Sekaligus menjawab semuanya~
Tapi maaf, saya potong jadi 2 chapter karena terlalu panjang...
Langsung aja, selamat membaca~~
Joifuru High School (JKT48) - Season 2
Dengan perlahan Michelle membuka matanya, hitam itu yang pertama kali bisa dilihatnya. Bukan, bukan karena ruangan yang gelap atau bagaimana tapi karena setelan jas hitam-hitam yang digunakan Aby dan K. Senyum manis terpampang di wajah keduanya melihat Michelle membuka mata.
Saat teman-temannya sudah pergi keluar dari Joifuru, Aby masih ada di sekolah besarnya mencari…
“Bruk” seorang preman meletakkan tubuh Elaine keatas kardus-kardus, kini dirinya sedang bersama 3 preman yang membawanya ke gedung usang tidak terpakai dekat sebuah pasar yang sebenernya ramai.
“Andela?” panggil Gracia saat melihat kedatangan Andela bersama AbyNju couple. Semuanya berkumpul, bisa melihat dari jauh kebakaran yang terjadi.
“Elaine!!” teriak Faris, yang sudah ada di dalam gedung usang yang mulai terkena si jago merah. Tiba-tiba tiga preman yang menculik Elaine muncul dihadapannya.
Dengan menggendong Elaine ala putri, Faris membawa gadis itu menuju teman-teman mereka, terlihat sudah ada dua ambulans disana. Langsung saja, petugas ambulans mengurus Elaine, mengikuti para petugas, Faris ditemani GreMids couple masuk ke dalam ambulans, lalu ambulans itu pergi.
Sambil berlari mengikuti dokter dan suster yang membawa Elaine dan Michelle ke Unit Gawat Darurat, Faris, K dan yang lainnya digandrungi perasaan cemas dan takut. Pikiran yang macam-macam dan perasaan campur aduk merasuki mereka. Takut, takut terjadi hal buruk menimpa kedunya. Ketakutan akan ditinggalkan ‘lagi’ sangat menghantui Faris bahkan bagi K. Faris bahkan lupa dengan luka tusuk yang diterimanya.
“Ba-bagaimana dok?!” tanya K, Faris dan kedua orang tua Elaine hampir bersamaan.
Dua hari berlalu, kondisi Elaine masih sama begitu juga Michelle. Secara bergantian K-Ve, AbyNju dan Andela menjaga Michelle, sementara Faris, Deni-Naomi dan GreMids menjaga Elaine. Di otak mereka hanya memikirkan kesembuhan Elaine-Michelle. Mengabaikan pendidikan mereka, padahal sebentar lagi ujian akhir bagi kelas 3 dan ujian kenaikan kelas bagi Andela dan yang lainnya.
Chapter 12
Kita kembali lagi ke 7 tahun yang lalu, saat Michelle
maupun Elaine belum membuka matanya dan terbaring di rumah sakit.
“Nit.. Nit... Nit..” kira-kira seperti itulah bunyi salah
satu alat di rumah sakit yang kita ketahui sebagai pendeteksi kehidupan
manusia.
Di kamar bernomor 84. Masih tergeletak tak sadarkan diri,
padahal sudah hampir seminggu berlalu, gadis kecil berambut panjang itu,
Elaine. Disampingnya tertidur pulas, kakak kelasnya, cowok yang kita kenal
dengan nama Faris.
Sementara itu, di kamar VVIP nomer 48, Michelle masih
tertidur pulas pasca operasinya. Tidak ada siapapun yang menemaninya, karena K
ada di…
“Tuk” terdengar seperti itu saat kepala K dihantamkannya
pelan ke papan nama yang baru saja ditancapkan ke tanah itu. Di sebelah K
jongkok, ada tempat yang menjadi peristirahatan terakhir Diasta.
“Va..” panggil pelan Aby pada K “Ayo kita balik”
“Sebentar lagi aja by..” ucap K, matanya begitu merah dan
sembab.
“Va.. lo udah janji sama ka Ve, untuk ada di sisi
Michelle saat dia buka matanya..” ucap Aby kembali, K langsung bangkit dan
menatap Aby.
“Tapi orang yang nyuruh itu..” K terlihat ingin menangis
“Ve udah..” dengan cepat Aby langsung memeluk K. Biarkan pundaknya jadi tempat
sahabatnya dari kecil itu meluapkan perasaan sedihnya, tangisan seorang lelaki
yang begitu mencintai gadis yang dicintainya itu, bukan berarti K cengeng.
