Thursday, May 14, 2015

BeShanan Sounds Good - Part 0

Haloha halo~~ Ada FF baru nih~
Eits, tapi ini bukan FF JKT48 biarpun ada nama bos couple disini.
Lalu? Ini FF apa dong? Ini FF BeShanan, ff yang menggambarkan suasana grup line BeShanan.

Serius? Iya, serius.
Tapi, agar drama nya lebih kerasa. Member BeShanan terpaksa gender bender wkwk
Dan yak beberapa hal *bahkan banyak* mungkin tidak sesuai kenyataan. ahahah.
Ya begitulah, yaudahlah. langsung aja nih~ met baca~

BeShanan Sounds Good

Gambar ini buatan Falah, salah satu anak BeShanan :D
Part 0
Halo nama gw Jo, cowok remaja kelas 1 SMA di sebuah SMA di Jakarta. Gw hidup dan tinggal di sebuah perumahan yang kami sebut BeShanan Dorm. Kami? Iya. Kami. Anak-anak jalanan yang tidak terurus, anak-anak yatim-piatu yang memang sudah tidak mempunyai orang tua, bahkan ada yang sengaja di tentarkan orang tua-nya. Hmm? Kalau aku masuk yang mana, ya? Entahlah aku sudah tak mau mengingatnya. Yang pasti, aku bahagia bisa dirawat dan diasuh oleh Pak Boby dan Bu Shania sejak 3 tahun yang lalu.
Siapa mereka? Mereka ada pemilik BeShanan Dorm ini. Pasangan suami istri yang mengasuh kami. Pak Boby Chaesar adalah Pengusaha yang sangat sukses. Sementara Bu Shania Junianatha yang kadang dipanggul Tante Shanju oleh kami, adalah mantan model kenamaan di Combsnesia Indonesia. Awalnya mereka hanya mengadopsi dua orang kakak-beradik untuk ‘pancingan’. Karena setelah 10 tahun menikah, mereka tak kunjung dikaruniai anak.
Tapi tak lama setelah itu, ternyata mereka dikaruniai seorang putri cantik yang kini sudah besar dan duduk dibangku SMP. Ratu Vienny Anadilla atau yang akrab dipanggil Viny atau Inyi. Gadis cantik yang memiliki kegiatan lain sebagai member dari Idol Group JKT48. Emm? Kenapa jadi bahas Viny? Back to topic!
Setelah VIny lahir, ternyata Pak Boby dan Bu Shania yang memiliki jiwa social yang sangat tinggi, tetap membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan. Dari segi apapun. Terutama anak-anak. Atas dasar semua itulah, akhirnya Pak Boby dan Bu Shania mendirikan panti ini dan menampung kami. Tapi, karena tidak mau berkesan seperti panti asuhan, maka dari itu beliau dan kami sepakat menyebutnya sebagai dorm. Begitulah kira-kira.
PLAK!!
“Aw!” Tiba-tiba seseorang memukul punggungku. Aku yang sedang melamun dari tadi langsung menoleh kebelakang.
Sambil tersenyum dia bilang padaku~ itu hanyalah gosip yang tidak beralasan~ Ngene menatapku dengan pandangan tak berdosa. Seakan dia tidak melakukan sesuatu yang menyebalkan barusan.
“Aoaab sih, Ne?”
“Lu yang aspaan?! Bengong aja. Mikirin YME, ya?”
Dasar Ngene respuker! Ada-ada aja. Orang gw lagi ngobrol sama reader juga! Ngene ini teman sekamarku. Nama aslinya Nino. Biar dia ini sholeh dan pinter, tapi dengan kelakuannya yang nyeleneh, nama “Nino” itu terlalu keren buat dia. Akhirnya dia buat nama panggilan yang bisa diterima semua penghuni (?) dorm. Yaitu, “Ngene”.
“Udah ah, gw mau pergi.”
“Kemana?”
“Keliling.”
“Ngapain?”
“Banyak tanya lu, Ne. Rusuh! Gw mau ngenalin anggota BeShanan nih ke reader!
