Yah cerita awal chapter ini akan ceritain Gracia dan Hamids~~ feat seniornya Beby dan Shania~ xD
Spoiler chapter ini: bisa dibilang cerita awal GreMids suka, kenapa GreMids segitunya sama AbyNju, dan for first time adegan Aby berantem di season 2!
Oh iya, sebelumnya mau tanya, pada bingung kah dengan jalur ceritanya? yang mondar-mandir? hmm
Semoga ga bikin kalian lupa dengan cerita utamanya ya,,,,
Yaudah, selamat membaca~
Kita kembali mundur ke beberapa bulan yang lalu, saat K dan ketiga sahabatnya masih kelas 2 SMA, saat Ve dan Naomi masih menjadi pujaan murid-murid cowok Joifuru, saat Michelle the gangs belum menjadi idola dan yang pasti, saat Gracia dan Hamid belum jadian.
Duduk diam di kelas yang sudah ditinggalkan penghuninya, Hamid masih terjaga di tempatnya, sambil memandangi surat yang ada di tangannya itu.
“Haruskah gw kasih?” ucap Hamid pada dirinya sendiri “Tapi tapi ini udah susah payah gw buat… ahh” Hamid mengacak-acak rambutnya, perlakuan yang agak menarik perhatian Andela yang sedang membereskan barang-barangnya di dekat Hamid. Kebetulan saat itu mereka satu kelas.
Menyadari diliatin seseorang Hamid menghentikan tingkah laku anehnya dan kembali berusaha terlihat keren, lalu menatap sedikit Andela. Andela sih sebenernya tidak peduli.
“Eh iya ndel..” panggil Hamid tiba-tiba menghampiri Andela “Lo sepupunya ka Shania kan?” tanya Hamid tiba-tiba, Andela terlihat tenang dan langsung menatap datar cowo keren di depannya itu.
“Emm, iya kenapa?”
“Gw boleh titip sesuatu ga?”
“Eumm titip apa ya?” Hamid langsung memberikan surat di tangannya itu “Ini apa?”
“Surat buat sepupu lo, tolong ya >/\<” pinta Hamid sambil memohon.
“Emm…” Andela terlihat berpikir.
“Srek” tiba-tiba pintu kelas itu dibuka, Hamid dan Andela langsung menatap kearah pintu yang bergeser itu. Dengan aura tegas dan galak yang begitu terasa ibu Melody masuk. Hamid dan Andela langsung diam seketika.
Melody Nurramdhani Laksani: Guru Matematika di Joifuru. Terkenal galak. Kakak kandung Frieska.
“Loh kalian belum pulang?” tanya Ibu Melody, keduanya langsung menggeleng “Langsung pulang kalo kalian ga ada kegiatan lagi, khususnya kamu Hamid” *ngeri tawuran soalnya
“I-iya bu…” jawab Hamid terbata-bata, Ibu Melodypun keluar setelah mengambil bukunya yang tertinggal “Emm yaudah ya ndel, gw duluan” Hamid mengambil tasnya “Inget ya buat ka Shania! Bukan Shania Gracia temen lo! Sekali lagi ka Shania~!” teriak Hamid sebelum tinggalkan Andela seorang diri.
~~~
“Hah..” Hamid menghela nafasnya saat mengintip pasangan AbyNju dari jarak yang cukup aman dengan DSLR miliknya sebagai senjata “Ck ah, ka Aby nempel-nempel mulu nih” protes Hamid yang ingin mengambil foto kakak kelas idolanya itu. Ya, Shania Junianatha.
“Ahh.. ka Shania ngalangin deh >3<” protes seorang cewek yang suaranya tidak terdengar jauh dari posisi Hamid.
“Gracia?” panggil Hamid pelan tapi cukup terdengar Gracia, ya sekali lagi, gadis itu Gracia. Graciapun menengok kearah Hamid. Begitu terlihat manis dimata Hamid, sedikit mencuri perhatiannya.
“Siapa yah?” tanya Gracia buyarkan ilusi di diri Hamid yang sempat timbul sesaat itu.
“Gw Nino, temen satu ekskul lo” jawab Hamid, memperkenalkan diri dengan nama ‘Nino’ yang menurutnya keren.
