Friday, November 21, 2014

Joifuru High School (JKT48) - Season 2 - Chapter 6

Yang kepo dengan hubungan K x Michelle siapa?? Ini dia buat yang kepo silahkan~
Betewe, seperti yang udah gw bilang di awal, JHS season 2 ini kan alurnya bolak balik, semoga ga bingung ya~
Selain itu chap ini jadi chap pertama baliknya adegan fighting di JHS!! yeay \(^^)/

Sekali lagi, selamat membaca~~

Joifuru High School (JKT48) - Season 2


Mereka belum ada foto berdua nih u,u

Chapter 6
Kali ini, kita kembali lagi, ke masa-masa saat seorang Deva K bisa dibilang terpuruk. Walau sebenernya tidak benar-benar seburuk sekarang, mungkin, yah tapi entahlah. *labil banget sumpah authornya
Untuk kali ini aku, Deva K akan menceritakannya sendiri, karena authornya mood-mood-an (?) dan males. #dzigh
SMP, yah.. masa-masa peralihan menuju remaja, atau malah sudah remaja? Sesungguhnya sih aku tidak ingin mengingat masa-masa itu, tapi mau tidak mau, aku harus menceritakan yang sesungguhnya terjadi dahulu itu pada semuanya.. termasuk pada kalian yah para pembaca yang kepo hmm.
Kalian ingat dulu bagaimana dan sejak kapan Shania berubah jadi dingin padaku? Yah, kejadian ini terjadi tidak lama setelah itu….
~~~



Sesungguhnya, aku tidak sepopuler saat SMA kala itu. Walau memiliki banyak prestasi tetap saja aku seorang yang bisa dibilang kuper. Aku tidak memiliki teman selain ka Ve dan juga Shania, begitu ka Ve lulus dan Shania menjadi dingin, apalagi saat itu Aby masih di Bandung, Faris sama Deni belum ada. Aku merasa kesepian di sekolah, kalo ga datar, jadi tegang karena kena semprot amarah Shania. Tapi, semua berubah menjadi lebih parah ketika aku bertemu dengannya…
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saat itu, aku yang terkadang menghabiskan waktu seorang diri di sudut sekolah, memilih dance jadi pelarian. Setelah menarikan beberapa lagu ya ehmm K-Pop, ya gini-gini badan sekuriti hati SNSD Yuri *eh. Aku menyadari adanya seseorang yang memperhatikanku, saat kukejar ternyata seorang gadislah yang mengintipku. Lariku masih jauh lebih cepat daripada dia yang apalagi pake rok, aku tangkap tangannya.
“Ma-maaf ka, aku minta maaf, ga maksud apa-apa” ucapnya tiba-tiba. Ka? Ah berarti dia adik kelas setahun atau dua tahun dibawahku yang entah jalan pulangnya searah atau tidak. (?)
Ah sudahlah kembalikan saja ke authornya sebelum ini jadi ngaco.. ahh authornya nolak!! Baiklah..

“Gapapa kok, tapi kenapa ngintipin?” tanyaku masih menggenggam tangannya. Tangannya yang entah kenapa begitu dingin.
“Maaf kak, aku ga maksud ngintipin..” dia meminta maaf lagi, bahkan sambil membungkukkan kepala dan badannya “Tadi aku denger ada lagu K-Pop diputer makanya aku kesini..”
“Aha! Penyuka K-Pop juga?” tanyaku, membuatnya kaget dan melihat kepadaku. Wajahnya cantik. Jika dibandingkan dengan Ve? Hmm ga bisa.. Ve kan bukan manusia, dia bidadari dari kayangan.
“Kakak juga?” tanyanya, matanya terlihat berbinar. Akupun melepaskan genggaman tanganku.
“Yah.. begitulah” ucapku sambil menggaruk leher yang sebenarnya tidak gatal ini “Ahh iya, Deva” ucapku kembali, menjulurkan tanganku dan tersenyum, terlihat keren kalo kata orang-orang.
“Michelle” jawabnya, menyambut uluran tanganku. Sebuah jabat tangan yang mengawali semuanya.
~~~

