Thursday, April 9, 2015

Oshibe to meshibe to yoru no chouchou (GreVe ft Jessica)

Sebelum masuk ke cerita di FFnya, saya mau nginfoin dulu buat yang gak tau *sok beut* judul FF ini diambil dari lagu Unit Song milik Tim K di setlist Saishuu Bell ga Naru, yang dinyanyikan originalnya oleh Ohori Megumi dan Tomomi Kasai.
Secara kebetulan, setlist ini juga akan dinyanyikan oleh Tim KIII. Cukup kaget juga, karena lagu ini lebih ‘berbahaya’ dari Kinjirareta Futari *yang artinya aja di alusin sama JOT.
Buat yang belum pernah liat:
(Oshimeshi versi Nyannyan x Acchan)
(Lyrics+English Translation)
(Lirik+Terjemahan Indonesia)


Cerita di FF inipun diambil dasarnya dari lagu ini, yang menceritakan tentang kakak-adik yang jatuh cinta~ awalnya ide ini muncul pas saya membayangkan jika Veranda dan Gracia membawakan lagu ini… pasti gregetss bangettss. Sayangnya KIII yang dapet, mungkin Oshimeshi (singkatan lagu ini) bakalan Prasetya Sister yang bawain secara mereka emang kakak-adik beneran kkk~
Dan karena ide FF ini muncul, tapi ku gak bisa buat FF dengan genre ini *lebih tepatnya malas lolz* kulemparlah plot ceritanya ke grup BeShanan dan…. Lihatlah! Jadi! So, cerita ini dibuat oleh beberapa member BeShanan. FF Live yang akhirnya di rapihkan dan saya post~
WARNING: This fanfic is not for child. This fanfic contain a mature theme. So if you’re underage, please don’t read this! *if u still wanna read this, it’s up to you
Oh iya, ff ini bergenre Romance Thriller, lalu ada Jessica *bukan Jessica ex SNSD, ya* nah yang bingung maksudnya, semoga penjelasan dalam ceritanya bisa ngejelasin. Lalu semoga gak bingung kalau narasinya nulis kadang Jessica, kadang Veranda *ya entar kan tau kenapa* Terakhir, gak usah baper ya, ini cuman shinkirou kaya hubungan diantara kita *apasih
Yaudah, sekali lagi Saya sudah peringatkan, fanfic ini mengandung unsur dewasa yang agak berbahaya. Saya tidak bertanggung jawab dengan kondisi kalian setelah membacanya. ._.
Selamat membaca~
Oshibe to meshibe to yoru no chouchou (GreVe ft Jessica)
Nih GreVe
Cast:
Gracia (Grecot): Gadis SMA yang cantik dan manis kek gula *sugar, yes, please *ala oknum D
Veranda: Kakak dari Gracia, sudah kuliah. Gadis yang sebenernya baik hati, rajin, sempurna kayak bidadari sayangnya...
Jessica: Sosok lain dari seorang Veranda, sifatnya berbanding terbalik dengan saat dirinya jadi Veranda.
Hamids: Teman satu kelas Gracia, sekaligus sahabat dan pacar Gracia.
Kinan: Teman satu kampus Ve, menyukai Ve. Ve juga menyukainya, hanya saja….
Yak, mari kita mulai saja ceritanya~
~~~
Di sebuah rumah bertingkat 4, tinggalah sebuah keluarga yang harmonis. Sepasang suami istri dengan 2 anak perempuan mereka yang cantik. Anak pertama bernama Jessica Veranda dan adiknya bernama Shania Gracia. Di mata orang-orang mereka adalah keluarga kaya yang harmonis dan baik-baik saja. Memang, begitulah yang terlihat, tapi kenyataannya...
“Gre, bisa tolong pijitin aku?” Pinta gadis bertubuh bak model itu pada adiknya.
“Iya kak.” Gracia memijat punggung kakaknya. Memang, kakak tercintanya ini baru saja pulang dari kuliah.
“PIJITNYA YANG KENCENG DONG!” Bentak sang kakak.
“I-iya maaf.” Graciapun memijat lebih kencang.
Tiba-tiba Veranda yang sedang dalam mode Jessica itu memegang lembut tangan Gracia dan mengusapnya.
“Lebih kenceng dong Gre sayang.” Ucap Jessica –mari kita sebut Jessica- dengan suara yang agak membuat merinding.
Dia menarik tangan Gracia, saat Jessica ingin mencium tangan Gracia, gadis penyuka warna ungu itu menarik tangannya. Sontak Jessica langsung bangkit dan menatap Gracia dengan tajam.
“Anu kak, aku tadi bikinin makanan buat kakak, aku ambilin dulu, ya.”
