Sebagai tanda maaf karena udah ngerjain anak-anak BeShanan wkwk, nih gw post~
Akhirnya kemaren malam sang admin magang memberikan update-annya~
Yaudahlah langsung aja...
Eh, tunggu duls, ada sepatah dua patah kata dari sang mantan *eh author maksudnya:
Haloooo~! Maaf ya updatenya lama. Tugas
internal sama eksternalnya banyak x”D yak ok gak penting. Yang penting, di Part
2 ini ada curi-curi pandangnya GreMids sama VeNal momentnya (walau dikit yang
penting ada). “BebNjunya kapan, Thor?”
ASAP! :D Yang belum dapet feel salah satu karakter di sini, boleh isi kolom
komentar, nanti saya kasih petuah/? Wkwk. Happy Reading~! ^^
Scandal
(Lead Cast ada di Pic) – Part 2
Hari ini adalah hari
pertama bagi Shania dan juga Naomi memulai taruhan yang sudah mereka buat kemarin.
Sejak pagi, Naomi sudah bersiap di depan pintu kelasnya untuk melihat Boby dari
kejauhan, sedangkan Shania yang selama ini selalu menang hanya melanjutkan
tidurnya di dalam kelas karena pulang larut malam.
Tak lama, yang
ditunggu Naomi pun akhirnya datang juga. Naomi segera melihat jam di tangannya
dan menghafal jam kedatangan Boby yang menurutnya pasti tidak akan berubah. Tak
lama, Naomi pun pergi entah kemana.
“Serius, Chi? Si
Boby bales SMS lo?” tanya Yona dengan semangatnya
“Iya serius! Dia bales
SMS gue dan bilang maaf soal yang kemarin hahaha.”
“Ciye ciyeee..
Berarti ada yang selangkah lebih maju dong? Haha.”
Mendengar nama Boby
disebut-sebut, dengan radar yang otomatis, Shania pun bangun dari tidurnya.
Dengan keadaan setengah sadar, Shania membalikan badannya menghadap meja di
belakangnya.
“Tadi lo sebut nama
siapa, Chi?” tanya Shania dengan mata yang lebih sipit karena baru bangun
“Ha? Nama siapa?”
tanya balik Ochi yang sekaligus teman satu kelas Shania dan Naomi ini
“Tadi. Nama cowok
yang lo sebut itu siapa?”
“Oh.. Boby. Kenapa?”
“Lo deket sama dia?”
Mendengar pertanyaan
kepo dari Shania, Ochi dan Yona pun langsung saling berpandangan dan tiba-tiba
muncul lah senyum penuh makna dari keduanya.
“Lo nanya kayak gini
pasti karena lagi taruhan sama Naomi kan?” jawab Ochi yang lagi lagi
menampakkan evil-smile-nya
“Gak usah ngalihin.
Jadi intinya lo deket gak sama dia?” tanya Shania lagi
“Mau tau banget
yaaa?” malas dengan jawaban Ochi, Shania pun kembali memutar badannya ke posisi
semula dan melanjutkan tidurnya. Melihat itu, Ochi dan juga Yona hanya tertawa
saja.
Shania memang
seperti niat tak niat, karena ia sangat yakin kalau ia bisa memenangkan taruhan
ini. Tapi beda halnya dengan Naomi yang selalu lebih terlihat berusaha
melakukan sesuatu, ya walaupun selalu gagal, sih. Tapi itu bukan karena Naomi
tak cantik atau apa, ya memang Shanianya aja yang kalau menggoda cowok selalu
bisa 10 langkah lebih jauh dari Naomi.
Kini kita beralih ke
tempat Boby..
“Len. Nih album yang
ku bilang kemarin.”
“Makasih ya, Bob.”
jawab Elaine disertai dengan senyumnya
“Iya sama-sama, Len.
Ini buat kamu aja. Aku udah kenyang liatnya hehe.”
“Serius?! Wah
makasih banyak ya!” Boby pun hanya mengangguk dan langsung kembali ke tempat
duduknya
“Eh, Bob. Ngasih CD
apaan lu ke si bebek?” tanya Hamids yang sudah berkumpul dengan Andreas juga
Vino
“Album terbarunya
SNSD.” jawab Boby cuek yang lalu memejamkan matanya perlahan
“Lu kasih ke
Elaine?” tanya Vino yang hanya dijawab dengan anggukan
“Lu naksir Elaine
ya, Bob?” tanya Andreas yang hanya dijawab dengan gelengan
“Bagus deh kalau lu
gak naksir sama Elaine.” lanjut Andreas sambil mengelus dadanya. Pernyataannya
itu membuat Boby membuka kedua matanya.