“Nino? Yang mana ya? Gw lupa, maaf ya” jawab Gracia begitu polosnya lalu kembali sibuk dengan SLR miliknya dan 2 subjek di depan mereka.
‘Anjir nih cewe, untung cakep kalo ga gw gebok, masa lupa sama cowo keren kaya gw’ kesal Hamid dalam hatinya. Keduanyapun kembali sibuk memainkan ‘senjata’ mereka, walau entah mengapa, perhatian Hamid kadang tercuri oleh gadis penyuka Real Madrid itu.
~~~
Lagi, kedua orang yang sebelumnya bertemu itu, kembali bertemu. Sekali lagi, mengintip 2 orang yang sedang bermesraan jauh disana, siapa lagi kalau bukan AbyNju couple.
“Bruk” Gracia dan Hamid bertabrakan saat keduanya ingin mengambil foto dari posisi yang sama. Gracia jatuh menimpa Hamid.
“Aduh, aw” erang Hamid kesakitan. Terlebih Gracia belum pindah dari tubuhnya.
“Aduh kamera gw..” panik Gracia karena kameranya terjatuh dan mati.
“Elah, kamera lo gapapa kok, geser dong, berat nih..” keluh Hamid, sadar dengan posisinya, Gracia langsung bangkit.
“Pervert!” teriak Gracia.
“Jangan sembarangan! Enak aja lo!” teriak balik Hamid.
“Emang kenyataannya gitu kan?”
“Itu kan gara-gara tadi lo nabrak gw!” teriak Hamid kembali, buat Aby dan Shania menyadari keberadaan keduanya. Bahkan mereka gantian menonton pertengkaran Hamid dan Gracia itu.
“Idih elo yang tadi nabrak gw!”
“Idih, elo!”
“Elo!!” keduanya saling tatap dalam kesal. Shania dan Aby hanya bisa tertawa kecil dan menggelengkan kepala mereka.
“Mendingan kita pergi dari sini, kasian mereka kalo tau kita tonton balik” ucap Aby pada Shania yang masih ketawa-tawa.
“Tapi mereka lucu banget beb” jawab Shania.
“Kamu nih, liat ade kelas berantem malah diketawain”
“Ihh, tadi kamu juga ketawa kan..”
“Hmm iya sih..” Aby tertawa kecil “ahh yaudah ayo kita balik Shania sayang”
“Hmm? Apa coba? Sekali lagi? :3”
“Shania sayang ayo kita balik..” pinta Aby kali ini, tersenyum begitu manis.
“Yuk” Shania merangkul lengan Aby, keduanya lalu pergi dari tempat itu, sementara Gracia dan Hamid…
“Elo!” yah masih bertengkar.
“Ga! pokoknya elo!” Gracia yang bete akhirnya berbalik tidak lagi menatap Hamid, cukup lama baginya untuk menyadari bahwa.. “Eh ka Aby kemana?” Hamid yang mendengar itu langsung melihat kearah yang sama.
“Kemana? Ahh ini semua gara-gara lo, coba kalo…”
“Gw udah bilang, kan gw duluan yang…” yah keduanya kembali bertengkar…. Entahlah sampai kapan….
~~~
Sekali lagi, mereka dipertemukan. Kali ini di tempat mereka ekskul. Mereka tidak terlihat seperti kuncing dan anjing di tempat mereka menyalurkan hobi mereka itu. Padahal semenjak kejadian tabrakan itu, mereka selalu bertengkar dimanapun mereka bertemu, di kelas, di lobby sekolah, bahkan saat mengintip AbyNju couple, yah sekali lagi dimanapun, tapi tidak di ruang klub fotography.
“Ckrek” kira-kira seperti itu bunyi yang ditimbulkan saat Hamid diam-diam mengambil gambar Gracia yang sedang sibuk dengan kameranya sendiri.
“Kalo diliat-liat Gracia manis juga ya..” ucap Hamid pada dirinya sendiri dan senyam-senyum sendiri “…. Dih apaan sih gw, inget Shania Junianatha, Shania Junianatha, Shania Gra… arghh apasih gw..” Hamid memukuli kepalanya sendiri.
“Grecot~~” panggil Andela dengan riang gembira menghampiri Gracia, ada Michelle dan juga Elaine disana.