Tanpa mereka ketahui Shania memperhatikan keduanya dari
jauh, dengan tangis yang kembali menghiasi wajah manisnya…
~~~
Dengan perlahan Michelle membuka matanya, hitam itu yang pertama kali bisa dilihatnya. Bukan, bukan karena ruangan yang gelap atau bagaimana tapi karena setelan jas hitam-hitam yang digunakan Aby dan K. Senyum manis terpampang di wajah keduanya melihat Michelle membuka mata.
“Oppa..” panggil Michelle begitu pelan. K langsung
memegang tangan Michelle.
“Iya, oppa disini kok” K tersenyum, Michelle mencoba
duduk, namun K menahannya “Kenapa pakaian kalian hitam-hitam? Aku dimana?
DImana yang lainnya? Dimana Elaine? Gimana keadaanya? Andela? Gracia?” tanya
Michelle beruntun “Oppa jawab Michelle!”
“Lebih baik, gw keluar dulu” ucap Aby menepuk pundak
“Tenangin diri lo, lebih cepat Michelle tau lebih baik” Abypun pergi keluar
dari kamar itu, setelah berbisik pada K.
Seminggu kemudian, akhirnya K memutuskan untuk memberikan
sesuatu yang harus diberikannya pada Michelle, terlebih dokter juga sudah mengijinkannya.
Dengan tangan gemetar, setelah menghela nafasnya, K mengambil sepucuk amplop
dari kantong jaketnya.
“Itu apa oppa?”
“Titipan dari seseorang buat kamu”
“Buat aku?” saat Michelle ingin mengambil amplop itu, K
menahan tangan Michelle.
“Tapi kamu janji, setelah membacanya, ga akan menyalahkan
siapapun dan apapun, diri kamu, ayah kamu, keadaan kamu, oppa, Andela, Elaine,
ka Faris, ka Shania maupun keputusan… ka Ve” akhirnya amplop berisi surat itu
diberikan pada Michelle.
Perlahan Michelle membuka amplop yang bertuliskan ‘To:
Michelle =] From: Veranda =]’ di depannya. Membaca kata demi kata yang tertulis
di surat itu dengan perlahan. Semakin lama matanya semakin berair, melihat itu
K menahan diirnya untuk tidak menangis lagi.
“Ka Ve..” tangis Michelle pecah “Oppa! Kenapa?!” dengan
segera K memeluk Michelle begitu erat, biarkan kali ini dirinya yang jadi
sandaran seseorang yang akan dirinya jaga mulai saat ini.
Jadi, apa yang sebenarnya terjadi dengan Jessica Veranda?
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kita kembali mundur lagi, saat Hamid datang dengan
paniknya mengatakan Elaine diculik...
“Elaine diculik!!” ucap Hamid ngos-ngosan sambil
menunjukkan tulisan yang ada di HPnya pada semuanya, yang ada di atap gedung
utama Joifuru. Kagetkan semuanya. Tidak percaya Gracia dan Deni memegang tangan
Hamid dan melihat HP Hamid.
“Joitus…” ucap Deni. Langsung saja semuanya melihat HP
mereka masing-masing.
“Hmm” K menghela nafasnya lalu menatap Michelle, Michelle
hanya menggeleng “Gracia!” panggil K tiba-tiba kagetkan Gracia yang sedang
melihat HPnya “Titip Michelle” Gracia mengangguk lalu menghampiri Michelle, K
menatap sejenak gadis itu lalu kembali memberi arahan.
“Shan, jagain ka Ve, nanti Aby akan kabarin lo” K menatap
Deni dan Hamid “Den-mids, bantu gw, kita berpencar cari Elaine, jangan lupa
telpon ka Naomi” keduanya mengangguk mantab.
“Eumm, tapi…” Hamid terlihat ragu mengucapkan
kata-katanya. Melihat Hamid ragu, K kembali membuka HPnya entah apa yang
dilakukannya.
“Ting” bunyi notif Line HP Hamid, terlihat ada satu
undangan grup dari K yang diterimanya.
“Itu grup chat… ka Deva dan yang lainnya, join dan
kabarin kesitu”
“Wow!” Hamid terlihat begitu girang diundang dan bisa ‘bergabung’
dengan K padahal itu hanya di aplikasi chating. Gracia langsung memukulnya.
“Bukan saatnya untuk girang” omelnya.
“Gw ke selatan, Deni ke barat dan Hamid ke timur,
sementara para cewe menunggu di taman J, dan lo by…” K menatap Aby, Aby hanya
mengangguk dengan cepat tinggalkan semuanya. Mata K dan Ve sempat bertemu,
senyum tipis keduanya dipamerkan “Ayo” ajak K pada Hamid dan Deni. Ve terus
menatap kepergian K yang perlahan hilang setelah mengusap lembut kepala
Michelle, sedikit menyakitkan baginya.