Tanpa memperdulikan Ngene, aku pergi dari tempatku melamun. Pergi berkeliling Dorm yang seperti kos-kos-an ini. Atau asrama? Atau malah kaya rumah susun? Terserahlah mau dianggap apa. Aku terus berjalan sampai langkahku terhenti karena pemandangan yang ada. Jauh di bawah sana, kulihat dirinya. Dia, si gadis yang jauh lebih tua diatasku. Senyumannya yang begitu merekah terpampang di wajahnya. Tapi, dia tidak seorang diri. Dia duduk bersama laki-laki lain dan bercanda tawa dengan girangnya. Laki-laki yang merupakan sahabatku sendiri. Miris.
Aku masih tersenyum miris memandangi keduanya. Sampai kulihat dari arah tangga, Kak Rui sambil memakan pocky menaiki tangga dan semakin mendekat padaku.
“Eh, admin VeSanctuary. Ngapain ngelamun disitu? Lagi bejo lu, ya? Masih siang Jo. Tobat.”
“Jadi begini….. begitu.” Jawabku asal, memilih tidak menanggapi pertanyaan ngawur kakak kelasku itu.
“Au ah. Udah ah gw mau ke kamar.”
“Kak dapet sticker Stella, gak?”
“Ngawur lu! Gw dapet Kinal lagi nih. Kapan gw dapet BebNju-nya, nih? Pocky-nya bala betul kayak elo.” Sialan nih orang emang.
Kak Rui tertawa begitu puas sambil pergi menjauh dariku. Aku menatap punggungnya, biar mesumnya gilanya gak ketolongan, terkadang aku bisa liat banyaknya beban yang dipikul Kak Rui di pundaknya. Entahlah beban apa itu. Ahh, bicara soal Kak Rui. Kak Rui dan adiknya adalah anak yang di adopsi paling pertama dulu oleh Pak Boby dan Bu Shania.
Sama seperti Ngene, Rui itu bukan nama aslinya. Nama asli Kak Rui itu Dewa. Entah bagaimana dan karena apa, Kak Rui memperkenalkan diri kepada kami semua sebagai ‘Rui’. Sebagian penghuni menganggapnya sebagai ‘ketua’ bahkan ada yang memanggilnya “Pak Lurah” atau bahkan “Boss”. Mungkin karena menghormati atau menghargai Kak Rui yang memang ‘anak’ pertama Pak Boby-Bu Shania. Entahlah. Yang aku tahu sih, Kak Rui tidak ingin dianggap dia itu ‘ketua’.
Aku berjalan menuruni tangga, nyaris saja aku bertabrakan dengan anak-anak dari Geng Bocil. Bocah licik eh cilik. Sebutan kami untuk anak-anak Dorm sini yang masih SD. Aku terus berjalan, mendekati Okta. Sahabat karibku. Yang sedang sibuk dengan sketchbook-nya. Okta yang kadang dipanggil Yuu ini adik kandung Kak Rui. Yuu itu nama bekennya. Adik-kakak sama aja emang.
Disampingnya dengan tanpa berdosanya, dirinya menganggu. Mengganggu kegiatan yang sedang Okta lakukan. Eh tapi ngapa aku yang keganggu sih? Okta yang diganggu aja terima. Mungkin karena mereka pacaran. Hah sudahlah tak usah dibahas. Membuatku sakit saja. Dengan usilnya aku langsung meloncat dan duduk diantara mereka. Semoga tidak merusak karya yang sedang dibuat Okta, deh.
“Ngapain sih lo, Jo!” Protesnya sambil mendorongku, dan…
BUGH!
Tentu saja aku jadi terjatuh dan menyentuh tanah.
“Tante jahat banget sama gw.” Ucapku sambil mengelus-elus tanganku dan berpura-pura kesakitan.
“Abis lo ngajak tubir mulu, sih!”