“Emang kenapa,
Ndre?”
“Soalnya....”
Andreas melirik sekilas ke arah Elaine
“Gua naksir dia.”
jawab Andreas dengan suaranya yang diminimalisir
DEG!
Boby berusaha
menahan ekspresi kagetnya. Bagaimana pun juga, hatinya pasti sedikit remuk
mendengar pernyataan Andreas barusan. Ia tidak mungkin harus bersaing dengan
sahabatnya sendiri, tapi ia juga tidak mungkin merelakan Elaine atas semua yang
sudah ia usahakan selama ini.
“Serius, Ndre?”
“Kemarin mereka
balik bareng, Bob.” jawab Hamids sambil memainkan handphonenya
“Minggu lalu juga
mereka abis ke dufan.” lanjut Vino mempertegas kedekatan keduanya
“Cuma berdua doang?”
tanya Boby yang masih menahan ekspresinya
“Iya dong hahaha.
Gimana? Keren gak gua?” jawab Andreas bangga
“Keren, Ndre.
Lanjutkan!” tutup Boby sambil mengangkat kedua jempolnya
Triiiinnnggg
Bel pertanda
dimulainya jam pelajaran pertama pun dimulai. Jam pertama di kelas Boby adalah
pelajaran olahraga, jadi semuanya segera menuju ke ruang ganti terkecuali
Elaine dan Boby yang masih terdiam di kelas karena keduanya sudah memakai baju
olahraga dari rumah.
“Len.” ucap Boby
yang memberanikan diri menghampiri Elaine
“Iya kenapa?”
“Hhm.. Kemarin kamu
pulang sama siapa?”
“Andreas. Kenapa?”
jawab Elaine yang konotasinya sedikit judes
“Kok kamu baliknya
malah sama dia bukan sama aku?” emosi Boby pun terpancing
“Kamunya aja gak
pernah ajakin aku pulang bareng.” lagi. Nada suara Elaine menjadi judes.
“Kemarin kan aku
ajakin, kamunya gitu.”
“Ya kamu ngajakinnya
telat banget.”
“Minggu lalu kamu ke
dufan sama dia?”
“Iya. Kenapa? Kamu
ada masalah?”
“Kok kamu perginya
malah sama-“
“Kamu gak pernah
ajak aku jalan. Kamu selalu sibuk sama kegiatan dance dan belajar kamu yang
padahal masuk 10 besar pun gak pernah. Kamu gak pernah ada waktu buat aku dari
kita jadian bahkan sampe sekarang. Gimana aku mau terima kamu lagi kalau kamu
aja gak ada perubahan kayak gini? Ha? Coba jawab.”
“Tapi
sesibuk-sibuknya aku, aku masih sempetin buat tlp kamu.” kekeuh Boby
“Dan
sesibuk-sibuknya Andreas, dia masih bisa ke rumah aku. Udah ah awas! Aku mau ke
lapangan!” dengan sedikit kasar Elaine mendorong tubuh Boby agar memberinya
jalan. Boby pun hanya bisa terdiam sambil mengepal tangannya kencang. Marah,
cemburu, tidak enakan, semua bercampur menjadi satu di dalam benak Boby.
Kini semua pun sudah
berkumpul di lapangan. Hal yang pertama harus dilakukan adalah pemanasan lalu
berlari mengitari lapangan sebanyak 3 kali. Setelah itu mereka bebas bermain
apa saja karena guru mereka sedang tidak bisa hadir.
Boby, Vino, Hamids
dan yang lainnya memilih bermain basket. Sedangkan para gadis-gadis remaja
lebih memilih untuk ngerumpi di pinggir lapangan.
“Bob oper Bob!”
teriak Hamids yang lalu Boby pun mengoper bola itu. Saat Hamids bersiap untuk
mencetak three point, tiba-tiba saja pandangannya teralihkan oleh seorang gadis
yang sedang melihat ke arah luar jendela kelas. Alhasil saat melompat, lemparan
Hamids masih sangat jauh dari ring.
“Woy Mids!