“Andela? Kayanya dulu gw pernah nitip sesuatu…” Hamidpun bangkit menghampiri gadis itu “Ndel..” panggil Hamid, dengan cepat Gracialah yang menatap Hamid.
“Eh, Nino?” jawab Andela.
“Iya.. dulu, surat yang gw titip, udah dikasihin kan?”
“Surat? Surat yang… Ahh surat yang itu? Udah kok” jawab Andela, sebenernya tidak meyakinkan, apalagi dengan wajah bodoh yang diperlihatkan.
“Bener? Syukurlah kalo gitu, thanks ya..” Hamid langsung pergi tinggalkan keempatnya. Gracia hanya menatap datar cowo yang akhir-akhir ini ada di dekatnya itu..
~~~
Saat ini Gracia, Andela dan juga Elaine sedang bermain di kamar Michelle. Saling membagi cerita sambil sibuk dengan hal yang mereka suka masing-masing. Andela sibuk dengan HPnya, Michelle dengan laptopnya, dan Elaine dengan bukunya. Sementara Gracia tentu dengan komiknya.
“Eh Ndel, lo bawa komik gw yang kemaren ga?” tanya Gracia
“Eumm? Bawa kok, ga pernah gw keluarin dari tas” jawab Andela.
“Yee.. ngapain lo pinjem..” Graciapun mengambil tas Andela dan membongkarnya “Apaan nih Ndel?” tanya Gracia, mengambil sebuah amplop dari tas Andela.
“Eumm… ahh itu surat..”
“Ya gw tau… maksudnya punya siapa?”
“Eumm.. siapa ya… oh iya Nino! Buat lo!” jawab Andela, entah pura-pura atau memang benar lupa.
“Nino? Hamids maksudnya? Buat gw? Masa sih?” tanya Gracia heran, Andela hanya mengangguk.
~~~~
Di rumah, Gracia tidak bisa konsen untuk membaca komiknya apalagi belajar. Surat yang kata Andela itu untuk dirinya, dia bawa ke rumah dan sekarang bertengger di meja belajarnya. Akhirnya Gracia membacanya dengan perlahan.
5 menit berlalu..
“Buat ka Shania… Andela, Andela..” Gracia kembali menutup dan merapihkan surat itu “Si Hamid juga sih nulisnya cuman ‘To: Shania’ udah tau Andela suka dudul”
Keesokan harinya, Gracia memberanikan diri menemui Shania yang tentunya sedang bersama idolanya Aby. Melihat Gracia, Shania sempat ingin tertawa, namun Aby mencoleknya dan memberikan senyumnya sebagai tanda terima kasih dan maaf pada Gracia. Graciapun pergi setelah membalas dengan senyuman.
Hamid, dengan gugupnya bahkan keringat sudah membasahi tangannya, menunggu gadis pujaannya di tempat janjian yang dituliskannya dalam suratnya pada Shania.
“Udah semingguan lebih yang lalu gw ngasih Andela, harusnya ka Shania ga telat, ahh tapi mana mungkin dateng, ka Shania udah punya ka Aby kan.. seharusnya gw sadar diri.. ngapain juga gw nungguin gini sih..” Hamidpun berdiri akan pergi dari tempat itu namun, saat akan meninggalkan tempat itu di dalam gedung kosong di dekatnya dia melihat…
“Gracia? Ngapain disitu?” Hamidpun langsung berlari, menghampiri Gracia, bukan, bukan karena dia tertarik dengan Gracia saat itu, tapi karena Gracia sudah dikepung 3 preman.
“Jangan deketin dia!” teriak Hamid, ketiga preman itu langsung menengok kearah Hamid.
“Eh? Siapa lo bocah?!” teriak salah satunya.
“Murid Joifuru juga tuh boss” jawab preman lainnya.
“Ck, ganggu aja, hajar” tiba-tiba ketiganya maju menyerang Hamid.
“Waduh” Hamid panik, untungnya sempat menghindar. Sementara itu Shania yang seharusnya diundang Hamid sedang…
Bermesraan dengan sang pacar di kamarnya.
“Ini surat dari ade kelas kamu, gamau dibaca?” tanya Aby yang memegang surat dari Hamid itu.