Keesokan harinya, kami kembali bertemu, ditempat yang sama, diwaktu yang sama kami kembali bertemu. Mengobrol dengan lancar dan santainya satu sama lain, sambil menonton beberapa MV sebuah boyband Korea sebut saja Super Junior. *duh jadi inget jaman-jaman ngeRP-in donghae *eh
“Emm, ka Deva..”
“Panggil Oppa” candaku memotong perkataannya, timbulkan rona merah di pipinya mendadak “Ahahaha canda kok, tapi kalo Michelle mau juga gapapa”
“Op-op-op..” ucapnya berusaha menyebut ‘oppa’ kegugupannya membuatnya terlihat lucu, kembali membuatku tertawa.
“Op-op-op-opor ayam lama-lama” ucapku meledeknya masih tertawa melihat dirinya.
“Oppa!!” kesalnya tiba-tiba.
“Nah itu bisa nyebut juga akhirnya..”
“Ihh emang bisa!” kesalnya sembari memukuliku. Hal sepele yang mengakrabkan kami, juga hal yang menjadi kesalahan pertamaku dalam hubungan kami.
~~~

Akrabnya hubunganku dengan Michelle tidak sedikitpun merubah perasaanku pada Ve, tapi jelas membuatku lupa terhadap adiknya. ‘Pacar’ pertamaku, Shania Junianatha.
Sebenarnya tidak setiap hari, aku dan Michelle bertemu. Hanya saja saat itu kami jadi hampir setiap hari bertemu, semua karena Michelle yang ingin diajarkan dance K-Pop olehku. Aku mengajarkannya Hot Summer lagu milik F(X) bukan FX Sudirman ya, kalo ngomongin FX Sudirman sih ngobrolnya sama Aby. Itu tempat nongkrongnya dia tuh, apalagi lantai 4 nya. Hii. He is such a maniaque. #dzigh

Entah bagaiamana hal itu diketahui Shania dan jadi kesalahan keduaku dalam hubungan ini.
Kembali ke author~ tanpa diketahui K, beberapa orang mulai ‘menggosipkan’ kedekatannya dengan Michelle yang suka bertemu secara bisa dibilang diam-diam. Itulah mengapa Shania bisa tahu. Shania yang saat itu benar-benar sedang labil-labilnya, menjadi semakin parah.
Tidak mengetahui yang mana dan siapa Michelle, kecemburuan dan kebencian yang membalut perasaannya membuatnya menjadi ‘beringas’. Menggunakan ‘kekuasaan’ dan senioritas yang dimilikinya, mulai membully dan bersikap kasar pada siapa saja, terlebih adik kelasnya.
Sesungguhnya K mengetahui itu, hanya saja dimata Shania, K akan selalu salah. Di depan Ve, K selalu menutupi segalanya. Hingga akhirnya kesalahan ketiga K buat….

“Shania, kamu kenapa sih, kaya gini tuh ga ada gunanya!” teriak K.
“Ohh? Peduli apa lo sama gw?” tanya Shania berteriak.
“Aku peduli karena kamu…”
“Apa? Adik dari cewe yang lo suka?! Temen lo juga bukan kan.. temen lo kan siapa tuh? Misyel?”
“Michelle? Kenapa sama Michelle?”
“Lo bilang kenapa?! Emang nyebelin lo ya!”
“Yah, sebenernya kamu tuh kenapa sih Shan?”
“Kenapa? Ini semua gara-gara lo! Dan juga Michelle!!”
“Apaan sih Shan? Kenapa jadi bawa-bawa Michelle?”
“Oh jadi lo belain dia!”
“Loh? Yah aku ga belain dia kok!”
“Terserah!!” Shaniapun pergi meninggalkan K.
~~~

Ternyata K memang melewati batasnya, bisa dibilang begitu. Kedekatannya dengan Michelle tidak hanya sekadar kakak dan adik kelas yang bertemu di sekolah. Seperti hari ini, keduanya bertemu di sebuah taman.
“Oppa” panggil Michelle, saat ini keduanya sedang tiduran menatap langit berbagi earphone dan mendengarkan music yang mengalir dari ipod milik Michelle.
“Iya de?” jawab K yang sedang tiduran dengan nikmatnya bahkan sampai memejamkan matanya, untunglah tidak tertidur.
“Kita bisa jadi teman selamanya kan?” tanya Michelle tiba-tiba kagetkan K.
“Hmm?” K menatap adik kelasnya yang tiduran disampingnya itu “Tentu ajalah, masa ga bisa” K tersenyum “lebihpun bisa”
“Eh?!” Michellepun terkejut mendengar jawaban K. Apa maksud K? Lebih? Lebih dalam hal apa?
“Ya ampun!” tiba-tiba K bangkit “Michelle, oppa lupa ada titipan mama oppa mesti di beli” K pun membereskan barang-barangnya, Michellepun mau tak mau mengikuti.
Mungkin singkat dan hanya sekadar membeli ikan lele. Tapi kebersamaan itulah yang paling berharga.