~~~
Saat teman-temannya sudah pergi keluar dari Joifuru, Aby masih ada di sekolah besarnya mencari…
“Sepertinya terburu-buru?” tanya Viny dari kejauhan, Aby
menghentikan larinya, lalu menatap gadis itu. Yang sedang bersama dengan pengurus-pengurus
Joitus disana. Ada Yona, Hanna, Sinka dan Lidya juga tentunya.
“Panik banget sih sama ilangnya gadis bebek itu” ucap
Sinka kali ini dengan sinisnya.
“Ckck Aby, udah punya cewe kan ya, kok masih mikirin yang
lain?” tanya Lidya.
“Mereka emang gang playboy sok keren, Shania aja udah gw
peringatin, tetep aja suka, heran gw” ucap Hanna. Tapi, Aby hanya diam
memperhatikan kelimanya secara bergantian.
“Kalo cari Faris, dia ada di perpustakaan, hahaha aneh
ya?” kali ini Yona berbicara, memberitahukan keberadaan Faris, entah benar atau
tidaknya. Tapi kalo dari cerita sebelumnya sih…
“Tapi, kalian bilang pengurus Joitus ga ada yang bisa
dipercaya kan?” Viny kembali bertanya, menatap Yona lalu tersenyum, begitu juga
dengan Yona “Jadi, apakah mantan anggota kami ini memilih percaya pada kami?
Atau dengan soknya mencari Faris di tempat lain?” tanya Viny kembali dan
tersenyum pada Aby. Tanpa kata Abypun meninggalkan mereka, menuju… yah
perpustakaan. Dan benar, Faris ada disitu.
~~~
“Bruk” seorang preman meletakkan tubuh Elaine keatas kardus-kardus, kini dirinya sedang bersama 3 preman yang membawanya ke gedung usang tidak terpakai dekat sebuah pasar yang sebenernya ramai.
“Bocahnya pingsan bos, gimana nih?” tanya preman 1
setelah meletakkan tubuh Elaine.
“Yah ga gimana-gimana lah..” si boss preman mengeluarkan
pisaunya “justru bagus kan, jadi kita bisa seneng-seneng tanpa diganggu~”
Sementara Elaine dalam keadaan gawat seperti itu,
seseorang yang mengaku dirinya ‘sahabat terbaik’ Elaine sedang tertawa dan
senyam-senyum sendiri sambil memandangi gedung usang itu dari kejauhan.
“Hmm, dengan begini pada akhirnya Michelle-lah yang akan
disalahkan atas semua yang terjadi” ucap Andela pada dirinya sendiri.
“Jadi dari awal memang berniat untuk menggunakan
pertengkaran Michelle dan sepupumu sendiri, lalu menghancurkan keduanya
bersamaan?” tanya seseorang di belakang Andela, kagetkan dirinya.
“Ka Aby? Kenapa masih disini?” Aby hanya diam, Andela
langsung berbalik, kali ini dia lebih kaget saat melihat Aby bersama… “ka
Shania?? Kenapa ada disini?!”
“Sepertinya ada kesalahan komunikasi antara kamu,
Michelle dan preman yang kamu mintai tolong itu” Abypun menunjukkan HPnya,
terlihat Joitus di layar HP Aby. Andela langsung memeriksa HPnya.
“I-ini.. kenapa bisa.. Elaine…” Plak!! Belum selesai
Andela dari kagetnya melihat berita Elaine di Joitus, Shania menampar gadis
itu. Aby benar-benar kaget melihatnya.
“Kamu bilang kamu sahabat terbaik Elaine?! Liat apa yang
kamu lakuin!!” teriak Shania sambil memegang kerah baju Andela “Ka Shania tau,
ka Shania jahat sama kamu, Michelle juga membully kamu, tapi.. tapi Andela yang
ka Shania dan ka Ve tau anak yang baik, anak yang rajin, penurut dan ramah sama
orang! Bukan pendemdan seperti ini! Kemana Andela yang dibangga-banggain ka
Ve?!” teriak Shania, tanpa disadari air matanya menetes.
“Ka Shania… aku..”
“Kebakaran!! Tolong!!” tiba-tiba suara rusuh orang-orang
berteriak terdengar dari arah pasar yang mengelilingi gedung usang itu. Alihkan
perhatian mereka bertiga.
“E-Elaine!!” Andela berteriak kencang kearah sumber
suara, hampir saja berlari ke pasar itu, namun Aby menahannya.
“Kita pergi ke tempat Michelle dulu sekarang”
“Ta-tapi..”
“Ikut ka Aby!!” Abypun menarik Andela, membawanya ke
tempat teman-teman mereka.
