Betewe, seperti yang udah gw bilang di awal, JHS season 2 ini kan alurnya bolak balik, semoga ga bingung ya~
Selain itu chap ini jadi chap pertama baliknya adegan fighting di JHS!! yeay \(^^)/
Sekali lagi, selamat membaca~~
Chapter 6
Kali ini,
kita kembali lagi, ke masa-masa saat seorang Deva K bisa dibilang terpuruk.
Walau sebenernya tidak benar-benar seburuk sekarang, mungkin, yah tapi entahlah.
*labil banget sumpah authornya
Untuk kali
ini aku, Deva K akan menceritakannya sendiri, karena authornya mood-mood-an (?)
dan males. #dzigh
SMP, yah..
masa-masa peralihan menuju remaja, atau malah sudah remaja? Sesungguhnya sih
aku tidak ingin mengingat masa-masa itu, tapi mau tidak mau, aku harus
menceritakan yang sesungguhnya terjadi dahulu itu pada semuanya.. termasuk pada
kalian yah para pembaca yang kepo hmm.
Kalian ingat
dulu bagaimana dan sejak kapan Shania berubah jadi dingin padaku? Yah, kejadian
ini terjadi tidak lama setelah itu….
~~~
Sesungguhnya, aku tidak sepopuler saat SMA kala itu. Walau memiliki banyak prestasi tetap saja aku seorang yang bisa dibilang kuper. Aku tidak memiliki teman selain ka Ve dan juga Shania, begitu ka Ve lulus dan Shania menjadi dingin, apalagi saat itu Aby masih di Bandung, Faris sama Deni belum ada. Aku merasa kesepian di sekolah, kalo ga datar, jadi tegang karena kena semprot amarah Shania. Tapi, semua berubah menjadi lebih parah ketika aku bertemu dengannya…
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saat itu, aku
yang terkadang menghabiskan waktu seorang diri di sudut sekolah, memilih dance
jadi pelarian. Setelah menarikan beberapa lagu ya ehmm K-Pop, ya gini-gini
badan sekuriti hati SNSD Yuri *eh. Aku menyadari adanya seseorang yang
memperhatikanku, saat kukejar ternyata seorang gadislah yang mengintipku.
Lariku masih jauh lebih cepat daripada dia yang apalagi pake rok, aku tangkap
tangannya.
“Ma-maaf ka,
aku minta maaf, ga maksud apa-apa” ucapnya tiba-tiba. Ka? Ah berarti dia adik
kelas setahun atau dua tahun dibawahku yang entah jalan pulangnya searah atau
tidak. (?)
Ah sudahlah
kembalikan saja ke authornya sebelum ini jadi ngaco.. ahh authornya nolak!!
Baiklah..
“Gapapa kok, tapi kenapa ngintipin?” tanyaku masih menggenggam tangannya. Tangannya yang entah kenapa begitu dingin.
“Maaf kak,
aku ga maksud ngintipin..” dia meminta maaf lagi, bahkan sambil membungkukkan
kepala dan badannya “Tadi aku denger ada lagu K-Pop diputer makanya aku
kesini..”
“Aha! Penyuka
K-Pop juga?” tanyaku, membuatnya kaget dan melihat kepadaku. Wajahnya cantik.
Jika dibandingkan dengan Ve? Hmm ga bisa.. Ve kan bukan manusia, dia bidadari dari
kayangan.
“Kakak juga?”
tanyanya, matanya terlihat berbinar. Akupun melepaskan genggaman tanganku.
“Yah..
begitulah” ucapku sambil menggaruk leher yang sebenarnya tidak gatal ini “Ahh
iya, Deva” ucapku kembali, menjulurkan tanganku dan tersenyum, terlihat keren
kalo kata orang-orang.
“Michelle”
jawabnya, menyambut uluran tanganku. Sebuah jabat tangan yang mengawali
semuanya.
~~~
Keesokan harinya, kami kembali bertemu, ditempat yang sama, diwaktu yang sama kami kembali bertemu. Mengobrol dengan lancar dan santainya satu sama lain, sambil menonton beberapa MV sebuah boyband Korea sebut saja Super Junior. *duh jadi inget jaman-jaman ngeRP-in donghae *eh
Keesokan harinya, kami kembali bertemu, ditempat yang sama, diwaktu yang sama kami kembali bertemu. Mengobrol dengan lancar dan santainya satu sama lain, sambil menonton beberapa MV sebuah boyband Korea sebut saja Super Junior. *duh jadi inget jaman-jaman ngeRP-in donghae *eh
“Emm, ka
Deva..”