“Waduh hujan, neduh dulu de” ucap K pada Michelle, saat keduanya sedang jalan dan hujan mendadak menimpa mereka. *tjiee mau squall no aida ni an nih
“Bahaya nih kalo lelenya basah” ucap K yang memegang plastic berisi lele itu.
“Kalo lele itu basah sih gapapa oppa, kalo kita yang basah baru kenapa-kenapa” komen Michelle.
“Eumm?” K menatap gadis yang badannya sudah sedikit basah itu, sejujurnya tempat mereka meneduhkan diri saat ini tidak cukup untuk berlindung “Ahh kamu bener juga, mau pindah tempat?” Michelle hanya menggeleng.
Hening sesaat diantara keduanya yang hanya menatap langit yang sedang teteskan butir-butir airnya itu.
“Pake ini” tiba-tiba K melepaskan jaketnya dan memberikannya ke Michelle yang terlihat kedinginan.
“Eh tapi nanti oppa?”
“Gapapa, kan ada nih lele yang ngangetin (?)”
“Hah?” Michelle terlihat bingung.
“Yang penting lele yang ini” K memakaikan jaket itu pada Michelle dengan benar “ga kedinginan” ucap K tersenyum, buat pipi Michelle merah merona dan merasa hangat di tengah dinginnya cuaca yang mencekam.
“Gomawo oppa.. ta-tapi aku bukan lele” protes Michelle sambil manyun.
“Kamu lele, Michellelele, bossu lele bwakakak” tawa K begitu lepas. Kebaikan, kepedulian dan sikap gantle-nya, jadi kesalahan terfatal yang K buat di dalam hubungannya dengan Michelle.
~~~

Dan keraguan di dalam hati K sedikit terasa saat…
Malam hari, hidup di rumah yang begitu mewah dan tinggal dengan sedikit orang membuat Michelle mengetahui apa-apa saja yang terjadi dengan keadaan rumahnya itu. Termasuk pertengkaran ibu tirinya dengan sang ayah. Membuatnya tidak pernah bisa tidur dengan tenangnya.
‘Deva oppa.. main yuk.. sekarang..’ chat diketik Michelle dan terkirim.
K yang memang belum tidur karena sedang membaca komikpun bisa langsung membaca pesan dari Michelle.
‘Hah? Sekarang? Main apaan? Dimana? Udah malem de’
‘Kalo oppa gamau nemenin, aku pergi sendiri aja, aku bete di rumah’
‘Eh? EH?! Ya-yaudah oppa jemput di.. rumah kamu?’ pesan terakhir itu tidak di balas oleh Michelle, dengan segera dan hanya menggunakan jaket plus celana training, K pergi ke rumah Michelle. Menghampiri gadis yang sudah menunggu kedatangannya di halaman rumahnya yang luas dengan piyama pinknya. *ciee sekarang mau pajama dan doa ibu an (?)
Akhirnya keduanya bertemu, berjalan bersama ditemani cahaya bulan ke taman yang tidak jauh dari rumah Michelle.

“Lele~ halo lele~~ ternyata kesini mau nyamperin anak buahnya toh~ lele~~” ucap K pada ikan-ikan yang ada di kolam taman.
“Oppa itu bukan lele! Mana ada lele di kolam taman!!”
“Ohh bukan toh, tapi kan mereka ikan, tetep aja temen kamu toh”
“Yaaa bukanlah, kan bukan lele.. lagian aku juga manusia bukan ikan!!” *yee mereka malah manzai (stand up comedy ala Jepang, di Jepang stand up nya 2 orang)
“ahaha tau kok tau, kan cuman mau menghibur~”
“menghibur macam apa huh” Michelle manyun “Oppa..” panggil Michelle yang telah duduk di ayunan.
“ada apa dede lele?” K duduk di ayunan lain sebelah Michelle.
“Temenin aku menenangkan diri..”
“Cuman nemenin aja?”
“Maunya apa?”
“Yah yaudah..” entah kenapa K kecewa, antara ingin menjadi tempat Michelle berbagi cerita, menyandarkan diri, melindunginya. Sebagai kakak terhadap adiknya, begitu sih yang diinginkannya…
~~~

