Monday, May 25, 2015

Love Story (VeNal)

Sesuai janji waktu itu. 
Dan kang BeCak nya ngambek karena gak di syer-syer... wkwk :v gak deh. cuma ditanyain aja
Ini diaaaa Sequel Love Story, versi VeNal.
Soal judul, sengaja gak diganti... karena lanjutan...
dan ini gak ada hubungannya sama FF VeNal yang judulnya sama itu. Ceritanyapun juga beda

Oh iya ini ada sepatah dua patah kata dari authornya:
Yey yey yeeaah~ this is Kang BeCak in the House yow *halah.. bawaan suka Beatbox, jadi gini xD
Ini sequel dari Love Story kemaren nih. Beda cast dan beda cerita juga, namun dengan judul yang sama. Kalo yang ini sih inspirasinya dari Yuri film Taiwan, Candy Rain. Ceritanya gak sama persis kok, beda malah.
Yang sama nya hanya beberapa adegan.
Okelah gausah ba bi bu lagi, Check this one out guys~ :)

Happy Reading…



Love Story (VeNal) - Part 3


VeNal~

Malam itu, suara surga bergelora diruangan gelap namun hangat akan cinta, peluh membasahi keduanya. Diantara dinding yang membisu mereka memadu cinta, membuat bungkam sang nyamuk malam yang berkeliaran diluar ruangan. Suasana yang begitu eksotis tercipta, gairah cinta yang menggebu mengantarkan keduanya ke surga dunia. Begitu nyata, begitu mempesona, dan begitu menggairahkan.

Kinal menghentikan permainan gilanya saat dirasakannya gadis dibawahnya sudah mulai mengatur nafasnya perlahan setelah mencapai puncak bahagianya beberapa menit yang lalu. Dia tersenyum menatap gadis dibawahnya dengan penuh cinta, gadis itu masih memejamkan mata berusaha mengatur nafasnya, mulutnya sedikit terbuka membuat Kinal tak kuasa menciumnya, menghisap bagian bawahnya dengan lembut lalu memainkan lidahnya sejenak sebelum melepasnya kembali.


Ve membuka matanya perlahan, didapati kekasihnya sedang tersenyum memandang dia dan membuatnya juga ikut menyunggingkan senyum indahnya. Ve mengelus pipi Kinal perlahan, meraba setiap inci dari wajahnya. Kulit putih yang begitu lembut, mata hitamnya yang teduh, rambut pendeknya yang indah dan tubuhnya yang membuat seorang Jessica Veranda tidak mampu menolak pesonanya. Dia mencintai segala sesuatu tentang gadis itu.
“jangan kembali jika anakmu tidak lebih cantik darimu” Kinal tersenyum disela ucapannya namun hal itu mampu meretakkan hati Ve. Dia tidak membalasnya, disentuhnya bibir Kinal dengan ibu jarinya kemudian didekatkan wajahnya lalu mengecup bibir indah gadis diatasnya, dikulumnya sejenak lalu kembali dilepaskannya. Kinal berbaring disamping Ve, membuat Ve meletakkan kepalanya pada dada Kinal.
“nanti, beri tau aku siapa yang paling hebat diranjang” kata Kinal sambil mengelus rambut pirang Ve

“Kinal…” suaranya parau, Kinal hanya menunggu kekasihnya melanjutkan omongannya “jangan bahas itu lagi, bukankah kita sudah sepakat untuk tidak membahas itu hingga harinya tiba?” Ve menegakkan kepalanya menatap Kinal. Gadis itu menghembuskan nafasnya berat lalu membuang pandangannya.

Kinal jatuh cinta kepada Ve sejak awal mereka bertemu dalam sebuah urusan pekerjaan. Ve yang seorang editor bekerja sama dengannya saat Kinal diundang sebagai fotografer untuk sebuah majalah milik perusahaan Ve. Semenjak itu mereka sempat beberapa kali bertemu masih dalam lingkup pekerjaan sampai akhirnya Kinal memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya, dan Ve menerimanya.