“Panggil
Oppa” candaku memotong perkataannya, timbulkan rona merah di pipinya mendadak
“Ahahaha canda kok, tapi kalo Michelle mau juga gapapa”
“Op-op-op..”
ucapnya berusaha menyebut ‘oppa’ kegugupannya membuatnya terlihat lucu, kembali
membuatku tertawa.
“Op-op-op-opor
ayam lama-lama” ucapku meledeknya masih tertawa melihat dirinya.
“Oppa!!”
kesalnya tiba-tiba.
“Nah itu bisa
nyebut juga akhirnya..”
“Ihh emang
bisa!” kesalnya sembari memukuliku. Hal sepele yang mengakrabkan kami, juga hal
yang menjadi kesalahan pertamaku dalam hubungan kami.
~~~
Akrabnya hubunganku dengan Michelle tidak sedikitpun merubah perasaanku pada Ve, tapi jelas membuatku lupa terhadap adiknya. ‘Pacar’ pertamaku, Shania Junianatha.
Akrabnya hubunganku dengan Michelle tidak sedikitpun merubah perasaanku pada Ve, tapi jelas membuatku lupa terhadap adiknya. ‘Pacar’ pertamaku, Shania Junianatha.
Sebenarnya
tidak setiap hari, aku dan Michelle bertemu. Hanya saja saat itu kami jadi
hampir setiap hari bertemu, semua karena Michelle yang ingin diajarkan dance
K-Pop olehku. Aku mengajarkannya Hot Summer lagu milik F(X) bukan FX Sudirman
ya, kalo ngomongin FX Sudirman sih ngobrolnya sama Aby. Itu tempat nongkrongnya
dia tuh, apalagi lantai 4 nya. Hii. He is such a maniaque. #dzigh
Entah bagaiamana hal itu diketahui Shania dan jadi kesalahan keduaku dalam hubungan ini.
Kembali ke
author~ tanpa diketahui K, beberapa orang mulai ‘menggosipkan’ kedekatannya
dengan Michelle yang suka bertemu secara bisa dibilang diam-diam. Itulah
mengapa Shania bisa tahu. Shania yang saat itu benar-benar sedang
labil-labilnya, menjadi semakin parah.
Tidak
mengetahui yang mana dan siapa Michelle, kecemburuan dan kebencian yang
membalut perasaannya membuatnya menjadi ‘beringas’. Menggunakan ‘kekuasaan’ dan
senioritas yang dimilikinya, mulai membully dan bersikap kasar pada siapa saja,
terlebih adik kelasnya.
Sesungguhnya
K mengetahui itu, hanya saja dimata Shania, K akan selalu salah. Di depan Ve, K
selalu menutupi segalanya. Hingga akhirnya kesalahan ketiga K buat….
“Shania, kamu kenapa sih, kaya gini tuh ga ada gunanya!” teriak K.
“Ohh? Peduli
apa lo sama gw?” tanya Shania berteriak.
“Aku peduli
karena kamu…”
“Apa? Adik
dari cewe yang lo suka?! Temen lo juga bukan kan.. temen lo kan siapa tuh?
Misyel?”
“Michelle?
Kenapa sama Michelle?”
“Lo bilang kenapa?!
Emang nyebelin lo ya!”
“Yah,
sebenernya kamu tuh kenapa sih Shan?”
“Kenapa? Ini
semua gara-gara lo! Dan juga Michelle!!”
“Apaan sih
Shan? Kenapa jadi bawa-bawa Michelle?”
“Oh jadi lo
belain dia!”
“Loh? Yah aku
ga belain dia kok!”
“Terserah!!”
Shaniapun pergi meninggalkan K.
~~~
Ternyata K memang melewati batasnya, bisa dibilang begitu. Kedekatannya dengan Michelle tidak hanya sekadar kakak dan adik kelas yang bertemu di sekolah. Seperti hari ini, keduanya bertemu di sebuah taman.
Ternyata K memang melewati batasnya, bisa dibilang begitu. Kedekatannya dengan Michelle tidak hanya sekadar kakak dan adik kelas yang bertemu di sekolah. Seperti hari ini, keduanya bertemu di sebuah taman.
“Oppa”
panggil Michelle, saat ini keduanya sedang tiduran menatap langit berbagi
earphone dan mendengarkan music yang mengalir dari ipod milik Michelle.
“Iya de?”
jawab K yang sedang tiduran dengan nikmatnya bahkan sampai memejamkan matanya,
untunglah tidak tertidur.
“Kita bisa
jadi teman selamanya kan?” tanya Michelle tiba-tiba kagetkan K.
“Hmm?” K
menatap adik kelasnya yang tiduran disampingnya itu “Tentu ajalah, masa ga
bisa” K tersenyum “lebihpun bisa”
“Eh?!”
