Selamat baca~~
Chapter 4
Seperti
biasanya, di pagi hari yang cerah, suasana home juga terasa cerah dan damai
rasanya. Aby, Deni dan Faris, ketiganya sedang berkumpul disana.
“Sendirian
aja By? Deva mana?” tanya Faris sambil memainkan game di HPnya.
“Entahlah,
mungkin lagi memikirkan sesuatu. Hal lain yang disembunyikannya” jawab Aby lalu
berpikir kembali.
“Ahh.. paling
galauin Jessica dia mah..” ucap Faris masih sibuk dengan gamenya.
“Bukan, tapi
Michelle” jawab Aby dengan datarnya.
“HAH?!
Michelle??” kaget Faris dan Deni bersamaan.
“Michelle?
Michelle itu? Michelle Joifuru?” tanya Deni yang terlihat antusias kali ini,
padahal daritadi dirinya sedang serius menulis naskah drama.
“Yaiyalah, emangnya
Michelle mana lagi??” Faris memukul kepala Deni “masa Michelle JKT48!” tambah
Faris.
“Aduh Faris
mah..” ucap Deni kesakitan.
“Emangnya
kenapa sama K dan Michelle?” tanya Faris.
“Cuma
perkiraan gw, mereka saling kenal, sebelum di Joifuru..”
“Eh? Serius?”
tanya Deni.
“Entahlah..
Tapi Deva keliatan aneh kalo denger nama Michelle” ucap Aby kembali.
“Kenapa ga
coba tanya cewe lo by? Atau ka Ve mungkin?” saran Faris, Aby hanya menatap
datar Faris “Ahh.. Iya, Deva-Shania kan hubungannya buruk ya dulu…”
“Gw pernah
ngeliat buku tahunan SMP Shania, tapi ga ada nama Michelle diantara adik kelas
mereka” ucap Aby.
“Itu artinya,
Shania maupun ka Ve ga akan tau” ucap Deni berasumsi.
“Entahlah, gw
juga ga terlalu yakin..”
“Tapi masa ga
ada orang lain yang tau?” Tanya Faris kembali.
“Ada, ada
satu orang atau mungkin dua..…” ucap Aby tiba-tiba terpotong kembali berpikir.
“Masa sih ka
Ve gatau? Hmm?” Faris masih penasaran, dirinya ikut berpikir sambil menatap
Deni yang bingung. Deni sendiri memutuskan untuk kembali focus dengan kerjaan
yang ditinggalkannya tadi.
~~~
“Sst, ka Aby sama ka Shania dateng, ngumpet-ngumpet” ucap Hamid pada Gracia, saat ini keduanya sedang berusaha jadi paparazzi. Seperti biasa mengintip dari sudut-sudut. *ini GremMids couple g punya kerjaan ya, ngintipin AbyNju mulu :v
“Loh? Itu bukannya..…”
Gracia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya karena cewe yang dilihatnya
bersama Aby bukanlah kakak kelas yang memiliki nama yang sama dengannya, tetapi…
“Elaine..”
panggil Aby pada Elaine yang sedang duduk sendirian sambil menatap luasnya
langit biru diatas sana.
“ka Aby?” Aby
lalu duduk di sebelah Elaine “Ka Aby ngapain?” tanya Elaine yang panik melihat
Aby tiba-tiba tiduran di sebelahnya.
“Natap
langit” merasa aneh dengan tindakan Aby, Elaine bangkit, ingin pergi, namun..
“Kalo kamu
pergi lagi, ka Aby akan kembali ngejar” ucapan Aby kali ini hentikan Elaine.
Membuatnya kembali duduk di samping Aby yang masih tiduran “Kenapa menghindar?”
tanya Aby.
“Aku..
bukannya menghindar..”
“Lalu?”
“Aku hanya…”
“Hanya apa?”
“Eumm…”
Elsine terlihat berpikir “Ka Aby?” panggil pelan Elaine.
“Iya?” Aby
lalu duduk dan menatap Elaine.
“Ka Aby apa
ini masih soal..”
“Iya, kalo
kamu tau sesuatu bilang” Aby memotong Elaine yang ingin bertanya.
“Soal
Michelle sama ka Deva?”
