Spoiler di chapter ini pertarung K and friends vs Michelle gangs dimulai! (?)
Ada adegan fighting lagi~~ Faris dengan Hamid! Apa yang terjadi?
Selamat membaca~
Chapter 7
“Brak”
tiba-tiba Michelle memukul mejanya “Baru sesaat tapi berubahnya home udah ada
di Joitus?!” heran Michelle, suaranya terdengar sangat kesal. Andela dan Gracia
hanya saling tatap “Kenapa bisa secepat ini, ga bisa.. ga boleh gini.. gimana
caranya… ough” Michelle tiba-tiba batuk, lagi-lagi darah keluar dari mulutnya.
“Syel, lo
gapapa?” tanya Andela mencoba mendekat pada Michelle yang membelakangi mereka
tiba-tiba itu. Dengan cepat Michelle menangkis tangan Andela.
“Gw.. gapapa”
jawab Michelle, lalu kembali melihat Gracia dan Andela “Berita ini….”
“Mungkin ada
yang ngintipin pas kita lagi di home..” ucap Gracia tiba-tiba memotong ucapan
Michelle. Michellepun langsung menatapnya, Gracia dan Andela langsung terlihat
takut.
“Coba sekali
lagi Gracia?” pinta Michelle.
“Ada
mata-mata?” ucap ulang Gracia ragu. Michellepun tersenyum.
“Ahahahahah”
tiba-tiba Michelle tertawa begitu kencang “kenapa gw ga kepikiran dari awal”
Gracia dan Andela kembali saling tatap “Hmm” Michelle tersenyum “Bukan
mata-mata lagi” Michelle menatap Gracia “tetapi ada anggota Joitus” menatap
Andela “diantara kita” menatap Gracia kembali “benarkan?” tanyanya diakhiri
dengan menatap Andela dan sebuah senyuman yang disunggingkan “Well~ but I don’t
care If it’s true~”
~~~
Sementara itu, keempat sekawan yang terkejut dengan keadaan baru home, masih berdiam di home, melihat setiap sudut-sudut home dan berbagai benda yang posisinya berubah juga bahkan bertambah.
“Apa yang
terjadi dengan home kita… berasa kaya toko SNSD gini…” ucap Deni begitu saja.
Deg. Tapi entah kenapa seperti menyadarkan ketiga sahabatnya, mengingatkan mereka
akan sesuatu.
“Michelle..
pasti ini ulah dia!!” Faris tiba-tiba berlari keluar, hiraukan panggilan K dan
Deni, membuat Deni harus mengejarnya untuk mencegah hal buruk terjadi.
“Gawat kalo
sampe Faris nemuin Michelle..” ucap K khawatir.
“Jaket itu..”
kali ini Aby bersuara saat melihat sebuah jaket yang dipegang oleh K.
“Ahh ini..
jaket yang dulu gw pinjemin buat Michelle.. ada disini..” jawab K “begitu juga
HP yang dulu diancurin Shania” tambah K sambil tunjukkan HP yang benar-benar
ada itu. Abypun tidak berkomentar “Buku itu?” tanya balik K pada Aby yang
menggenggam sebuah buku. Lagi, tanpa suara Aby mengeluarkan sebuah pembatas
buku bergambar bebek, yang tanpa dijawabpun sudah jelas pemiliknya adalah....
~~~
“Srek” Elaine
membuka salah satu pintu kelas dimana Michelle, Andela dan Gracia sedang
berkumpul.
“Elaine?
Tumben..” ucap Gracia.
“Ada yang
liat buku aku?” tanya Elaine tiba-tiba.
“Hah? Buku?
Yang mana? Buku lu kan banyak…” jawab Gracia.
“Brak”
tiba-tiba pintu kelas itu kembali dibuka, kali ini dengan lebih kasar dan
kencang. Tiba-tiba sosok Faris dengan cepatnya masuk, membuat gesrek beberapa
adik kelasnya yang ada di dalam, kecuali keempat cewek yang hanya kaget dan
diam dalam reaksi dan ekspresi yang berbeda.
“Apa mau lo?”
tiba-tiba Faris menghampiri Michelle. Menggebrak mejanya.