Michellepun terkejut mendengar jawaban K. Apa maksud K? Lebih? Lebih dalam hal
apa?
“Ya ampun!”
tiba-tiba K bangkit “Michelle, oppa lupa ada titipan mama oppa mesti di beli” K
pun membereskan barang-barangnya, Michellepun mau tak mau mengikuti.
Mungkin
singkat dan hanya sekadar membeli ikan lele. Tapi kebersamaan itulah yang
paling berharga.
“Waduh hujan, neduh dulu de” ucap K pada Michelle, saat keduanya sedang jalan dan hujan mendadak menimpa mereka. *tjiee mau squall no aida ni an nih
“Bahaya nih
kalo lelenya basah” ucap K yang memegang plastic berisi lele itu.
“Kalo lele
itu basah sih gapapa oppa, kalo kita yang basah baru kenapa-kenapa” komen
Michelle.
“Eumm?” K
menatap gadis yang badannya sudah sedikit basah itu, sejujurnya tempat mereka
meneduhkan diri saat ini tidak cukup untuk berlindung “Ahh kamu bener juga, mau
pindah tempat?” Michelle hanya menggeleng.
Hening sesaat
diantara keduanya yang hanya menatap langit yang sedang teteskan butir-butir
airnya itu.
“Pake ini” tiba-tiba
K melepaskan jaketnya dan memberikannya ke Michelle yang terlihat kedinginan.
“Eh tapi
nanti oppa?”
“Gapapa, kan
ada nih lele yang ngangetin (?)”
“Hah?”
Michelle terlihat bingung.
“Yang penting
lele yang ini” K memakaikan jaket itu pada Michelle dengan benar “ga
kedinginan” ucap K tersenyum, buat pipi Michelle merah merona dan merasa hangat
di tengah dinginnya cuaca yang mencekam.
“Gomawo
oppa.. ta-tapi aku bukan lele” protes Michelle sambil manyun.
“Kamu lele,
Michellelele, bossu lele bwakakak” tawa K begitu lepas. Kebaikan, kepedulian
dan sikap gantle-nya, jadi kesalahan terfatal yang K buat di dalam hubungannya
dengan Michelle.
~~~
Dan keraguan di dalam hati K sedikit terasa saat…
Dan keraguan di dalam hati K sedikit terasa saat…
Malam hari,
hidup di rumah yang begitu mewah dan tinggal dengan sedikit orang membuat
Michelle mengetahui apa-apa saja yang terjadi dengan keadaan rumahnya itu.
Termasuk pertengkaran ibu tirinya dengan sang ayah. Membuatnya tidak pernah
bisa tidur dengan tenangnya.
‘Deva oppa..
main yuk.. sekarang..’ chat diketik Michelle dan terkirim.
K yang memang
belum tidur karena sedang membaca komikpun bisa langsung membaca pesan dari
Michelle.
‘Hah?
Sekarang? Main apaan? Dimana? Udah malem de’
‘Kalo oppa
gamau nemenin, aku pergi sendiri aja, aku bete di rumah’
‘Eh? EH?!
Ya-yaudah oppa jemput di.. rumah kamu?’ pesan terakhir itu tidak di balas oleh
Michelle, dengan segera dan hanya menggunakan jaket plus celana training, K
pergi ke rumah Michelle. Menghampiri gadis yang sudah menunggu kedatangannya di
halaman rumahnya yang luas dengan piyama pinknya. *ciee sekarang mau pajama dan doa ibu an (?)
Akhirnya
keduanya bertemu, berjalan bersama ditemani cahaya bulan ke taman yang tidak
jauh dari rumah Michelle.
“Lele~ halo lele~~ ternyata kesini mau nyamperin anak buahnya toh~ lele~~” ucap K pada ikan-ikan yang ada di kolam taman.
“Oppa itu
bukan lele! Mana ada lele di kolam taman!!”
“Ohh bukan
toh, tapi kan mereka ikan, tetep aja temen kamu toh”
“Yaaa
bukanlah, kan bukan lele.. lagian aku juga manusia bukan ikan!!” *yee mereka malah manzai (stand up comedy
ala Jepang, di Jepang stand up nya 2 orang)
“ahaha tau
kok tau, kan cuman mau menghibur~”
“menghibur
macam apa huh” Michelle manyun “Oppa..” panggil Michelle yang telah duduk di
ayunan.
“ada apa dede
lele?” K duduk di ayunan lain sebelah Michelle.
“Temenin aku
menenangkan diri..”
“Cuman
nemenin aja?”
“Maunya apa?”