Ngeshotnya yang bener dong!” reflek Vino langsung menoyor kepala Hamids
“Tau nih! Nanggung
banget tadi!” lanjut Andreas yang tak kalah kesal
“Lagian lu liatin
apaan sih?” kini giliran Boby yang bertanya
“Gak. Bukan apa-apa.
Udah ayok lanjut.” Vino, Andreas dan Boby pun kembali ke permainan. Tapi tidak
dengan Hamids. Ia masih terdiam sambil tersenyum melihat ke arah dimana
terlihat seorang gadis cantik yang sedang belajar.
“Cantik..” gumam Hamids
pelan. Seketika gadis itu kembali melihat ke arah luar jendela dan mata mereka
bertemu selama 1.. 2.. 3.. 4.. 5.. Hamids berhasil dibuat cengo abis-abisan
dalam waktu lima detik. Bahkan sampai gadis itu tak lagi menatapnya dan kembali
fokus belajar, Hamids masih memandangnya dengan ekspresi cengo. Lalu...
BUG!!
“Aduh!!” ya. Kepala
Hamids ditimpuk dengan bola basket oleh Vino.
“Kesambet lu, Mids?”
teriak Vino dari tengah lapangan
“Apaan sih lu! Udah
ayok lanjut!” jawab Hamids yang lalu mengdrible bola basket itu ke tengah
lapangan sambil terus memikirkan wajah samping gadis yang entah siapa itu
“Eh gua istirahat
dulu, ya. Capek.” Andreas pun mengundurkan diri dari permainan dan digantikan
oleh Mario. Seketika mata Boby fokus ke arah dimana Andreas berjalan. Ya kemana
lagi kalau bukan menghampiri Elaine. Tapi dengan segera Boby langsung
memfokuskan pikirannya ke permainan.
“Bob oper Bob!” kini
giliran Vino yang menunggu operan dari Boby. Saat Boby sudah siap mengoper,
tiba-tiba saja terlihat jelas di belakang Vino ada Andreas dan juga Elaine yang
sedang selfie dengan cukup mesranya. Reflek Boby malah melemparkan secara asal
bola itu ke arah belakang dan...
BUG!! [2]
“Aw!” kini
jeritannya lebih melengking karena yang terkena bola adalah seorang gadis yang
sedang berjalan di koridor sekolah
“Mampus gua!” dengan
cepat, Boby dan teman-temannya pun langsung menghampiri gadis yang kini sudah
pingsan itu. Andreas yang tadi sedang sibuk selfie pun ikut menghampiri.
“Eh bantuin dong
bantuin!” pinta Boby yang masih panik. Akhirnya beberapa orang membantu Boby
untuk membawa gadis yang di papan namanya bertuliskan ‘Shania’ itu ke ruang
UKS.
Dengan mau tak mau
tapi harus mau, Boby pun menemani Shania di UKS sendirian. Karena teman-teman
Boby yang lainnya hanya berani mengantarkan sampai UKS, selebihnya mereka tidak
ingin ikut-ikutan.
“Duuuhh gimana niiihh?” ucap Boby dalam
hati yang masih terus bulak-balik tidak jelas di samping ranjang Shania
“Makanya, Bob. Lain
kali tuh hati-hati. Walau jangkung gini, dia kan tetep aja orang. Bukan ring
basket.” ucap salah satu guru medis di UKS
“Iya Bu iyaaa.
Aduuuhh saya lagi panik niiihh..”
Tak lama, ada
seorang kakak kelas yang datang ke ruangan UKS ini.
“Gimana keadaan
Shania, Bu?” ucap seorang kakak kelas tadi secara tiba-tiba dan nafas yang
masih tidak beraturan karena berlari
“Gapapa kok. Kamu
tenang aja. Bentar lagi juga sadar. Tapi kalau gak sadar-sadar, suruh aja nih
tersangkanya tanggung jawab.” secara reflek, pandangan gugup Boby dan pandangan
sinis sang kakak kelas ini pun bertemu. Boby semakin dibuat khawatir saja
dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Boleh gua aja yang
jagain?”
“T- tapi kak-“
“Nanti gue sampein
permintaan maaf lo.”
“I- iyadeh. Makasih
kak.” saat Boby melewati sang kakak kelas ini, Boby sempat melihat papan
namanya yang bertuliskan “Kinan”.
Sambil mengelus dadanya sendiri, Boby pun kembali ke kelasnya dengan berlari.