“Hah??”
Michelle terlihat bingung.
“Ga usah
pura-pura, pasti lo yang…”
“Ka Faris..”
pangggil pelan Elaine, memotong ucapan Faris.
“Elaine? Kenapa
ada disini?!” tanya Faris terkejut, jujur saja amarahnya menutupi matanya
sampai tidak menyadari adanya Elaine saat masuk tadi.
“Elaine
bagian dari kami, ga masalah kan?!” jawab Michelle, bisa dibilang belagu.
Faris hanya
diam, matanya masih menatap tajam Michelle, sambil sesekali melirik Elaine.
Menyadari hal ini, Michelle memberi kode pada Gracia dengan matanya, mengerti
dengan maksud Michelle, kali ini Gracia berbisik pada Andela.
“Hah?” tanya
Andela yang sepertinya tidak mengerti dan mendengar maksud Gracia.
“Bawa pergi
Elaine..” ucap Gracia sangat pelan.
“Apa? Kenapa
aku ga boleh ada disini?!” tanya Elaine sepertinya menyadari kode Gracia.
Menatap keempatnya secara bergantian.
“ANDELA~~!!”
kali ini Michelle bersuara, langsung saja Andela menarik Elaine keluar dari
kelas itu secepatnya.
“Tunggu, ada
apa Andela, kenapa? Ka Faris…….” suara Elaine perlahan menghilang dan tidak
terdengar.
“Jadi, apa
yang mau ka Faris bicarain?” tanya Michelle sambil tersenyum.
“Ga disini..
ikut gw!” secara tiba-tiba Faris menarik Michelle, tinggalkan Gracia seorang
diri..
~~~
“Apa?! Buku aku ada di home?!” kaget Elaine saat mendengar jawaban Andela soal keberadaan bukunya “Gimana bisa ndel?” Andela hanya menggeleng. Pura-pura tidak tahu. Dengan lemas dan ditemani Andela, Elaine menuju home…
“Kalo sampe
Faris sembarang nuduh Michelle bisa bahaya.. feeling gw ga enak” ucap K.
“Yah, karena ga
ada alasan untuk Michelle dendam sama lo. Kalopun dia punya dendam itu pasti
sama…”
“Srek”
tiba-tiba pintu home dibuka, dan Elainelah yang membukanya. Kejutkan K dan Aby,
begitu juga dengan Andela dan Elaine yang tidak menyangka adanya kedua cowok
keren itu di dalam home.
“Mencari sesuatu?”
tanya Aby, sambil jelas-jelas menunjukkan buku yang dipegangnya pada Elaine.
“Buku aku..”
Abypun mengembalikan buku bacaan yang memang milik Elaine itu.
“Katakan,
kalo ini memang bukan ulah kalian, karena kami tidak ingin ada ‘peperangan’
lagi..” ucap Aby, membuatnya jadi perhatian Elaine maupun Andela.
“Elaine dan
Andela, jangan-jangan kalian berdua……” kata-kata K kagetkan keduanya yang tidak
menyangka, sementara Aby entah kenapa dia terlihat biasa saja. *potong lagi buat pembaca wkwk xD
~~~
“Jadi sekarang
karena kita udah berdua, ka Faris mau ngomong apa?” tanya Michelle pada Faris
saat keduanya sudah ada di sebuah ruang kosong yang menurut Faris aman. Aman
dari teman-teman mereka maupun Joitus.
“My lovely
Grecot~~” dengan suara riang Hamid datang begitu tenangnya, menghampiri
kekasihnya, memeluk dan mencium pipi Gracia.
“Ssssttt” Gracia
memukul pelan Hamid, lalu menunjuk kearah Faris dan Michelle, seperti biasa
keduanya mengintip dari sudut-sudut ruangan tersebut.
“Ka Faris
sama Michelle? Wah seru nih” entah mengapa Hamid terlihat bersemangat sampe
mengeluarkan DSLR dan lensa tele miliknya.
“Ngapain
sih.. kan bukan ka Shania sama ka Aby” protes Gracia.