“Iya”
“Tapi.. ka
Aby janji dulu..” pinta Elaine dengan entah kenapa begitu imut.
“Iya” Aby
tersenyum “pinky swear” Aby menjulurkan kelingking kirinya.
“Ga akan
bilang ke siapapun…” Aby mengangguk “Ga akan jadiin ini masalah….”
“Yah, ka Aby
tau, karena Deva…”
“Karena
Michelle…”
“Sahabat aku…”
ucap keduanya bersamaan sambil tersenyum.
“Swear”
Elainepun menyematkan jari kelingkingnya, kedua kelingking itupun saling
menyatu “Dulu Michelle itu….” *jawaban tentang
Michelle di cut ya sodara2~~ buat pembaca ada sesinya kok wkwk *dihajar
Sementara
itu, kedua orang yang sedang memperhatikan apa yang terjadi antara Aby dan
Elaine ternyata masih mengintip dengan perasaan yang tidak enak, bingung, juga
penasaran.
“Gimana beb?
Masih mau ngintip nih? Itu Elaine kok bisa sih..” ucap Hamid pada Gracia,
merasa tidak enak.
“Ga enak sih,
tapi.. penasaran” jawab Gracia sambil tersenyum. Hamid pasrah. Padahal
sesungguhnya keduanya hanya bisa melihat tanpa bisa mendengar percakapan Aby
dan Elaine.
~~~
“Shan, mau ikut kita-kita jalan ga?” tanya Hanna pada Shania, seusai pelajaran terakhir berakhir.
Jennifer Hanna: Teman sejurusan Shania. Anggota klub
Tennis.
“Jalan
kemana? Sama siapa aja?” tanya Shania yang sedang sibuk chatting di HPnya.
“Biasa sama
bocah-bocah. Gw, Achan, Jeje, Gaby, ya tambah lo kalo lo ikut” tidak lama Gaby
dan Jeje datang “Nah itu bocah-bocahnya” ucap Hanna saat melihat kedatangan
Jeje dan Gaby.
“Hello
everybody~” sapa Jeje pada tiga orang yang tersisa di dalam kelas “Eh busee nih
bocah tidur bae, bangun woy bangun subuh subuh!” teriak Jeje di kuping Ayana
yang tidak bergeming sedikitpun.
Geng nya Shania *kurang Jeje sama Hanna nih* |
Ayana Shahab (Achan): Tukang tidur. Teman sejurusan
Shania juga. *munculin oshi ah kali-kali
di FF xDD *ini kira-kira jurusan apaan ya? Ada Ayana-Shania-Hanna xD peridolan?
xDD
“Lagi ngapain
sih Shan?” tanya Gaby sambil memperhatikan Shania yang sibuk dengan HPnya itu.
Lalu duduk di dekat Ayana.
Gabriela Margareth Warouw (Gaby): Teman sejurusannya
Jeje.
“Chatting
sama Stella” jawab Shania yang hanya di ‘hoo’in oleh Gaby.
“Lah? Gw
kirain sama Aby, kemane cowo lau?” tanya Jeje kali ini.
“Masih sibuk
sama ekskulnya kali....” jawab Shania, entah ngasal atau jawaban sebenarnya.
“Si Aby, ga
habis manis sepah dibuang kan Shan?” tanya Hanna mendadak buat Shania kaget. *If u know what Hanna mean xD
“Brakk”
mendengar pertanyaan Hanna, Shania memukul keras mejanya “Maksud lo apa Han?”
“G-Gw ga ada
maksud apa-apa kok...” jawab Hanna yang kaget dengan takut.
“Jangan asal
ngomong ya.. Aby tuh bukan cowo kaya gitu!” teriak Shania dengan keras dan
kesalnya sebelum pergi meninggalkan keempatnya dengan marah.
Diam, Hanna,
Jeje juga Gaby hanya bisa diam. Gebrakan meja yang dibuat Shania sepertinya
membangunkan Ayana yang dengan polosnya bertanya..
“Eumm, ada
apaan sih?” tanya Ayana yang masih keliatan mengantuk itu. Pertanyaan yang
hanya dijawab oleh hembusan nafas ataupun gelengan kepala dari ketiga temannya.
~~~
“MAMPUS LU JING!” teriak Hamid yang kaget karena pundaknya disentuh seseorang.
“Michelle? Kok
ada disini?” tanya Gracia, ternyata Michelle-lah yang menepuk pundak Hamid juga
Gracia.
“Eh Michelle..
sorry yang tadi..” ucap Hamid cengengesan.
“Kalian
sendiri?” tanya Michelle balik, tidak memperdulikan kalimat Hamid “Ga ngikutin
lagi?” Aby dan Elaine yang sedari tadi mereka intipin terlihat pergi, pindah
tempat sepertinya.
“Tapi.. ka
Aby ga sama ka Shania, tapi… Elaine” jawab Gracia.
“Iya gw tau
kok”
“Eh? Lo juga
liat Syel?” tanya Hamid.
“Hmm..”
Michelle hanya memilih senyum hambar sebagai jawaban “yaudah ya gw pergi duluan”
pamit Michelle pada keduanya.
“Syel, mau
kemana?” tanya Gracia.
“Menambahkan~”
jawab Michelle yang sudah dikejauhan. Menambahkan apa? Hanya Tuhan dan Michelle
lah yang tahu. Gracia dan Hamid hanya bisa saling tatap dalam ketidak tahuan.
~~~
“Tolong ya ka, nanti Deni traktir deh” ucap Deni diseberang telepon.
“Hah? Kenapa gw harus ngelakuin itu?”
tanya Naomi dengan bingungnya.
“Tolonglah ka, demi K sama Ka Ve juga
nih..” pinta Deni.
“Err..”
“Waduh gawat, K dateng! Inget ya ka,
Michelle Christo, ahh jangan bilang Deni yang minta. Bilang aja Faris” Suara
pukulan terdengar sebelum suara tut tut tut. Mengakhiri percakapan telepon
antara Deni dengan Naomi.
“Arghh!!”
kesal Naomi pada dirinya sendiri, bila mengingat percakapan telepon antara
dirinya dan Deni.
“Kenapa juga
gw iyain! Duh pasti bentar lagi Ve dateng, gawat gawat gawat” Naomi terlihat
begitu panik.
“Siang mi”
sapa Ve mendadak kagetkan Naomi. Dateng diiringi dengan cahaya-cahaya disekitarnya.
*halah
“Ve?!” Ve
hanya heran melihat Naomi yang terlihat aneh.
‘Kalo nanya, ka
Ve belum tentu tau, jadi gausah tanya. Lah? Terus gimana? Nyuruh nyari tau tapi
gausah nanya’ pikir Naomi dalam hatinya, mengingat perkataan-perkataan Deni.
“Mi? Kamu
gapapa kan?” tanya Ve yang sudah duduk di depan Naomi.
“AH? Ah gw
gapapa kok, emm Ve..” Naomi sedikit ragu.
“Iya Mi?”
“Sorry tapi err
gw boleh main ke rumah lo ga?” tanya Naomi tidak biasanya, sedikit kagetkan Ve.
“Emm boleh aja
kok, tapi jangan hari ini ya” jawab Ve lalu tersenyum.
“Sip, hari
ini gw juga kuliah sampe sore kok..” keduanyapun melanjutkan obrolan siang
mereka…
~~~
Beberapa hari kemudian akhirnya Naomi main ke rumah Ve, dengan cepat ketika tiba di kamar Ve memanfaatkan waktu saat Ve menyiapkan makanan dan minuman untuk mereka berdua, Naomi mencari apa yang diminta Deni. Mencari selayaknya pencuri…
“Aduh.. masa
sih gw harus kaya gini” panik Naomi “Tapi.. argh maafin gw Ve, awas kalo ini
sia-sia!!” Akhirnya Naomipun mencari..
“Buku tahunan
Ve.. buku tahunan…” ucap Naomi sambil mencari diantara tumpukan buku di rak
buku Ve “Ketemu, ah buku tahunan Joifuru.. ah ini SMPnya” langsung saja Naomi
mengambilnya dan mencari “Michelle.. Michelle.. ah ini dia! 1C!” dengan kamera
HPnya Naomi memotret foto dan biodata Michelle yang terdapat di buku tahunan
itu, lalu mengembalikannya.