Mari kita kembali
lagi ke suasana di dalam UKS...
Tak lama setelah
Boby pergi, Shania pun mulai sadar dari pingsannya. Ia mulai memfokuskan
pandangannya yang sedikit kabur. Setelah sudah benar-benar sadar, Shania
langsung menjauhkan kepalanya dari tangan Kinan yang ternyata sedari tadi
mengusap puncak kepalanya.
“Aduh!” begitu
jeritnya karena masih terasa cukup pusing
“Makanya jangan
banyak gerak dulu.”
“Lo ngapain di
sini?” tanya Shania ketus
“Jagain kamu. Kan
tadi aku yang gak sengaja lempar bolanya.”
“Elo? Perasaan
jadwal olahraga kita di hari yang sama deh? Dan olahraganya itu besok bukan
sekarang.”
“Tadi aku gak ada
kelas. Jadi main basket di lapangan, pas mau ngeshot, eh kena kamu. Maaf ya?”
pinta Kinan lembut sambil memberikan senyum khasnya. Shania nampak berpikir
sejenak, tapi yasudah. Perduli apa dia. Di dalam otak Shania, siapapun itu ya
dia harus tanggung jawab.
“Ya terserah deh. Pokoknya
lo harus tanggung jawab.”
“Iya iya. Hhm.. Aku
anterin pulang gimana?” lagi. Shania nampak berpikir sejenak lalu mengangguk
sebagai jawaban.
“Yaudah cepet sembuh
ya. Nanti aku tunggu di parkiran.” belum sempat Kinan mengusap puncak kepala
Shania, Shania sudah lebih dulu menepis tangannya. Kinan pun hanya tersenyum
simpul dan meninggalkan UKS.
Satu jam. Dua jam.
Tiga jam. Akhirnya jam pulang sekolah pun tiba. Para siswa dan siswi mulai
berhamburan keluar dari kelas mereka masing-masing. Mari kita langsung menuju
ke kelas ShaMi alias Shania Naomi.
“Tumben Mi rambut lo
dikuncir ponytail gitu?” ucap Shania sambil merapihkan buku pelajarannya. Yang
ditanya hanya memberikan evil-smilenya.
“Ooohh gue tau nih.
Mau buat gulungan ombak tsunaomi ya?”
“Kali ini gue pasti
menang, Shan.” ucap Naomi optimis yang kini sudah siap untuk pulang
“Ya kita liat aja
kali ini ada berapa nahkoda kapal yang kena gulungan ombat tsunaomi lo itu
hahaha.”
Kedua gadis remaja
ini pun akhirnya keluar dari kelas mereka dan mencari Boby di tengah keramaian
jam pulang sekolah ini. Tak lama Boby dan teman-temannya pun terlihat sedang
berjalan ke arah mereka. (ya jelas ke arah mereka. Kan mereka berdirinya di
deket pintu gerbang)
“Kali ini pasti
berhasil.”
“Iya Mi iya.. Good
luck ya hahaha.” ucap Shania sambil menepuk pundak Naomi dan berjalan menjauh.
Ia tidak ingin mengganggu rencana Naomi yang mudah-mudahan tidak gagal ini
sedikit pun.
Boby dan
teman-temannya pun kini sudah semakin dekat. Naomi berjalan lebih dulu daripada
Boby. Ia mengambil ancang-ancang untuk membuka kuncirannya dan menggibaskan
rambutnya agar terkesan memikat. Boby
terlihat semakin mendekat ke arah Naomi dan...Whuzh! Terjangan ombak Tsunaomi
pun terjadi. Namun sang target malah berjalan dengan santainya seakan tidak terjadi
apapun di sekitarnya.
“Ish!” kesal Naomi
karena usahanya gagal. Shania yang kini sudah berada di samping Naomi pun hanya
tertawa dengan puasnya. Saat mereka menengok ke arah belakang, tiba-tiba saja
mereka dikejutkan oleh wajah cengo 3 orang cowok, yaitu Vino, Hamids, dan
Andreas. Ternyata mereka lah yang kena gulungan Tsunaomi yang dahsyat itu.
Risih melihatnya, Naomi pun langsung meninggalkan mereka dengan langkah yang
kesal.
“Woy mingkem woy!
Hahaha.” ledek Shania yang lalu menyusul Naomi
Dengan langkah
seribu, kini Naomi sudah berada jauh dari tempat kejadian yang membuatnya
sangat kesal itu. Tapi tiba-tiba langkah Naomi berhenti secara mendadak.