“Yah yaudah..”
entah kenapa K kecewa, antara ingin menjadi tempat Michelle berbagi cerita,
menyandarkan diri, melindunginya. Sebagai kakak terhadap adiknya, begitu sih
yang diinginkannya…
Shania
akhirnya menemukan Michelle, adik kelasnya itu bukanlah gadis tenar saat itu,
sehingga agak sulit untuk dicari tapi sangat mudah untuk dikerjai. Begitu
kira-kira pikir Shania.
“Michelle?”
tanya Shania, saat ini Michelle tinggal seorang diri di kelasnya.
“Iya?” jawab
Michelle sambil menatap ketiga kakak kelas yang mengerubunginya.
“Ikut gw yuk”
ajak Shania sambil menggandeng Michelle.
Sesungguhnya
Michelle mau ikut karena dirinya tidak enak bila menolak ajakan kakak kelasnya,
hanya tetap saja walau masih berada di lingkungan sekolah, sudut-sudut yang
jarang dipakai ini mengerikan.
“Kak, kita
mau kemana sih?” tanya Michelle dengan nada yang khawatir.
“Cuman mau
main aja kok, nih udah sampe” jawab Shania masih dengan menggandeng tangan
Michelle. Kedua teman Shania mengikuti dari belakang.
“Brak” Shania
mendorong Michelle, membuatnya menabrak barang-barang dibelakangnya dan
terjatuh.
“Aw…” rintis
Michelle kesakitan.
“Gw ingetin
sama lo ya” Shania memegangi dagu Michelle “jangan deketin K sejengkalpun lagi.
Ngerti?!”
“Ta-tapi ka..”
“Tapi apa?!
ga ada tapi-tapi-an!” Shania membuang muka Michelle, menyebabkan gadis itu
jatuh tiduran di lantai “Kalo sampe gw liat lo deket-deket K, gw ga akan biarin
lo hidup tenang” teriak Shania dengan kesal “Girls…”
“Siap~~”
jawab kedua teman Shania. Keduanya lalu mengambil sebuah ember, masing-masing
satu buah dan melemparkan isinya pada Michelle yang masih terduduk di bawah.
Michelle
tidak bisa melawan, Shania akan mendorongnya kembali bila terlihat Michelle
bergerak. Ada 6 buah ember dan ditengah-tengah saat kedua teman Shania menyiram
Michelle, Handphone Michelle bordering, dentangkan sebuah lagu J-Pop dari
boyband Hey Say Jump!!.
“Stop chi..”
perintah Shania “Ambil tasnya” teman Shania yang bernama Ochi itu mengambil tas
Michelle sesuai perintah Shania dan memberikannya pada Shania.
Neneng Rosediana (Ochi): teman semasa Shania SMP. *pitaloka~~ jagoan sekarang di sinetron :v
“Jangan ka..” pinta Michelle.
“Diem lo!”
kali ini Sonya, teman Shania yang satu lagi mendorong Michelle “rasain nih!”
kembali menyiram gadis itu dengan air apa entahlah.
Sonya Pandarmawan (Panda): teman semasa Shania SMP.
Shania lalu
membuka tas Michelle, membuang isi tasnya dan mengambil HP milik Michelle yang
masih berdentang. Melihat nama yang tertera dilayar HP Michelle buat amarah
Shania bertambah.
“Deva Oppa?”
Shania tertawa begitu juga dengan Ochi dan Sonya “Kenapa ga sekalian ‘Key Oppa’
biar makin K-pop wkwk! Geli” prak. Shania membanting HP Michelle, membuatnya
jadi puzzle lalu menginjaknya “Kalau gini beres” Shania diikuti Ochi dan
Sonyapun keluar dari tempat yang ternyata gudang tua milik sekolah.
“Good bye dongsaeng~ bwahahaha” Shania tertawa begitu lepasnya, lalu mengunci Michelle dalam keadaan basah kuyup dan air mata yang sudah keluar dari matanya.
(dongsaeng = sebutan untuk yang lebih muda)
“Shan terus
kalo Deva tau?” tanya Ochi.
“Gw ga
peduli, biar tau rasa cowo playboy itu! Ga akan gw biarin deketin kakak gw”
kesal Shania, sebelum akhirnya ketiganya meninggalkan gudang tua itu.
Sementara itu
‘penyebab’ semua itu terjadi sedang…
“Aduh
Michelle, kenapa HPnya malah dimatiin sih?” tanya K pada dirinya sendiri,
mencari Michelle di setiap sudut sekolah dengan tetap berusaha menghubungi adik
kelasnya itu.
“Masa sih
udah pulang? Tapi ga mungkin, Michelle kan semangat banget diajarin dance
K-Pop” masih berbicara pada dirinya sendiri “katanya minta diajarin yang
lain-lain” K memutuskan pergi ke parkiran untuk melihat jemputan Michelle.