Tapi kini, Ve adalah seorang gadis yang sedang dalam persiapan pernikahannya. Dia pernah menjanjikan tentang sebuah pernikahan kepada lelaki yang sudah dari kecil dikenalnya, Marcel Candrawinata. Lelaki itu adalah sahabatnya sejak kecil, orangtua mereka juga setuju dengan pernikahan mereka dan ingin segera menimang cucu dari keduanya. Kinal dan Ve berjanji untuk bertemu kembali setelah sepuluh tahun mereka berpisah dan menjalani hidup masing-masing. Hari ini, adalah beberapa minggu sebelum penyelenggaraan pernikahan Ve.


***
Kinal duduk termenung dibalkon apartemen mereka. Apartemen yang dihadiahkannya kepada Ve sebagai hadiah anniversary mereka ke tiga tahun. Segelas kopi hitam menemaninya dimalam yang sepi ini. Dia menyesapnya perlahan lalu memandang lurus kedepan, hamparan kota Jakarta yang begitu mempesona.

Ve memeluk kekasihnya dari belakang, dipejamkan matanya mencoba merasakan kehangatan yang dipancarkan Kinal. Kinal menggenggam tangan Ve yang kini berada diperutnya, diraihnya tangan itu lalu diciuminya punggung tangan gadis itu dengan lembut. Kinal kemudian membalikkan tubuhnya menghadap Ve, namun gadis itu berjalan mundur dengan perlahan

Cause’ I’ll be waiting, waiting for you
Girl you driving me crazy crazy crazy
Baby just let me, let me love you
 will love you forever, take a chance
I want you lady, I need you lady, I love you lady

Dinyanyikannya sepenggal reff lagu yang menjadi kesukaan Kinal sambil bergoyang-goyang dengan gerakan yang menggairahkan membuat Kinal tersenyum melihat tingkah kekasihnya.
“so, what’s your future husband like?” Kinal menyedekapkan kedua tangannya didepan dada. Ve mengerutkan keningnya sejenak sebelum menjawab pertanyaan gadis kekar itu.
“you can say he’s handsome” Ve menaik-naikkan kedua alisnya
“I guess he really loves you?”

“he’s been waiting for me. You know, aku sudah lama menjanjikannya hal ini. Dan  beberapa tahun yang lalu umur kami sudah pantas untuk usia menikah. Namun kau datang dan aku memintanya menungguku hingga aku siap untuk sebuah pernikahan, sebelum aku kembali kepadanya dan menepati janjiku” Ve memainkan jemarinya sendiri “aku juga menginginkan keluarga yang sebenarnya Nal, kau tau itu impianku sejak dulu” Ve memilin rambutnya, Kinal berjalan mendekat diraihnya lengan Ve lalu disentaknya hingga gadis itu menabrak tubuhnya.
“tell me the truth…” Kinal mengunci pinggang Ve dalam lengannya “apa kau mencintainya?”

DEG!

Satu pertanyaan yang mampu membuat tubuh Ve membeku. Memikirkannya saja bisa membuat kepalanya terasa sakit. Sesungguhnya dia tak pernah tau perasaan apa yang dia rasakan kepada Marcel. Lelaki tampan itu begitu baik dan sangat mencintainya, selalu ada disisinya dari mereka masih kecil dulu dan Ve tak pernah sanggup untuk berjauhan dari Marcel. Hingga dia mengenal Kinal dan semuanya berubah, dia mulai mempertanyakan perasaannya kepada Marcel. Apakah itu cinta? Atau sebuah kebiasaan lama yang belum siap untuk dia tinggalkan karena dia tak ingin melangkah dari zona amannya?

“aku tidak tau” Ve menggeleng, direbahkan kepalanya ke dada Kinal. Kinal mengadahkan tangannya pada pipi Ve dan membimbing Ve untuk menatap wajahnya.
“jujurlah kepadaku Ve, aku akan menerima apapun jawabannya”
“aku tak tau Nal, aku tak pernah tau. Kalian berdua, aku pikir aku sama-sama membutuhkannya. Ku mohon, jangan lagi tanyai aku perihal perasaanku” Ve menunjukkan sebuah ekspresi kelelahan, membuat Kinal mencium keningnya cukup lama.