“Ga ah, masa aku baca surat dari cowo lain” jawab Shania yang sedang tiduran di paha Aby. Melihat Aby membuka amplop dan akan membaca surat itu, Shania heran “Kok kamu malah mau baca? Seharusnya kamu marah dong, atau cemburu gitu?”
“Justru karena cemburu makanya aku mau baca” jawab Aby mulai membaca surat itu, namun perlahan ekspresinya berubah. Shania sih senyum-senyum aja liat Aby cemburu.
“Kenapa beb?”
“Gawat, gawat kalo sampe Nino dan Gracia kesana”
“Kesana? Kesana mana? Nino sama Gracia siapa?” tidak menjawab pertanyaan beruntun Shania, Aby membangunkan pacarnya itu, mengambil jaket Shania, lalu mengajak Shania pergi.
~~~
“Hyaa” ketiga preman itu kembali menyerang Hamid secara bersamaan, dengan susah payah Hamid berusaha menghindar namun sayangnya dia tidak mampu. Ketiga preman itu berhasil menghajarnya, membuatnya babak belur, padahal diawal Hamid sempat bisa menyaingi bahkan membalas. Tapi apa daya, sekarang dia terlihat seperti kucing yang diserang 3 anjing secara bersamaan, terus-terusan…
“Uhuk” suara batuk tiba-tiba terdengar, hentikan perkelahian itu sementara.
“Siapa lagi?!” teriak si boss preman.
“I-itu..” seorang preman terbata-bata, terlihat ketakutan melihat kedatangan Aby yang tiba-tiba.
“Kenapa pada diem sih?! Hajar!!” perintah si boss, dengan agak ragu 2 preman itu maju, begitu juga dengan si boss. Perkelahianpun tak bisa dihindari, sementara itu Gracia..
“Hamid!! Kamu gapapa kan?” ucap Gracia menghampiri Hamid yang sudah buruk keadaannya.
“Kalian gapapa kan?” tanya Shania yang kali ini muncul tiba-tiba dan berjongkok di dekat Gracia dan Hamid.
“Ka Shania?!” kaget keduanya bersamaan.
“Bisa bangun kan Nino? Ayo kita nyingkir dulu dari sini..” ucap Shania, bersama Gracia membantu Hamid untuk berdiri.
“Ta-tapi ka Aby..” ucap Hamid, namun Shania memotong ucapannya itu.
“Udah.. biarin aja…” jawab Shania terkesan tidak peduli, ya sebenernya karena ketiga preman itu sih memang terlalu cetek buat Aby..
Salah satu preman mencoba menonjok Aby, namun Aby tidak menghindarinya dan malah menangkap tangan itu, preman 2 mencoba menyerang dari belakang, tapi Aby dengan cepat langsung menendangnya, lalu menendang si preman yang tangannya masih dipegangnya itu. Berputar dan kembali menendang si preman 2 yang kembali maju. Kembali berputar, lari dan 2 kali menendang preman pertama. Tinggal si boss yang terlihat panik.
“Hyaa” teriak si boss sambil memasang kuda-kudanya, Aby mundur perlahan-lahan menjauhi si boss. Dan dengan cepat berlari kearah si boss, menggunakan salah satu anak buahnya yang sudah tepar di lantai, loncat, berputar dan… buggh dengan tumitnya menghajar kepala si boss yang membuatnya langsung pingsan terkapar.
“Lebih baik kalian cepet pulang, sebelum mereka sadar” ucap Aby pada Hamid dan Gracia.
“Maafin kita ka Aby, ka Shania!” ucap Hamid dan Gracia tiba-tiba secara bersamaan bahkan sampai membungkuk. Kagetkan AbyNju yang hanya bisa saling tatap.
“Ya udah gapapa, Gracia?”
“I-Iya ka Aby?”
“Bisa anterin Hamid sendirian aja kan?”
“Bisa kok bisa, sekali lagi bisa” jawaban itupun mengakhiri obrolan singkat pertama kedua pasangan itu. Mengikuti perintah Aby, Gracia dan Hamidpun pergi meninggalkan tempat itu….
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Astaga!” teriak Gracia tiba-tiba yang tersadar dari tidurnya “Kamu kok ga bangunin aku sih?!” tanya Gracia pada Hamid yang duduk di sebelahnya itu.
“Muka tidur kamu manis banget sih habisnya” jawab Hamid tersenyum.