“I-itu
jemutan Michelle masih ada, berarti..” K makin panik saat melihat mobil dan
supir Michelle masih ada di parkiran sekolah “aduh mampus, Michelle kamu
dimana..” K kembali mencari, akhirnya K mencari di gedung tua sekolah mereka.
“Ini gantungan kunci Kojima Haruna nya Michelle.. Michelle.. Michelle~~!” Kpun berlari sambil mengintip-intip ruangan per-ruangan dengan teliti, hingga akhirnya tiba di gudang tua “Michelle? Michelle!!” K mencoba membuka dan menggedor-gedor pintu tersebut, namun apa daya pintu itu sudah dikunci Shania.
“Brak”
percobaan pertama gagal “Aw shit” erang K sedikit kesakitan “Brak” percobaan
kedua akhirnya berhasil, dengan badannya K mendorong dan membuka pintu gudang
tersebut.
“Michelle” K
langsung berlari kearah Michelle “Kenapa bisa ada disini?! Kenapa basah kuyup
gini?!” Michelle hanya diam “tas kamu, HP kamu.. siapa Michelle siapa yang
ngelakuin ini?!” tanya Deva panik dan khawatir.
“Bukan
siapa-siapa kok..” jawab Michelle jelas sangat berbohong.
“Jangan
bohong Michelle” K membantu Michelle berdiri “Pake jaket oppa” memberikan
jaketnya dan memasangkannya pada tubuh Michelle.
“Gausah deketin aku lagi..” ucap Michelle pelan, suaranya terdengar bergetar.
“Gausah
ngomong aneh-aneh” K membereskan barang-barang Michelle “ya ampun HP kamu
diancurin gini” *tenang aja K.. Michelle
anak orkay bangetss, HPnya banyak xD
“Lebih baik
sekarang kita pulang, ayo” saat K ingin menggandeng Michelle, tangan itu
ditangkis, dengan cepat Michelle bahkan mengambil tasnya yang ada di tangan K,
berjalan cepat tinggalkan K.
“Tunggu
Michelle.. tunggu” K masih mengikuti Michelle, berjalan sejajar dengannya
“Tunggu Michelle!”
“Cukup Oppa”
dengan masih menangis, Michelle menatap wajah K.
“Silahkan
nona” ucap supir Michelle yang terlihat gagah dengan setelan jasnya, membukakan
pintu mobil. Ternyata keduanya sudah tiba di parkiran. Tanpa kata Michellepun
masuk ke dalam mobilnya, mobil mersi hitam itupun tinggalkan K dalam keadaan
bingung.
~~~
3 hari berlalu, dalam 3 hari ini K merasa kehidupannya kembali seperti sebelumnya. Begitu sepi di sekolah yang luas dan ramai.
3 hari berlalu, dalam 3 hari ini K merasa kehidupannya kembali seperti sebelumnya. Begitu sepi di sekolah yang luas dan ramai.
“Kamu sama
Michelle berantem?” tanya Ve pada K, saat keduanya sedang belajar bersama di
kamar Ve.
“Aku gatau
ka, Michelle tiba-tiba kaya marah sama aku” jawab K, tertunduk lemas.
“Emang apa
yang terjadi sebelumnya? Kamu ga marahin Michelle atau apa kan?” tanya Ve
kembali.
“Aku ga
mungkin marahin dia lah.. kecuali….” Tiba-tiba K berpikir ‘Michelle di-bully?
Jangan-jangan Shania….’
“Kecuali
apa?”
“Ahh.. bukan
apa-apa ka Ve..”
“Yaudah kalo
gitu biarin dia dulu, mungkin Michelle butuh waktu sendiri. Wanita emang
seperti itu kamu harus bisa memahaminya..” jelas Ve dengan lembutnya sambil
memegang wajah K yang sebenarnya belum jadi pacarnya itu. Tanpa mereka ketahui
kejadian itu dicuri lihat dan dicuri dengar oleh Shania.
“Yuk belajar
lagi..” ucap Ve kembali.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Eh jadi ka
Ve tau soal Michelle?!” tanya Deni tiba-tiba, membuatnya menerima pukulan dari
Faris di perutnya “Aw…” erang Deni. K hanya menatap Deni.
“Sorry Va,
lanjutin aja..” ucap Faris berusaha senyum.
“Setelah
itu.. gw nemuin Michelle lagi………….”
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Michelle tunggu dulu” K memegang tangan Michelle, mencegahnya pergi “Jawab pertanyaan oppa, apa bener…”
“Maafin
Michelle oppa...” ucap lirih Michelle.
“Maaf kenapa?
Jawab dulu please Michelle.. apa bener Shania yang ngelakuin ini?” Deg. Michelle
kaget dan langsung menatap K “Bener? Dia ngancem kamu apa?”