Pfft. Maaf deh. Karena cuman itu caraku mendapatkan perhatianmu. Si Tante. Ahahaha. Btw, jangan berpikir dia itu beneran tante-tante. Dia itu masih SMA sebenernya. Seangkatan dengan Kak Rui. Nama aslinya Desy. Iya, itu namanya. Sebagian dari kami memanggilnya Cidey. Tapi, sebagian besar memanggilnya Tante. Bukan karena tampangnya yang keliatan tua dari umurnya, tapi karena dia galak. Katanya sih gitu. Tapi emang iya. Respuker.
Aku lalu duduk di sebelah kanan Okta. Memperhatikan sketsa yang sedang dibuatnya. Begitu indah. Ya, sahabatku ini emang serba bisa kalau berurusan dengan sesuatu yang berbau seni. Sayangnya otaknya di sesatkan dengan sang kakak yang beleguk.
“Serius amat, Ta. Gambar apa?”
“Suka-suka Okta dong.” Jawab si tante-tante itu dengan ketus.
“Santai dong Cidey. Lagian gw nanya ke Okta bukan elu.”
“Biarin dong.”
Karena hal itu, aku dan Cidey-pun akhirnya tubir alias ribut. Gak kok gak tonjok-tonjok-an cuman adu mulut. Tapi berisik dan kurasa sangat-sangat mengganggu Okta yang duduk diantara kami. Sampai akhirnya, Okta yang jengah, melerai kami.
“Aduh. Udah apa, ya… bala banget sih T.T gak konsen nih.” Ucap Okta menengahi, aku dan Cidey-pun diam. Walau masih ledek-ledekan dengan suara yang sangatttt pelan. Kulihat Okta hanya menggeleng.
Kembali kuperhatikan sketsa yang dibuat Okta. Dia membuat gambar wajah seseorang. Seseorang yang sangat dikenal baik oleh kami bertiga, seluruh penghuni dan bahkan masyarakat luas. Tentu saja, karena Okta sedang menggambar wajah Viny.
“Gambar Viny, Ta?”
“Bukan. Stella.” Jawab Cidey. Bodo amat.
“Iya Jo. Viny kan mau ultah, jadi gw mau bikinin dia gambar sebagai kado.” Aku hanya menggangguk tanda mengiyakan dan ber-hoo ria.
Aku memandangi langit cerah diatas sana. Eh? Bisa ngeliat langit? Iya, aku –bersama Okta dan Cidey- ini lagi di taman, jadi gak usah heran. Di dekat air mancur yang berada di tengah taman, kulihat Geng Bocil sedang bermain kejar-kejaran. Daritadi kejar-kejaran mulu gak ada capeknya. Mungkin mereka sedang latihan untuk masa depan saat saling mengenal cinta. Siap-siap untuk mengejar dan dikejar. Aoaab.
Tiba-tiba salah satu dari mereka terjatuh, kesandung kakinya sendiri. Bergo dasar. Beberapa detik, itu bocah hanya diam. Belum bangkit dari tempatnya jatuh. Yakin, setelah ini dia akan lari ke arah kami bertiga sambil menangis. Liat aja nih.
3… Dia bangkit.
2… Menatap ke arah Cidey.
1… Lari lalu memeluk Cidey.
“Mamiiiiiiii!!!” Teriaknya sambil menangis ke arah Cidey, lalu memeluk Cidey. Kagetkan si Tante yang daritadi hanya konsentrasi dengan Okta.
Tuh kan. Ck. Dasar bocah.
“Ehh?? Falah kenapa nangis?? Diapain sama Jo??” Aoaab! Gw daritadi duduk disini juga.
“Falah kesandung tadi. Sakit.” Cih, kesandung kaki sendiri juga. Bergo. Eh tapi gak apa-apa dia jawab jujur, daripada dia jawab karena gw.
Kuperhatikan 3 anak sisa Geng Bocil lainnya. Setelah kejadian itu, mereka hanya diam di tempat. Kulirik si Falah yang masih menangis di pelukan Cidey. Falah ini anak yang paling manja. Padahal dia laki-laki. Didikan Cidey emang gak bener. Falah ini menanggap Okta dan Cidey itu papi-maminya. Katanya sih karena Cidey wajahnya mirip mami aslinya. Pfft tua dong wkwk.
