Monday, April 20, 2015

Scandal (JKT48) - Part 2

Sebagai tanda maaf karena udah ngerjain anak-anak BeShanan wkwk, nih gw post~
Akhirnya kemaren malam sang admin magang memberikan update-annya~
Yaudahlah langsung aja...


Eh, tunggu duls, ada sepatah dua patah kata dari sang mantan *eh author maksudnya:
Haloooo~! Maaf ya updatenya lama. Tugas internal sama eksternalnya banyak x”D yak ok gak penting. Yang penting, di Part 2 ini ada curi-curi pandangnya GreMids sama VeNal momentnya (walau dikit yang penting ada). “BebNjunya kapan, Thor?” ASAP! :D Yang belum dapet feel salah satu karakter di sini, boleh isi kolom komentar, nanti saya kasih petuah/? Wkwk. Happy Reading~! ^^


Scandal (Lead Cast ada di Pic) – Part 2



Hari ini adalah hari pertama bagi Shania dan juga Naomi memulai taruhan yang sudah mereka buat kemarin. Sejak pagi, Naomi sudah bersiap di depan pintu kelasnya untuk melihat Boby dari kejauhan, sedangkan Shania yang selama ini selalu menang hanya melanjutkan tidurnya di dalam kelas karena pulang larut malam.
Tak lama, yang ditunggu Naomi pun akhirnya datang juga. Naomi segera melihat jam di tangannya dan menghafal jam kedatangan Boby yang menurutnya pasti tidak akan berubah. Tak lama, Naomi pun pergi entah kemana.
“Serius, Chi? Si Boby bales SMS lo?” tanya Yona dengan semangatnya
“Iya serius! Dia bales SMS gue dan bilang maaf soal yang kemarin hahaha.”
“Ciye ciyeee.. Berarti ada yang selangkah lebih maju dong? Haha.”
Mendengar nama Boby disebut-sebut, dengan radar yang otomatis, Shania pun bangun dari tidurnya. Dengan keadaan setengah sadar, Shania membalikan badannya menghadap meja di belakangnya.
“Tadi lo sebut nama siapa, Chi?” tanya Shania dengan mata yang lebih sipit karena baru bangun
“Ha? Nama siapa?” tanya balik Ochi yang sekaligus teman satu kelas Shania dan Naomi ini
“Tadi. Nama cowok yang lo sebut itu siapa?”
“Oh.. Boby. Kenapa?”
“Lo deket sama dia?”
Mendengar pertanyaan kepo dari Shania, Ochi dan Yona pun langsung saling berpandangan dan tiba-tiba muncul lah senyum penuh makna dari keduanya.
“Lo nanya kayak gini pasti karena lagi taruhan sama Naomi kan?” jawab Ochi yang lagi lagi menampakkan evil-smile-nya
“Gak usah ngalihin. Jadi intinya lo deket gak sama dia?” tanya Shania lagi
“Mau tau banget yaaa?” malas dengan jawaban Ochi, Shania pun kembali memutar badannya ke posisi semula dan melanjutkan tidurnya. Melihat itu, Ochi dan juga Yona hanya tertawa saja.
Shania memang seperti niat tak niat, karena ia sangat yakin kalau ia bisa memenangkan taruhan ini. Tapi beda halnya dengan Naomi yang selalu lebih terlihat berusaha melakukan sesuatu, ya walaupun selalu gagal, sih. Tapi itu bukan karena Naomi tak cantik atau apa, ya memang Shanianya aja yang kalau menggoda cowok selalu bisa 10 langkah lebih jauh dari Naomi.
Kini kita beralih ke tempat Boby..
“Len. Nih album yang ku bilang kemarin.”
“Makasih ya, Bob.” jawab Elaine disertai dengan senyumnya
“Iya sama-sama, Len. Ini buat kamu aja. Aku udah kenyang liatnya hehe.”
“Serius?! Wah makasih banyak ya!” Boby pun hanya mengangguk dan langsung kembali ke tempat duduknya
“Eh, Bob. Ngasih CD apaan lu ke si bebek?” tanya Hamids yang sudah berkumpul dengan Andreas juga Vino
“Album terbarunya SNSD.” jawab Boby cuek yang lalu memejamkan matanya perlahan
“Lu kasih ke Elaine?” tanya Vino yang hanya dijawab dengan anggukan
“Lu naksir Elaine ya, Bob?” tanya Andreas yang hanya dijawab dengan gelengan
“Bagus deh kalau lu gak naksir sama Elaine.” lanjut Andreas sambil mengelus dadanya. Pernyataannya itu membuat Boby membuka kedua matanya.