Shania akhirnya menemukan Michelle, adik kelasnya itu bukanlah gadis tenar saat itu, sehingga agak sulit untuk dicari tapi sangat mudah untuk dikerjai. Begitu kira-kira pikir Shania.
“Michelle?” tanya Shania, saat ini Michelle tinggal seorang diri di kelasnya.
“Iya?” jawab Michelle sambil menatap ketiga kakak kelas yang mengerubunginya.
“Ikut gw yuk” ajak Shania sambil menggandeng Michelle.
Sesungguhnya Michelle mau ikut karena dirinya tidak enak bila menolak ajakan kakak kelasnya, hanya tetap saja walau masih berada di lingkungan sekolah, sudut-sudut yang jarang dipakai ini mengerikan.
“Kak, kita mau kemana sih?” tanya Michelle dengan nada yang khawatir.
“Cuman mau main aja kok, nih udah sampe” jawab Shania masih dengan menggandeng tangan Michelle. Kedua teman Shania mengikuti dari belakang.
“Brak” Shania mendorong Michelle, membuatnya menabrak barang-barang dibelakangnya dan terjatuh.
“Aw…” rintis Michelle kesakitan.
“Gw ingetin sama lo ya” Shania memegangi dagu Michelle “jangan deketin K sejengkalpun lagi. Ngerti?!”

“Ta-tapi ka..”
“Tapi apa?! ga ada tapi-tapi-an!” Shania membuang muka Michelle, menyebabkan gadis itu jatuh tiduran di lantai “Kalo sampe gw liat lo deket-deket K, gw ga akan biarin lo hidup tenang” teriak Shania dengan kesal “Girls…”
“Siap~~” jawab kedua teman Shania. Keduanya lalu mengambil sebuah ember, masing-masing satu buah dan melemparkan isinya pada Michelle yang masih terduduk di bawah.
Michelle tidak bisa melawan, Shania akan mendorongnya kembali bila terlihat Michelle bergerak. Ada 6 buah ember dan ditengah-tengah saat kedua teman Shania menyiram Michelle, Handphone Michelle bordering, dentangkan sebuah lagu J-Pop dari boyband Hey Say Jump!!.
“Stop chi..” perintah Shania “Ambil tasnya” teman Shania yang bernama Ochi itu mengambil tas Michelle sesuai perintah Shania dan memberikannya pada Shania.
Neneng Rosediana (Ochi): teman semasa Shania SMP. *pitaloka~~ jagoan sekarang di sinetron :v

“Jangan ka..” pinta Michelle.
“Diem lo!” kali ini Sonya, teman Shania yang satu lagi mendorong Michelle “rasain nih!” kembali menyiram gadis itu dengan air apa entahlah.
Sonya Pandarmawan (Panda): teman semasa Shania SMP.
Shania lalu membuka tas Michelle, membuang isi tasnya dan mengambil HP milik Michelle yang masih berdentang. Melihat nama yang tertera dilayar HP Michelle buat amarah Shania bertambah.
“Deva Oppa?” Shania tertawa begitu juga dengan Ochi dan Sonya “Kenapa ga sekalian ‘Key Oppa’ biar makin K-pop wkwk! Geli” prak. Shania membanting HP Michelle, membuatnya jadi puzzle lalu menginjaknya “Kalau gini beres” Shania diikuti Ochi dan Sonyapun keluar dari tempat yang ternyata gudang tua milik sekolah.

“Good bye dongsaeng~ bwahahaha” Shania tertawa begitu lepasnya, lalu mengunci Michelle dalam keadaan basah kuyup dan air mata yang sudah keluar dari matanya.
(dongsaeng = sebutan untuk yang lebih muda)
“Shan terus kalo Deva tau?” tanya Ochi.
“Gw ga peduli, biar tau rasa cowo playboy itu! Ga akan gw biarin deketin kakak gw” kesal Shania, sebelum akhirnya ketiganya meninggalkan gudang tua itu.
Sementara itu ‘penyebab’ semua itu terjadi sedang…
“Aduh Michelle, kenapa HPnya malah dimatiin sih?” tanya K pada dirinya sendiri, mencari Michelle di setiap sudut sekolah dengan tetap berusaha menghubungi adik kelasnya itu.
“Masa sih udah pulang? Tapi ga mungkin, Michelle kan semangat banget diajarin dance K-Pop” masih berbicara pada dirinya sendiri “katanya minta diajarin yang lain-lain” K memutuskan pergi ke parkiran untuk melihat jemputan Michelle.
“I-itu jemutan Michelle masih ada, berarti..” K makin panik saat melihat mobil dan supir Michelle masih ada di parkiran sekolah “aduh mampus, Michelle kamu dimana..” K kembali mencari, akhirnya K mencari di gedung tua sekolah mereka.