“Ck, gombal” Gracia meregangkan tangannya “Tadi aku mimpiin saat-saat pertama kali kita saling suka..”
“Maksud kamu setelah aku diabisin preman-preman teri itu?” Hamid terlihat bete “Malu-maluin tau”
“Ya ampun” Gracia langsung memegang muka Hamid “Kamu tetep yang paling keren buat aku, gimanapun dulu kamu, lebih dari seorang Aby Chaesar”
“Ck, gombal”
“Dih kok balikin? Yaudah~ aku pulang ah~~” ledek dan goda Gracia.
“Ehh~~ jangan dong~ tidur sini ya malam ini~” pinta Hamid dengan manjanya.
“Hmm… baiklah, tapi ga ada jatah…” *jatah apa hayo... hihihihi~ u know lah what Gracia mean…
“Lah? Kok gitu??” keduanya kembali bercanda. Akhirnya malam itu Gracia menginap di rumah Hamid.
~~~
Sekali lagi, #GreMids xD |
Keesokan harinya, K dan yang lainnya kembali berkumpul di home, yang masih belum benar-benar bersih dari corat-coret yang diperbuat oleh… ya sejujurnya memang oleh Michelle, Andela dan Gracia yang terpaksa melakukannya.
“Va lo harus peringatin itu Michelle!” teriak Faris “Shania diculik kemaren itu ulahnya!!” Faris kembali mondar-mandir di depan ketiga sahabatnya.
“Mungkin bukan Michelle…..” ucap K, tidak sepenuhnya yakin.
“Kalo bukan Michelle siapa lagi Va?” tanya Faris, menurutnya jelas hanya Michelle yang mungkin menyuruh Revan “Inisiatif Revan gitu nyulik Shania tanpa alasan? Gw tau dia Va! Dia ga akan ngelakuin itu buat berantem sama gw! Nonsense”
“Gw tau ris, gw tau” jawab K.
“Yah kalo gitu mau nunggu apa lagi?! Ayo kasih dia peringatan!” Faris menatap K lalu Aby “By? Bujuk Deva lah, emangnya lo mau diem aja? Shania itu cewe lo!” Tapi Aby hanya diam.
“Kita ga bisa main asal ‘nyerang’ gitu aja Faris” ucap K buat Faris kecewa “lo pergi gitu aja setelah ngalahin Revan kan? Kita ga punya bukti fisik!” tambah K.
“Emang bukti barang-barang Michelle the gangs ada di home kurang Va?!” kesal Faris.
“Siapa aja bisa naro itu disini! Home ini ga pernah kita kunci, kuncinya aja kita baru punya sekarang” jawab K dengan suara keras.
“Kenapa sih lo malah belain mereka? Lo masih suka sama Michelle?” tanya Faris, buat K bereaksi dan berdiri menghampirinya.
“Kapan gw bilang ‘gw suka Michelle’?! Lo jangan…”
“Stop” Aby berdiri menengahi keduanya “Cukup! Kalo kalian berantem cuman akan buat seneng mereka yang diluar sana”
“Tapi By, kalo kita diem aja, mereka…” Faris protes lagi.
“Iya, tapi kita ga bisa sembarang gerak” ucap Aby memotong ucapan Faris.
“Lo kenapa sama aja kaya Deva sih By?! Shania itu cewe lo! Lo ga peduli lagi sama dia?!”
“Gw peduli, tapi kalo…”
“Tapi apa lagi sih By? Tapi lu lagi asik selingkuh sama Elaine? Gitu?!” Brak. Langsung Aby mendorong Faris ke tembok di belakangnya.
“Gw udah bilang, gw sama Elaine…”
“Apa?” Lagi Faris memotong kata-kata Aby “Gw ga akan pernah percaya lagi kata-kata pengurus Joitus macam lo, Sinka, dan yang lainnya! Semuanya sama! Licik” Faris melepaskan tangan Aby yang ada di badannya “Liat! Bahkan seorang Deva kaget denger omongan gw! Kalian sahabatan?” ledek Faris sambil menunjuk Deva dan Aby bergantian “Yakin? Cih..” Faris lalu keluar meninggalkan ketiga sahabatnya.
“Apa itu bener by?” Aby hanya diam “Jawab gw Aby!!” teriak K.