“Emang kenapa, Ndre?”
“Soalnya....” Andreas melirik sekilas ke arah Elaine
“Gua naksir dia.” jawab Andreas dengan suaranya yang diminimalisir
DEG!
Boby berusaha menahan ekspresi kagetnya. Bagaimana pun juga, hatinya pasti sedikit remuk mendengar pernyataan Andreas barusan. Ia tidak mungkin harus bersaing dengan sahabatnya sendiri, tapi ia juga tidak mungkin merelakan Elaine atas semua yang sudah ia usahakan selama ini.
“Serius, Ndre?”
“Kemarin mereka balik bareng, Bob.” jawab Hamids sambil memainkan handphonenya
“Minggu lalu juga mereka abis ke dufan.” lanjut Vino mempertegas kedekatan keduanya
“Cuma berdua doang?” tanya Boby yang masih menahan ekspresinya
“Iya dong hahaha. Gimana? Keren gak gua?” jawab Andreas bangga
“Keren, Ndre. Lanjutkan!” tutup Boby sambil mengangkat kedua jempolnya
Triiiinnnggg
Bel pertanda dimulainya jam pelajaran pertama pun dimulai. Jam pertama di kelas Boby adalah pelajaran olahraga, jadi semuanya segera menuju ke ruang ganti terkecuali Elaine dan Boby yang masih terdiam di kelas karena keduanya sudah memakai baju olahraga dari rumah.
“Len.” ucap Boby yang memberanikan diri menghampiri Elaine
“Iya kenapa?”
“Hhm.. Kemarin kamu pulang sama siapa?”
“Andreas. Kenapa?” jawab Elaine yang konotasinya sedikit judes
“Kok kamu baliknya malah sama dia bukan sama aku?” emosi Boby pun terpancing
“Kamunya aja gak pernah ajakin aku pulang bareng.” lagi. Nada suara Elaine menjadi judes.
“Kemarin kan aku ajakin, kamunya gitu.”
“Ya kamu ngajakinnya telat banget.”
“Minggu lalu kamu ke dufan sama dia?”
“Iya. Kenapa? Kamu ada masalah?”
“Kok kamu perginya malah sama-“
“Kamu gak pernah ajak aku jalan. Kamu selalu sibuk sama kegiatan dance dan belajar kamu yang padahal masuk 10 besar pun gak pernah. Kamu gak pernah ada waktu buat aku dari kita jadian bahkan sampe sekarang. Gimana aku mau terima kamu lagi kalau kamu aja gak ada perubahan kayak gini? Ha? Coba jawab.”
“Tapi sesibuk-sibuknya aku, aku masih sempetin buat tlp kamu.” kekeuh Boby
“Dan sesibuk-sibuknya Andreas, dia masih bisa ke rumah aku. Udah ah awas! Aku mau ke lapangan!” dengan sedikit kasar Elaine mendorong tubuh Boby agar memberinya jalan. Boby pun hanya bisa terdiam sambil mengepal tangannya kencang. Marah, cemburu, tidak enakan, semua bercampur menjadi satu di dalam benak Boby.
Kini semua pun sudah berkumpul di lapangan. Hal yang pertama harus dilakukan adalah pemanasan lalu berlari mengitari lapangan sebanyak 3 kali. Setelah itu mereka bebas bermain apa saja karena guru mereka sedang tidak bisa hadir.
Boby, Vino, Hamids dan yang lainnya memilih bermain basket. Sedangkan para gadis-gadis remaja lebih memilih untuk ngerumpi di pinggir lapangan.
“Bob oper Bob!” teriak Hamids yang lalu Boby pun mengoper bola itu. Saat Hamids bersiap untuk mencetak three point, tiba-tiba saja pandangannya teralihkan oleh seorang gadis yang sedang melihat ke arah luar jendela kelas. Alhasil saat melompat, lemparan Hamids masih sangat jauh dari ring.
“Woy Mids! Ngeshotnya yang bener dong!” reflek Vino langsung menoyor kepala Hamids
“Tau nih! Nanggung banget tadi!” lanjut Andreas yang tak kalah kesal
“Lagian lu liatin apaan sih?” kini giliran Boby yang bertanya
“Gak. Bukan apa-apa. Udah ayok lanjut.” Vino, Andreas dan Boby pun kembali ke permainan. Tapi tidak dengan Hamids. Ia masih terdiam sambil tersenyum melihat ke arah dimana terlihat seorang gadis cantik yang sedang belajar.
“Cantik..” gumam Hamids pelan. Seketika gadis itu kembali melihat ke arah luar jendela dan mata mereka bertemu selama 1.. 2.. 3.. 4.. 5.. Hamids berhasil dibuat cengo abis-abisan dalam waktu lima detik. Bahkan sampai gadis itu tak lagi menatapnya dan kembali fokus belajar, Hamids masih memandangnya dengan ekspresi cengo. Lalu...
BUG!!
“Aduh!!” ya. Kepala Hamids ditimpuk dengan bola basket oleh Vino.
“Kesambet lu, Mids?” teriak Vino dari tengah lapangan
“Apaan sih lu! Udah ayok lanjut!” jawab Hamids yang lalu mengdrible bola basket itu ke tengah lapangan sambil terus memikirkan wajah samping gadis yang entah siapa itu
“Eh gua istirahat dulu, ya. Capek.” Andreas pun mengundurkan diri dari permainan dan digantikan oleh Mario. Seketika mata Boby fokus ke arah dimana Andreas berjalan. Ya kemana lagi kalau bukan menghampiri Elaine. Tapi dengan segera Boby langsung memfokuskan pikirannya ke permainan.
“Bob oper Bob!” kini giliran Vino yang menunggu operan dari Boby. Saat Boby sudah siap mengoper, tiba-tiba saja terlihat jelas di belakang Vino ada Andreas dan juga Elaine yang sedang selfie dengan cukup mesranya. Reflek Boby malah melemparkan secara asal bola itu ke arah belakang dan...
BUG!! [2]
“Aw!” kini jeritannya lebih melengking karena yang terkena bola adalah seorang gadis yang sedang berjalan di koridor sekolah
“Mampus gua!” dengan cepat, Boby dan teman-temannya pun langsung menghampiri gadis yang kini sudah pingsan itu. Andreas yang tadi sedang sibuk selfie pun ikut menghampiri.
“Eh bantuin dong bantuin!” pinta Boby yang masih panik. Akhirnya beberapa orang membantu Boby untuk membawa gadis yang di papan namanya bertuliskan ‘Shania’ itu ke ruang UKS.
Dengan mau tak mau tapi harus mau, Boby pun menemani Shania di UKS sendirian. Karena teman-teman Boby yang lainnya hanya berani mengantarkan sampai UKS, selebihnya mereka tidak ingin ikut-ikutan.
Duuuhh gimana niiihh?” ucap Boby dalam hati yang masih terus bulak-balik tidak jelas di samping ranjang Shania
“Makanya, Bob. Lain kali tuh hati-hati. Walau jangkung gini, dia kan tetep aja orang. Bukan ring basket.” ucap salah satu guru medis di UKS
“Iya Bu iyaaa. Aduuuhh saya lagi panik niiihh..”
Tak lama, ada seorang kakak kelas yang datang ke ruangan UKS ini.
“Gimana keadaan Shania, Bu?” ucap seorang kakak kelas tadi secara tiba-tiba dan nafas yang masih tidak beraturan karena berlari
“Gapapa kok. Kamu tenang aja. Bentar lagi juga sadar. Tapi kalau gak sadar-sadar, suruh aja nih tersangkanya tanggung jawab.” secara reflek, pandangan gugup Boby dan pandangan sinis sang kakak kelas ini pun bertemu. Boby semakin dibuat khawatir saja dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Boleh gua aja yang jagain?”
“T- tapi kak-“
“Nanti gue sampein permintaan maaf lo.”
“I- iyadeh. Makasih kak.” saat Boby melewati sang kakak kelas ini, Boby sempat melihat papan namanya yang bertuliskan “Kinan”. Sambil mengelus dadanya sendiri, Boby pun kembali ke kelasnya dengan berlari.
Mari kita kembali lagi ke suasana di dalam UKS...
Tak lama setelah Boby pergi, Shania pun mulai sadar dari pingsannya. Ia mulai memfokuskan pandangannya yang sedikit kabur. Setelah sudah benar-benar sadar, Shania langsung menjauhkan kepalanya dari tangan Kinan yang ternyata sedari tadi mengusap puncak kepalanya.
“Aduh!” begitu jeritnya karena masih terasa cukup pusing
“Makanya jangan banyak gerak dulu.”
“Lo ngapain di sini?” tanya Shania ketus
“Jagain kamu. Kan tadi aku yang gak sengaja lempar bolanya.”
“Elo? Perasaan jadwal olahraga kita di hari yang sama deh? Dan olahraganya itu besok bukan sekarang.”
“Tadi aku gak ada kelas. Jadi main basket di lapangan, pas mau ngeshot, eh kena kamu. Maaf ya?” pinta Kinan lembut sambil memberikan senyum khasnya. Shania nampak berpikir sejenak, tapi yasudah. Perduli apa dia. Di dalam otak Shania, siapapun itu ya dia harus tanggung jawab.
“Ya terserah deh. Pokoknya lo harus tanggung jawab.”
“Iya iya. Hhm.. Aku anterin pulang gimana?” lagi. Shania nampak berpikir sejenak lalu mengangguk sebagai jawaban.
“Yaudah cepet sembuh ya. Nanti aku tunggu di parkiran.” belum sempat Kinan mengusap puncak kepala Shania, Shania sudah lebih dulu menepis tangannya. Kinan pun hanya tersenyum simpul dan meninggalkan UKS.
Satu jam. Dua jam. Tiga jam. Akhirnya jam pulang sekolah pun tiba. Para siswa dan siswi mulai berhamburan keluar dari kelas mereka masing-masing. Mari kita langsung menuju ke kelas ShaMi alias Shania Naomi.
“Tumben Mi rambut lo dikuncir ponytail gitu?” ucap Shania sambil merapihkan buku pelajarannya. Yang ditanya hanya memberikan evil-smilenya.
“Ooohh gue tau nih. Mau buat gulungan ombak tsunaomi ya?”
“Kali ini gue pasti menang, Shan.” ucap Naomi optimis yang kini sudah siap untuk pulang
“Ya kita liat aja kali ini ada berapa nahkoda kapal yang kena gulungan ombat tsunaomi lo itu hahaha.”
Kedua gadis remaja ini pun akhirnya keluar dari kelas mereka dan mencari Boby di tengah keramaian jam pulang sekolah ini. Tak lama Boby dan teman-temannya pun terlihat sedang berjalan ke arah mereka. (ya jelas ke arah mereka. Kan mereka berdirinya di deket pintu gerbang)
“Kali ini pasti berhasil.”
“Iya Mi iya.. Good luck ya hahaha.” ucap Shania sambil menepuk pundak Naomi dan berjalan menjauh. Ia tidak ingin mengganggu rencana Naomi yang mudah-mudahan tidak gagal ini sedikit pun.
Boby dan teman-temannya pun kini sudah semakin dekat. Naomi berjalan lebih dulu daripada Boby. Ia mengambil ancang-ancang untuk membuka kuncirannya dan menggibaskan rambutnya agar terkesan memikat.  Boby terlihat semakin mendekat ke arah Naomi dan...Whuzh! Terjangan ombak Tsunaomi pun terjadi. Namun sang target malah berjalan dengan santainya seakan tidak terjadi apapun di sekitarnya.
“Ish!” kesal Naomi karena usahanya gagal. Shania yang kini sudah berada di samping Naomi pun hanya tertawa dengan puasnya. Saat mereka menengok ke arah belakang, tiba-tiba saja mereka dikejutkan oleh wajah cengo 3 orang cowok, yaitu Vino, Hamids, dan Andreas. Ternyata mereka lah yang kena gulungan Tsunaomi yang dahsyat itu. Risih melihatnya, Naomi pun langsung meninggalkan mereka dengan langkah yang kesal.
“Woy mingkem woy! Hahaha.” ledek Shania yang lalu menyusul Naomi
Dengan langkah seribu, kini Naomi sudah berada jauh dari tempat kejadian yang membuatnya sangat kesal itu. Tapi tiba-tiba langkah Naomi berhenti secara mendadak.
“Duh! Kalau mau berenti jalan tuh jangan mendadak, Mi!” kesal Shania yang baru menabrak punggung Naomi. Karena tak mendapat jawaban, akhirnya Shania pun mengikuti arah mata Naomi.
“Mereka tumben berantem di sekolah, Shan?”
“Hhm.. Kayaknya, sih, gue tau kenapa mereka berantem.” jawab Shania agak ragu tapi sepertinya benar. Ya siapalagi kalau bukan Kinan dan Ve yang mereka bicarakan.
“Serius lo tau? Emangnya mereka kenapa?”
“Jadi...”
*gelinding-gelinding manja ke lokasi dimana Kinan dan Ve berantem-berantem lucu*
“Kamu kan udah janji Nan hari ini mau anterin aku pulang.”
“Yah tapi aku gak bisa, Ve. Aku udah ada janji. Please pisan ini mah yak?”
“Lho terus sama aku itu apa namanya? Janji juga kan?”
“Ya beda Ve. Ini tuh janjinya lebih penting.”
“Terus sama aku gak penting gitu?”
“Penting kok. Penting banget malah. Tapi untuk saat ini, aku harus prioritasin yang ini dulu. Setiap hari juga kan aku pulang sama kamu sayang.”
“Emang kamu ada janji sama siapa sih?”
“Ada lah pokoknya sama temen aku. Ya ya ya gapapa yaaa?” tak mau menjawab, Ve malah melipat kedua tangannya dan memberikan ekspresi manyun yang sudah pasti menggemaskan
“Duuuhh jangan ngambek gitu ah. Nanti Tuhan marah karena bidadari khayangannya aku buat bete kayak gini.”
“Kalau gak mau Tuhan marah ya anterin aku balik dong, Nan.”
“Ve...” pinta Kinan dengan melasnya
“Hah.. Yaudah iya iya. Kalau udah sampe rumah kabarin aku.”
“Siap tuan putri!” jawab Kinan tegas sambil memberi hormat ala prajurit
“Yaudah yuk aku anterin kamu buat cari taksi.” lanjutnya
Kinan dan Ve pun berjalan sambil menautkan jemari mereka. Saat melewati Shania dan Naomi, sekilas Kinan mencuri pandangan untuk melirik ke arah Shania. Dan sepertinya Shania paham.
“Silahkan tuan putri..” ucap Kinan yang langsung membukakan pintu taksi untuk Ve
“Pak. Bawa mobilnya hati-hati ya. Tuan putri saya cuma satu soalnya.” ucap Kinan pada sang supir taksi melalui kaca jendela depan yang terbuka
“Kinan!” ya tentu saja Ve dibuat malu karena ulahnya
“Iya Dek iya. Saya jagain tuan putrinya tanpa ada lecet sedikit pun.”
“Yaudah jalan, Pak. Hati-hati ya sayang.” Kinan pun melambaikan tangannya ke arah Ve
“Iya bawel.” Ve malah memberikan gembungan pipinya yang membuat Kinan hanya tersenyum simpul dan menggeleng. Tak lama setelah Ve pergi, Kinal langsung berlari ke parkiran dan dari kejauhan ia sudah melihat Shania yang sudah berdiri di dekat motor milik Kinan.
Tapi tunggu! Coba kita balik lagi ke dalam taksi dimana ada mba badai di dalamnya.
Ve yang kini sedang duduk manis di dalam mobil tiba-tiba merasa ada sesuatu yang kurang. Dengan sigap, Ve langsung membuka tasnya dan mengecek semua barang bawaannya. Benar saja, ada satu hal yang tertinggal di kolong mejanya, yaitu powerbank.
“Pak Pak Pak. Boleh balik lagi ke sekolah gak?”
“Kenapa dek?”
“Ada barang saya yang ketinggalan nih.”
“Oh siap.” taksi pun kini kembali menuju sekolah Ve. Saat Ve ingin turun dari taksi, tiba-tiba saja dari pintu gerbang sekolah keluar Kinan sang pacar bersama Shania yang sedang berboncengan.
“Kinan? Sama... Shania?” Ve nampak berpikir sejenak dan...
“Oh.. Ini toh prioritasnya Kinan.” lanjut Ve sambil mengangguk paham. Akhirnya ia pun melanjutkan tujuan utamanya untuk kembali ke sekolah.
Balik lagi lah kita ke sekolah, lebih tepatnya ke Boby and the gang.
“Bob. Gua balik duluan ya.” ucap Vino yang nebeng sama Andreas
“Iya hati-hati lu berdua.” Andreas pun langsung tancap gas
“Eh, Bob. Lu lagi buru-buru gak?” tanya Hamids
“Enggak juga. Kenapa? Lu lagi males pulang?”
“Ya gitu lah. Ke kantin dulu yuk. Beli apa kek gitu.”
“Lu mau jajanin gua?”
“Ya boleh lah kalau gak mahal mah.”
“Wah gak nolak kalau gitu. Ayo lah laksanikan!”
“Laksanakan, Bob. Laksani mah guru biologinya anak kelas 2.”
“Ya bebas deh. Yaudah ayo jajan.”
Sampai di kantin pun mereka membicarakan hal mulai dari yang gak penting sampai yang gak penting banget. Mulai dari kenapa jenggot Pak Ahmad cuma 5 helai, sampai kejadian lempar bola basket tadi pagi.
“Lagian lu kenapa lempar bolanya ke belakang?”
“Reflek, Mids. Saking terpesonanya sama Vino hahaha.”
“Tapi iyasih, Bob. Vino kalau dipakein jepit rambut sama poni depan kayaknya lucu.”
“Nah kan. Fix nih lu homo. Kemaren bilang gue ganteng, sekarang bayangin Vino jadi cewek.”
“Si kampret. Ya enggak lah. Eh, Bob. Coba liat ke arah jam 2 deh.”
“Jam 2?” pandangan Boby pun mengikuti arah yang Hamids pinta
“Pak Ahmad? Kenapa sama Pak Ahmad, Mids? Lu naksir dia juga?” tanya Boby polos
“Yeee, bukan itu Bob. Tapi yang lagi ngobrol sama Pak Ahmadnya.”
“Oh.. Gracia?”
“Namanya Gracia? Kok lu bisa kenal?” tanya Hamids yang langsung kepo
“Kenal mah enggak. Cuma sekedar tau aja. Dia temennya Elaine. Elaine suka cerita kalau lagi main atau pergi sama dia.”
“Kok lu kayaknya deket ya sama Elaine?” tanya Hamids lagi yang lalu meminum es teh manisnya
“Ya deket lah. Dia kan mantan gue. Eh!! Aduh baka baka baka!!” Boby langsung menepuk jidatnya yang luas itu
“Ha? Lu mantanan sama Elaine? Kok bisa?!”
“Hhhnngg aduuuhh, eh Mids gue buru-buru nih! Makasih ya traktirannya!” Boby pun langsung ngacir dengan meninggalkan Hamids yang masih dengan wajah cengonya
“Woy Bob! Tunggu, Bob! Yaelaaahh..” Hamids pun beranjak dari duduknya dan tak lupa membawa es teh manis yang belum habis miliknya itu sambil terus memikirkan “Boby? Elaine? Boby? Elaine?
“Boby sama Elaine bener mantanan? Ah bodo ah!” tak jauh dari tempatnya berdiri, Hamids melihat tong sampah. Dengan sedikit ancang-ancang, Boby pun melemparkan gelas es teh manisnya itu ke tong sampah tersebut.
“Yes! Three point!”
“Buang sampah aja pake gaya-gayaan.” ucap seorang gadis yang berjalan melewati Hamids
“Gracia..” ucap Hamids pelan sambil terus memandang punggung milik gadis berambut tergerai itu, tak sadar senyum Hamids pun muncul dengan sangat cerahnya.
Mari kita kembali lagi ke Boby..
Di perjalanan pulang yang sangatlah panjang, Boby terus memikirkan ucapan refleknya terhadap Hamids tadi. Boby tidak enak kalau nanti Hamids akan bilang pada Andreas dan entah apa yang terjadi.
“Ah tapi yaudahlah. Gue kan cuma bilang mantanan, bukan bilang kalau gue masih sayang.” setelah meyakinkan dirinya sendiri, Boby pun langsung tancap gas.