“Ka Shania,
eh ga bukan ka Shania ga ngancem apa-apa, bukan ka Shania juga kok” jawab
Michelle, terlihat begitu jelas berbohong.
“Jangan
bohong Michelle!” teriak K kesal.
“Michelle ga
bohong kok, iya kan?” ucap seseorang yang suaranya begitu familiar, reflek
Michelle langsung bersembunyi dibalik tubuh K.
“Shania?!”
Yah, itu suara Shania yang ditemani Ochi dan juga Sonya, berdiri memperhatikan
K dan Michelle.
“Ini bocah udah gw bilangin..” Shania berjalan menuju Michelle, saat tangannya ingin menyentuh Michelle, K mencegahnya.
“Kamu mau
apa?!”
“Bukan urusan
lo!”
“Urusan
Michelle sama kamu ya ini urusan aku juga!”
“Ga usah ikut
campur! Ini semua tuh gara-gara lo!!” teriak Shania.
“Kalo emang kamu
ada masalahnya sama aku, ya ga usah bawa-bawa Michelle!!” K balas teriak juga,
lebih keras.
“Oh jadi lo
peduli sama Michelle?! Jadian aja sana!!”
“Hah? Apaan sih
Shania!!”
“Apa? Ya
terserah gw, udah deh siniin Michellenya!”
“Ga, ga akan
aku biarin kamu nyakitin Michelle!” Dengan kesal, K menarik Michelle pergi meninggalkan
Shania yang terlihat begitu bete.
~~~
Yah, tapi K tidak bisa ada di sisi Michelle 24 jam, tanpa diketahuinya, diam-diam Shania membully dan menjahili Michelle dengan sembunyi-bunyi atau bahkan terang-terangan di depan murid-murid lain. Ochi dan Sonya bahkan juga ikutan membully Michelle.
Yah, tapi K tidak bisa ada di sisi Michelle 24 jam, tanpa diketahuinya, diam-diam Shania membully dan menjahili Michelle dengan sembunyi-bunyi atau bahkan terang-terangan di depan murid-murid lain. Ochi dan Sonya bahkan juga ikutan membully Michelle.
Dan yang
terparah adalah saat…
“Terserah deh
nih cewe mau kalian apain” kesal Shania sambil mendorong Michelle dengan
kerasnya.
“Heran gw,
Deva masih usaha banget deketin nih bocah!” ucap Sonya.
“Ini bocah
yang deketin Deva!” balas Shania.
“Padahal
jelas cakepan kakak lo kemana-mana!” kali ini Ochi yang bersuara, komentar yang
hanya dapatkan tatapan kesal dan dingin dari Shania “Ups.. sorry Shan..”
“Gausah.. sebut-sebut.. kakak gw.. lagi!” Shania mengingatkan Ochi “yaudah kita pergi dulu..” Shania bersama kedua temannyapun tinggalkan tempat itu. Meninggalkan Michelle dengan tiga preman yang tak dikenalinya.
Sementara K,
dengan panik, khawatir dan takut, berlari, mencari Michelle. Beruntung kedatangannya
begitu tepat, walau keadaan Michelle sudah buruk, bajunya bahkan sudah robek
sedikit disana-sini.
“Lepasin
dia!!” Teriak K, langsung saja ketiga preman itu bereaksi.
“Heh! Anak
kecil! Siapa lo?! Jangan ganggu!!” teriak ketiga preman itu.
“Anak kecil?
Kita lihat siapa yang anak kecil!” jawab K. Ketiga preman itu langsung berlari
kearah K.
Dengan cepat preman 1 memukul kearah K, namun gerakan K lebih cepat dia bisa menghindar bahkan dua kali memukul wajah preman 2, berputar dan menendang preman 3, preman 1 kembali maju, dengan rekasi cepat K menendangnya.
Perkelahian
itu terus berlangsung cukup lama, Michelle yang masih duduk dengan lemasnya
hanya bisa menjadi penonton, sambil berdoa dan berharap bantuan yang
dipanggilnya sebelum semua ini terjadi benar-benar datang.
Preman 2 dan 1 terus memukuli K, tapi kecepatan K masih jauh diatas mereka, masih mampu menghindarinya bahkan membalas mereka. Dengan kesal ketiga preman itu maju bersamaan, dengan siku, kepalan tangan bahkan kepala K menghajar mereka. Yah, tapi preman-preman itu manusia licik, dengan tongkat kayu preman 3 memukul punggung K. Membuat K hilang keseimbangan.
Dua preman langsung
memegangi tubuh K, dengan beruntun preman 3 memukul terus menerus di perut dan
wajah K secara bergantian. Ketiganya merasa menang saat melihat K yang
tiba-tiba terduduk lemas dengan darah begitu banyak keluar dari mulutnya.