“Duh! Kalau mau
berenti jalan tuh jangan mendadak, Mi!” kesal Shania yang baru menabrak
punggung Naomi. Karena tak mendapat jawaban, akhirnya Shania pun mengikuti arah
mata Naomi.
“Mereka tumben
berantem di sekolah, Shan?”
“Hhm.. Kayaknya,
sih, gue tau kenapa mereka berantem.” jawab Shania agak ragu tapi sepertinya
benar. Ya siapalagi kalau bukan Kinan dan Ve yang mereka bicarakan.
“Serius lo tau?
Emangnya mereka kenapa?”
“Jadi...”
*gelinding-gelinding
manja ke lokasi dimana Kinan dan Ve berantem-berantem lucu*
“Kamu kan udah janji
Nan hari ini mau anterin aku pulang.”
“Yah tapi aku gak
bisa, Ve. Aku udah ada janji. Please pisan ini mah yak?”
“Lho terus sama aku
itu apa namanya? Janji juga kan?”
“Ya beda Ve. Ini tuh
janjinya lebih penting.”
“Terus sama aku gak
penting gitu?”
“Penting kok.
Penting banget malah. Tapi untuk saat ini, aku harus prioritasin yang ini dulu.
Setiap hari juga kan aku pulang sama kamu sayang.”
“Emang kamu ada
janji sama siapa sih?”
“Ada lah pokoknya
sama temen aku. Ya ya ya gapapa yaaa?” tak mau menjawab, Ve malah melipat kedua
tangannya dan memberikan ekspresi manyun yang sudah pasti menggemaskan
“Duuuhh jangan
ngambek gitu ah. Nanti Tuhan marah karena bidadari khayangannya aku buat bete
kayak gini.”
“Kalau gak mau Tuhan
marah ya anterin aku balik dong, Nan.”
“Ve...” pinta Kinan
dengan melasnya
“Hah.. Yaudah iya
iya. Kalau udah sampe rumah kabarin aku.”
“Siap tuan putri!”
jawab Kinan tegas sambil memberi hormat ala prajurit
“Yaudah yuk aku
anterin kamu buat cari taksi.” lanjutnya
Kinan dan Ve pun
berjalan sambil menautkan jemari mereka. Saat melewati Shania dan Naomi,
sekilas Kinan mencuri pandangan untuk melirik ke arah Shania. Dan sepertinya
Shania paham.
“Silahkan tuan
putri..” ucap Kinan yang langsung membukakan pintu taksi untuk Ve
“Pak. Bawa mobilnya
hati-hati ya. Tuan putri saya cuma satu soalnya.” ucap Kinan pada sang supir
taksi melalui kaca jendela depan yang terbuka
“Kinan!” ya tentu
saja Ve dibuat malu karena ulahnya
“Iya Dek iya. Saya
jagain tuan putrinya tanpa ada lecet sedikit pun.”
“Yaudah jalan, Pak.
Hati-hati ya sayang.” Kinan pun melambaikan tangannya ke arah Ve
“Iya bawel.” Ve
malah memberikan gembungan pipinya yang membuat Kinan hanya tersenyum simpul
dan menggeleng. Tak lama setelah Ve pergi, Kinal langsung berlari ke parkiran
dan dari kejauhan ia sudah melihat Shania yang sudah berdiri di dekat motor
milik Kinan.
Tapi tunggu! Coba
kita balik lagi ke dalam taksi dimana ada mba badai di dalamnya.
Ve yang kini sedang
duduk manis di dalam mobil tiba-tiba merasa ada sesuatu yang kurang. Dengan
sigap, Ve langsung membuka tasnya dan mengecek semua barang bawaannya. Benar
saja, ada satu hal yang tertinggal di kolong mejanya, yaitu powerbank.
“Pak Pak Pak. Boleh
balik lagi ke sekolah gak?”
“Kenapa dek?”
“Ada barang saya
yang ketinggalan nih.”
“Oh siap.” taksi pun
kini kembali menuju sekolah Ve. Saat Ve ingin turun dari taksi, tiba-tiba saja
dari pintu gerbang sekolah keluar Kinan sang pacar bersama Shania yang sedang
berboncengan.
“Kinan? Sama...
Shania?” Ve nampak berpikir sejenak dan...