“Sayang aja
kalo ga diabadikan beb..” jawab Hamid dengan santainya “langka nih liat Misyel
deket cowo” Gracia hanya menatap Hamid, keduanyapun kembali mengintip…
“Kami semua
udah tau soal masa lalu kalian…” ucap Faris.
“Ahh, jadi Deva
oppa udah cerita semuanya? Lalu?” tanya Michelle seolah menantang.
“Kalo ada
masalah dengan yang lalu, ga begitu caranya!”
“Ka Faris ini
ngomong apa sih?”
“Ga usah
pura-pura bego Syel!” bentak Faris “Home! Itu semua lo yang ngelakuin kan?!”
“Ahh.. soal
serba pink itu? Emangnya ada bukti kalo aku pelakunya? Dan atas dasar apa
ngelakuin itu?” Deg. Farispun tersadar dari amarahnya, dia menuduh tanpa bukti
fisik, seperti sekadar omong kosong, begitu memalukan “Kalopun menyangkut masa
lalu, aku ga akan membalasnya ke Deva oppa, tapi…”
Tiba-tiba HP
Faris berbunyi, memotong ucapan Michelle, dengan cepat Faris mengambil HPnya, terlihat
tulisan ‘Private Number’ di layar HP Faris.
“Yoo Faris~~”
suara diseberang sana begitu girang menyapa Faris “Apa kabar? Sepertinya kita
ditakdirkan untuk berurusan kembali nih~~”
“Re-Revan?!”
Faris begitu terkejut, ya suara itu tidak asing baginya, suara Revan.
Revan: pemimpin geng
di Gaiden School, salah satu sekolah musuh bebuyutan Joifuru dari dulu.
“Bisa panggil Aby? Cewenya sama gw nih~~ Kita culik~~” ucap
Revan kembali.
“Jangan bercanda!”
“Mau denger suaranya?” Revan memberikan HPnya pada Shania
“Ngomong!”
“Faris.. Apa Aby…” belum selesai bicara, Revan sudah
mengambil kembali HPnya. Ya, Revan bersama teman-temannya tidak main-main,
benar-benar ‘menculik’ Shania dan membawanya ke sebuah gedung tak terpakai.
“Hear that Faris?” Faris diam tak bergeming “Hmm? Apa? Aby
lagi berduaan sama adek kelasnya?” tanya Revan begitu kerasnya, sengaja agar
Shania jelas mendengar semua itu.
“A-apa maksud lo Revan?!” Tanya Faris yang bingung.
“Hoh? Lo ga enak buat ganggu Aby? Kalo gitu lo aja yang
dateng kesini gimana? Tanpa K! Gw tunggu di gedung S…” tut tut tut… Suara
inipun terdengar di akhir kalimat Revan.
“Tu-tunggu Revan, Revan!!” teriak Faris percuma, karena
Revan telah memutuskan teleponnya “Apa maksudnya, gw kan ga ngomong apa-apa..
jangan-jangan…” Faris langsung menatap Michelle, tanpa menatap balik Faris,
Michelle tersenyum penuh kemenangan “Brengsek…” Farispun langsung berlari
keluar dengan cepat tinggalkan Michelle. Michelle yang entah kenapa hanya
bersandar sambil memegang dadanya itu.
~~~
“Kalian berdua, dua orang yang dulu nyelamatin Michelle kan?” tanya K mendadak, kagetkan AndElaine tapi tidak dengan Aby. Keduanya langsung menatap K, tidak menyangka K mengetahui soal mereka, walau itu entah hanya tebakan atau memang yang sebenarnya.
“Benarkah begitu?” tanya Aby menatap kedua adik kelasnya
“Kalo emang gitu, menjawab semuanya.. kenapa Elaine menghindar dan kenapa ka Ve
apalagi Shania ga pernah ngenalin Andela ke gw maupun Deva..” ucap Aby.
“Ahh.. bener juga.. pantes Ve…..” ucap K kembali, AndElaine
hanya bisa saling tatap.
“Gawat… hah.. hah.. hah..” dengan ngos-ngosan Deni datang.
“Kenapa Den?” tanya K.