“Segitu aja
bocah?!” ledek mereka. Namun K hanya tersenyum licik.
Dengan silding tackle, K menjatuhkan preman 2 yang memegangi lengan kirinya, lalu memukul wajah preman 1 sambil berpegangan padanya, K loncat dan menendang preman 1 dengan tumitnya. Tinggal preman 3, K pun langsung berlari, loncat dan dua kali menendang preman 3. Dan mengakhirinya dengan menginjak punggung preman 2 yang ingin bangun.
K lalu lari,
tendangan berputarnya di kenakannya pada preman 1 yang sedang sempoyongan,
membuatnya kali ini benar-benar jatuh. Sementara preman 2 yang coba bangkit
kembali di hajar K dengan kakinya, tepat mengenai pelipisnya. Kali ini ketiga
preman itu sudah tidak mampu melawan lagi.
“Segitu aja bocah?!” ledek K kali ini. Dengan susah payah ketiga preman itu berusaha bangkit. K lalu menendang salah satunya “Pergi sana!” dengan terbirit akhirnya ketiganya pergi meninggalkan tempat itu.
“Bruk” K
terjatuh, mulutnya kembali keluarkan darah “Michelle” dengan memegangi perutnya
yang terluka, K menghampiri Michelle “Kamu gapapa?” tanya K, mengusap kembut wajah
putih pucat Michelle.
“Aku gapapa,
tapi oppa yang kenapa-kenapa..”
“I’m okay..
lebih baik begini daripada oppa balik bersih tapi kamu luka” ucap K tersenyum,
ketampanannya tidak rusah walau ada luka dan darah yang menghiasi wajah ganteng
orang Bandung itu.
“Mianhae
oppa..” ucap Michelle menunduk, begitu sedih. (Mianhaee = maaf)
“Ne gwaenchana.. ayo kita pergi dari sini, temuin bidadari yang udah nungguin kita” ucap K kembali masih tersenyum. (gwaenchana = gapapa *bener kan ya? xD)
“Ka Ve
maksudnya?” Michelle mendongak.
“Iya, ka Ve
nunggu kita di…” brak. Tiba-tiba sesuatu dihantamkan ke kepala K, membuatnya
mengeluarkan darah segar baru dan K terjatuh.
“Michelle,
Michelle, kamu gapapa kan?” ada suara lain, tidak hanya satu tetapi dua. Dua
orang gadis yang ternyata sudah ada di belakang K. Salah satunya memegang
tongkat kayu.
Salah satu
diantaranya langsung menghampiri dan memeluk Michelle “Oppa…” panggil lirih
Michelle dalam pelukan temannya itu. Sementara gadis yang satu lagi dengan
tongkat kayu di tanganya, masih memandangi K, memandangi K yang perlahan hilang
kesadarannya, K yang tidak mampu melihat wajah kedua orang itu, yang sempat
dilihatnya hanyalah… botol minum berbentuk….. bebek…. Kesadarannyapun hilang….
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Jadi Shania….” kaget Faris, lalu menatap Aby yang hanya diam.
“Hmm, setelah
itu, saat gw sadar, gw udah di rumah sakit. Dokter bilang gw sempet kena gegar
otak ringan. Juga udah ada beberapa polisi ditemani orang tua gw disana” jelas
K.
“Soal
dipenjara itu?” tanya Deni.
“Jadi kalian
udah tau soal itu?” tanya K pada Faris dan Deni. Membuat Deni dapatkan pukulan kembali
dari Faris.
“Lalu? Apa
yang terjadi dengan Michelle?” tanya Aby yang hanya diam daritadi, entah karena
terlalu serius mendengarkan atau karena kaget mengetahui Shania seperti apa
dulu.
“Gw emang
pernah masuk penjara anak. Tapi cuman 1 minggu pasca gw pulih total, tapi
akhirnya gw bebas, entah Shania mengakui atau Michelle yang memaafkan, yang
pasti polisi bilang pelaku aslinya akhirnya tertangkap”
“Jadi ga satu bulan?” Tanya Deni kembali.
“Semua berita
di Koran sebagian itu cuman cerita karangan pers atau entahlah. Berita yang
dibuat untuk menjatuhkan posisi ayah Michelle”
“Termasuk
berita pemerkosaan itu?” tanya Deni.
“Mereka
menganggap seperti itu karena saat ditemukan tinggal Michelle yang dalam
keadaan setengah telanjang dan gw yang luka-luka” K menghela nafas “Dan
menganggap luka di tubuh gw itu disebabkan sama kedua temennya Michelle”
“Setelah
itu?” kali ini Faris yang bertanya.