“Ini gantungan kunci Kojima Haruna nya Michelle.. Michelle.. Michelle~~!” Kpun berlari sambil mengintip-intip ruangan per-ruangan dengan teliti, hingga akhirnya tiba di gudang tua “Michelle? Michelle!!” K mencoba membuka dan menggedor-gedor pintu tersebut, namun apa daya pintu itu sudah dikunci Shania.
“Brak” percobaan pertama gagal “Aw shit” erang K sedikit kesakitan “Brak” percobaan kedua akhirnya berhasil, dengan badannya K mendorong dan membuka pintu gudang tersebut.
“Michelle” K langsung berlari kearah Michelle “Kenapa bisa ada disini?! Kenapa basah kuyup gini?!” Michelle hanya diam “tas kamu, HP kamu.. siapa Michelle siapa yang ngelakuin ini?!” tanya Deva panik dan khawatir.
“Bukan siapa-siapa kok..” jawab Michelle jelas sangat berbohong.
“Jangan bohong Michelle” K membantu Michelle berdiri “Pake jaket oppa” memberikan jaketnya dan memasangkannya pada tubuh Michelle.

“Gausah deketin aku lagi..” ucap Michelle pelan, suaranya terdengar bergetar.
“Gausah ngomong aneh-aneh” K membereskan barang-barang Michelle “ya ampun HP kamu diancurin gini” *tenang aja K.. Michelle anak orkay bangetss, HPnya banyak xD
“Lebih baik sekarang kita pulang, ayo” saat K ingin menggandeng Michelle, tangan itu ditangkis, dengan cepat Michelle bahkan mengambil tasnya yang ada di tangan K, berjalan cepat tinggalkan K.
“Tunggu Michelle.. tunggu” K masih mengikuti Michelle, berjalan sejajar dengannya “Tunggu Michelle!”
“Cukup Oppa” dengan masih menangis, Michelle menatap wajah K.
“Silahkan nona” ucap supir Michelle yang terlihat gagah dengan setelan jasnya, membukakan pintu mobil. Ternyata keduanya sudah tiba di parkiran. Tanpa kata Michellepun masuk ke dalam mobilnya, mobil mersi hitam itupun tinggalkan K dalam keadaan bingung.
~~~

3 hari berlalu, dalam 3 hari ini K merasa kehidupannya kembali seperti sebelumnya. Begitu sepi di sekolah yang luas dan ramai.
“Kamu sama Michelle berantem?” tanya Ve pada K, saat keduanya sedang belajar bersama di kamar Ve.
“Aku gatau ka, Michelle tiba-tiba kaya marah sama aku” jawab K, tertunduk lemas.
“Emang apa yang terjadi sebelumnya? Kamu ga marahin Michelle atau apa kan?” tanya Ve kembali.
“Aku ga mungkin marahin dia lah.. kecuali….” Tiba-tiba K berpikir ‘Michelle di-bully? Jangan-jangan Shania….’
“Kecuali apa?”
“Ahh.. bukan apa-apa ka Ve..”
“Yaudah kalo gitu biarin dia dulu, mungkin Michelle butuh waktu sendiri. Wanita emang seperti itu kamu harus bisa memahaminya..” jelas Ve dengan lembutnya sambil memegang wajah K yang sebenarnya belum jadi pacarnya itu. Tanpa mereka ketahui kejadian itu dicuri lihat dan dicuri dengar oleh Shania.
“Yuk belajar lagi..” ucap Ve kembali.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Eh jadi ka Ve tau soal Michelle?!” tanya Deni tiba-tiba, membuatnya menerima pukulan dari Faris di perutnya “Aw…” erang Deni. K hanya menatap Deni.
“Sorry Va, lanjutin aja..” ucap Faris berusaha senyum.
“Setelah itu.. gw nemuin Michelle lagi………….”
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Michelle tunggu dulu” K memegang tangan Michelle, mencegahnya pergi “Jawab pertanyaan oppa, apa bener…”
“Maafin Michelle oppa...” ucap lirih Michelle.
“Maaf kenapa? Jawab dulu please Michelle.. apa bener Shania yang ngelakuin ini?” Deg. Michelle kaget dan langsung menatap K “Bener? Dia ngancem kamu apa?”
“Ka Shania, eh ga bukan ka Shania ga ngancem apa-apa, bukan ka Shania juga kok” jawab Michelle, terlihat begitu jelas berbohong.
“Jangan bohong Michelle!” teriak K kesal.
“Michelle ga bohong kok, iya kan?” ucap seseorang yang suaranya begitu familiar, reflek Michelle langsung bersembunyi dibalik tubuh K.
“Shania?!” Yah, itu suara Shania yang ditemani Ochi dan juga Sonya, berdiri memperhatikan K dan Michelle.

“Ini bocah udah gw bilangin..” Shania berjalan menuju Michelle, saat tangannya ingin menyentuh Michelle, K mencegahnya.
“Kamu mau apa?!”
“Bukan urusan lo!”
“Urusan Michelle sama kamu ya ini urusan aku juga!”
“Ga usah ikut campur! Ini semua tuh gara-gara lo!!” teriak Shania.
“Kalo emang kamu ada masalahnya sama aku, ya ga usah bawa-bawa Michelle!!” K balas teriak juga, lebih keras.
“Oh jadi lo peduli sama Michelle?! Jadian aja sana!!”
“Hah? Apaan sih Shania!!”
“Apa? Ya terserah gw, udah deh siniin Michellenya!”
“Ga, ga akan aku biarin kamu nyakitin Michelle!” Dengan kesal, K menarik Michelle pergi meninggalkan Shania yang terlihat begitu bete.
~~~