Graciapun langsung pergi ke dapur. Veranda sebenarnya memiliki kondisi kejiwaan schizophrenia. Jessica adalah satu "dark alter ego" dari dirinya. Keadaan kejiwaan Veranda ini hanya diketahui sang adik yang ‘dicintai’ oleh Jessica. Veranda sendiri bahkan tidak tahu. Jika ditanya kenapa Gracia tidak menceritakannya pada orang lain, jawabannya satu. Di dalam lubuk hatinya yang terdalam, dia kasian dan juga mencintai kakaknya. Entah yang mana. Aneh dan gila juga rasanya pikir Gracia.
20 menit kemudian Gracia kembali ke kamar kakaknya.
“Lho? Kamu dari mana Gracia?”
“Eh? Aku abis ngambil makanan buat kakak.”
“Kayaknya aku tadi gak minta deh. Any way, thanks.”
Gracia bisa tahu siapa yang ada di hadapannya dari panggilan. Jika ia dipanggil Gre, maka kakaknya adalah Jessica. Jika ia dipanggil Gracia/Dek, maka kakaknya adalah Veranda.
“Aku taro disini ya makanannya, Kak.” Gracia menaruh makanannya di meja. “Kak Ve mau aku pijitin lagi?”
“Lagi?” Tanya Veranda heran. “Gak usah Gracia. Kamu belajar aja, dek. Besok sekolah, kan?”
Graciapun mengangguk dan kembali ke kamarnya. Malam ini, Gracia beruntung. Ia bisa tidur lebih cepat, biasanya ia harus menjalani "siksaan" dari kakaknya hingga tengah malam. Hari berganti, keluarga kecil itu sarapan dengan tenangnya. Seperti biasa kakak-beradik itu berangkat bersama dengan mobil pribadi Veranda. Di dalam mobil, hanya suara music yang terdengar. Hingga suara sang kakak memecah keheningan.
“Gre.” Deg. Jantung Gracia berdegup kencang, karena tahu dia sedang dengan kakaknya "yang lain". “Kamu temenin kakak, ya?”
“Tapi Kak, aku kan mesti sekolah.”
“JADI KAMU NGELAWAN KAKAK?! Temenin kakak, Gre… Temenin...” Entah kenapa air mata keluar dari mata Jessica. Gracia masih terdiam. Jessica yang tidak sabaran akhirnya dengan nekat memberhentikan mobilnya di tepi jalan. Beruntung pagi itu kondisi jalan masih lenggang. “JAWAB GRE! KOK DIEM AJA?” Kesal, Jessica menjambak rambut adiknya tersebut.
“Awwww!! Sakit kak….” Rintis Gracia kesakitan.
BEEP-BEEP!! *bukan! Bukan lagu SNSD :v
Alarm, di HP Veranda berbunyi. Dengan kesal, Jessicapun mengecek HPnya.
Jam di HP sudah menunjukkan pukul 06.48. Verandapun menengok ke arah Gracia. “Dek? Kamu kenapa Gracia? Aduh... ini kok udah jam segini aja? Kita harus buru-buru biar gak macet.” Veranda kembali menjalankan mobilnya.
Graciapun menghembuskan nafasnya lega. Setibanya di sekolah...
“Kamu kenapa Gre? Kok rambut kamu kusut?” Tanya seorang cowok bertubuh jangkung to the point pada saat melihat Gracia yang baru tiba itu.
"Eh gak. Gak papa kok. Udah yuk masuk kelas.” Gracia langsung menarik lengan cowok bernama Hamids itu, teman sekelasnya. Pacarnya.
Jam pulang sekolahpun tiba. Seperti biasa, Veranda menjemput Gracia untuk pulang bersama. Tidak seperti saat pagi tadi, Veranda terlihat senang dan gembira juga cerah. Melihat itu Gracia merasa lega.
“Liat deh, Dek. Tadi Kak Kinan ngasih Kak Ve kalung.” Ucap Veranda sambil memamerkan kalung berbandul huruf V yang sudah dipakainya itu.
Ahh~ pantes saja. Kinan itu teman sekampus Veranda yang naksir berat sm Veranda. Sampai di rumah, karena merasa kondisi kakaknya lagi bahagia (?), Gracia memberanikan diri meminta Veranda mengajarinya.
“Kak, tolong bantuin aku ngerjain PR bisa, kan?”
“Bisa kok, Dek. Abis makan malem, ya.”
Keduanyapun makan malem dengan tenangnya sambil bercanda tawa. Gracia merasa begitu tenang juga senang. Walau mereka hanya berdua, karena kedua orang tua mereka pergi keluar kota untuk urusan pekerjaan. Selesai makan malam, keduanya belajar bersama di kamar Veranda.
Dengan bantuan Veranda, dalam 30 menit saja, tugas Gracia sudah selesai. Graciapun memilih untuk kembali ke kamarnya, agar tidak mengganggu Veranda yang juga memiliki tugas yang harus dikerjakan. Namun, baru saja Gracia ingin membuka kenop pintu, Jessica memanggilnya. Ya, Jessica.