“maaf jika pertanyaanku membebanimu” ditariknya sang kekasih kedalam pelukannya, membiarkan Ve merasa nyaman disana.


***

Devi Kinal~
Gadis dengan tubuh kekar yang sangat sempurna itu kini sedang duduk bersila dikamarnya, kedua tangannya masing-masing terletak diatas pahanya, tubuhnya terlihat rileks meski pikirannya sedang berkonsentrasi penuh.
“surga dunia adalah ketika kau mulai menjamahku” suara penuh godaan dari kekasihnya, menariknya perlahan dari alam bawah sadarnya, namun dipaksakan kehendaknya untuk terus melakukan rutinitas yoga yang selalu dilakukannya hampir di setiap malam.

“kehangatan tanganmu yang menyentuh setiap inci dari tubuhku. Sayang, aku selalu merindukan hal itu. Karena sentuhanmu adalah candu untuk tubuhku, jika aku tidak merasakannya dalam waktu yang lama mungkin aku bisa mati” Ve mendekat kearah Kinal, berbicara tepat didepan wajah gadis itu. Nafas harumnya menyentuh kulit wajah Kinal

“Kinay, sentuh aku lagi. Aku tak akan pernah letih bila kau yang melakukannya. Jamah aku, sentuh bagian-bagian ternikmat yang aku yakin sudah kau ketahui titiknya” Ve berbisik pada telinga Kinal, tangan kanannya mengelus paha sebelah kiri dalam milik Kinal, kemudian tangan kirinya meraba-raba wajah gadis itu. Kinal tak tahan akan godaan Ve, dibukanya matanya kemudian ditatapnya tajam mata Ve.

“jangan membangunkan singa yang sedang tidur sayang” dia memperingatkan Ve, gadis itu kemudian berjalan kearah ranjang yang tidak terlalu jauh dari tempat Kinal melakukan yoga.
“malah aku sangat bahagia bila sang singa bangun dan bersenang-senang denganku” Ve menurunkan tali tanktopnya yang berwarna merah menawan. Membuat Kinal menelan air liurnya, lalu dengan satu tangan diisyaratkannya Kinal untuk mendekatinya, namun gadis itu menggeleng masih tetap dengan pendiriannya, dia tak ingin Ve lagi-lagi merusak rutinitas yoganya karena ulah kekasihnya yang nakal itu.

“jadi, kau menolak santapan makan malammu yang lezat ini tuan singa yang gagah perkasa?” Ve berkacak pinggang membuat Kinal terkikik, namun gadis itu tak kunjung bergerak dari posisinya. Sialnya, Ve adalah gadis yang pantang menyerah. Dibukanya tanktopnya hingga menyisakan bra hitam miliknya, perlakuannya membuat Kinal segera membuang pandangannya. Ve mengerutkan keningnya kemudian dia berjalan kearah Kinal dan dengan seenaknya duduk dipangkuan gadis itu dengan posisi mereka yang berhadapan, kini wajah Kinal tepat berada didepan dadanya

“mengapa singa yang satu ini begitu gengsi hanya untuk menyantap makan malamnya?” Ve menarik wajah Kinal. Posisi ini yang sangat disukainya, didekatkan wajahnya hingga bibirnya menyentuh bibir Kinal. Dikulumnya bibir gadis berotot itu hingga dia mengeluarkan desahan beratnya. Ve tesenyum saat mengetahui bahwa singanya kini telah masuk kedalam perangkapnya. Dilepasnya ciuman itu tiba-tiba, membuat Kinal tanpa sengaja mengerang tak setuju. Ve berlari kecil kearah ranjang.
“selamat tidur singaku yang gagah perkasa” Ve menyembunyikan tubuhnya dibalik selimut, senyuman licik terpancar dari wajahnya. Dalam hati dia menghitung mundur

Tiga…

Dua…

Satu…

SRET

Kinal menarik selimut yang menutupi tubuhnya, Ve tersenyum puas karena pekerjaannya berhasil dengan sempurna.