Yah, tapi K tidak bisa ada di sisi Michelle 24 jam, tanpa diketahuinya, diam-diam Shania membully dan menjahili Michelle dengan sembunyi-bunyi atau bahkan terang-terangan di depan murid-murid lain. Ochi dan Sonya bahkan juga ikutan membully Michelle.
Dan yang terparah adalah saat…
“Terserah deh nih cewe mau kalian apain” kesal Shania sambil mendorong Michelle dengan kerasnya.
“Heran gw, Deva masih usaha banget deketin nih bocah!” ucap Sonya.
“Ini bocah yang deketin Deva!” balas Shania.
“Padahal jelas cakepan kakak lo kemana-mana!” kali ini Ochi yang bersuara, komentar yang hanya dapatkan tatapan kesal dan dingin dari Shania “Ups.. sorry Shan..”

“Gausah.. sebut-sebut.. kakak gw.. lagi!” Shania mengingatkan Ochi “yaudah kita pergi dulu..” Shania bersama kedua temannyapun tinggalkan tempat itu. Meninggalkan Michelle dengan tiga preman yang tak dikenalinya.
Sementara K, dengan panik, khawatir dan takut, berlari, mencari Michelle. Beruntung kedatangannya begitu tepat, walau keadaan Michelle sudah buruk, bajunya bahkan sudah robek sedikit disana-sini.
“Lepasin dia!!” Teriak K, langsung saja ketiga preman itu bereaksi.
“Heh! Anak kecil! Siapa lo?! Jangan ganggu!!” teriak ketiga preman itu.
“Anak kecil? Kita lihat siapa yang anak kecil!” jawab K. Ketiga preman itu langsung berlari kearah K.

Dengan cepat preman 1 memukul kearah K, namun gerakan K lebih cepat dia bisa menghindar bahkan dua kali memukul wajah preman 2, berputar dan menendang preman 3, preman 1 kembali maju, dengan rekasi cepat K menendangnya.
Perkelahian itu terus berlangsung cukup lama, Michelle yang masih duduk dengan lemasnya hanya bisa menjadi penonton, sambil berdoa dan berharap bantuan yang dipanggilnya sebelum semua ini terjadi benar-benar datang.

Preman 2 dan 1 terus memukuli K, tapi kecepatan K masih jauh diatas mereka, masih mampu menghindarinya bahkan membalas mereka. Dengan kesal ketiga preman itu maju bersamaan, dengan siku, kepalan tangan bahkan kepala K menghajar mereka. Yah, tapi preman-preman itu manusia licik, dengan tongkat kayu preman 3 memukul punggung K. Membuat K hilang keseimbangan.
Dua preman langsung memegangi tubuh K, dengan beruntun preman 3 memukul terus menerus di perut dan wajah K secara bergantian. Ketiganya merasa menang saat melihat K yang tiba-tiba terduduk lemas dengan darah begitu banyak keluar dari mulutnya.
“Segitu aja bocah?!” ledek mereka. Namun K hanya tersenyum licik.