“Mau kemana, Gre?” Kembali jantung Gracia serasa diremas. Ia lalu menoleh ke arah panggilan itu.
“Kak Je?”
Kakaknya itu tersenyum dan menatap Gracia tidak seperti biasanya. Membuat Gracia bingung siapa yang kini ada di hadapan nya.
“Sini temenin Kak Ve bobo, ya? Mau gak?”
Gracia dengan perlahan dan sedikit takut mendekati kakaknya. Graciapun ikut duduk di tepi ranjang tempat tidur Veranda. Bulu kuduk gadis itu berdiri saat sang kakak membelai halus rambutnya.
“Kak?”
“Kenapa Gre?”
Keliatan sama?
Veranda (?) masih memainkan rambut Gracia, bahkan menciumnya, terlihat seperti seorang maniak. Gracia mulai tidak nyaman dengan sikap kakaknya itu. Perasaan nya mulai tidak enak.
“Heheh.” Senyuman kembali mengembang di wajah Veranda (?), namun terlihat lebih.... jahat. “Gre, kamu cantik. Tapi kenapa… KENAPA KAMU ITU JADI ADEK AKU?!”
Gracia bingung dan kaget tentunya mendengar itu. Tiba-tiba tubuhnya di dorong hingga jatuh di atas kasur. Jessica –jelas sosok itu bukanlah Veranda- bangkit dan akan mengambil sesuatu di meja belajarnya. Sebuah silet kecil kini ada di tangan Jessica. Gracia tahu hal ini akan menyakitkan.
“Siniin tangan kamu!” Pinta Jessica, dengan takut dan ragu tentunya Gracia menjulurkan tangan kirinya.
Perlahan namun pasti, sayatan demi sayatan di goreskan Jessica di tangan mungil adik nya.
“A-aaaww!! Aaww.” Rintih Gracia.
Senyum mengembang di bibir Jessica. Ia terlihat begitu menikmati hal ini. Darah mulai keluar dari luka yamg dibuat Jessica. Sambil tersenyum, Jessica mulai menjilati darah yang keluar itu dan mengisapnya. Sontak buat Gracia makin meringis.
“I like your voice, Gre... Meringis lah...”
Gracia menahan sakitnya, jika dia tidak menahannya, sang kakak bisa terus mengisap darahnya. Itu lebih berbahaya. *mungkin Ve turunan Bella soang sama Edward Culun, atau pemain CCS: Cantik-cantik Sariawan (?).
Kesal tidak mendapatkan yang diminta, -dengan mulut yang masih terdapat darah Gracia- Jessica mencium bibir Gracia. Jessica mencium Gracia dengan nafsunya, darah Gracia dan saliva bercampur saat kedua lidah mereka bertautan. Sejujurnya Gracia menyukai bibir lembut sang kakak. Dan seandainya hanya ada dua pilihan, dia lebih baik disiksa dengan siksaan seperti itu dibanding disiksa dengan benda-benda tajam yang membahayakan keduanya. Sekali lagi, Gracia merasa dia juga gila saat memikirkan itu. Saat keduanya merasa membutuhkan oksigen untuk bernafas, Jessica melepaskan ciuman mereka. Pikir Gracia, kakaknya akan kembali mencumbunya, nyatanya Jessica malha menekan luka sayatan Gracia cukup dalam, hingga darah mengucur deras dari pergelangan tangannya.
“Kak... Please... Sakit...” Tidak memperdulikan rintihan Gracia, Jessica kembali mencium adiknya, kali ini di leher putih Gracia. Perlahan desahan keluar dari bibir pucat Gracia yang membuat Veranda kembali…
Veranda lalu duduk. “Ini apa? Lho Gracia??? Tangan kamu kenapa sayang? Ya ampuuunnn sini kakak obatin.” Verandapun terlihat panik.
Jika malam itu Gracia terus bersama Jessica, mungkin dia akan kehilangan banyak darah. Tapi, Gracia tetap menutupi bagaimana luka itu terjadi dari sang kakak yang terlihat sedih. Akhirnya, luka di tangan Graciapun telah diobati dan dibalut dengan perban.
“Aku tidur sm Kak Ve, ya?”
“Yaudah, yuk, kalau gitu kita tidur.”
Biar takut dan ada kesempatan untuk bebas, melihat kakaknya yang sedang bingung dan heran itu, Gracia memilih untuk tetap tidur bersama sang kakak, kakak yang begitu disayanginya. Dengan cepat, terlihat Veranda sudah tertidur, Graciapun membaringkan dirinya.
Gracia tertidur begitu lelap, sampai tiba-tiba tubuhnya terasa berat. Leher nya terasa geli dan basah (?) terdengar suara kecupan (?) Gracia perlahan membuka matanya, dan melihat sang kakak –yang berada di atasnya itu- tengah mencumbu dirinya penuh gairah.