“berhenti mempermainkanku My Angel” tanpa aba-aba Kinal menindih badan Ve dan mencium bibirnya penuh gairah, seperti tak akan ada lagi hari esok untuk mereka, tangan Kinal mulai bergerilya menjelajahi tubuh gadis dibawahnya. Perlahan tangannya meraih pengait bra Ve dan meloloskannya hingga kini terpampang pemandangan terindah yang sangat disukai oleh Kinal. Malampun menjadi saksi bisu nafsu birahi yang mereka miliki, atas nama cinta Ve memberikan seluruhnya kepada Kinal, tak ingin memikirkan hari esok karena hari ini hanya milik mereka berdua.


***

Jessica Veranda
KINAL POV
Aku menggenggam sebuah kertas tebal, kuhayati dengan seksama wajah gadis didalam kertas ini. Gadis ini terlihat sangat cantik dan menawan, bak bidadari. Dengan balutan baju pengantin sederhana namun membuatnya tampak begitu seksi. Namun, sesuatu mengganggu pemandanganku. Gadis ini tidak sendiri, ada sebuah lengan kekar yang melingkari pinggangnya, tersenyum manis kearah kamera. Mereka tampak serasi, saaangat serasi. Bahkan jika aku berkhayal berada dalam posisi lelaki itu aku tak yakin foto ini akan terlihat seindah ini dimata orang-orang.

Gadisku akan melaksanakan pernikahannya pagi nanti. Undangan ini diberikannya seminggu sebelum hari ini, masih kuingat ekspresi bahagianya, saat impiannya selangkah lagi akan tercapai. Dia sudah memberitahuku tentang pernikahan ini bahkan sebelum aku menjadi pacarnya. Jika ada orang yang patut disalahkan dalam hal ini adalah aku. Aku yang meminta sekaligus meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja jika dia memberanikan diri untuk sekedar menikmati indahnya cinta bersamaku sebelum dia menjadi milik lelakinya itu kelak. Dia menyanggupinya. Dan disinilah aku sekarang, diatas ranjang tempat biasa kami membagi cinta, menggenggam sebuah undangan dan segelas wine yang sudah ntah tegukan keberapa. Aku tak ingin bodoh, bukan mencari pelarian, lagi pula aku sudah berjanji kepadanya untuk tidak melakukan hal-hal bodoh bila nanti akan dekat hari pernikahannya. Aku hanya ingin menikmati kesedihanku sendirian, dan kurasa wine adalah teman yang tepat. Tenang saja, aku juga sudah berjanji pada diriku sendiri untuk menjaga porsi minumanku agar tidak mabuk.

Flashback
“ini” Ve memberikan selembar kertas dengan warna krem mendominasi. Didepannya terpampang jelas fotonya dan Marcel memakai baju pengantin. Aku tersenyum kemudian menerimanya lalu membuka undangan pernikahan itu. Wajah Ve terlihat begitu antusias memperhatikanku membaca setiap kata demi kata yang tertera didalamnya.
“Well, selamat ya Ve..” aku menutup undangan tersebut setelah selesai membaca sebagian tulisan didalamnya. Kuacak rambutnya, tangannya dengan cepat memperbaiki tatanan rambutnya yang sedikit berantakan akibat ulahku.