“Setelah itu..” K diam sejenak “Gw kembali sendiri, Vepun menjaga jarak agar bisa mendidik Shania kembali dengan focus” lalu menghela nafasnya “Tapi hubungan gw sama Ve ga memburuk sedikitpun kok”
“Soal
Michelle?” Aby kembali bertanya.
“Entahlah, saat
gw masuk sekolah lagi, Michelle menghilang, kabarnya dia pindah dan gw ga
pernah ketemu Michelle lagi sejak itu, sampe sekarang gwpun belum mempertemukan
Ve dengan Michelle”
“Pertanyaan
terakhir gw.. apa lo inget siapa yang nolongin Michelle?” tanya Faris.
“Entahlah,
tapi salah satunya mungkin……” K tiba-tiba diam, kembali berpikir.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Ileinnnnn~~” panggil Andela lalu memeluk Elaine “kalian udah lama nunggu ya?” tanya Andela pada Elaine dan juga Hamid yang ada di parkiran “Gracia mana mid?”
“Tuh diatas,
manggil Michelle” jawab Hamid menunjuk keatas, dimana Michelle sedang…
Menatap
keempat cowo idola Joifuru yang sedang berbagi cerita, dari atap sekolah gedung
kedua Joifuru. Dengan memegangi sebuah HP bertipe lama yang sudah rusak dan
pecah di layarnya, menatap dari seberang dengan tenangnya bersama kehampaan di
hatinya dan angin yang berhembus menerpa wajah putih pucat dirinya itu. *halah
‘K oppa bagaimana kalo rasa ini ma …..’ pikir Michelle dalam hatinya saat
memejamkan mata “ough” pikirannya terganggu saat dirinya batuk, lendir bercampur
darah sedikit keluar dari bibir tipisnya itu.
“Syel?” panggil Gracia sangat pelan, tidak ingin mengganggu “Balik yuk.. cowo gw sama AndElaine udah nunggu dibawah” Michelle membersihkan tangannya, berbalik badan dan menatap Gracia, ada ketakutan sedikit tersirat dari wajah Gracia ketika melihat ada sesuatu yang aneh dengan Michelle.
“Pulang?”
Michelle berpikir sejenak.
“Heeh” Gracia
mengangguk.
“Kita main ke
rumah gw aja yuk” ucap Michelle lalu merangkul Gracia dan tersenyum.
“Serius
syel?” tanya Gracia kaget.
“Iyap, apa
pernah gw bercanda?”
“Ga pernah
sih…” jawab Gracia menggeleng “Udah lama aja ga main ke rumah lo..”
“Yaudah, kalo
gitu sekali lagi, kita main yuk~ boleh kok ajak Hamid” keduanyapun akhirnya
turun menemui ketiga orang yang menunggu mereka.
~~~
Berjalan dengan begitu tenangnya sambil mengobrol, K bersama Aby, Faris dan Deni menuju home.
Berjalan dengan begitu tenangnya sambil mengobrol, K bersama Aby, Faris dan Deni menuju home.
“Jadi kapan
lo mau temuin Shania lagi?” tanya K pada Aby.
“Entahlah, gw
udah coba temuin Shania semalem, tapi dia masih belum mau ketemu gw” jawab Aby
tersenyum miris. Sementara itu dua orang dibelakang mereka..
“Ris, lo
mikirin apasih? Soal Michelle kita udah tau kan..” ucap Deni sambil mengemil
jeruk.
“Hmm, masih
banyak hal yang ganjel bagi gw…” jawab Faris kembali diam, memikirkan banyak
hal yang menurutnya ganjal, soal Aby dengan Joitus dan terlebih…..
“Srek” bunyi
pintu home saat dibuka oleh K.
“A-apa-apaan
ini?” kaget Faris melihat keadaan home yang berubah total.
“Wat de?!”
kali ini Deni yang terkejut, sampai-sampai jeruk di tangannya terjatuh.
“…..” Aby
hanya diam tidak merespon, hanya memperhatikan home tempat berkumpul mereka itu
berubah jadi serba pink, penuh coretan dan barang-barang mereka sedikit
berpindah. Entah apa yang terjadi…
Masa lalu K dengan Michelle terungkap!
Bagaimana dengan nasib hubungan Aby dan Shania? Apa yang terjadi dengan home?
Siapa yang melakukannya?
------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m
-Jurimayu14-
ffnya bgus,unik lain dri yg lain ga usah repot2 byangin kinal cwek :p
ReplyDeletebtw authornya kseringan nngol ne jd ga konsen bwt bca :p
bnyakin ve ma key dunkz yg romantis y :D
postingnya jg jgn ngaret2 y thor
ganbatte bwt chapter selanjutnya :)
maaf bwel :p