“Kak Ve...” Ucap Gracia yang masih mengantuk
“Ssssttt.... Jangan banyak gerak sayangghh, atau aku bakalan gigit leher kamu sampe berdarah.” Ucap Jessica tentunya dengan nada seduktif. *Tuh kan Ve itu CCS, Cantik-cantik Sengklek #dzigh
“Ta-tapi, Kak? Ngghh hmmhh…” Gracia menahan desahannya dengan menggigit bibir bawahnya.
“Gak usah ditahan gitu sayangghh.”
Merasa kesal (?) karena Gracia tetap menahan desahannya. Jessica kembali meremas pergelangan tangan gracia yang sebelumnya dilukainya dengan tetap menikmati leher adiknya sambil tersenyum evil (?).
“Kak, udah Kak. Tolong jangan lanjutin lagi.”
“Kamu diem deh, Gre. Kamu ikutin permainan kakak ini aja pasti seru. Kakak janji bakal lebih seru dari biasanya.” Ucap Jessica sambil mengusap bibir Gracia dan tersenyum lagi.
Melihat senyuman itu, meluluhkan Gracia, membuatnya tak bisa menolak lagi. Gracia memang sudah tak bisa apa-apa lagi, dirinyapun mengiyakan untuk mengikuti permainan kakak nya itu. Jessica perlahan membuka kancing piyama adiknya dengan menggunakan mulut nya. Hembusan nafas Jessica benar-benar membuat Gracia menjadi "panas".
“Kamu mau kan jadi milikku seutuhnya?” Gracia hanya mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya.
Melihat Gracia yang hanya mengangguk, Jessica meremas salah satu buah dada Gracia. “Kak... Mmmhhh...”
“Shall we play the game?”
Gracia kembali mengangguk. “Y-Yes, please. Just start now and end this game.” Ucapnya pelan.
Lagi-lagi senyum evil Jessica keluar. Tanpa ba-bi-bu, Jessica mencium bibir Gracia, Graciapun melingkarkan kedua lengannya di leher sang kakak guna memperdalam ciuman mereka. Yang tanpa disadari Gracia, darah kembali keluar dari tangannya yang terluka sebelumnya. Gracia tidak hanya pasrah dan membiarkan sang kakak menguasai permainan. Tapi, dia juga membalas ciuman itu. Gracia tahu, ini salah. Menyakitkan. Menyiksa. Tapi, mengenakkan (?).
Perlahan, tangan Jessica mulai menjamahi tubuh adiknya sendiri itu. Tangannya mulai ke bagian belakang tubuh Gracia, mencari sesuatu. Gracia sedikit mengangkat tubuhnya. Dan dengan mudahnya, Jessica melepaskan bra ungu yang dipakai Gracia.
“Are you ready, sugar?” *ganti sugar, karena kalau kata oknum D, gre manis kek gula
Jessica perlahan meremas dada Gracia. Sang adik hanya bisa memejamkan mata sambil mencoba menikmati (?) permainan sang kakak. Semakin lama semakin keras.
“Kak... Pelan-pelan... Auuuuhhhh.” Jessica tidak peduli dengan adiknya yang memohon. Malah kini ia semakin semangat melakukannya.
“Scream for me!”
“Kaaakk! Aaaggghh!”
Walau Gracia sudah berteriak, Jessica masih terlihat belum puas. Dia terlihat seperti akan mengambil  sesuatu lagi di mejanya.
“Biar seru... Kamu mau pake apa, Gre? Gunting? Cutter? Atau silet lg?”
“Kak?! Aku gak mau pake kaya gitu.”
“APA?! COBA SEKALI LAGI BILANG?!”
Gracia mencoba kabur, namun....
KLEK!
Seling foto lagi ah~
Jessica berhasil menahan dan memborgol satu tangannya dengan satu tangan Gracia. Gracia hanya bisa meneteskan air mata nya. Dengan silet, Jessica kali ini mengukir sebuah tulisan di tangan Gracia. Ternyata Jessica mengukir nama Zayn Malik *eh inisial namanya maksudnya “J.Ve” tentunya darah kembali menghiasi (?). Gracia meringis kesakitan tentu saja.
“Ini tanda kalau kamu itu milik aku~ kamu punyaku kan sayanggh?” Tanya Jessica sambil mengusap lembut pipi Gracia. “Jawab sayanghh.” Gracia tetap terdiam karena masih memendam rasa sakit dari ukiran yang dibuat Jessica ditangannya. “Kenapa diem aja sih??!!” Gracia tetap terdiam.”Kamu kecewa sama ukiran aku ini??!! Ini bagus, kan?!”
“Kak.. Aku sudah gak kuat kak..” Jawab Gracia akhirnya dengan nada yang sangat lemah.
“Gak kuat kenapa??!! Kamu bilang kamu suka sama permainan aku ini??!!”