“kau akan datang kan?” Ve menatapku dengan penuh harap. Aku tak tau, apa hatiku cukup kuat untuk melihatnya bersanding dengan lelaki lain diatas altar nanti? Jujur, aku sangat menginginkan posisi Marcel itu. Namun apa yang aku bisa? Tak ada.
“Kinal…” panggilnya sambil menggenggam tanganku, kutatap matanya, dalam diam berharap dia memahami perasaanku “aku harap kau datang. Aku ingin melihatmu dihari bahagiaku” Ve meletakkan punggung tanganku pada pipinya.
“Ve… a-aku…” kualihkan pandanganku kearah lain, tak lagi mampu menatap mata indahnya yang aku tau mampu menyihirku hanya dengan satu kedipan “a-aku akan datang jika tidak ada pekerjaan”

“tak bisakah kau meninggalkan pekerjaanmu itu sebentar saja? Hanya untuk melihatku diatas pelaminan? Sekedar menyalamku dan mengucapkan kata selamat? Tidak bisakah Kinal?” Ve menangkupkan tangannya pada kedua pipiku, memaksaku menatapnya
“a-aku usahakan Ve” aku tak tau, ekspresi seperti apa yang sekarang terlukis diwajahku, namun seketika kulihat air muka Ve berubah. Wajahnya sendu dan matanya berkaca-kaca.

“aku… aku hanya ingin kau melihatku dengan gaun pengantinku Kinal…” suaranya mulai bergetar “aku hanya ingin kau menilai cantikkah aku pada hari itu? Aku hanya ingin tau pandanganmu terhadap tatanan busanaku, make up dan hair style ku yang sering kau lakukan jika kita sedang kencan. Anggap saja itu hadiah pernikahan untukku sayang…” Ve meneteskan setetes cairan bening yang kemudian jatuh membasahi pipinya. Aku membuang kembali pandanganku. Apa yang harus aku lakukan sekarang?

“datanglah Nal, aku sangat mengharapkan kedatanganmu…” Ve terisak “bukankah kau sangat ingin melihatku berbusana pengantin seperti yang dulu sering kau ceritakan? Bukankah kau menginginkan aku memakai gaun pengantin putih dan kau mengambil gambarku? Kumohon datanglah, ikutlah berbahagia bersamaku…”
Tak terasa rahangku mengeras, airmata terjun bebas melalui pipiku. Ve terlihat kaget, diusapnya cepat air mataku, namun cepat kutahan tangannya.

“disini sakit sayang, sakit…” kuarahkan tangannya tepat kearah yang kuyakini adalah rongga dari hatiku. Karena disitu terasa sangat sakit. Ve menangis, tersedu hingga sesenggukan.
“m-maaf….” dia berusaha mengucapkan disela tangisnya. Aku hanya menggeleng. Biarlah air mata ini yang menjadi saksi atas semua rasa cinta yang aku punya, rasa cinta yang tak pernah setengah-setengah kuberikan kepadanya. Beritahu aku perpisahan seperti apa yang tidak meninggalkan luka barang sedikitpun. Bisa kau bayangkan rasanya jadi aku? Aku rasa tidak.

“m-maafkan karena aku telah menyakitimu… maafkan aku Nal, harusnya aku bisa lebih jujur kepada Marcel, harusnya aku bisa bersikap tegas membatalkan pernikahan ini, harusnya aku bisa memperjuangkan-”
Ve terdiam, kata-katanya terhalang oleh bibirku yang kini telah menempel pada bibirnya. Kuhisap lembut bagian bawahnya saat melihat dia mulai memejamkan mata. Tak lama, karena aku tau kami tak akan terkendali jika ini terus dilanjutkan.

“berhenti menyalahkan dirimu Ve. Kau sudah berjanji kepada Marcel dan keluargamu untuk menikah dengannya jauh sebelum kau mengenal aku” kuelus pipinya, memahami setiap inci dari wajahnya yang sebenarnya sudah kuhapal mati “bukankah menikah dengan seorang lelaki adalah impianmu? Lagipula aku pasti akan lebih terluka jika orangnya bukan Marcel” aku tersenyum, kuhapus air mata yang masih tersisa di pipi Ve
“kau tau Ve?” aku menghela nafas sejenak sebelum melanjutkan perkataanku “aku tak pernah menyesal pernah memilikimu. Aku tak pernah menyesal pernah ada dalam sebuah kisah cinta bersamamu. Aku tak pernah menyesal mencintaimu hingga sesakit ini” kembali, air mata membasahi pipiku. Ve ikut menitikkan air mata lagi.