Dengan silding tackle, K menjatuhkan preman 2 yang memegangi lengan kirinya, lalu memukul wajah preman 1 sambil berpegangan padanya, K loncat dan menendang preman 1 dengan tumitnya. Tinggal preman 3, K pun langsung berlari, loncat dan dua kali menendang preman 3. Dan mengakhirinya dengan menginjak punggung preman 2 yang ingin bangun.
K lalu lari, tendangan berputarnya di kenakannya pada preman 1 yang sedang sempoyongan, membuatnya kali ini benar-benar jatuh. Sementara preman 2 yang coba bangkit kembali di hajar K dengan kakinya, tepat mengenai pelipisnya. Kali ini ketiga preman itu sudah tidak mampu melawan lagi.

“Segitu aja bocah?!” ledek K kali ini. Dengan susah payah ketiga preman itu berusaha bangkit. K lalu menendang salah satunya “Pergi sana!” dengan terbirit akhirnya ketiganya pergi meninggalkan tempat itu.
“Bruk” K terjatuh, mulutnya kembali keluarkan darah “Michelle” dengan memegangi perutnya yang terluka, K menghampiri Michelle “Kamu gapapa?” tanya K, mengusap kembut wajah putih pucat Michelle.
“Aku gapapa, tapi oppa yang kenapa-kenapa..”
“I’m okay.. lebih baik begini daripada oppa balik bersih tapi kamu luka” ucap K tersenyum, ketampanannya tidak rusah walau ada luka dan darah yang menghiasi wajah ganteng orang Bandung itu.
“Mianhae oppa..” ucap Michelle menunduk, begitu sedih. (Mianhaee = maaf)

“Ne gwaenchana.. ayo kita pergi dari sini, temuin bidadari yang udah nungguin kita” ucap K kembali masih tersenyum. (gwaenchana = gapapa *bener kan ya? xD)
“Ka Ve maksudnya?” Michelle mendongak.
“Iya, ka Ve nunggu kita di…” brak. Tiba-tiba sesuatu dihantamkan ke kepala K, membuatnya mengeluarkan darah segar baru dan K terjatuh.
“Michelle, Michelle, kamu gapapa kan?” ada suara lain, tidak hanya satu tetapi dua. Dua orang gadis yang ternyata sudah ada di belakang K. Salah satunya memegang tongkat kayu.
Salah satu diantaranya langsung menghampiri dan memeluk Michelle “Oppa…” panggil lirih Michelle dalam pelukan temannya itu. Sementara gadis yang satu lagi dengan tongkat kayu di tanganya, masih memandangi K, memandangi K yang perlahan hilang kesadarannya, K yang tidak mampu melihat wajah kedua orang itu, yang sempat dilihatnya hanyalah… botol minum berbentuk….. bebek…. Kesadarannyapun hilang….
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Jadi Shania….” kaget Faris, lalu menatap Aby yang hanya diam.
“Hmm, setelah itu, saat gw sadar, gw udah di rumah sakit. Dokter bilang gw sempet kena gegar otak ringan. Juga udah ada beberapa polisi ditemani orang tua gw disana” jelas K.
“Soal dipenjara itu?” tanya Deni.
“Jadi kalian udah tau soal itu?” tanya K pada Faris dan Deni. Membuat Deni dapatkan pukulan kembali dari Faris.
“Lalu? Apa yang terjadi dengan Michelle?” tanya Aby yang hanya diam daritadi, entah karena terlalu serius mendengarkan atau karena kaget mengetahui Shania seperti apa dulu.
“Gw emang pernah masuk penjara anak. Tapi cuman 1 minggu pasca gw pulih total, tapi akhirnya gw bebas, entah Shania mengakui atau Michelle yang memaafkan, yang pasti polisi bilang pelaku aslinya akhirnya tertangkap”

“Jadi ga satu bulan?” Tanya Deni kembali.
“Semua berita di Koran sebagian itu cuman cerita karangan pers atau entahlah. Berita yang dibuat untuk menjatuhkan posisi ayah Michelle”
“Termasuk berita pemerkosaan itu?” tanya Deni.
“Mereka menganggap seperti itu karena saat ditemukan tinggal Michelle yang dalam keadaan setengah telanjang dan gw yang luka-luka” K menghela nafas “Dan menganggap luka di tubuh gw itu disebabkan sama kedua temennya Michelle”
“Setelah itu?” kali ini Faris yang bertanya.