Kulirik lagi kembali 3 anak Geng Bocil lainnya itu. Andrew *bukan Andela di ff PH ya* ini bocah laki kayak Falah. Tapi berbanding terbalik dari Falah yang manja, Andrew sifatnya jail bin usil. Disebelahnya ada Faris. Faris ini cewek loh, nama lengkapnya ya begitulah (?). Tapi karena kepanjangan, jadinya dipanggil Faris aja. Dia pendiam, suka membaca. Tapi kalau urusan makanan apalagi sate padang dia berisik. Dan yang terakhir Alya. Dia ini primadona-nya (?) Geng Bocil. Mungkin karena dia yang paling feminim *jika dibanding Faris*.
Aku bangkit dari tempatku duduk. Ingin berkeliling lagi. Okta yang sedang sibuk tidak menahanku, kalau Cidey? Ahh diamah tidak peduli. Apalagi Falah masih menangis di pelukannya. Aku berjalan ke bagian depan, kulihat Geng Tua sedang duduk-duduk di depan baliho (?) yang kami miliki. Geng Tua yang kumaksud ini mereka yang sudah kuliah.
Mereka duduk sambil membuka laptop, buku-buku, dan berbagai kertas berserakan. Mereka katanya mau buka usaha kafe kecil-kecilan gitu biar gak nyusahin Pak Boby dan Bu Shania terus. Sepertinya memang sedang rapat. Kelihatannya Bang Mar yang sedang memimpin rapatnya. Bang Mar itu suka sekali yang bau-bau misteri, makanya kadang kami memanggilnya Detektif.
Di depan Bang Mar ada Bang Nopal, Bang Pertak, Kak Lisa, Kak Dwie, Kak Ifa, Kak Ohin dan yang gak boleh ketinggalan adalah Bang Randi dan Kak Vivian. Pasangan yang nempel mulu kayak perangko. Kulihat ada dua orang yang tak ada… aku mendekat, berjalan ke belakang Kak Ifa.
“Kak. Kak Rum kok gak ada?” Tanyaku pelan. Kulihat Bang Mar melirikku sekilas.
Kak Ifa menoleh dan berbisik. “Lagi sama Danti, biasa.” Aku hanya mengangguk lalu melipir dengan xaxuga dari mereka.
Aku berjalan menuju ke ruangan yang menyambungkan rumah para pria dan para gadis tidur. Iya, rumah kami dibedakan untuk para lelaki dan perempuannya. Bahaya dong kalau disatuiin kan. Walau keluarga gimanapun kita semua tidak sedarah. Saat aku masuk, aku langsung disambut dengan suara teriakan mirip chant fans JKT48.
Duduk sambil memandangi TV yang disambungkan dengan laptop, para gadis di BeShanan Dorm ini begitu asik menonton video konser JKT48. Ada Kak Rum yang juga ikut nonton. Duduk di sofa sambil memainkan HPnya dan bercanda tawa dengan Danti. Pasti lagi ngomongin GreMids tuh dua orang. Dasar comblang.
Saat aku ingin mendekati Kak Rum, Kak Mega si Ibu Lurah kami yang tiba-tiba muncul dari dalam itu mencuri perhatianku. Terlihat terburu-buru sekali.
“Ngapain lo disini?” Tanyanya ketus.
“Santai aja kali, Ma.”
“Mama, mama. Gw bukan mak lo.”
“Kak Mega ngapain masih disini? Gak ikut rapat sama Bang Mar?”
“Ini juga gw mau kesana. Rum! Yuk jalan.” Panggil Kak Mega pada Kak Rum.
“Pergi dulu Jo bala.” Ucap Kak Rum. Keduanya langsung pergi tinggalkan aku.
Aku kembali mendekati Danti, lalu duduk di sebelahnya. Anak yang masih SMP ini langsung melirikku dengan tatapan herannya lalu kembali sibuk dengan HPnya. Ngapain sih nih anak? Pasti lagi ngestalk-in couple-couple di JKT. Kucoba intip HPnya. Tuh kan bener!! Dia sedang membuka twitter dan sedang mencek akun Gracia yang tadi kulihat sempat berinteraksi dengan Hamids. Dasar mafia comblang.