“Maafin gw..” Abypun pergi, tinggalkan K dalam perasaan campur aduk sementara Deni masih diam memilih untuk jadi penonton saja daritadi.
~~~
Duduk termenung di perpustakaan, agak aneh juga sih meliat Faris ke perpustakaan seorang diri. Entah bagaimana juga dia bisa ada di tempat itu. Duduk mengacak-acak rambutnya sendiri sambil terus memandangi ubin ruangan itu, tanpa disadari ada seseorang yang duduk di sebelahnya yang ragu-ragu untuk menyentuh Faris atau tidak.
“Hah..” Faris menghembuskan panjang nafasnya, lalu mendongak menatap langit-langit perpustakaan Joifuru, kagetkan gadis di sebelahnya yang reflek langsung berpura-pura membaca buku.
“Elaine? Sejak kapan ada disini?” tanya Faris yang akhirnya menyadari sosok Elaine disampingnya. Terbata-bata, Elaine terlihat gemetar tak mampu menjawab pertanyaan mendadak Faris itu “Hmm.. Bukunya kebalik tuh” yah, mungkin saking groginya Elaine sampe salah, buat pipinya merah padam seperti udang rebus karena malu “ahahaha” tawa Faris pecah melihat keluguan gadis bebek itu.
“Ka Faris mah..”
“Kwek kwek.. lucuk banget sih” lagi, Faris buat pipi Elaine memerah. Elaine hanya menggembungkan pipinya begitu menggemaskan. Tanpa disadari Faris perlahan mendekatkan dirinya pada Elaine, memeluk gadis kecil itu di dalam dekapannya, entah mengapa Elaine tidak melawan walau dirinya kaget. Jantungnya berdetak begitu cepat, hanya itu yang tidak diinginkannya untuk Faris ketahui.
“Wah, kalo di post Joitus seru nih” ucap seseorang dari kejauhan sambil tersenyum melihat moment Faris-Elaine itu.
“Apus draft berita Faris-Elaine itu, atau ini gw post” ucap orang lainnya sambil menunjukkan foto yang ada di HPnya pada Yona, ya Yona si gadis penjaga perpus julukannya.
“Foto itu?! Apus ga foto itu by!!” teriak Yona, namun dengan cepat ya Aby menaruh HPnya kembali di kantong celananya.
“Gw rasa berita Kinjirareta Futari-nya wakil ketua OSIS dengan Penjaga Perpus bakal lebih menarik dibanding berita playboy terkenal yang deket dengan cewek idola” ucap Aby tanpa menatap Yona.
“Apa-apaan lo By!!” Yona menggebrak mejanya “Apus foto itu!” gebrakan dan teriakan Yona cukup sadarkan Faris dan Elaine yang sedaritadi masih berpelukan.
“Aby? Ngapain dia disini?” Faris sepertinya terlihat bete “Kwek kita ngumpet dulu” Faris bangkit lalu menarik Elaine.
“Ngumpet? Ngumpet dimana? Ka Faris~~” Faris dan Elainepun mencari tempat mengumpat dimana mereka tetap bisa melihat kearah Aby dan Yona, tapi tidak bisa dilihat balik.
5 sampai 10 menit kemudian…
“Dengan begini selesai” ucap Aby setelah sibuk menghapus data dan apapun itu milik Yona di laptopnya yang menyangkut berita tentang Elaine dengan Aby maupun dengan Faris yang dibumbui hoax yang belum tersebar di Joitus. Sementara itu, Yona sedang menghapus foto-fotonya dengan Viny yang ada di HP Aby. *foto apasih Yon? Kayanya panik bgt kalo kesebar :v
Ga usah mikir aneh2, ini loh foto kinjirareta futari-nya VinYon :v |
“Gw bisa pastiin kan lo ga punya copy-an foto-foto ini?” tanya Yona lalu memberikan balik HP Aby itu.
“Yah siapa yang tau” Aby mengambil HPnya lalu bangkit “Bukannya gw juga ga bisa memastikan kalian akan berhenti dengan ini?” Abypun pergi dari perpustakaan meninggalkan Yona dalam keadaan sangat kesal.