“Oh.. Ini toh
prioritasnya Kinan.” lanjut Ve sambil mengangguk paham. Akhirnya ia pun
melanjutkan tujuan utamanya untuk kembali ke sekolah.
Balik lagi lah kita
ke sekolah, lebih tepatnya ke Boby and the gang.
“Bob. Gua balik
duluan ya.” ucap Vino yang nebeng sama Andreas
“Iya hati-hati lu
berdua.” Andreas pun langsung tancap gas
“Eh, Bob. Lu lagi
buru-buru gak?” tanya Hamids
“Enggak juga.
Kenapa? Lu lagi males pulang?”
“Ya gitu lah. Ke
kantin dulu yuk. Beli apa kek gitu.”
“Lu mau jajanin gua?”
“Ya boleh lah kalau
gak mahal mah.”
“Wah gak nolak kalau
gitu. Ayo lah laksanikan!”
“Laksanakan, Bob.
Laksani mah guru biologinya anak kelas 2.”
“Ya bebas deh.
Yaudah ayo jajan.”
Sampai di kantin pun
mereka membicarakan hal mulai dari yang gak penting sampai yang gak penting
banget. Mulai dari kenapa jenggot Pak Ahmad cuma 5 helai, sampai kejadian
lempar bola basket tadi pagi.
“Lagian lu kenapa
lempar bolanya ke belakang?”
“Reflek, Mids.
Saking terpesonanya sama Vino hahaha.”
“Tapi iyasih, Bob.
Vino kalau dipakein jepit rambut sama poni depan kayaknya lucu.”
“Nah kan. Fix nih lu
homo. Kemaren bilang gue ganteng, sekarang bayangin Vino jadi cewek.”
“Si kampret. Ya
enggak lah. Eh, Bob. Coba liat ke arah jam 2 deh.”
“Jam 2?” pandangan
Boby pun mengikuti arah yang Hamids pinta
“Pak Ahmad? Kenapa
sama Pak Ahmad, Mids? Lu naksir dia juga?” tanya Boby polos
“Yeee, bukan itu
Bob. Tapi yang lagi ngobrol sama Pak Ahmadnya.”
“Oh.. Gracia?”
“Namanya Gracia? Kok
lu bisa kenal?” tanya Hamids yang langsung kepo
“Kenal mah enggak.
Cuma sekedar tau aja. Dia temennya Elaine. Elaine suka cerita kalau lagi main
atau pergi sama dia.”
“Kok lu kayaknya
deket ya sama Elaine?” tanya Hamids lagi yang lalu meminum es teh manisnya
“Ya deket lah. Dia
kan mantan gue. Eh!! Aduh baka baka baka!!” Boby langsung menepuk jidatnya yang
luas itu
“Ha? Lu mantanan sama
Elaine? Kok bisa?!”
“Hhhnngg aduuuhh, eh
Mids gue buru-buru nih! Makasih ya traktirannya!” Boby pun langsung ngacir
dengan meninggalkan Hamids yang masih dengan wajah cengonya
“Woy Bob! Tunggu,
Bob! Yaelaaahh..” Hamids pun beranjak dari duduknya dan tak lupa membawa es teh
manis yang belum habis miliknya itu sambil terus memikirkan “Boby? Elaine? Boby? Elaine?”
“Boby sama Elaine
bener mantanan? Ah bodo ah!” tak jauh dari tempatnya berdiri, Hamids melihat
tong sampah. Dengan sedikit ancang-ancang, Boby pun melemparkan gelas es teh
manisnya itu ke tong sampah tersebut.
“Yes! Three point!”
“Buang sampah aja
pake gaya-gayaan.” ucap seorang gadis yang berjalan melewati Hamids
“Gracia..” ucap
Hamids pelan sambil terus memandang punggung milik gadis berambut tergerai itu,
tak sadar senyum Hamids pun muncul dengan sangat cerahnya.
Mari kita kembali
lagi ke Boby..
Di perjalanan pulang
yang sangatlah panjang, Boby terus memikirkan ucapan refleknya terhadap Hamids
tadi. Boby tidak enak kalau nanti Hamids akan bilang pada Andreas dan entah apa
yang terjadi.
“Ah tapi yaudahlah.
Gue kan cuma bilang mantanan, bukan bilang kalau gue masih sayang.” setelah
meyakinkan dirinya sendiri, Boby pun langsung tancap gas.