Gracia tidak menjawab lagi karena terlalu banyak mengeluarkan darah dan badannya sudah lemas, wajahnya sudah sangat pucat. Mata Gracai berkunang-kunang. Sementara itu Jessica kini mulai mendekati wajahnya ke telinga Gracia.
“Kenapa? Sakit? Lebih sakit mana sama aku yang harus memendam rasa sayang sama kamu, Gre?”
Jessica kembali mencium Gracia dengan penuh gairah. Tanpa disadari, Gracia pingsan dalam ciuman tersebut.
~~~
Gracia membuka matanya perlahan, cahaya sang mentari telah menyambutnya, dia melihat kesekitarnya, ternyata dia sudah berada di kamarnya, bukan lagi di kamar Veranda. Gracia melihat dirinya terbaring masih dengan piyama yang sama, namun luka ditangannya sudah diobati dan di perban dengan perban baru.
CKLEK!
Tiba-tiba pintu kamarnya dibuka, terlihat Veranda masuk dengan membawa nampan yang terdapat semangkuk bubur dan segelas jus alpukat di atasnya.
“Ka-kak.... Ve?” Panggil Gracia ragu.
“Kamu makan dulu, ya.”
Gracia masih agak bingung dan sedikit lupa apa yang dia alami semalam. Mungkin, karena Gracia terlalu lemas dan mengeluarkan banyak darah.
“Ini udah kakak buatin bubur ayam sama jus alpukat kesukaan kamu. Kamu habisin ya.”
Verandapun membantu Gracia untuk duduk. “Makasih Kak. Tapi…”
“Tapi apalagi? Mau kakak suapin?” Tanpa jawaban dari Gracia, Veranda menyuapi Gracia dengan bubur ayam yang telah dibuatnya. “Kamu semalem abis ngapain, sih? Pingsan di kamar aku terus tangan kamu di borgol sama tangan aku, lengan kamu berdarah pula. Kakak jadi ngeri.” Veranda benar-benar tidak sadar kalau "Jessica" lah yang melakukan semua itu pada Gracia.
“Emmm... Anu... Itu...” Gracia bingung harus menjawab dengan bagaimana, karena dihadapannya ini sekarang adalah sosok Veranda yang ‘tidak bersalah’.
“Emm, yaudah kalau kamu belum mau cerita. Sekarang kamu istirahat, ya. Soal sekolah, kakak udah izinin kok.”
“Iya Kak.”
Ting-tong!
Terdengar suara bel rumah mereka berbunyi.
“Ada tamu, kakak turun dulu. Kamu bisa makan sendiri dulu kan, Dek?” Gracia mengangguk, Verandpun turun dan membukakan pintu.
Tak lama Veranda kembali ke kamar Gracia.
“Coba liat kakak bawa apa?~”
Gracia tentunya bingung. Tiba-tiba dari belakang Veranda, muncul sosok lain yang juga begitu disayangi Gracia.
“Grecot~” Sapa Hamids dengan girangnya.
“Ha-Hamids?! Kok bisa ada disini?” Tanya Gracia.
“Kejutan~ heheh. Tadi Kak Ve nelpon aku, yaudah aku langsung kesini. Ikut bolos hehe.” Jawab Hamids santai sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
Gracia pun terkejut senang dan tidak menyangka bahwa kakaknya akan menelpon Hamids untuk datang kerumahnya. Tapi, sejujurnya, ada satu hal lain yang ditakutin Gracia.
“Kenapa kamu ikutan bolos?”
“Tadi Kak Ve nelpon pas aku mau berangkat sekolah. Kak Ve bilang kalo kamu gak masuk sekolah dulu soalnya gaenak badan. Yaudah, aku jenguk aja sekalian bolos sekali-kali heheheh.” Jelas hamids sambil membentuk huruf V dengan jarinya.
“Tapi pulang sekolah kan bisa.
“Jadi ceritanya gaboleh jenguk kamu, nih?”
Veranda hanya tersenyum melihat Hamids dan Gracia yang sedang ber-bincang-bincang lucu itu.
“Ya boleh lah. Tapi jangan sampe bolos juga kaliiiii!”
“Tapi aku kan pengen ikut bantuin ngerawat sama nemenin kamu~” Ucap Hamids dengan nada manja.
“Udah, udah jangan berantem gitu kalian. Hamids, Kak Ve turun dulu buatin minum buat kamu ya. Titip Gracia.”
“OK Kak!” Jawab Hamids sambil memberi hormat.
Hamids dan Gracia kembali mengobrol. Sejujurnya, walau Gracia dan Hamids sudah berpacaran lama, Hamids baru pertama kali main ke rumah Gracia. Bukannya tidak di izinkan, tapi Gracia khawatir dan sedikit takut. Karena bukan cuman Veranda yang tahu seperti apa hubungan mereka... Tapi juga Jessica.
“Ini minumannya, nih. Di minum ya Mids ganteng~”
“Iya kak” Tanpa curiga, Hamids mengambil dan meminum sirup tersebut.