Sementara itu di dalam gedung usang itu…..
“Brak brugh brag” terdengar suara gaduh di luar sana.
“Ada apaan tuh?” tanya si boss preman “coba cek gih sana”
perintahnya pada preman 2, preman 2 itu langsung menurutinya dan pergi
mengeceknya.
“Lalalala~~” si boss preman mulai membuka dasi Joifuru
yang mengikat di leher Elaine perlahan, setelah membuka blazer Elaine
sebelumnya.
“Bo-bo-boss!” preman 2 kembali cepat dengan wajah begitu
panik “Ke-kebakaran.. pasar sebelah kebakaran”
“Hah? Ya terus?”
“Apinya jalan kesini!”
“Wa-waduh.. gawat!!” si boss preman bangkit “Lebih baik
kita pergi dari sini, gw gamau mati!!” panik si boss preman.
“Terus nih bocah gimana bos?” tanya preman 1 sambil
menunjuk Elaine yang masih pingsan.
“Biarin aja dah ga penting, bukannya kita juga disuruh
bikin nih bocah mampus? Udah ayo cepetan cabut!!” ketiga preman itu lalu kabur
dengan terburu-buru tinggalkan Elaine seorang diri…
~~~
“Andela?” panggil Gracia saat melihat kedatangan Andela bersama AbyNju couple. Semuanya berkumpul, bisa melihat dari jauh kebakaran yang terjadi.
“Plak” tanpa kata dan mengejutkan semuanya, Michelle
menampar Andela.
“Ndel!! Apa yang lo lakuin?! Gimana kalo Elaine
kenapa-napa?! Kenapa bisa Elaine yang ada disana?!!” teriak Michelle terlihat
begitu kesalnya.
“Gw tanya balik, kenapa ka Shania masih disini?! Lo
nyelamatin dia?!” Andela balas teriak.
“Ga usah ngomong yang aneh-aneh, gw cuman tanya, kenapa
bisa Elaine yang mereka culik?!”
“Ga usah tanya gw! Lo ga nyadar diri emangnya syel?!
Hah?!”
“Bodoh!! Ini semua gegara lo juga kan! Lo yang rencanain
ini semua tau!”
“Gw emang rencanain ini, tapi lo juga setuju kan! Lo yang
mulai syel! Inget lo yang mulai!!”
Padahal aslinya mesra (?) malah dibuat berantem :v |
“Cukup!!” teriak K melerai keduanya “Ga ada yang benar
dalam hal ini, kalian sama aja! Sadar kalian siapa yang kalian libatkan dalam
balas dendam kalian selama ini?! Apa salah Elaine?!” Michelle dan Andela diam,
keduanya berpikir “Sekarang cukup, pertengkaran kalian ga akan nyelesein
apapun!!”
“Ka Aby!!” Michelle tiba-tiba mendekat kearah Aby “Kenapa
masih disini?! Elaine disana sama 3 preman! Ka Aby!!”
“Ada orang yang lebih pantas untuk menyelamatkan
Elaine….” Jawab Aby, namun Michelle terlihat tidak puas dengan jawaban itu,
lagi tanpa kata Michelle berlari tinggalkan mereka, menembus kerumunan
orang-orang yang sedang menyelamatkan diri dari besarnya api yang sedang
dipadamkan itu.
“Michelle!!” teriak K terkejut, lalu mengejar Michelle,
terlihat biasa saja dimata yang lain tapi tidak bagi Ve. Tidak ada angin, tidak
ada hujan, kalung dari K yang selama ini melingkar di leher Ve, putus begitu
saja, sebuah pertanda kah?
~~~
“Elaine!!” teriak Faris, yang sudah ada di dalam gedung usang yang mulai terkena si jago merah. Tiba-tiba tiga preman yang menculik Elaine muncul dihadapannya.
“Mi-minggir!!” teriak si boss preman, namun Faris tidak
menyingkir dan menonjok si boss preman dan kedua anak buahnya yang berlari
kearahnya itu. Perkelahian singkatpun terjadi.
Preman 1 bangkit, mulai memukuli Faris, namun Faris bisa
menangkisnya, balas menonjok lalu menendangnya. Kali ini preman 2 yang
menyerang, namun perkelahian mereka terganggu saat sebuah kayu jatuh nyaris
menimpa mereka. Dengan memanfaatkan hal itu, si boss preman menusuk pinggang
kanan Faris dengan pisaunya, tidak dalam tapi cukup membuat Faris kehilangan
keseimbangannya.
“Ahh.. brengsek..” ketiga preman itu lalu berlari
tinggalkan Faris. Faris mencabut pisau itu, darahpun keluar dari pinggangnya.