“kini, aku hanya akan berdoa untuk kebahagiaanmu. Meski disini begitu sakit” kutunjuk dadaku dengan tangan kananku

“sahabatku pernah berkata bahwa cinta tidak hanya menjanjikanmu sebuah kebahagiaan, namun juga sakit dan luka yang membuat bahagiamu menjadi begitu mahal harganya” aku tersenyum. Mengingat tampang sahabatku yang imut itu saat menceritakan masalahnya denganku. “dan aku percaya, Tuhan telah menitipkan kebahagiaan kepadaku, kini dia mengambilnya kembali untuk kudapat lagi kebahagiaan yang lebih mahal itu. Karena bahagia kita tidak harus bersama, bukan begitu?” aku mencoba tersenyum. Namun Ve terlalu jeli dan menangkap luka dalam senyumanku, tatapannya sendu, tidak terlihat mengasihani, namun ikut bersedih bersamaku.

“sudah, jangan menangis lagi sayang. Aku tak suka kau bersedih, impianmu tinggal selangkah lagi” kukecup keningnya. Kurebahkan tubuhku pada sandaran sofa.
“N-Nal…” Ve menyandarkan kepalanya pada bahuku.
“ya sayang?”
“kau ingat ini hari apa?”
Aku hanya mengangguk. Tentu saja aku ingat. Ini hari perjanjian. Hari dimana kami berjanji untuk terakhir kali bertemu sebagai seorang kekasih..
“nanti, dihari pernikahanku, berjanjilah bahwa tidak ada satupun dari kita berdua yang akan meneteskan airmata” lagi-lagi aku mengangguk tanpa suara. Ntah aku akan datang atau tidak.

“aku ingin selamanya seperti ini” Ve melingkarkan lengannya pada perutku. Tanganku telah berhasil dengan sempurna merengkuh bahunya.
“jangan menginginkan hal-hal yang tidak mungkin terjadi sayang, lagipula bukankah ini juga adalah impianmu? Belajarlah untuk bertanggung jawab atas semua ucapanmu” kuelus lembut rambutnya.
“ya, aku mengerti papi Kinal ” aku terkikik mendengar ledekannya. Kukecup puncak kepalanya
“Kinal…”
“hm?”

“jika kau sudah menemukan seseorang yang pantas untuk mendampingimu nanti, akankah kau mengundangku jika kau menikah juga?”
Aku tersenyum mendengar pertanyaannya. Jujur saja aku tidak punya pemikiran sama sekali tentang menikah-menikah itu. Namun aku tau dia tak akan tenang jika aku tidak kelihatan seperti ingin melanjutkan hidup normalku.
“tentu saja” jawabku singkat, aku sendiri tak tau kapan aku akan menikah.
“janji?” Ve menegakkan tubuhnya kemudian menghadap kearahku, diulurkannya kelingkingnya kearahku, kusambut tanpa ragu. Gadis itu kembali merebahkan kepalanya pada bahuku

“Ve…” kali ini giliranku
“ya sayang?”
“kumohon kau menjawab pertanyaanku dengan jujur”
“apa itu?” Ve memainkan jemariku
“cintakah kau kepada Marcel seperti kau juga mencintaiku?” kuloloskan pertanyaan yang selama ini kupendam dalam pikiranku. Tak ingin mengetahui jawabannya karena aku takut jawabannya akan membuatku hancur. Namun kali ini kupikir sudah saatnya aku mengetahui perasaannya yang sebenarnya. Ve masih terdiam beberapa saat sebelum dia berdeham membersihkan kerongkongannya.

“aku mencintaimu Nal”
“kau tau, bukan itu yang kumaksud”
“a-aku…” nadanya terdengar ragu
“jawablah, apapun itu” kubantu dia meyakinkan hatinya
“a-aku memang pernah jatuh cinta pada Marcel. Tapi mungkin kini cinta itu hanya sebuah beban janji yang sudah kuucapkan kepadanya dan keluarga kami” kudengar nada ragu dari ucapannya.