“Kenapa ada Andela sama Elaine?” tanya Deni yang baru
menyadari keberadaan AndElaine.
“Emm, kalo gitu aku sama Ilein pergi dulu aja, ayo Ilein~~”
Aby dan Elaine hanya saling tatap sebelum akhirnya Elaine pergi ditarik Andela.
“Faris tadi ngobrol sama Michelle, terus tiba-tiba dia
pergi..” jelas Deni memecahkan keheningan yang sesaat tadi terjadi.
“Dimana? Anter gw! Lebih baik kita susul” K pun berlari
diikuti Aby dan Deni namun mereka telat karena Faris…
“Wah gw pikir lo ga akan dateng Ris!” ucap Revan saat
melihat kedatangan Faris “Bener-bener sendiri? Good job” Revan bertepuk tangan.
“Gw bukan pengecut! Ga kaya lo!”
“Waduh? Yah gw akuin ini juga berkat kerjasama dengan tuh
bocah, agak mencoreng nama gw sih, tapi lumayan lah~~”
“Ga usah banyak cincong!! Mana Shania?!”
“Buggh” tiba-tiba terdengar suara pukulan, dua orang anak
buah Revan menyeret seseorang dan membawanya ke dalam.
“Boss, ada yang ngikutin Faris diem-diem” ucap salah
satunya, lalu mendorongnya hingga jatuh ke dekat Faris, langsung saja Faris
menghampirinya.
“Hamid?! Ngapain disini??” Mata Faris membelalak saat
melihat wajah adik kelasnya itu.
“Wah wah, gw tarik pujian gw, ternyata diem-diem lo bawa
kacung ya?”
“Enak aja! Gw bukan kacungnya ka Faris, gw kesini demi ka
Aby dan ka Shania!” teriak Hamid tiba-tiba, buat Shania reflek langsung
menatapnya.
“Wah wah.. berarti kacungnya Aby yah.. enak banget si Aby,
kirim aja bawahannya, biar bisa tetep selingkuh di sekolah ya..”
“Revan diem lo!!” teriak Faris.
“Hmm?” Revan hanya tersenyum licik. Faris terlihat kesal,
amarahnya sudah tidak bisa ditahan.
“Bisa berantem mid?” tanya Faris pelan pada Hamid yang sudah
berdiri dibantu Faris.
“Ahh.. lumayan..” jawab Hamid agak ragu.
“Kalo gitu saat gw kasih aba-aba, kita mulai”
“Yah.. karena kalian udah jauh-jauh kesini, gimana kalo kita
kasih sambutan? Guys~!” Revanpun maju memerintahkan anak buahnya yang banyak
untuk mengepung Faris dan Hamid, ada sekitar 20 orang.
Saling
menunggu beberapa detik, posisi Faris dan Hamid saling membelakangi “Sekarang!”
teriak Faris. 3 orang maju kearah Faris, langsung memberi pukulan, Farispun
bisa menghindarinya. Dengan memegang tangan orang yang di tengah, Faris
menendang 2 orang disamping kanan kirinya, lalu memukul dari samping kepala
orang yang dipeganginya.
Sementar itu
Hamid, tidak ada yang menyangka, dia juga jago berkelahi. Dengan cepat
menghindari pukulan bertubi-tubi yang mengarah kepadanya, lalu membalasnya
dengan serangan yang sama. Dari belakang seseorang yang coba merangkulnya
langsung ditonjok dengan sikunya. 1 orang coba menerjang Hamid, namun dengan
mudah Hamid menangkapnya, lalu mendorong dan menendangnya hinga terjatuh.
Perkelahian
terus terjadi, 20 orang tidak mudah untuk dihabiskan, tidak selalu serangan
Faris-Hamid kena, kadang mereka juga terkena pukulan atau tendangan dari lawan
mereka. Sementara itu Revan dengan santainya menonton bersama dengan Shania yang
duduk terikat di dekatnya. Menonton sambil makan popcorn selayaknya di bioskop,
sementara Shania hanya diam seribu bahasa walau mulutnya tidak ditutup.