-Buat yang penasaran gimana putusnya BobKwek, begini Flashbacknya-
“Bob. Besok temenin aku ke ulangtahun temenku ya.” ucap Elaine yang sedang makan siang di rumahku
“Besok? Jam berapa?”
“Jam 7 malem. Kamu bisa kan?” tiba-tiba Boby langsung menghentikan aktifitas makannya
“Hhm.. Besok.. Aku-“
“Belajar? Dance lagi? Atau adalagi kegiatan kamu sekarang?”
“Len. Besok kan perform terakhir aku. Kita juga udah sama-sama setuju kalau setelah perform terakhirku ini aku bakal keluar dari club dance aku.”
“Kamu selalu kayak gini ya, Bob. Gak pernah mau ngalah sama aku! Ish!” Elaine langsung beranjak dari ruang makan dan mengambil tasnya di sofa, dengan cepat Boby langsung menahan pergelangan tangan Elaine
“Kamu mau kemana?”
“Pulang! Capek aku ngomong sama kamu! Gak pernah mau ngalah!”
“Tapi kan ini udah pernah kita bahas, Len. Dan ini perform terakhir aku. Aku gak bakal ikut kegiatan dance dimana pun demi kamu.”
“Terserah kamu aja! Aku capek ngomong sama cowok egois kayak kamu!” dengan paksa, Elaine menghentakkan tangan Boby dari tangannya. Tapi lagi lagi Boby menahan langkah Elaine.
“Tadi kamu bilang apa? Aku cowok egois?”
“Iya! Kamu tuh E-G-O-I-S!” tatapan tajam Elaine menusuk tepat ke dalam penglihatan Boby
“Ok kalau emang aku egois, coba kasih tau aku satu moment disaat kita berantem, dan saat itu kamu yang ngalah.”
“Ngapain aku ngalah kalau bukan aku yang salah!”
“Selama satu tahun kita pacaran kamu gak pernah salah? Ok..” Boby hanya mengangguk dan memberikan senyum yang ia paksakan guna menahan emosinya
“Iya! Kamu yang salah! Kamu gak pernah ada waktu buat aku!”
“Gak pernah ada waktu buat kamu? Len. Coba deh diinget-inget. Berapa kali aku ajak kamu jalan dalam seminggunya? Hampir setiap hari kan? Tapi jawaban kamu apa? Kamu selalu gak mood dan maunya ngurung diri di kamar dengan dunia kamu sendiri. Itu yang kamu bilang aku gak pernah ada waktu buat kamu?”
“Dan setiap moodku bagus, kamu selalu ada perform!”
“Nah. Itu. Itu lah kamu. Selalu ngajak pergi disaat aku ada perform. Gak jarang aku absen cuma buat turutin mau kamu. Bahkan sekarang aku rela keluar juga demi bisa sering-sering sama kamu. Apa itu masih bisa dibilang egois?” Boby mulai menarik nafasnya dalam-dalam dan menghelanya sejenak
“Coba sekali aja kamu ngerasain jadi aku”
Elaine terdiam dengan pandangan yang masih sama tajamnya. Boby pun mulai menghitung dalam hatinya, karena ia sudah tau apa yang akan Elaine katakan jika sudah dalam situasi seperti ini..
Satu.. Dua.. Tiga..” hitung Boby dalam hati
“Aku mau kita putus.” ucap Elaine yang membuat Boby semakin tersenyum entah merasa “akhirnya..” atau memang sudah tidak tahu harus berekspresi seperti apalagi. Dengan perlahan namun pasti, Boby melepaskan pergelangan tangan Elaine.
“Sekarang aku tau satu hal, kalau ternyata ego kamu lebih tinggi daripada cinta kamu ke aku, Len.” tutup Boby sekaligus tutup pula hubungan mereka
-Intinya sih gitu ya Flashbacknya-
-Intinya sih gitu dulu aja ya buat Part 2nya alias TBC-

3 comments:

  1. yaa intinya aku penasaran sama part selanjutnya kak! semangaaaat nulisnya kak!!!

    ReplyDelete
  2. Wuwuw~ part sebelum TBC greget nihh :D
    Smngt nulisnya thor!

    ReplyDelete
  3. Ya kenapa mesti tbc si masih penasaran nih.
    Di tunggu updatan selanjutnya

    ReplyDelete