Kuat atau tidak Faris tetap harus mencari Elaine.
Sementara itu dari bagian sisi gedung lainnya, Michelle…
“Elaine..” teriak Michelle sambil melihat-lihat
sekelilingnya, dia benar-benar memaksakan dirinya, dadanya begitu sesak, dia
mulai merasa batuk-batuk. Tapi Elaine lebih penting daripada dirinya sendiri baginya
saat ini “Elaine..”
Dengan darah yang masih mengalir Faris berlari, tidak
memperdulikan bau dan rasa panas yang disebabkan si jago merah, mencari gadis
tomboy nan lucu *halah* yang
dicintainya.
Tidak jauh dari tempat Faris, seorang K….
“Michelle!! Elaine!! Faris!!” berusaha adil dan mencari
ketiganya, kayu-kayu gedung itu mulai berjatuhan, halangi perjalanannya
“Faris!!” teriak K saat melihat sosok Faris yang agak gontai, dengan cepat K
berlari menuju kearah Faris “Faris?! Lo kenapa??”
Sambil masih bisa tersenyum, Faris menunjukkan tangannya
yang penuh darah, darahnya sendiri. K langsung melihat kearah pinggang Faris.
“Siapa? Siapa yang ngelakuin ini?!”
“Preman-preman sialan itu..” jawab Faris, mukanya mulai
pucat. Melihat itu K langsung mengambil dasinya dan dasi Faris menggabungkannya
dan mengikatnya di pinggang Faris, melakukan pertolongan pertama agar darah
Faris tidak terus mengalir.
“Arghh” erang Faris.
“Lebih baik?”
“Sakit bangke!” Faris tersenyum “makasih Va” dengan
bantuan K, Faris kembali berdiri “Tapi, kenapa lo bisa ada disini?”
“Hmm.. Michelle, Michelle kesini juga nyari Elaine”
“Apa?!” Faris kaget “Michelle? Lebih baik lo cepet cari
Michelle Va!”
“Tapi, lo gapapa gw tinggalin?”
“Gw gapapa, cepet Va!!” K pun tinggalkan Faris mencari
Michelle, sementara itu korban yang sebenarnya…
Elaine mulai sadar dari pingsannya, namun api sudah mulai
menyelimuti ruangan tempat dimana Elaine pingsan.
“Ka Fa…arghh” erang Elaine saat mencoba bangkit, tapi dia
tidak bisa “Arghh ke-kenapa?!” Elainepun melihat kearah kakinya, beberapa kayu
telah menimpa kakinya. Dengan susah payah Elaine berusaha menyingkirkannya.
Beberapa menit berlalu Elaine akhirnya berhasil, namun dirinya tidak bisa
mengangkat kakinya, terpaksa Elaine merangkak, dan saat itu kayu diatasnya….
“Brak” jatuh mengenai kepalanya, membuatnya bagian
belakang leher itu keluarkan darah segarnya, membuat Elaine perlahan kehilangan
kesadarannya, namun dia tersenyum karena dia melihat Faris di depannya, dan itu
bukan sekadar delusi.. *halah
“Elaine!!” teriak Faris, terdengar sebelum akhirnya
Elaine benar-benar kehilangan kesadarannya.
Sementara itu K…
“Michelle!!” akhirnya K menemukan Michelle, yang sudah
pingsan di posisi yang sama seperti sebelumnya “Michelle! Bangun Michelle!” K
makin panik saat melihat ada darah yang tercecer di sweater pink Michelle
“Lele! Bangun!! Jangan bercanda sama oppa!! Michelle!!” langsung saja K
mengangkat dan menggendong Michelle keluar…
~~~
Dengan menggendong Elaine ala putri, Faris membawa gadis itu menuju teman-teman mereka, terlihat sudah ada dua ambulans disana. Langsung saja, petugas ambulans mengurus Elaine, mengikuti para petugas, Faris ditemani GreMids couple masuk ke dalam ambulans, lalu ambulans itu pergi.
Tidak berapa lama, K dengan gaya yang sama seperti Faris,
muncul bersama Michelle yang juga pingsan, petugas ambulans langsung
membantunya, tanpa menyapa Ve entah lupa atau karena panik, K mengabaikan Ve,
lalu masuk ke dalam ambulans, ditemani Andela dan Aby.
“Tin tin” bunyi klakson mobil sadarkan Shania dan Ve yang
hanya diam sedari tadi.
“Ve! Shania!! Ayo!!” teriak Naomi, sadarkan keduanya.
Sudah ada Deni di kursi penumpang depan. Dengan cepat, Shania dan Ve masuk ke
dalam mobil abu-abu Naomi.