Sementara
itu, di Joifuru Aby bersama K dibawa Deni ke tempat yang sudah kosong, Faris bahkan
Michelle sudah tidak ada disana. Begitu juga dengan Gracia..
“Waduh,
jangan-jangan kita telat..” ucap Deni panik.
“Faris ga
ngangkat telponnya” ucap K yang sedang mencoba hubungi Faris.
“HP gw
dimana?” tanya Aby yang meraba-raba tubuhnya sendiri, mencari HPnya.
Sesungguhnya HP miliknya ada di…
“Ini Syel..
gw ga enak nih..” ucap Andela, menyerahkan HP milik Aby pada Michelle. Ya,
Andela lah yang mengambil HP Aby pada saat dirinya di home, lebih tepatnya
ketika Aby sempat membelakangi Andela.
“Thanks ya Ndel..”
jawab Michelle lalu mengambil HP Aby.
“Buat apa sih
Syel?” tanya Andela merasa tidak enak.
“Udahlah Ndel,
gausah banyak tanya..”
“Michelle!!
Andela!!” teriak Gracia sambil berlari dari kejauahan “Gawat.. hah.. hah..
Hamid.. hah..”
“Hamid kenapa
cot?” tanya Andela panik melihat Gracia.
“Hamid
ngikutin ka Faris!” jawab Gracia akhirnya.
“Apa lo
bilang?!” tanya Michelle benar-benar kaget “Gawat” tiba-tiba Michelle langsung
pergi tinggalkan Andela dan Gracia dalam keadaan super bingung.
Sementara itu,
Faris dan Hamid masih ditengah pertarungannya, tinggal setengah lagi dari
jumlah anak buah Revan yang tersisa.
“Jago juga
lo” puji Faris pada Hamid yang ada di belakangnya. Dalam keadaan baju yang
sudah berantakan dan darah yang menghiasi wajah ganteng mereka, keduanya masih
bisa menunjukkan senyuman terbaik mereka.
“Masih jauh
dari ka Aby” ucap Hamid tersenyum.
“Yah, kalo
itu gw juga..” ucap Faris kembali, 2 orang kembali menyerang kearah Faris,
dengan cepat Faris memukul wajah keduanya, namun keduanya kembali menyerang.
“Nunduk ka!!”
teriak Hamid pada Faris, reflek Faris menurutinya, dengan cepat Hamid meloncati
punggung Faris, lalu dengan loncatan ditambah putaran menendang 2 orang yang
sama. Dengan cepat lalu Faris menendang 2 orang lainnya.
“Wah wah, itu
kacung walau berantakan gaya bertarungnya agak mirip Aby, seru juga” komen
Revan yang masih duduk. Sementara Shania hanya menatap dengan tatapan kosong,
entah pikirannya ada dimana.
Pertarungan
terus berlangsung, akhirnya semua anak buah Revan terkalahkan. Revanpun
berdiri, bertepuk tangan selayaknya setelah menonton sebuah film yang telah
berakhir.
“Baiklah satu
lawan satu Faris~!” teriak Revan menantang Faris.
“No!” Hamid
menahan Faris “Biar gw aja ka” ucap Hamid tersenyum, buat Faris kaget.
“Tapi…” Faris
ingin berkomentar namun Hamid terlihat yakin.
“Wah, nih
bocah nantangin gw? Oke gw tunggu!!” Revanpun memasang kuda-kudanya “Maju
bocah!!” teriak Revan.
“Bisa ka
Faris berlutut ala pangeran di tengah sana” pinta Hamid, tanpa banyak tanya
Faris menuruti. Membuat Revan sedikit heran, Hamidpun berjalan menjauh dari
posisi Faris.
“Jangan-jangan…”
Faris sepertinya menyadari sesuatu dan menatap adik kelas yang sedang
membalikkan posisi topinya itu, yang sebelumnya madep ke belakang jadi ke
depan.
“I’m goooo~~!”
Hamid lalu berlari kencang, dengan menginjak paha Faris meloncat tinggi
berputar dan “Pakk!!” begitu keras tumitnya mengenai antara leher dan pundak
Revan, membuat musuh bebuyutan Faris itu pingsan seketika.