“tatap aku Ve” kutegakkan tubuhnya dan mengarahkannya agar menghadap kearahku “apakah kau mencintai seseorang yang akan menjadi suamimu itu sama seperti mencintai seseorang yang akan menjadi mantan kekasihmu ini?” kutatap lekat manik matanya, mencari kebenaran disetiap ucapannya. Lama dia terdiam sampai akhirnya dia memelukku.
“aku mencintaimu, ketahuilah itu” hanya itu, yang mampu diucapkannya untuk sebuah pertanyaan yang sudah lama mengganggu pikiranku. Kini, aku mengerti dengan perasaannya. Tak akan ada lagi keraguan untuk melepaskannya.

Kulepaskan pelukanku, kutatap wajahnya sekilas kemudian memberinya senyum terbaikku sebelum akhirnya kucium keningnya
“pergilah, kini aku melepaskanmu dengan penuh kerelaan. Bahagialah dengan pilihanmu, raihlah impianmu. Ingat untuk menemuiku sepuluh tahun lagi” air mata menggenangi pelupuk mataku saat mengucapkan hal itu. Ve malah sudah menumpahkan air matanya. Dipeluknya aku erat, sangat erat seakan takut bahwa pelukan itu akan terlepas.
  
*flashback end*

***

AUTHOR POV
Kembali, diyakinkannya hatinya untuk memasuki sebuah hall megah yang kini berada tepat dihadapannya. Dari pintu masuk yang sangat besar itu bisa dilihatnya sebuah poster yang juga sangat besar terpampang disana. Foto yang menunjukkan sosok gadis yang dilihatnya pada undangan tadi. Digenggamnya erat sebuah benda berbentuk persegi panjang itu. Benda itu cukup tebal untuk bisa dihancurkan oleh Kinal karena dia menggenggamnya terlalu erat.

Kinal melangkahkan kakinya dengan mantap kedalam hall yang sedang sangat ramai itu. Ve memang mengadakan pesta besar-besaran untuk pernikahannya karena Marcel adalah anak tunggal dan Ayahnya pengusaha besar di Indonesia. Kinal menatap lurus kedepan. Disebuah kursi megah, bak kursi kerajaan yang ditempati oleh sepasang raja dan ratu. Marcel terlihat begitu gagah dengan tuxedo putihnya, ketampanannya terlihat sempurna saat sebuah tangan melingkar indah pada lengannya. Gadis itu mengenakan gaun pengantin berwarna putih yang terlihat begitu glamour, dengan sebucket bunga pengantin ditangannya. Kinal mengerutkan keningnya. Biasanya bunga itu akan diberikan saat kedua pengantin selesai diberkati dan pengantin perempuan akan melemparkannya kepada teman-temannya yang belum menikah. Kini Kinal yakin dia sudah tertinggal beberapa acara karena hari yang sudah cukup sore namun tamu mereka tak kunjung berkurang. Hanya silih berganti dalam jumlah yang besar.

Tidak, tidak disini Nal! Jangan bodoh!


Kinal menggeleng-gelengkan kepalanya saat dirasanya airmata mulai menggenang dipelupuk matanya. Dikeraskan rahangnya, berharap dengan itu airmata tak lagi menghiasi pelupuknya.
-Tebece-
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Minta pendapatnya dong dikolom komentar,
Terimakasih banyak sudah membaca :)

-Kang BeCak-
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Oh iya, kalau ada yang ngerasa pernah baca cerita ini dengan cast lain.
Kang BeCak gak jiplak. Dia sudah izin dengan authornya.
Sekali lagi, SUDAH IZIN.

Mohon maaf, kalau ada yang ngerasa gimana gitu...
gw juga baru tau, dan baru dikabarin tadi -_-)/
Sekali lagi, ini udah izin ya...
-JuriMayu14-

4 comments: