zayn Malik *eh inisial namanya maksudnya “J.Ve” tentunya darah kembali
menghiasi (?). Gracia meringis kesakitan tentu saja.
“Ini tanda kalau kamu itu milik aku~ kamu punyaku kan
sayanggh?” Tanya Jessica sambil mengusap lembut pipi Gracia. “Jawab sayanghh.”
Gracia tetap terdiam karena masih memendam rasa sakit dari ukiran yang dibuat Jessica
ditangannya. “Kenapa diem aja sih??!!” Gracia tetap terdiam.”Kamu kecewa sama
ukiran aku ini??!! Ini bagus, kan?!”
“Kak.. Aku sudah gak kuat kak..” Jawab Gracia akhirnya dengan
nada yang sangat lemah.
“Gak kuat kenapa??!! Kamu bilang kamu suka sama permainan
aku ini??!!”
Gracia tidak menjawab lagi karena terlalu banyak mengeluarkan
darah dan badannya sudah lemas, wajahnya sudah sangat pucat. Mata Gracai
berkunang-kunang. Sementara itu Jessica kini mulai mendekati wajahnya ke
telinga Gracia.
“Kenapa? Sakit? Lebih sakit mana sama aku yang harus memendam
rasa sayang sama kamu, Gre?”
Jessica kembali mencium Gracia dengan penuh gairah. Tanpa
disadari, Gracia pingsan dalam ciuman tersebut.
~~~
Gracia membuka matanya perlahan, cahaya sang mentari telah menyambutnya, dia
melihat kesekitarnya, ternyata dia sudah berada di kamarnya, bukan lagi di
kamar Veranda. Gracia melihat dirinya terbaring masih dengan piyama yang sama, namun
luka ditangannya sudah diobati dan di perban dengan perban baru.
CKLEK!
Tiba-tiba pintu kamarnya dibuka, terlihat Veranda masuk dengan
membawa nampan yang terdapat semangkuk bubur dan segelas jus alpukat di atasnya.
“Ka-kak.... Ve?” Panggil Gracia ragu.
“Kamu makan dulu, ya.”
Gracia masih agak bingung dan sedikit lupa apa yang dia
alami semalam. Mungkin, karena Gracia terlalu lemas dan mengeluarkan banyak darah.
“Ini udah kakak buatin bubur ayam sama jus alpukat kesukaan
kamu. Kamu habisin ya.”
Verandapun membantu Gracia untuk duduk. “Makasih Kak.
Tapi…”
“Tapi apalagi? Mau kakak suapin?” Tanpa jawaban dari Gracia,
Veranda menyuapi Gracia dengan bubur ayam yang telah dibuatnya. “Kamu semalem
abis ngapain, sih? Pingsan di kamar aku terus tangan kamu di borgol sama tangan
aku, lengan kamu berdarah pula. Kakak jadi ngeri.” Veranda benar-benar tidak
sadar kalau "Jessica" lah yang melakukan semua itu pada Gracia.
“Emmm... Anu... Itu...” Gracia bingung harus menjawab
dengan bagaimana, karena dihadapannya ini sekarang adalah sosok Veranda yang
‘tidak bersalah’.
“Emm, yaudah kalau kamu belum mau cerita. Sekarang kamu
istirahat, ya. Soal sekolah, kakak udah izinin kok.”
“Iya Kak.”
Ting-tong!
Terdengar suara bel rumah mereka berbunyi.
“Ada tamu, kakak turun dulu. Kamu bisa makan sendiri dulu
kan, Dek?” Gracia mengangguk, Verandpun turun dan membukakan pintu.
Tak lama Veranda kembali ke kamar Gracia.
“Coba liat kakak bawa apa?~”
Gracia tentunya bingung. Tiba-tiba dari belakang Veranda,
muncul sosok lain yang juga begitu disayangi Gracia.
“Grecot~” Sapa Hamids dengan girangnya.
“Ha-Hamids?! Kok bisa ada disini?” Tanya Gracia.
“Kejutan~ heheh. Tadi Kak Ve nelpon aku, yaudah aku
langsung kesini. Ikut bolos hehe.” Jawab Hamids santai sambil menggaruk
belakang kepalanya yang tidak gatal.
Gracia pun terkejut senang dan tidak menyangka bahwa
kakaknya akan menelpon Hamids untuk datang kerumahnya. Tapi, sejujurnya, ada
satu hal lain yang ditakutin Gracia.
“Kenapa kamu ikutan bolos?”
“Tadi Kak Ve nelpon pas aku mau berangkat sekolah. Kak Ve
bilang kalo kamu gak masuk sekolah dulu soalnya gaenak badan. Yaudah, aku
jenguk aja sekalian bolos sekali-kali heheheh.” Jelas hamids sambil membentuk
huruf V dengan jarinya.
“Tapi pulang sekolah kan bisa.
“Jadi ceritanya gaboleh jenguk kamu, nih?”
Veranda hanya tersenyum melihat Hamids dan Gracia yang
sedang ber-bincang-bincang lucu itu.
“Ya boleh lah. Tapi jangan sampe bolos juga kaliiiii!”
“Tapi aku kan pengen ikut bantuin ngerawat sama nemenin
kamu~” Ucap Hamids dengan nada manja.
“Udah, udah jangan berantem gitu kalian. Hamids, Kak Ve
turun dulu buatin minum buat kamu ya. Titip Gracia.”
“OK Kak!” Jawab Hamids sambil memberi hormat.
Hamids dan Gracia kembali mengobrol. Sejujurnya, walau
Gracia dan Hamids sudah berpacaran lama, Hamids baru pertama kali main ke rumah
Gracia. Bukannya tidak di izinkan, tapi Gracia khawatir dan sedikit takut.
Karena bukan cuman Veranda yang tahu seperti apa hubungan mereka... Tapi juga
Jessica.
“Ini minumannya, nih. Di minum ya Mids ganteng~”
“Iya kak” Tanpa curiga, Hamids mengambil dan meminum sirup
tersebut.
“Gre...” Gracia langsung menoleh. Lagi-lagi ia tidak tahu
harus berbuat apa. “Hamids nya aku pinjem bentar, ya.”
Sementara itu Hamids…
“Aduh... Eh... Kok... Aku pusing ya? Haduh....”
BRUK!!
Seketika Hamids pingsan. Wajar saja, Hamids baru saja
meminum sirup yang telah dicampur obat bius oleh Jessica. Jessica lalu beranjak
menuju pintu, kemudian menguncinya. Jessica lalu mengangkat Hamids ke sofa. *kuat banget ye! Kinal kalah ini mah!
*yaiyalah, buka tutup botol aja Kinal gak bisa!
“Enjoy the show heheh =]”
Saat Gracia ingin bangkit menolong Hamids, ternyata
tanganya sudah diborgol dengan tempat tidur. Jessicapun tersenyum penuh
kemenangan. Tiba-tiba Jessica mencium bibir Hamids, sontak Gracia kaget. Bahkan
dia belum pernah mencium bibir Hamids.
“Lembut, tapi masih lembutan bibir kamu, Gre sayang.”
“Kak…” Tidak mempedulikan Gracia, Jessica perlahan membuka
kancing seragam Hamids. “Kak... Please... Jangan...”
“Jangan apa? Jangan berhenti maksudnya? Okay.” Jessicapun
membuka seragam Hamids, saat tangan Jessica berada di sabuk Hamids….
“Aduh... Kepalaku...” Hamids sedikit tersadar. “WADUUUHH
KAK...???”
Tentu saja Hamids kaget melihat Veranda atau lebih
tepatnya Jessica dihadapannya seperti ingin menelanjangi dirinya. Namun, Hamids
belum sepenuhnya sadar. Ia kembali merintih kesakitan karena kepala nya yang
sangat pusing efek dari minuman yang diberi oleh Jessica.
“Kenapa kepala kamu? Minta di kecup kah?” Tidak lama
kemudian Jessica mengecup kening Hamids.
“Kak udah berhenti! Jangan ganggu Hamids!” Bentak Gracia
dengan nada tinggi.
Kesal karena dibentak Gracia, Jessica menghampiri Gracia
dan...
PLAK!!
Jessica menampar Gracia, Hamids yang kaget ingin menolong
tidak mampu bangkit karena kepalanya masih sakit dan pusing.