“Liat aja By! Dia pasti ga akan tinggal diem!” *oh oh siapa dia~ *malah nyanyi *dihajar
Sementara itu Faris dan Elaine…
“Ck ah, ga kedengeran sama sekali” kesal Faris “Kwek bisa denger ga?” Elaine hanya diam “Kwek? De? Oi!!” Farispun menengok kearah gadis Juventini itu, yang ternyata hanya diam sedari tadi dan menatap Faris dengan lembutnya. Lupakan Faris soal Aby, keduanyapun saling tatap, tatapan yang begitu penuh arti…
~~~
Mungkin ini jadi malam minggu pertama Shania sendirian, dirinya masih menolak untuk bertemu, mendengar suara atau bahkan sekedar melihat pesan dari Aby.
“Shan..” panggil K pelan pada Shania yang sedang menyendiri bermain ayunan di taman rumahnya.
“Hmm, kok lo disini? Kakak gw mana?” Malam itu K memilih menghabiskan waktu malam minggu bersama Ve di rumah kakak-beradik cantik itu.
“Ada di dalem lagi masak, boleh gw ngobrol sama lo?”
“Kalo itu soal Aby.. gw ga minat dan ga mood, sorry”
“Bukan kok” K lalu duduk di sebelah Shania. Sejujurnya K juga tidak mood untuk membicarakan sahabatnya itu “Tapi soal sepupu lo, Andela” Deg. Shania langsung melihat kearah K.
“A-ada apa dengan dia? Kenapa?”
“Katakan yang sebenar-benarnya Shan, mungkin semua yang terjadi saat ini ada hubungannya dengan masalah kita dulu”
“Kita dulu? Apa hubungannya juga sama Andela?”
K dan Nju~ tenang mereka ga ada apa2 lagi~~ |
“Michelle Nju.. sepupu kamu Andela itu sahabat Michelle, cewek yang dulu jadi masalah diantara kita” Shania hanya diam terlihat berpikir “dia cewe yang jadi saksi kejadian dulu itu kan..”
“Yah.. soal dia sama Michelle sih gw gatau, tapi kalo gw sama Andela..”
“Sebenernya Ve udah cerita sedikit, keluarga Andela bermasalah dan itu menimbulkan kecemburuan saat melihat keluarga bahagia kalian”
“Dan diperburuk dengan kelabilan gw saat itu, bukan cuman Michelle yang gw bully, saat ketemu Andela gw melakukan hal yang sama, terlebih ka Ve juga bangga-banggain Andela depan gw, dan makin parah karena dia tau soal lo dan Michelle.. gw minta maaf K..” Shania menunduk lesu.
“Hmm.. jadi bukan cuman Michelle yang bisa ngelakuin ini.. lalu soal Aby..”
“Please K.. gw kan udah bilang gw ga mood bahas Aby..”
“Gw percaya dia apapun yang terjadi, gw harap lo juga..” Shania hanya bisa menghela nafasnya.
“Key~ De~” panggil Ve dari dalam rumah.
“Ahh, Ve udah manggil yuk ki….” Tiba-tiba Shania memeluk K, buat kaget K “Shan..”
“Maaf K maaf, sebentar aja, nanti gw yang akan jelasin ke ka Ve” tanpa disadari sesungguhnya Ve menyaksikan semua itu. Gadis penyuka novel itu hanya bisa menghembuskan nafas panjangnya, menahan cemburu yang jujur dirasakan, tapi mencoba mengerti keadaan adiknya sekarang.
“Gw sayang Aby, gw gamau kehilangan dia, dia ga bener-bener selingkuhin gw kan?” tanya Shania masih memeluk K, air matanya kembali keluar.
“Iya gw tau Shan, tau kok, Aby juga sayang lo, cuman lo, besok kita temuin dia ya..” Shaniapun melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya itu.
“Tapi, gw takut K.. gw takut..”
“Tenang aja, kalo ada apa-apa, ada gw, kakak lo, Faris juga Deni yang akan nemenin lo.. jadi lo tenang aja ya”
“Hmm.. Makasih ya K~” Shania coba tersenyum.
“Yaudah ayo masuk” balas K dengan senyuman “gw gamau bikin Ve khawatir” keduanyapun masuk ke dalam rumah yang di dominasi warna biru muda itu.