“Gre...” Gracia langsung menoleh. Lagi-lagi ia tidak tahu harus berbuat apa. “Hamids nya aku pinjem bentar, ya.”
Sementara itu Hamids…
“Aduh... Eh... Kok... Aku pusing ya? Haduh....”
BRUK!!
Seketika Hamids pingsan. Wajar saja, Hamids baru saja meminum sirup yang telah dicampur obat bius oleh Jessica. Jessica lalu beranjak menuju pintu, kemudian menguncinya. Jessica lalu mengangkat Hamids ke sofa. *kuat banget ye! Kinal kalah ini mah! *yaiyalah, buka tutup botol aja Kinal gak bisa!
“Enjoy the show heheh =]”
Saat Gracia ingin bangkit menolong Hamids, ternyata tanganya sudah diborgol dengan tempat tidur. Jessicapun tersenyum penuh kemenangan. Tiba-tiba Jessica mencium bibir Hamids, sontak Gracia kaget. Bahkan dia belum pernah mencium bibir Hamids.
“Lembut, tapi masih lembutan bibir kamu, Gre sayang.”
“Kak…” Tidak mempedulikan Gracia, Jessica perlahan membuka kancing seragam Hamids. “Kak... Please... Jangan...”
“Jangan apa? Jangan berhenti maksudnya? Okay.” Jessicapun membuka seragam Hamids, saat tangan Jessica berada di sabuk Hamids….
“Aduh... Kepalaku...” Hamids sedikit tersadar. “WADUUUHH KAK...???”
Tentu saja Hamids kaget melihat Veranda atau lebih tepatnya Jessica dihadapannya seperti ingin menelanjangi dirinya. Namun, Hamids belum sepenuhnya sadar. Ia kembali merintih kesakitan karena kepala nya yang sangat pusing efek dari minuman yang diberi oleh Jessica.
“Kenapa kepala kamu? Minta di kecup kah?” Tidak lama kemudian Jessica mengecup kening Hamids.
“Kak udah berhenti! Jangan ganggu Hamids!” Bentak Gracia dengan nada tinggi.
Kesal karena dibentak Gracia, Jessica menghampiri Gracia dan...
PLAK!!
Jessica menampar Gracia, Hamids yang kaget ingin menolong tidak mampu bangkit karena kepalanya masih sakit dan pusing.
“Jangan macem-macem sayang. Aku gak suka diteriakin kamu gitu!!! Sakit ya? Maaf ya.” Jessica mencium singkat bibir Gracia. “Kamu duduk tenang dulu, ya.”
Jessica kembali mendekati Hamids dan langsung mencium bibir Hamids. Tentu saja Hamids kaget. Tapi, badannya seperti tak mampu bergerak untuk melawan. Sesekali Jessica menoleh ke arah Gracia, berharap Gracia melihatnya.
“Please... Stop... Kak...”
Jessica melepas ciumannya, lalu ia memukul Hamids begitu keras, Hamids kembali pingsan.
“Gre... Kamu bilang apa tadi? Stop? Kamu mau aku stop? Kamu mau aku menghentikan semua ini? Gak akan Gre... Jangan harap aku bakal berhenti sebelum kamu mau nerima aku!”
Gracia benar-benar stuck. Di depannya bukan lagi sang kakak yang dicintainya, namun sesosok psikopat gila yang bisa membunuh kapan saja
Lalu gracia melihat ada obeng -yang 5 hari lalu pernah ia gunakan untuk membenarkan baut jendela yang lepas- di atas meja dan ia lupa mengembalikannya. Lalu gracia berpikir ingin mengambilnya. Karena Gracia berpikir jarak meja dapat diraih oleh kakinya itu, iapun mencoba untuk mengambil obeng yang menurutnya bisa untuk membuka borgol yang hanya dipasang Jessica di tangan kanan nya itu. Dengan obeng yang diambilnya itu, Gracia berhasil membuka borgolnya. Dengan badan yang masih agak lemas, Gracia memeluk dari belakang tubuh Jessica yang sedang mencumbu tubuh Hamids.
“G-Gre?!” Kaget Jessica.
“Berhenti Kak, jangan sakitin Hamids lagi.”
Jessica mendorong tubuh Gracia sampai terjatuh membentur pinggir tempat tidurnya.
“Kamu ini!! Hamids, Hamids, Hamids mulu!!” Bentak Jessica. “Ada barang bagus tuh!” Ucap Jessica yang melihat adanya obeng di atas kasur.
Melihat itu, Gracia langsung dengan cepat mengambil obeng tersebut dan menggunakannya untuk menusuk Jessica, namun refleks Jessica lebih cepat, diapun mampu nenghindarinya. Tetapi tidak untuk Hamids…
JLEB!!
Ya, obeng tersebut mengenai perut Hamids... Darah mengucur deras dari perutnya...
“Ckck. Kamu gila Gre? Pacar sendiri pun kamu tusuk? Hahah.” Tanya Jessica sambil tertawa menyebalkan.
Gracia shock melihat Hamids, orang yang disayangnya bersimbah darah. Gracia mulai lemas, tangannya –yang masih memegang obeng itu- begitu gemetaran karena telah menusuk perut salah satu orang yang ia sayang.
“H-Ha-Ha-Hamids??”
Hamids tidak menjawab. Ia bahkan tidak mampu untuk mengimbangi nafas nya yang hanya tinggal beberapa tarikan itu. Wajah Hamids pucat pasi.
JLEB!!
Tangan Gracia dipaksa oleh Jessica untuk menancapkan obeng itu lebih dalam lagi. Gracia mulai menitikan air mata. Genggaman tangan Jessica sangat kuat, Gracia tidak bisa melepaskannya.
“Sssttt. Kamu bisa denger kan suara Hamids yang makin menipis itu? Indah ya?” *Wah Ve HamIndah shipper *eh bukan woy!!
“Jangan Kak.... Aku mohon.... Jangan Hamids...”
“Aarrgggghh!!” Erang Hamids.
Sebenarnya Gracia tidak ingin melakukan ini, tapi tangan Jessica semakin kuat menekan tangannya.
“Seharusnya kamu jangan lepas borgol itu kalau tau akhirnya begini, kan?”
“Kak.. Lepasin genggaman kakak ini. Aku gak tega sama Hamids.”
“Kenapa gak tega? Kan kamu sendiri yang pilih cara ini?”
“Kak, please.” Air mata Gracia mulai terlihat mengalir
“Oke, oke. Kakak bakal lepasin. Tapi, dengan satu syarat.”
“Sya-syarat?”
“Iya, kalau kamu gak mau--”
“I-Iya aku mau. Ta-”
“Jadilah milik kakak seutuhnya.”
Graciapun menghembuskan nafasnya dan menggangguk. Jessicapun melepaskan genggaman tangannya, begitu juga dengan Gracia. Tanpa ba-bi-bu, Jessica menarik Gracia dan menciumnya dengan agresif. Melihat ada kesempatan, dengan susah payah Hamids mencabut obeng di perutnya dan...
JLEB!!
Menusuk punggung Jessica.
“Cukup kak!”
“Kamu..... Kurang ajar!”
BRUKK!!
Jessicapun terjatuh. Dengan perut basah dengan darah, Hamids menghampiri dan memeluk Gracia.
“Maafin aku, Gre.”
“Aku yang harus minta maaf.” Gracia memeluk erat Hamids dan menangis di pelukan pemuda itu. “Sekarang kita harus ke rumah sakit.”
“Iya, tenang aj—Aaarrghh!!”
Sesuatu menancap di kaki Hamids...
Sebuah gunting yang entah dari mana muncul...
Hamids pun jatuh tak berdaya
“Untung aku selalu bikin persiapan.” Baju yang dikenakan Jessica bukan baju biasa *BBB banget ya :v Bukan Baju Biasa tereteng tereng lolz!* Jessica menyelipkan kayu triplek yang sudah diolah sedemikian rupa, sehingga bisa melindungi tubuhnya. “Hai Gre~ I'm back!” Sebuah senyuman muncul di bibir Jessica. Senyuman penuh kemenangan
Ting-tong!
Tiba-tiba bel pintu rumah mewah itu kembali berbunyi. Mendengar itu dengan cepat Jessica turun untuk melihat siapa yang dateng, terlihat Kinan berdiri dengan membawa buah-buahan.
“Ve~ ini aku~ bukain dong~~” Pinta Kinan.
CKLEK!
“Ngapain kamu disini?!” Tanya Jessica ketus dan tentunya tidak suka.
“Jenguk Gracialah. Maaf ya baru dateng.
“Pulang sana!”
“Kok gitu sama aku? Kenapa emangnya?” Jessica hanya menatap Kinan dengan sinisnya. Curiga dengan sikap gadis dihadapannya itu, Kinan main masuk ke dalam rumah bergaya eropa itu. “Kok sepi banget Ve? Gracia mana?”
Mendengar suara Kinan dibawah, Graciapun berteriak. “Kak Kinan? Kak Kinan tolong!!”
“Gracia?! Gracia kenapa?” Kinanpun berlari tepat sekali sebelum Jessica menusuknya dari belakang.
Betapa kagetnya Kinan ketika melihat Gracia tergeletak lemah di lantai. Tak jauh dari sana, ada Hamids yang bermandikan darah, kemungkinan dia sudah tewas.
“Apa ini? Hamids kenapa?”
“KAK AWAS!!!”
Sebuah tongkat kayu tepat mengenai pundak Kinan. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Jessica. Kinan menahan sakit, namun ia masih kuat menahan serangan itu
“Ve?! Apa-apaan kamu?