“Jangan macem-macem sayang. Aku gak suka diteriakin kamu gitu!!!
Sakit ya? Maaf ya.” Jessica mencium singkat bibir Gracia. “Kamu duduk tenang
dulu, ya.”
Jessica kembali mendekati Hamids dan langsung mencium
bibir Hamids. Tentu saja Hamids kaget. Tapi, badannya seperti tak mampu
bergerak untuk melawan. Sesekali Jessica menoleh ke arah Gracia, berharap
Gracia melihatnya.
“Please... Stop... Kak...”
Jessica melepas ciumannya, lalu ia memukul Hamids begitu
keras, Hamids kembali pingsan.
“Gre... Kamu bilang apa tadi? Stop? Kamu mau aku stop?
Kamu mau aku menghentikan semua ini? Gak akan Gre... Jangan harap aku bakal
berhenti sebelum kamu mau nerima aku!”
Gracia benar-benar stuck. Di depannya bukan lagi sang
kakak yang dicintainya, namun sesosok psikopat gila yang bisa membunuh kapan
saja
Lalu gracia melihat ada obeng -yang 5 hari lalu pernah ia
gunakan untuk membenarkan baut jendela yang lepas- di atas meja dan ia lupa
mengembalikannya. Lalu gracia berpikir ingin mengambilnya. Karena Gracia
berpikir jarak meja dapat diraih oleh kakinya itu, iapun mencoba untuk
mengambil obeng yang menurutnya bisa untuk membuka borgol yang hanya dipasang Jessica
di tangan kanan nya itu. Dengan obeng yang diambilnya itu, Gracia berhasil
membuka borgolnya. Dengan badan yang masih agak lemas, Gracia memeluk dari
belakang tubuh Jessica yang sedang mencumbu tubuh Hamids.
“G-Gre?!” Kaget Jessica.
“Berhenti Kak, jangan sakitin Hamids lagi.”
Jessica mendorong tubuh Gracia sampai terjatuh membentur
pinggir tempat tidurnya.
“Kamu ini!! Hamids, Hamids, Hamids mulu!!” Bentak Jessica.
“Ada barang bagus tuh!” Ucap Jessica yang melihat adanya obeng di atas kasur.
Melihat itu, Gracia langsung dengan cepat mengambil obeng tersebut
dan menggunakannya untuk menusuk Jessica, namun refleks Jessica lebih cepat, diapun
mampu nenghindarinya. Tetapi tidak untuk Hamids…
JLEB!!
Ya, obeng tersebut mengenai perut Hamids... Darah mengucur
deras dari perutnya...
“Ckck. Kamu gila Gre? Pacar sendiri pun kamu tusuk? Hahah.”
Tanya Jessica sambil tertawa menyebalkan.
Gracia shock melihat Hamids, orang yang disayangnya
bersimbah darah. Gracia mulai lemas, tangannya –yang masih memegang obeng itu- begitu
gemetaran karena telah menusuk perut salah satu orang yang ia sayang.
“H-Ha-Ha-Hamids??”
Hamids tidak menjawab. Ia bahkan tidak mampu untuk
mengimbangi nafas nya yang hanya tinggal beberapa tarikan itu. Wajah Hamids
pucat pasi.
JLEB!!
Tangan Gracia dipaksa oleh Jessica untuk menancapkan obeng
itu lebih dalam lagi. Gracia mulai menitikan air mata. Genggaman tangan Jessica
sangat kuat, Gracia tidak bisa melepaskannya.
“Sssttt. Kamu bisa denger kan suara Hamids yang makin
menipis itu? Indah ya?” *Wah Ve HamIndah
shipper *eh bukan woy!!
“Jangan Kak.... Aku mohon.... Jangan Hamids...”
“Aarrgggghh!!” Erang Hamids.
Sebenarnya Gracia tidak ingin melakukan ini, tapi tangan Jessica
semakin kuat menekan tangannya.
“Seharusnya kamu jangan lepas borgol itu kalau tau
akhirnya begini, kan?”
“Kak.. Lepasin genggaman kakak ini. Aku gak tega sama
Hamids.”