~~~
Pasca bertemu K dan berdiskusi dengan sang kakak, akhirnya Shania memutuskan untuk menghampiri Aby, menyelesaikan semunya. Yah memang seharusnya Aby yang menghampiri Shania dan menjelaskannya, tapi Aby tipe cowok yang selalu pasrah apalagi sama Shania. Tidak pernah suka memaksa gadis itu.
“Aby…” panggil Shania pelan saat menghampiri Aby yang sedang menyendiri di atap gedung sekolah mereka.
“Shania?” dengan meneteskan air matanya Shania langsung menghampiri Aby dan memeluk cowonya itu.
“Maafin aku, seharusnya aku..”
“Aku yang harusnya minta maaf..” ucap Aby sambil memegang wajah Shania dengan kedua tangannya “Aku yang salah, aku tau, kedekatan aku dengan Elaine menimbulkan kesalahpahaman, maafin aku”
“Aku tau, jangan gitu lagi..”
“Maafin aku, aku cuman sanyang kamu, ga akan ada yang bisa gantiin kamu” kedua kening itu saling menempel.
“Aku juga, jangan simpen semuanya sendiri, untuk apa aku jadi pacar kamu kalo kamu ga cerita ke aku..”
“Aku minta maaf, mulai sekarang aku akan ceritakan semuanya ke kamu…”
“Kalo gitu, mulai dari sebenernya apa yang kamu cari? Untuk diri kamu atau memang untuk Joitus?” tanya Shania kagetkan Aby, Shania tersenyum kecil. *ini ga motong kok~
Bicara soal AbyNju, dimana ada mereka pasti ada… yah ada couple itu tuh yang akan selalu mengintip pasangan ini. Yah, memang benar saja kedunya sedang mengintip seperti biasa dari sudut-sudut.
“Ahh seneng banget ngeliat mereka baikan~ ka Aby kenapa ga nyium sih, nanggung banget~” ucap Gracia dengan nada girang “Mids.. Hamid? Kok diem aja sih? Hamid!” panggil Gracia pada Hamid yang entah kenapa diam saja melihat kearah lain “Hamid!! Ngeliatin apasih?”
“Eung? Kenapa yang?”
“Yang yang yang pala lo peyang!” kesal Gracia “kamu ngeliatin apaan sih daritadi?”
“Eumm.. entahlah tapi tadi aku kaya liat Andela…”
“Andela? Ngapain? Mana mungkin.. apa urusannya coba..” ucap Gracia tidak percaya.
“Nih coba liat aja!” kesal Hamid lalu menunjukkan hasil jepretannya pada Gracia “Andela kan?” yah sejujurnya Hamid tidak 100% yakin terlebih dia melihatnya dari jauh dan hasil fotonya blur karena orang yang di fotonya begitu cepat pergi.
“Bukan Michelle?” tanya Gracia. Keduanya kembali berpikir.
~~~
Bicara soal Michelle.. gadis itu sedang menyindiri di ruang kelas, tidak ada siapapun di ruangan itu. Begitu sepi, bahkan suara ac dan nafas yang keluar dari mulut pink pucat Michelle bisa terdengar dengan jelas.
Entah apa yang dipikirkannya, tangan kirinya terus diletakkan di dadanya, sementara tangan kanannya terus memegangi HP yang tidak bergeming sedikitpun. Apa yang ditunggunya? Siapa yang ditunggunya? Mungkinkah yang ditunggunya itu adalah…
“Srek” tiba-tiba pintu yang tertutup itu digeser oleh seseorang, alihkan perhatian Michelle. Perlahan orang yang membuka pintu itu masuk.
“Deva oppa..” panggil pelan Michelle, yah pada K.
“Ada yang harus kita bicarain… berdua..” Michelle hanya diam, perlahan K dekatkan dirinya pada Michelle dan….. *potong lagi :p
Veranda melihat dan mendengar semua itu… *ini baru potong :v
Bagaiamana kelanjutan hubungan Faris dan Elaine? Benarkah Aby seorang pengurus Joitus? Lalu apakah benar yang dilihat Hamid itu Andela? Apa yang akan dibicarakan K dengan Michelle? Kenapa Veranda ada di Joifuru?
Too much question what I make for myself lol :v
------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m
-Jurimayu14-
No comments:
Post a Comment