Lalu kembali
mencari sesuatu yang lain yang mungkin ada hubungannya dengan K dan Michelle
“Maafin gw ya Ve..” dan akhirnya menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya,
kertas-kertas seperti potongan Koran yang ada di dalam rak meja belajar Ve
“I-Ini…” entah kenapa Naomi begitu terkejut dengan apa yang dibacanya, wajahnya
terlihat pucat, dengan gemetar kembali memotret dan mengembalikannya.
Perasaannya
campur aduk, tidak enak, takut ketawan, penasaran dan tidak yakin dengan apa
yang dilihatnya. Hingga akhirnya Ve tiba, Naomipun berusaha untuk terlihat
tenang seperti tidak ada apa-apa.
“Kenapa Mi?”
tanya Ve saat tiba di kamarnya.
“Gapapa kok
Ve” jawab Naomi berusaha tersenyum dan bersikap biasa.
~~~
Setiba di rumahnya, Naomi merasa sedikit lega, lalu mengistirahatkan dirinya sejenak di ruang keluarganya.
“Tapi, apa
bener Deva begitu?” tanya Naomi pada dirinya sendiri “Laptop Sinka?” melihat
adanya laptop Sinka, Naomi mengambilnya, niatnya membuka google lalu mencoba mencari
kebenaran dari apa yang dilihatnya tapi hal lain yang dilihatnya di laptop
Sinka lebih mencuri perhatian karena itu..
“JAP? Apaan nih?”
Naomi mengklik dua kali aplikasi berlogo Joifuru itu yang ternyata.. “Joitus
Administrator Panel? Si-sinka pengurus Joitus? Ga mungkin ah tapi..” Yah, Sinka
adiknya yang dianggap imut dan polos itu ternyata… “Di password.. heh? Satu
kali salah akan memberikan pemberitahuan ke admin lain?” terdapat data yang
diminta untuk mengakses aplikasi tersebut seperti username dan password.
Naomipun berpikir “tanggal ulang tahunnya? Ah ga mungkin terlalu gampang”
kembali berpikir “ulang tahun gw? Ah masa sih? Coba aja kali ya..” angka
0406pun dipencet Naomi “tapi kalo salah… ah persetan!” tombol enterpun dipencet
Naomi dan… aplikasi itu terbuka. Yah dengan ini ketawanlah status Sinka sebagai
salah satu pengurus Joitus.
“Joitus Admin
Chat, Joitus Web edit, Joitus Article edit? Article by Me?” Naomi melihat-lihat
kolom artikel yang sepertinya dibuat Sinka itu “I-ini… Jadi selama ini berita
Deva-gw-Faris dulu Sinka yang..” Naomi semakin benar-benar kaget dengan semua
yang dilihatnya.
“Eh ka Shinta
udah pulang? Aku kira tadi siapa yang ada di…. Oow gawat…” ucap Sinka yang
muncul dari belakang Naomi, menyadari kedatangan Sinka, Naomi langsung berdiri
dan..
“Plak”
menampar adik kandungnya itu.
“JAP?!
Article by Me?! Apa-apaan itu de?!” teriak Naomi “Ka Shinta ga nyangka, kamu
selama ini..” ucap Naomi dengan amarah dan nafas yang tidak beraturan “Kenapa
Sinka? Ka Shinta ini kakak kamu?!” Sinka hanya diam “Jawab kakak! Sinka!!”
teriak Naomi kembali.
“Aku cuman
ngasih tau apa yang aku tau ke Joitus dan ga semuanya dari aku kok..” jawab
Sinka akhirnya, tanpa melihat kakaknya sendiri. Entah ada atau tidaknya
penyesalan itu dalam diri Sinka.
“Ka Naomi
harus ngomong apa ke Deva dan yang lainnya, kalo mereka tau ade gw sendiri yang
buat berita itu di Joitus..”
“Hah.. kalo
ka Naomi khawatir sama mereka..” Sinka mengambil laptopnya “Bukan aku yang
harus ‘diperhatikan’” Sinka lalu berjalan pergi “Tapi…..” ucap Sinka sebelum
akhirnya benar-benar pergi meninggalkan Naomi dalam keadaan terkejut, lebih
dari saat mengetahui soal Sinka. *sensor
lagi abis ini ya semuanya kejawab kok xDD*
~~~
“Ka Naomi ngapa ka?” tanya Faris pada Naomi yang terlihat seperti orang kehilangan nyawa “Lu apain Den? Woy anak orang tuh” tuduh Faris pada Deni.