~~~
Sambil berlari mengikuti dokter dan suster yang membawa Elaine dan Michelle ke Unit Gawat Darurat, Faris, K dan yang lainnya digandrungi perasaan cemas dan takut. Pikiran yang macam-macam dan perasaan campur aduk merasuki mereka. Takut, takut terjadi hal buruk menimpa kedunya. Ketakutan akan ditinggalkan ‘lagi’ sangat menghantui Faris bahkan bagi K. Faris bahkan lupa dengan luka tusuk yang diterimanya.
“Biarkan kami melakukan tugas kami!” perintah seorang
dokter kepala, menghalangi Faris dan K yang lainnya saat ingin juga masuk ke dalam
ruang UGD “Nak Faris apa ingin lukanya..”
“Ga usah dok saya gapapa asal Elaine selamat..”
“Kalau begitu tunggu disini”
“Ta-tapi dok?!” Faris ingin protes, namun tiba-tiba
tubuhnya ditarik dan ditahan oleh Deni, begitu juga dengan tubuh K yang ditahan
Hamid.
“Mohon maaf dok, silahkan bekerja, tolong selamatkan
kedua sahabat kami” ucap Aby membungkuk kearah sang dokter. Dokter balas
membungkuk lalu masuk ke dalam, pintupun ditutup.
“Lepasin gw Den!” Faris mendorong tubuh Deni, mereka
semuapun menunggu di depan ruangan…
Waktu terus berlalu para dokter dan para suster masih
belum keluar memberi kabar. Kedua orang tua Elaine bahkan sudah ada bersama
mereka, tapi tidak dengan ayah Michelle.
“Geez.. berhenti mondar-mandir Faris! Lo bikin gw
pusing!” teriak K pada Faris yang sedang mondar-mandir tidak tenang di depan
mereka semua.
“Lo pikir karena siapa semua ini terjadi?! Kalo dulu lo
sama Michelle..” teriak Faris balik. Sontak K berdiri “Kalo sampe kenapa-kenapa
dengan Elaine, gw ga akan maafin lo dan Michelle!!”
“Lo pikir Elaine doang yang di dalem?! Michelle juga!!”
balas K berteriak.
“Cukup! Berantem ga akan nyelesein semuanya! Faris! Deva!”
teriak Aby sambil menengahi keduanya. Ve yang duduk di sebelah K, kembali
menenangkan pacarnya yang dibalut emosi itu.
“Ini juga kemana sih ayahnya Michelle?” K terus berusaha
menghubungi ayah Michelle, yang semua orang tau ayah Michelle pebisnis yang
superrr sibuk.
“Kalo sampe Michelle sama Elaine…” Andela yang duduk di
sebelah Ve terus menangis, tidak bisa menahan air matanya. Ve benar-benar
merasa dirinya ada di posisi yang sulit. Harus menenangkan K dan Andela secara
bersamaan, untung saja ada Aby setidaknya dia bisa menitipkan Shania pada cowo
itu.
Akhirnya sang dokter kepala keluar, dari luar kita masih
bisa dengan jelas mendengar suara-suara kegiatan dokter lain dan suster yang
mengurus Elaine dan Michelle. Dua sahabat yang berbaring bersebalahan sementara
untuk sama-sama berjuang melanjutkan hidup mereka.
Mungkin tubuh mereka berbaring tak sadarkan diri, tapi
pikiran dan jiwa mereka…
“Elaine kan?” Sapa
Michelle saat bertemu dengan Elaine di sebuah restoran fast food.
“Eumm?” Elaine terlihat
berpikir.
“Aku Michelle~~ kita
satu les, bareng Andela juga~”
“Ahh iya, ma-maaf”
“Gapapa kok~ eumm
sendirian aja?”
“Ah ga kok, sama Andela”
“Michelle~~~” teriak
seoarang cowo dari arah kasir memanggil Michelle.
“Iya oppa~~ sebentar~”
balas Michelle.
“Oppa? Pacar?” tanya
Elaine.
“Ah.. bukan” pipi
Michelle memerah “gebetan hehe” bisik Michelle lalu memberi kedipan pada
Elaine. Elaine tersenyum begitu loli *karunginnnn *salah
Memori itu terus berputar…
“Piknik sih di taman
gitu.. ini di rumah Michelle….” Protes Andela, saat ini ketiganya sedang
piknik, ya di halaman rumah Michelle yang luas dan menyejukkan.
“Yah, abis tamannya penuh
sih…” ucap Elaine sambil menyiapkan berbagai barang “Daripada batal, mending
kita disini, gapapa kan syel?” Michelle tersenyum lebar.
“Aduh kebelet, syel
numpang pipis~~” Michelle dan Elaine hanya tertawa melihat Andela yang lari
terbirit-birit.
“Eumm, lein.. ga salah?”
Michelle mengerutkan dahinya.
“Kenapa syel?”
“Itu kenapa bebek semua?
Dari botol minum, tempat makan, ini juga apa?” Michelle terlihat heran.
“Hehehe, maaf ya, aku
suka banget sama bebek soalnya..” jawab Elaine cengengesan.
“Hmm gitu, ahh! Aku
punya tuh merch Donald duck asli kalo kamu mau, ambil aja semuanya~!”
“Serius syel?”
“Iya, daripada ngedemek
aja di lemari~ kapan sih Michelle bercanda?” dengan riangnya Elaine memeluk
Michelle.
“Makasih Michelle~~”
Michelle hanya tersenyum.
~~~
“Ba-bagaimana dok?!” tanya K, Faris dan kedua orang tua Elaine hampir bersamaan.
“Begini.. setelah ini kami akan memisahkan kedua pasien”
bersamaan dengan itu para suster membawa keluar tempat tidur Elaine bersama
tubuh Elaine.
“Elaine!!” sapa Gracia percuma karena Elaine tak sadarkan
diri, wajah Elaine terlihat tenang.
“Maaf apa bapak dan ibu…”
“I-Iya kami kedua orang tua Elaine, yang barusan…”
“Ahh yang barusan.. Oke jadi begini, Elaine betul?” kedua
orang tua Elaine mengangguk “Kami sudah menghentikan pendarahannya dan
melakukan operasi. Elaine mengalami gegar otak ringan dan kedua kakinya patah”
semuanya syok terlebih Faris terlihat begitu kesal “Kami akan memindahkannya ke
kamar yang lebih tenang, silahkan bapak dan ibu urus dan bicara dengan
dokternya langsung untuk lebih lanjut” kedua orang tua Elaine langsung bergegas
menyusul Elaine. Faris ingin mengikuti, tapi K… keduanya saling tatap.
“Sementara, pasien satu lagi….”
“Kami kakak kelasnya!” teriak K mendekat ke dokter,
begitu juga dengan Ve, Andela dan Shania “Bagaimana keadaan Michelle? Dok?”
“Dimana orang tuanya?”
“Sudah katakan aja dok!!” pinta K.
“Tapi saya perlu bicara dengan….”
“DOK!!” teriak K memotong ucapan dokter kepala. K terus
menatap sang dokter.
“Hmmfhh. Baiklah, tapi tenangkan diri kamu. Michelle
memiliki jantung yang lemah, kalau tidak segera kita tindaki kemungkinan hidup
Michelle…”
“Brak” terdengar suara tubuh manusia jatuh dari kejauhan.
Itu ayah Michelle, dengan segera GreMids couple membantu ayah Michelle untuk
kembali berdiri.
“Saya ayah Michelle..” sapa ayah Michelle. Semuanya
langsung membungkuk sebagai balasan “Nak Deva? Nak Andela? Ini ada apa?” Deva dan
Andela hanya bisa menunduk “Dok? Gimana kondisi jantung Michelle?”
“Hmm, sepertinya bapak sudah tau.. Kita tidak punya banyak
waktu pak, satu-satunya cara menyelamatkan Michelle adalah dengan memberikannya
jantung baru” ucap sang dokter, berita yang begitu mengejutkan bagi siapapun
yang mendengarnya.
“Kalau gitu segera lakukan dok! Operasi jantung itu,
apapun itu! Berapapun biayanya pasti saya bayar!!” teriak ayah Michelle
mengguncangkan tubuh sang dokter.
“Yah, kami mengerti pak, tapi rumah sakit kami tidak
memiliki stok jantung lagi”
“Kalau begitu cari!! Saya akan bayar!”
“Maaf tapi pak…”
“Apa? Kalau kalian tidak bisa, saya akan pindahkan
Michelle ke rumah sakit lain! Kalau perlu ke luar negeri!!
“Itu tidak mungkin pak, tubuh dan jantung Michelle tidak
akan kuat untuk dibawa pergi jauh..”
“Jadi? Maksud anda, kita pasrah nunggu sampe ada orang
bawa jantung kesini buat anak saya gitu?!” kesal ayah Michelle sambil memegangi
kerah baju dokter.
“Berapa waktu yang kita punya?” tanya Aby akhirnya.
“Satu minggu, paling tidak satu minggu..” jawab sang
dokter mengakhiri percakapan mereka.
~~~
Dua hari berlalu, kondisi Elaine masih sama begitu juga Michelle. Secara bergantian K-Ve, AbyNju dan Andela menjaga Michelle, sementara Faris, Deni-Naomi dan GreMids menjaga Elaine. Di otak mereka hanya memikirkan kesembuhan Elaine-Michelle. Mengabaikan pendidikan mereka, padahal sebentar lagi ujian akhir bagi kelas 3 dan ujian kenaikan kelas bagi Andela dan yang lainnya.
“Kenapa.. kenapa ga ada yang hubungin saya?! Apa uang 1
miliar kurang? Segitu susahnya kah?!” kesal ayah Michelle sambil duduk
memegangi Koran dimana ada iklan bertuliskan ‘dibutuhkan donor jantung’.
“Om aja yang gila! Mau berapapun uangnya juga mana ada
orang yang bakalan dateng ucuk-ucuk ngasih jantungnya?! Mau udah mati apalagi
yang sehat!!” kesal K.
“Tenang Va!” Aby berdiri di depan K, menenangkan
sahabatnya itu “Mereka juga sedang berusaha mencari donor jantung untuk
Michelle, tenang gw mohon, demi Michelle” K kembali mengatur nafasnya. #demiMichelle ht di forum Michellisto
Sementara itu di kamar Elaine….
“Ris, gw sama ka Naomi mau beli makan, lo mau apa?” tanya
Deni menghampiri Faris yang sedang duduk di samping tubuh Elaine.
“Ga usah Den, lo beliin aja buat nyokapnya Elaine, sama
buat GreMids” terlihat ibunya Elaine tidur di sofa samping Elaine, di sofa
belakang Faris, Gracia tidur dengan menjadikan paha Hamid sebagai bantal
“Jangan lupa pergi ke tempat Michelle, tanyain yang disana udah pada makan atau
belom” tambah Faris. Denipun mengangguk lalu pergi keluar kamar Elaine bersama
Naomi.
“De.. bangun..” panggil lirih Faris sambil mengusap-usap
lembut punggung tangan Elaine. Tiba-tiba ada tangan lain yang juga menempelkan
tangannya diatas tangan Faris. Tidak terasa tapi terlihat tembus pandang, itu….
“Ny-Nyash?!” kaget Faris saat melihat sosok yang sudah
sangat lama tidak dilihatnya. Gadis yang kini bukan manusia lagi itu tersenyum
pada Faris, seketika keringat mengalir di tubuh Faris, padahal kamar itu pake
AC. Jujur Faris takut kalo Diasta akan….
“Nyash ka-kamu ga akan…” panik
Faris. Diasta tersenyum lalu memegang lembut pipi Faris, kagetkan Faris karena
dia bisa merasakan kehangatan tangan Diasta.
“Jaga dia baik-baik, maaf aku
harus pergi lagi” tiba-tiba sosok Diasta kembali menghilang.
“Tu-tunggu Nyashu!!” teriak Faris
percuma.
~~~
“Pak Ade, apa ga ada cara lain?” tanya Aby pada sang
dokter kepala bernama Ade, yang langsung turun tangan menangani Michelle. Dokter
Ade terlihat berpikir.
“Ve…” terdengar suara seperti seseorang memanggil
namanya, Ve mencari sosok itu dan itu..
“Ka Diasta…” panggil pelan Ve, sedikit mencuri perhatian
Aby “Dok!” teriak Ve mendadak, dokter Ade langsung melihat Ve “Bapak bilang
Michelle butuh jantung yang kuat dan sehat, bagaimana dengan jantung orang
hidup?”
“Maksud kamu, orang yang masih hidup memberikan
jantungnya? Tidak ada masalah asal memenuhi syarat, tapi tidak ada 1 orangpun
yang akan melakukan itu kan?”
“Kalau begitu…….” Ucap Ve, buat semuanya menoleh padanya
karena terkejut, apalagi K dan Shania yang benar-benar terbelalak. *potong ah~ :p
Apa yang dikatakan Ve?
Roh Diasta muncul?? Mengapa? Bagaimana akhirnya Michelle bisa sembuh?
Saya pikir kalian semua,,,,, hmmm.....
Mungkin ini menyebalkan...
Hufft... *menghela nafas*
Mohon maaf m(_ _)m dan terima kasih banyak selama ini, masih ada chapt 13 ya...
------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m
-Jurimayu14-
hhuuaaaahhhh.....
ReplyDeleteffnya bgus anti mainstream masangin K-lele
tp apa daya hati udah memilih VENAL :"(
terus berkarya thor...
smoga ada ff lain yg bwt venal bhagia
Makasih ehehe :D
DeleteIya saya jg venal shipper kok~ tapi ya ... jalan ceritanya jadinya begini~
Ditunggu aja ya :3