“Setelah itu..” K diam sejenak “Gw kembali sendiri, Vepun menjaga jarak agar bisa mendidik Shania kembali dengan focus” lalu menghela nafasnya “Tapi hubungan gw sama Ve ga memburuk sedikitpun kok”
“Soal Michelle?” Aby kembali bertanya.
“Entahlah, saat gw masuk sekolah lagi, Michelle menghilang, kabarnya dia pindah dan gw ga pernah ketemu Michelle lagi sejak itu, sampe sekarang gwpun belum mempertemukan Ve dengan Michelle”
“Pertanyaan terakhir gw.. apa lo inget siapa yang nolongin Michelle?” tanya Faris.
“Entahlah, tapi salah satunya mungkin……” K tiba-tiba diam, kembali berpikir.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Ileinnnnn~~” panggil Andela lalu memeluk Elaine “kalian udah lama nunggu ya?” tanya Andela pada Elaine dan juga Hamid yang ada di parkiran “Gracia mana mid?”
“Tuh diatas, manggil Michelle” jawab Hamid menunjuk keatas, dimana Michelle sedang…
Menatap keempat cowo idola Joifuru yang sedang berbagi cerita, dari atap sekolah gedung kedua Joifuru. Dengan memegangi sebuah HP bertipe lama yang sudah rusak dan pecah di layarnya, menatap dari seberang dengan tenangnya bersama kehampaan di hatinya dan angin yang berhembus menerpa wajah putih pucat dirinya itu. *halah
‘K oppa bagaimana kalo rasa ini ma …..’ pikir Michelle dalam hatinya saat memejamkan mata “ough” pikirannya terganggu saat dirinya batuk, lendir bercampur darah sedikit keluar dari bibir tipisnya itu.

“Syel?” panggil Gracia sangat pelan, tidak ingin mengganggu “Balik yuk.. cowo gw sama AndElaine udah nunggu dibawah” Michelle membersihkan tangannya, berbalik badan dan menatap Gracia, ada ketakutan sedikit tersirat dari wajah Gracia ketika melihat ada sesuatu yang aneh dengan Michelle.
“Pulang?” Michelle berpikir sejenak.
“Heeh” Gracia mengangguk.
“Kita main ke rumah gw aja yuk” ucap Michelle lalu merangkul Gracia dan tersenyum.
“Serius syel?” tanya Gracia kaget.
“Iyap, apa pernah gw bercanda?”
“Ga pernah sih…” jawab Gracia menggeleng “Udah lama aja ga main ke rumah lo..”
“Yaudah, kalo gitu sekali lagi, kita main yuk~ boleh kok ajak Hamid” keduanyapun akhirnya turun menemui ketiga orang yang menunggu mereka.
~~~

Berjalan dengan begitu tenangnya sambil mengobrol, K bersama Aby, Faris dan Deni menuju home.
“Jadi kapan lo mau temuin Shania lagi?” tanya K pada Aby.
“Entahlah, gw udah coba temuin Shania semalem, tapi dia masih belum mau ketemu gw” jawab Aby tersenyum miris. Sementara itu dua orang dibelakang mereka..
“Ris, lo mikirin apasih? Soal Michelle kita udah tau kan..” ucap Deni sambil mengemil jeruk.
“Hmm, masih banyak hal yang ganjel bagi gw…” jawab Faris kembali diam, memikirkan banyak hal yang menurutnya ganjal, soal Aby dengan Joitus dan terlebih…..
“Srek” bunyi pintu home saat dibuka oleh K.
“A-apa-apaan ini?” kaget Faris melihat keadaan home yang berubah total.
“Wat de?!” kali ini Deni yang terkejut, sampai-sampai jeruk di tangannya terjatuh.
“…..” Aby hanya diam tidak merespon, hanya memperhatikan home tempat berkumpul mereka itu berubah jadi serba pink, penuh coretan dan barang-barang mereka sedikit berpindah. Entah apa yang terjadi…

Masa lalu K dengan Michelle terungkap! Bagaimana dengan nasib hubungan Aby dan Shania? Apa yang terjadi dengan home? Siapa yang melakukannya?
------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m

-Jurimayu14-

1 comment:

  1. ffnya bgus,unik lain dri yg lain ga usah repot2 byangin kinal cwek :p
    btw authornya kseringan nngol ne jd ga konsen bwt bca :p
    bnyakin ve ma key dunkz yg romantis y :D
    postingnya jg jgn ngaret2 y thor
    ganbatte bwt chapter selanjutnya :)
    maaf bwel :p

    ReplyDelete