“Ve siapa? Disini gak ada yang namanya Ve!!”
“Kak... Itu beneran Kak Ve... Tapi... Itu Kak Jessica.”
“Hah? Maksud kamu?”
Lagi-lagi Jessica menyerang Kinan. Namun, karena Kinan merupakan ketua Club Karate di sekolahnya dulu, maka dengan mudah Kinan menghindar dan memberikan serangan balasan yang membuat Jessica pingsan dalam sekali pukul. Gracia segera memeluk Kinan.
“Hamids....”
“Sekarang kita harus bawa kakak kamu ke rumah sakit, dia butuh di therapy. Untuk Hamids... Biar aku telepon polisi.”
Tak lama, Ambulans dan polisipun datang, mengurus semuanya….
~~~
Kasih satu lagi deh :v
Beberapa tahun kemudian...

Gracia dan Hamids sudah kuliah, mereka kuliah di kampus yang sama, namun beda jurusan.
Sementara Veranda...
Masih terkurung di ruangan khusus di salah satu rumah sakit jiwa yang ruangannya serba putih. Hanya ada kasur di ruangan itu. Setiap hari secara bergantian orang tuanya dan Kinan selalu menjaga dan mengurusnya dan sesekali Gracia juga Hamids mengunjunginya. Gracia cukup senang melihat perubahan dan kemajuan kakaknya yang makin membaik. Dan sisi Verandanya (?) menjadi lebih banyak (?).
Dan tiba hari dimana, Gracia dan Hamids akan menikah dan mengabarkannya pada Veranda.
“Ve, coba liat ada siapa~” Ucap Kinan sok memberi kejutan.
“Kak Ve~~” Gracia langsung berlari mendekat ke tempat tidur Veranda.
“Gracia? Hamids?” Kaget Veranda.
“Apa kabar Kak Ve?” Tanya Hamids yang berdiri dekat Kinan di depan pintu masuk.
“Kok tumben pada dateng?”
“Ihh! Emangnya aku sama Hamids gak boleh jenguk?” Tanya Gracia sambil memanyunkan bibirnya.
“Bolehlah. Masa kakak gak bolehin kamu kesini. Ada apa? Kok kayanya pada seneng banget?”
“Emm... Aku… sama Hamids--”
“Kita mau nikah!!” Ucap Hamids Girang, menyelak Gracia.
Deg! Entah kenapa Veranda merasa ada sesuatu yang aneh dalam dirinya.
“Kalau gitu selamat ya, Hamids.”
“Makasih Kak Ve~”
“Kamu gak mau peluk aku?”
“Maulah kak!!” Gracia memeluk kakaknya dengan erat, begitu juga dengan Kinan dan Hamids yang berpelukan sambil bercanda-canda.
Gracia begitu senang dalam pelukan sang kakak. “Selamat ya... Gre.” Bisik seorang Jessica sambil tersenyum evil dan membelai lembut rambut adiknya.
END
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Gimana endingnya? Wkwk :v biar kek di pilem-pilem jadi sengaja gitu wkwk :v
Jangan lupa semuanya follow twitter BeShanan, @BeShan_an dan ask.fm kita ask.fm/BeShanan.
Add juga official Line Account kita.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m

-Jurimayu14-

9 comments:

  1. Njir serem banget.. tapi keren serius

    ReplyDelete
  2. Busseet ternyata bidadari ada yg gila juga hahah ^^
    tp keren ceritanya

    ReplyDelete
  3. curang cuma bentar doang-_-tapi serem njir bayangin ve gituin gre ckckck

    ReplyDelete
  4. Speechless ae dehhh ;-; wkwkwk :"v

    ReplyDelete
  5. Ide "Ve as a schizophrenic"nya keren. :)

    Penggunaan benda tajamnya yang bikin gak nyaman (tapi tetep maksain baca sampe abis)... balik ke selera pribadi sih.

    ReplyDelete
  6. busett dahh gue baca nihh ngeri banget pas si jessica ngiris tangannya gre🔪*bukannya pake silet yah,, abaikan * tapi pada akhirnya ada juga yang gue cari...

    ReplyDelete
  7. baru baca kak , sorry cuma mau koreksi sedikit schizoprenia sama kepribadian ganda itu beda kak. kalo schizoprenia lebih ke halusinasi denger suara2 gitu ataupun delusi gitu, kalo DID ( kepribadian ganda) itu baru yg dia punya dark alter ego

    ReplyDelete
  8. mungkin itu lebih ke bipolar disorder. cuma ngeri banget kalau punya sodara dalam wujud lain mencintai kita tapi dengan cara yang gila

    ReplyDelete
  9. darah semua njirr, tapi keren dah
    Judulnya jadi Blood Splattered Satisfaction aje XD
    Ve nya suka darah soalnye :V

    ReplyDelete