“Mana gw
tau….” jawab Deni dengan sewotnya. Saat ini ketiganya sedang berkumpul di
sebuah café beberapa hari setelah Naomi tau mengenai Sinka juga sedikit soal K
dan Michelle.
“Semua
gara-gara Deni emang!” Naomi mengacak-acak rambutnya sendiri “Kalo aja ga
nyuruh yang aneh-aneh, gw ga akan tau Sinka itu anggota Joitus! Mana sebelumnya
ngacak-ngacak kamar Ve! Ahh ga enak tau sama Ve!! Ahh..” ucap Naomi yang kesal
lalu lemas seketika juga.
“HEH?! Sinka
anggota Joitus?!” kaget Deni dan Faris bersamaan. Naomi mengangguk dengan
lemas.
“Hrr.. Joitus
ternyata mengerikan..” ucap Deni merinding.
“Jangan
bilang Sinka juga yang bikin soal kita dulu?” tanya Faris. Naomi mengangguk lagi
“Oh my..”
‘Tapi.. Fakta
lain yang dibilang Sinka bakal lebih mengerikan buat kalian….’ Naomi kembali
mengingat ucapan Sinka…
“Hah.. kalo ka Naomi khawatir sama
mereka.. Bukan aku yang harus ‘diperhatikan’.. Tapi.. Salah seorang diantara
mereka sendiri..”
“Maksud kamu? Diantara Deva dan..”
“Yah, salah satu diantara mereka dulu
pernah jadi bagian Joitus…” Deg. Lagi, Sinka kejutkan Naomi.
“Sinka jangan bercanda sama kakak!”
“Apa aku terlihat bercanda ka?! Setelah
ka Shinta tampar aku?!” Naomi diam “Tapi terserah kakak aja..”
“Ka Naomi…
halo ka??” panggil Deni sambil melambai-lambaikan tangannya di depan muka
Naomi. Buyarkan lamunannya.
“Ah iya?
Kenapa?”
“Lalu.. Soal
Deva sama Michelle ka??” tanya Faris kali ini.
“Ah iya ini”
Naomi memberikan HPnya “itu foto Michelle yang ada di buku tahunan Ve” tambah
Naomi. Keduanya langsung memperhatikannya.
“Berarti
Michelle emang adik kelasnya K-Shania sama ka Ve ya..” Naomi mengangguk.
“Tapi kenapa
di Joitus ga ada nama SMPnya Deva di data Michelle?” tanya Faris heran melihat
foto yang diperlihatkan Naomi “Cuma ada ‘lulus di SMP HKT’?” tanyanya kembali
kali ini sambil melihat biodata Michelle di Joitus melalui HPnya.
“Itu artinya
Michelle murid pindahan kan? Biodata gw juga gitu, ‘SMP di SMP SNH lulus di SMP
JTK’” jelas Deni. *ini gw ga kreatip amat
ya bikin nama sekolahan, tinggal akb-ske-nmb aja nih, jkt aja cuma gw balik wk
:v
“Tapi, kenapa
SMP sebelumnya ga ditulis?! Kalo ditulis ga perlu rempong-rempong gini kan!”
kesal Faris.
“Mungkin..
ada hubungannya dengan ini…” Naomi mengambil HPnya kembali, lalu membuka foto
lainnya, lalu kembali memperlihatkannya kepada Faris dan Deni. Baru melihat
judulnya sudah membuat kedua mata Faris maupun Deni melebar.
“I-INI?!”
Faris dan Deni kembali terkejut, Farispun mulai membaca robekan-robekan koran
yang difoto Naomi itu “Pemerkosaan anak nyaris terjadi, pelaku merupakan kakak
kelas korban sendiri. Korban MC ditemukan dengan keadaan buruk oleh kedua
temannya bersama pelaku berinisial DK”
“DK?! Deva K?!
K?!” tanya Deni kaget “Ga mungkin..” Faris sempat melirik Deni lalu kembali
membaca yang lainnya.