“Kenapa gak tega? Kan kamu sendiri yang pilih cara ini?”
“Kak, please.” Air mata Gracia mulai terlihat mengalir
“Oke, oke. Kakak bakal lepasin. Tapi, dengan satu syarat.”
“Sya-syarat?”
“Iya, kalau kamu gak mau--”
“I-Iya aku mau. Ta-”
“Jadilah milik kakak seutuhnya.”
Graciapun menghembuskan nafasnya dan menggangguk. Jessicapun
melepaskan genggaman tangannya, begitu juga dengan Gracia. Tanpa ba-bi-bu,
Jessica menarik Gracia dan menciumnya dengan agresif. Melihat ada kesempatan, dengan
susah payah Hamids mencabut obeng di perutnya dan...
JLEB!!
Menusuk punggung Jessica.
“Cukup kak!”
“Kamu..... Kurang ajar!”
BRUKK!!
Jessicapun terjatuh. Dengan perut basah dengan darah,
Hamids menghampiri dan memeluk Gracia.
“Maafin aku, Gre.”
“Aku yang harus minta maaf.” Gracia memeluk erat Hamids
dan menangis di pelukan pemuda itu. “Sekarang kita harus ke rumah sakit.”
“Iya, tenang aj—Aaarrghh!!”
Sesuatu menancap di kaki Hamids...
Sebuah gunting yang entah dari mana muncul...
Hamids pun jatuh tak berdaya
“Untung aku selalu bikin persiapan.” Baju yang dikenakan Jessica
bukan baju biasa *BBB banget ya :v Bukan
Baju Biasa tereteng tereng lolz!* Jessica menyelipkan kayu triplek yang
sudah diolah sedemikian rupa, sehingga bisa melindungi tubuhnya. “Hai Gre~ I'm
back!” Sebuah senyuman muncul di bibir Jessica. Senyuman penuh kemenangan
Ting-tong!
Tiba-tiba bel pintu rumah mewah itu kembali berbunyi.
Mendengar itu dengan cepat Jessica turun untuk melihat siapa yang dateng,
terlihat Kinan berdiri dengan membawa buah-buahan.
“Ve~ ini aku~ bukain dong~~” Pinta Kinan.
CKLEK!
“Ngapain kamu disini?!” Tanya Jessica ketus dan tentunya
tidak suka.
“Jenguk Gracialah. Maaf ya baru dateng.
“Pulang sana!”
“Kok gitu sama aku? Kenapa emangnya?” Jessica hanya
menatap Kinan dengan sinisnya. Curiga dengan sikap gadis dihadapannya itu, Kinan
main masuk ke dalam rumah bergaya eropa itu. “Kok sepi banget Ve? Gracia mana?”
Mendengar suara Kinan dibawah, Graciapun berteriak. “Kak
Kinan? Kak Kinan tolong!!”
“Gracia?! Gracia kenapa?” Kinanpun berlari tepat sekali
sebelum Jessica menusuknya dari belakang.
Betapa kagetnya Kinan ketika melihat Gracia tergeletak
lemah di lantai. Tak jauh dari sana, ada Hamids yang bermandikan darah,
kemungkinan dia sudah tewas.
“Apa ini? Hamids kenapa?”
“KAK AWAS!!!”
Sebuah tongkat kayu tepat mengenai pundak Kinan. Pelakunya
siapa lagi kalau bukan Jessica. Kinan menahan sakit, namun ia masih kuat
menahan serangan itu
“Ve?! Apa-apaan kamu?
“Ve siapa? Disini gak ada yang namanya Ve!!”
“Kak... Itu beneran Kak Ve... Tapi... Itu Kak Jessica.”
“Hah? Maksud kamu?”
Lagi-lagi Jessica menyerang Kinan. Namun, karena Kinan
merupakan ketua Club Karate di sekolahnya dulu, maka dengan mudah Kinan
menghindar dan memberikan serangan balasan yang membuat Jessica pingsan dalam
sekali pukul. Gracia segera memeluk Kinan.
“Hamids....”
“Sekarang kita harus bawa kakak kamu ke rumah sakit, dia
butuh di therapy. Untuk Hamids... Biar aku telepon polisi.”