“Fyuuh~
untung berhasil” Hamid mengelap keringatnya.
“Gerakan
tadi?” tanya Faris yang sudah ada di dekat Hamid.
“Tendangan
berputar milik ka Aby! Lebih kuat daripada tendangan berputar ka Deva” jelas
Hamid begitu bangga.
“Ris..
Faris!! Nino!!” teriak Shania bubarkan obrolan Faris dan Hamid “Lepasin gw! Jangan
ngobrol aja disitu!!” Farispun langsung membuka ikatan tali Shania dan
menggendongnya di punggung, lalu pergi dari tempat itu.
~~~
“Ris, coba
telpon Aby..” pinta Shania yang saat itu digendong Faris di punggungnya.
“Mid, tolong
ambil HP gw di kantong kiri celana gw, terus dial no 2” perintah Faris,
Hamidpun menurutinya.
“Mati HPnya
ka.. gw coba lagi ya” Hamid mencoba lagi dan…
Ditengah-tengah
saat membereskan barangnya sebelum moving class, Elaine menemukan sebuah HP
yang jelas bukan miliknya. Penasaran, Elaine menyalakan HP bermerek Iphone yang
sebelumnya mati itu. Setelah menunggu beberapa saat, HP yang sudah menyala itu
langsung berbunyi, terpampang nama ‘Faris “Bebek”’ di layar HP itu. Reflek
Elaine mengangkatnya..
“Nyambung
ka!” girang Hamid “Halo ka….”
“Maaf ka Faris,
aku..” jawab Elaine, mengira telpon itu dari Faris.
“Suara ini?
Elaine??” kaget Hamid, dapat sangat didengar jelas oleh Faris maupun Shania, yang
wajahnya langsung terlihat horror seketika. Bahkan Shania langsung loncat dari
punggung Faris, dan merebut HP Faris.
“Hamid??”
suara kaget Elaine terdengar.
“Elaine….” Panggil
pelan Aby, Shania yang diam saja bisa dengan jelas mendengar suara Aby
diseberang sana. Memperburuk kesalah pahaman yang sudah terjadi. Tidak bisa
menahan air matanya, Shania mematikan HP Faris, bahkan membantingnya.
“Mampus lo!!”
kaget Hamid yang padahal bukan pemilik HPnya, karena pemiliknya hanya diam,
entah memikirkan apa.
“Apa itu HP
ka Aby?” tanya Aby menghampiri Elaine.
“Ah? Maaf ka,
ah ini ka Faris nelpon” jawab Elaine, mengembalikan HP Aby.
“Udah mati,
kenapa bisa ada sama kamu?”
“A-aku gatau,
tiba-tiba ada di tas aku, karena penasaran aku nyalain dulu, maaf ka” Aby hanya
diam “Tapi, tadi suaranya suara Hamid” tambah Elaine.
“Hamid? Hamid
nelpon pake HP Faris?” Elaine mengangguk “kenapa bisa?” Elaine hanya
menggeleng.
“Hmm..
yaudah, kalo gitu ka Aby permisi dulu..” Abypun meninggalkan Elaine.
“Ka Faris
HPnya…” ucap Hamid yang tidak tahu harus berbuat apa, melihat kedua kakak
kelasnya yang hanya diam itu.
“Terserah”
jawab Faris seadanya. Faris dan Shania kembali lanjutkan perjalanan pulang
mereka, diikuti Hamid yang sebelumnya mengambil HP Faris terlebih dahulu.
~~~
Dengan keadaan yang buruk Shania memutuskan untuk tidak sekolah. Begitu juga K, hanya sekolah setengah hari untuk menemani Shania pulang. Sebenernya K menawarkan dan meminta Aby, tapi keduanya sama-sama menolak. Shania marah dan kecewa dengan Aby dan Aby sendiri merasa bersalah karena bukanlah dia yang menyelamatkan Shania.
“Shania,
Key?! Shania kamu kenapa??” panik Ve saat melihat keadaan Shania yang kumal.
Tidak menjawab pertanyaan Ve, Shania pergi menuju kamarnya, meninggalkan Ve
bersama K “Shania kenapa?” tanya Ve lagi, kali ini kepada K, yang lemas
wajahnya.
“Aku jelasin
nanti, kita ke kamar kamu aja ya” keduanyapun menuju kamar Ve.
Tiba di kamar
Ve, dengan mengeluarkan nafas yang begitu berat, K menaruh tasnya, melepaskan
blazer, dasi dan kemeja yang melekat ditubuhnya. *gamau ngapa-ngapain kok, ga usah ngarep yang aneh2 :v :p
“Sebenarnya
ada apa?” tanya Ve yang kini duduk menyender pada tempat tidurnya.
“Lagi-lagi
soal masa lalu aku, tapi aku gatau ini semua berhubungan atau ga” jawab K, lalu
tiduran di tempat tidur Ve, menjadikan paha Ve sebagai bantal “Semuanya udah
tau soal Michelle kemaren”
“Hmm, lalu?”
Ve mengusap kepala K dengan lembut.
“Tadi pagi,
ada kejadian aneh, kamu liat Joitus?”
“Aku liat
kok, soal home?”
“Iya, Faris
langsung menyimpulkan itu Michelle, tapi ga ada alasan buat Michelle dendam
sama aku, kalopun dia dendam itu pasti sama…”
“Adik aku
kan..”
“Hmm, maaf Ve
bukan maksud aku gitu..” K duduk dan menatap dalam mata Ve.
“Iya, gapapa
aku tau kok”
“Ve?”
“Iya?”
“Kamu tau
soal Andela dan Elaine dulu?”
“Sepupu aku?
Adik kelas kita?”
“Lebih dari
itu.. soal kejadian Michelle diculik..” Ve diam “Jawab Ve..”
“Aku gatau
pasti soal Elane.. tapi kalo soal Andela…..”
“Jadi emang
bener kalo Andela saksi kejadian itu?” Ve mengangguk perlahan “Lalu apa yang
terjadi dengan Andela? Apa ada hubungannya dengan kejadian Shania-Michelle
dengan tidak dikenalkannya Andela sama aku dan Aby?” tanya K beruntun.
“Mungkin
lebih dari itu…” Ve diam “Karena ga hanya Michelle yang jadi korbannya Shania…”
Deg. Kata-kata Ve benar-benar kagetkan K. *potong
lagi ah~ #dzigh
~~~
“Ting-tong, ting-tong” bunyi bel rumah Hamid yang dipencet berkali-kali, sadarkan cowo itu dari tidurnya. Dengan agak malas Hamid membuka pintu rumahnya.
“Hamid” gadis
yang sedari tadi menunggu di depan pintu itu langsung memeluk Hamid “Kamu
gapapa kan?”
“Gracia? Aku
gapapa kok” jawab Hamid memeluk balik pacarnya itu, ya gadis itu Gracia.
“Muka kamu
jadi jelek gini” ucap Gracia memegangi muka Hamid dengan kedua tangannya “Aku
panik banget pas denger cerita dari murid-murid Joifuru sama Joitus soal kamu,
ka Faris dan ka Shania. Ka Shania keadaannya gimana?” tanya Gracia yang hanya
disambut tawa hambar Hamid.
“Masuk dulu,
aku jelasin nanti di kamar aku” Hamidpun menutup pintu rumahnya, keduanya
menuju kamar Hamid.
Tiba di
kamarnya, Hamid langsung duduk lesu di tempat tidurnya. Melihat pacarnya yang
tidak seperti biasanya itu, Gracia langsung duduk dan memegang muka cowo yang
suka memakai topi di sekolah itu.
“Aku ga akan
pernah percaya kalo ka Aby selingkuhin ka Shania” ucap Hamid.
“Aku juga
sayang” Gracia mengusap lembut pipi Hamid “jelasin apa yang terjadi tadi saat
kamu ikutin ka Faris”
“Aku berantem
sama ka Faris buat nyelamatin ka Shania yang diculik”
“Eh? Terus?”
“Ada sekitar
20 orang yang ngepung kita, tapi ceteklah buat aku sama ka Faris”
“Gaya deh..
padahal dulu lawan 3 orang aja babak belur..”
“Ihh itukan
dulu Grecot~~” Hamid manyun “Tapi bukan soal berantemnya yang aku pikirin”
“Lalu soal
apa?”
“Setelah itu
aku diminta nelpon ka Aby dan lagi-lagi…” Gracia terlihat antusias dan
penasaran “Elaine yang mengangkat teleponnya” Deg. Gracia terlihat terkejut
“Ada apa dengan ka Aby sama Elaine?”
“Kalo kamu
tanya aku, aku juga gatau apa-apa, aku gatau, aku ga kenal Michelle, Elaine
ataupun Andela sebelum di Joifuru! Aku gatau ada apa dengan mereka!!” Graciapun
memukuli Hamid lalu jatuh dalam dekapan pacarnya itu.
“Maaf~ bukan
maksud aku… hmm berarti mungkin saatnya kita cari tau..” ucap Hamid coba
tersenyum lalu mecium kening Gracia. Gracia hanya diam menatap Hamid.
~~~
“Srak” kira-kira begitulah bunyi panah yang dilepas menembus udara lalu menancap tepat di tengah-tengah papan sasarannya.
“Srak” lagi,
panah lain dilepaskan, melaju dengan begitu cepat menuju sasarannya, namun kali
ini….
“Meleset?”
ucap seseorang yang terdengar suaranya entah darimana, memecahkan keheningan di
tempat latihan panahan itu.
“Hanya
sedikit kaget melihat kedatangan seseorang dari sudut mataku ini” jawab si
gadis yang kembali lepaskan panah lain lagi yang kembali menancap tepat
disasarannya. *bukan, bukan Katniss :v
“Kalo begitu
jago dengan panah kenapa ga jadi atlet panahan dan memilih paduan suara?” tanya
orang itu kembali, yang masih mengumpat dibalik tembok.
“Karena
ucapan lebih tajam dibanding pedang sekalipun, benar kan ka Aby?” tanya gadis
itu tersenyum, ya pada Aby.
“Sebenernya..
siapa yang kamu bantu? Untuk apa membantu Michelle melakukan hal buruk sama
sepupu kamu?” tanya Aby pada gadis itu “Michelle emang sahabat kamu, tapi ka
Shania sepupu kamu, kena…” belum selesai Aby berbicara, Andela melepaskan panah
kearah Aby, nyaris mengenai wajah samping Aby. Terdapat foto Michelle bersama K
yang ditancapkan di panah itu. Ya, Aby berbicara dengan Andela.
“Michelle”
kembali Andela melepaskan panah kearah Aby “maupun ka Shania” kali ini foto
Shania bersama Ve yang ditancapkan di panah itu “Mereka sama aja, bukan sahabat
ataupun sepupu aku”
Ceritanya ini foto Ve-Shania nya :v |
“Lalu? Apa ini
semua untuk Joitus?” tanya Aby kembali “Srak” kembali Andela kirimkan panah
ketiga kearah Aby yang kali ini benar-benar mengenai wajah samping Aby,
timbulkan sedikit luka gores di wajah tampannya.
“Ini ga ada
hubungannya dengan Joitus! Atau jangan-jangan ka Aby yang sebenarnya mencari
tau sana-sini seorang diri untuk Joitus?” tanya balik Andela.
“Hmm..
obrolan kita cukup selesai disini, ka Aby cuman ga ingin, kamu hidup dibutakan
oleh kecemburuan dan kebencian belaka..” Abypun meninggalkan Andela kembali
seorang diri di tempat panahan itu.
Ada apa dengan Andela dengan kakak
beradik Ve-Shania? Mungkinkah Andela dan bahkan Aby itu memang anggota Joitus?
Next cerita tentang GreMids~ Gimana awal mereka bisa kenal/suka~ dan kenapa mereka segitunya sama AbyNju~
------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m
-Jurimayu14-
hhhuaaa kpan posting lg thor??? cma saranin sh jgn kebnyakan flashback ntar yg bca jd kelupaan ma crita intinya
ReplyDeletegtu z sh thor....
di tggu posting scepatnya :)