-Buat yang penasaran gimana putusnya BobKwek, begini
Flashbacknya-
“Bob. Besok temenin
aku ke ulangtahun temenku ya.” ucap Elaine yang sedang makan siang di rumahku
“Besok? Jam berapa?”
“Jam 7 malem. Kamu
bisa kan?” tiba-tiba Boby langsung menghentikan aktifitas makannya
“Hhm.. Besok.. Aku-“
“Belajar? Dance
lagi? Atau adalagi kegiatan kamu sekarang?”
“Len. Besok kan
perform terakhir aku. Kita juga udah sama-sama setuju kalau setelah perform
terakhirku ini aku bakal keluar dari club dance aku.”
“Kamu selalu kayak
gini ya, Bob. Gak pernah mau ngalah sama aku! Ish!” Elaine langsung beranjak
dari ruang makan dan mengambil tasnya di sofa, dengan cepat Boby langsung
menahan pergelangan tangan Elaine
“Kamu mau kemana?”
“Pulang! Capek aku
ngomong sama kamu! Gak pernah mau ngalah!”
“Tapi kan ini udah
pernah kita bahas, Len. Dan ini perform terakhir aku. Aku gak bakal ikut
kegiatan dance dimana pun demi kamu.”
“Terserah kamu aja!
Aku capek ngomong sama cowok egois kayak kamu!” dengan paksa, Elaine
menghentakkan tangan Boby dari tangannya. Tapi lagi lagi Boby menahan langkah Elaine.
“Tadi kamu bilang
apa? Aku cowok egois?”
“Iya! Kamu tuh
E-G-O-I-S!” tatapan tajam Elaine menusuk tepat ke dalam penglihatan Boby
“Ok kalau emang aku
egois, coba kasih tau aku satu moment disaat kita berantem, dan saat itu kamu
yang ngalah.”
“Ngapain aku ngalah
kalau bukan aku yang salah!”
“Selama satu tahun
kita pacaran kamu gak pernah salah? Ok..” Boby hanya mengangguk dan memberikan
senyum yang ia paksakan guna menahan emosinya
“Iya! Kamu yang
salah! Kamu gak pernah ada waktu buat aku!”
“Gak pernah ada
waktu buat kamu? Len. Coba deh diinget-inget. Berapa kali aku ajak kamu jalan
dalam seminggunya? Hampir setiap hari kan? Tapi jawaban kamu apa? Kamu selalu
gak mood dan maunya ngurung diri di kamar dengan dunia kamu sendiri. Itu yang
kamu bilang aku gak pernah ada waktu buat kamu?”
“Dan setiap moodku
bagus, kamu selalu ada perform!”
“Nah. Itu. Itu lah
kamu. Selalu ngajak pergi disaat aku ada perform. Gak jarang aku absen cuma
buat turutin mau kamu. Bahkan sekarang aku rela keluar juga demi bisa sering-sering
sama kamu. Apa itu masih bisa dibilang egois?” Boby mulai menarik nafasnya
dalam-dalam dan menghelanya sejenak
“Coba sekali aja
kamu ngerasain jadi aku”
Elaine terdiam
dengan pandangan yang masih sama tajamnya. Boby pun mulai menghitung dalam
hatinya, karena ia sudah tau apa yang akan Elaine katakan jika sudah dalam
situasi seperti ini..
“Satu.. Dua.. Tiga..” hitung Boby dalam
hati
“Aku mau kita
putus.” ucap Elaine yang membuat Boby semakin tersenyum entah merasa “akhirnya..” atau memang sudah tidak tahu
harus berekspresi seperti apalagi. Dengan perlahan namun pasti, Boby melepaskan
pergelangan tangan Elaine.
“Sekarang aku tau
satu hal, kalau ternyata ego kamu lebih tinggi daripada cinta kamu ke aku,
Len.” tutup Boby sekaligus tutup pula hubungan mereka
-Intinya sih gitu ya Flashbacknya-
-Intinya sih gitu dulu aja ya buat Part 2nya alias TBC-
yaa intinya aku penasaran sama part selanjutnya kak! semangaaaat nulisnya kak!!!
ReplyDeleteWuwuw~ part sebelum TBC greget nihh :D
ReplyDeleteSmngt nulisnya thor!
Ya kenapa mesti tbc si masih penasaran nih.
ReplyDeleteDi tunggu updatan selanjutnya