Tak lama, Ambulans dan polisipun datang, mengurus semuanya….
~~~
Kasih satu lagi deh :v |
Beberapa tahun kemudian...
Gracia dan Hamids sudah kuliah, mereka kuliah di kampus yang sama, namun beda jurusan.
Gracia dan Hamids sudah kuliah, mereka kuliah di kampus yang sama, namun beda jurusan.
Sementara Veranda...
Masih terkurung di ruangan khusus di salah satu rumah sakit
jiwa yang ruangannya serba putih. Hanya ada kasur di ruangan itu. Setiap hari
secara bergantian orang tuanya dan Kinan selalu menjaga dan mengurusnya dan
sesekali Gracia juga Hamids mengunjunginya. Gracia cukup senang melihat
perubahan dan kemajuan kakaknya yang makin membaik. Dan sisi Verandanya (?) menjadi
lebih banyak (?).
Dan tiba hari dimana, Gracia dan Hamids akan menikah dan
mengabarkannya pada Veranda.
“Ve, coba liat ada siapa~” Ucap Kinan sok memberi kejutan.
“Kak Ve~~” Gracia langsung berlari mendekat ke tempat
tidur Veranda.
“Gracia? Hamids?” Kaget Veranda.
“Apa kabar Kak Ve?” Tanya Hamids yang berdiri dekat Kinan
di depan pintu masuk.
“Kok tumben pada dateng?”
“Ihh! Emangnya aku sama Hamids gak boleh jenguk?” Tanya
Gracia sambil memanyunkan bibirnya.
“Bolehlah. Masa kakak gak bolehin kamu kesini. Ada apa?
Kok kayanya pada seneng banget?”
“Emm... Aku… sama Hamids--”
“Kita mau nikah!!” Ucap Hamids Girang, menyelak Gracia.
Deg! Entah kenapa Veranda merasa ada sesuatu yang aneh dalam
dirinya.
“Kalau gitu selamat ya, Hamids.”
“Makasih Kak Ve~”
“Kamu gak mau peluk aku?”
“Maulah kak!!” Gracia memeluk kakaknya dengan erat, begitu
juga dengan Kinan dan Hamids yang berpelukan sambil bercanda-canda.
Gracia begitu senang dalam pelukan sang kakak. “Selamat
ya... Gre.” Bisik seorang Jessica sambil tersenyum evil dan membelai lembut
rambut adiknya.
END
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Gimana endingnya? Wkwk :v biar kek di pilem-pilem jadi
sengaja gitu wkwk :v
Jangan lupa semuanya follow twitter BeShanan, @BeShan_an
dan ask.fm kita ask.fm/BeShanan.
Add juga official Line Account kita.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m
-Jurimayu14-
Njir serem banget.. tapi keren serius
ReplyDeleteBusseet ternyata bidadari ada yg gila juga hahah ^^
ReplyDeletetp keren ceritanya
curang cuma bentar doang-_-tapi serem njir bayangin ve gituin gre ckckck
ReplyDeleteSpeechless ae dehhh ;-; wkwkwk :"v
ReplyDeleteIde "Ve as a schizophrenic"nya keren. :)
ReplyDeletePenggunaan benda tajamnya yang bikin gak nyaman (tapi tetep maksain baca sampe abis)... balik ke selera pribadi sih.
busett dahh gue baca nihh ngeri banget pas si jessica ngiris tangannya gre🔪*bukannya pake silet yah,, abaikan * tapi pada akhirnya ada juga yang gue cari...
ReplyDeletebaru baca kak , sorry cuma mau koreksi sedikit schizoprenia sama kepribadian ganda itu beda kak. kalo schizoprenia lebih ke halusinasi denger suara2 gitu ataupun delusi gitu, kalo DID ( kepribadian ganda) itu baru yg dia punya dark alter ego
ReplyDeletemungkin itu lebih ke bipolar disorder. cuma ngeri banget kalau punya sodara dalam wujud lain mencintai kita tapi dengan cara yang gila
ReplyDeletedarah semua njirr, tapi keren dah
ReplyDeleteJudulnya jadi Blood Splattered Satisfaction aje XD
Ve nya suka darah soalnye :V