“Sempat
dipenjara di penjara anak selama sebulan, DK akhirnya bersih dari tuduhan. Pelaku
sebenarnya terungkap. Korban MC dikabarkan menghilang dari sekolah lamanya. DK
kembali bersekolah”
“K merkosa
Michelle?!” tanya Deni dengan kerasnya.
“Bego lu
dengerin atau ga sih?!” kesel Faris setelah memukul kepala Deni.
“Aduh” erang
Deni dengan berlebihan, berharap dapat perhatian Naomi. Tapi sayangnya gadis
itu sedang tidak punya mood untuk hal seperti itu.
“Korban MC,
pernah jadi korban bully kakak kelasnya. Trauma menyerang, sempat menyebut nama
kakak kelasnya yang lain, yang bernama SJ sebagai seseorang dibalik ini semua”
kalimat terakhir yang dibaca Faris.
“Kalo DK itu
K, MC itu Michelle, SJ itu Shania?” Deni menatap Naomi yang hanya bisa
mengangkat bahu tanda ‘tak tahu’ “Apa Aby tau ini?” tanya Deni kembali, melihat
Faris.
“Entahlah,
tapi kenapa berita ini kayanya ga ada yang tau?” Faris melihat Naomi “Bahkan
kita kenal Deva sebagai anak baik-baik?” kali ini menatap Deni.
“Karena
prestasi K banyak?” ucap Deni tidak yakin.
“Mungkin aja,
tapi itu ga akan nutupin soal Shania dan Michelle kan? Devapun akan tetep
kebawa” ucap Faris kembali.
“Mungkin
karena uang?” kali ini Naomi memperlihatkan sebuah berita yang baru saja dia
buka di tab miliknya.
“Wow, ini
ayah Michelle?!” ucap Deni begitu kagum.
“Pemilik
salah satu perusahaan paling berpengaruh di Indonesia? Yah menjawab semuanya”
“Tapi..
berita ini belum tentu bener kan?” tanya Deni kembali.
“Yah.. hanya
Deva dan Michelle yang tahu…..”
~~~
Malam kembali berganti pagi, bulan kembali digantikan matahari. Cahaya yang begitu menyilaukan dari sang mentari itu kembali menembus jendela kamar di lantai 2 rumah besar kakak beradik Ve-Shania, bangunkan Shania dari mimpi indahnya, lagi-lagi dirinya telat.
“De, bangun,
udah siang, kamu udah kelas tiga loh, masa masih telat-telat sih?!” teriak Ve
sambil mengetuk pintu kamar Shania. *ini
Ve ngapa jadi tukang bangunin Shania doang gini di season 2?! XD
Shaniapun
akhirnya bangun, dengan muka bantal yang kumal, mengambil HPnya, melihat HPnya
yang sudah penuh notifikasi, notif itu.. Joitus di pagi hari..
“Joitus,
pagi-pagi gini.. apasih..” dengan malasnya, Shania membuka Joitus. Deg. Matanya
yang tadi hanya segaris langsung terbuka lebar karena melihat judul baru berita
Joitus “I-ini?! Ga mungkin! Aby…”
“Shania? De?”
Ve masih di depan pintu kamar Shania menunggu Shania “Shania kamu udah bangun
belom?” tanya Ve kembali mengetok-ngetok kamar Shania “De ayo bangun terus
sarapan ba… de kamu nangis?” Ve yang mendengar suara tangisan Shania makin
panik “De?! Kamu kenapa? Shania buka pintunya!” pinta Ve, suara isak tangis
Shania makin terdengar.
Yah, mata
yang baru membuka setelah tertidur lelap itu meneteskan air matanya, menangisi
sesuatu yang tidak pernah dibayangkannya. Namun terjadi..
“Aby……”
panggil pelan Shania di dalam tangisnya.
Apakah pemberitaan mengenai K dan
Michelle benar? Lalu apa yang kali ini diberitakan Joitus yang menyangkut Aby
itu?
------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m
-Jurimayu14-
keren ceritanya bikin betah disni
ReplyDeletelanjutin cerita dirimu atau dirinya bgs bgt crtnya
bnykin adegan romantsnya venal juga
makasih.........