“Dan, gak balain Indah lagi?”
“Gak ah. Om Jo aja. Males! Aku jadi tumbal mulu.” Ucapnya bete. Wajahnya terlihat ditekuk.
“Gitu aja ngambek deh. Jangan dong~” Ucapku sambil ngunyel-ngunyel (?) pipinya yang tembem dan menggemaskan seperti bakpau itu.
“Aspaan sih Om Jo!!”
“Jangan ngambek makannya, kan bentar lagi MVP.”
“Ihh!! Aku gak pernah teateran!!”
“Bohong.” Kulihat Danti ngambek lagi. Ahaha. Sungguh menggemaskan.
Aku memperhatikan lagi para gadis lainnya yang sedang menonton. Tunggu sebenernya mereka nonton gak sih? -___-a Kayaknya lebih cocok dibilang kalau mereka yang ditontonin deh. Cuman Inas, si gadis SMP asal Kudus yang menontonnya. Disampingnya Anggy dan Abil dua gadis berhijab kami sibuk dengan laptop mereka sendiri. Menonton Anime. Sementara di kiri Inas, Ann sibuk juga dengan HPnya. Dasar makhluk-makhluk respuker.
Sudahlah, mungkin harus ganti POV, biar gak bosen~ next~ #SaatnyaJoPengsiun
~Jo’s POV End~
~Okta’s POV~
Aku berjalan menyusuri bagian rumah besar ini. Rumah yang aku tinggali selama seumur hidupku hingga aku kelas 1 SMA ini. Aku berkeliling mencari inspirasi. Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku. Saat aku menoleh terlihat ada Kak David disana.
“Sorry Yuu kalau ngagetin.”
“Gak apa-apa, kok. Kenapa Kak?”
“Rui ada di kamarnya?”
“Ada kok, Kak.”
“Okelah, gw sama Evan mau kesana. Thanks, Yuu.” Aku hanya mengangguk sambil memandangi punggung Kak David yang kembali masuk ke kamarnya.
Kak David dan Kak Evan tidur di satu kamar, keduanya adalah sohib kakakku. Ya begitulah kira-kira. Aku melanjutkan kembali perjalananku. Mengengelilingi kamar-kamar yang ada di lantai 1 ini. Namun, baru beberapa langkah, aku dihentikan lagi oleh panggilan seseorang.
“Yuu!” Aku menoleh mencari sumber suara. Ternyata Kak Dion yang berdiri di ambang pintu kamarnya yang memanggilku. Aku berjalan mendekat kepadanya.
“Kenapa Kak?”
“Gak apa-apa. Manggil aja.”
“Bala lo, Di!” Komen Kak Agi yang muncul dari dalam, cukup mengagetkan.
“Suka-suka gw dong Ajis Gagap.”
“Seenaknya lo! Panggil gw, Agi! Atau gak Isco gitu.”
“Ogah amat gw manggil lo Isco! Sok keren lo!”
Lalu…. Terjadilah perang mulut antara Kak Dion dan Kak Agi duh -_- padahal pergi keliling buat cari inspirasi setelah otak bala karena tadi Jo sama Cidey tubir. Sekarang malah gantian disuguhin tubirnya Geng Gaple. Atau Gagal Player. Itu sebutan yang diberikan pada kakakku untuk Kak Dion, Kak Agi dan Kak Septian.
Kenapa mereka disebut begitu? Ya alasannya karena mereka mencoba jadi player, tapi gagal. Kak Dion ini coba deketin Kak Vivian, tapi selalu gagal karena terhalang Bang Randi. Mencoba menggoda yang lain tetep aja jatohnya jadi gagal modus. Atau gak ditanggapin. Lalu ada Kak Agi yang nama aslinya Azisko. Tapi minta dipanggilnya ‘Isco’ atau ‘Agi’. Dinamanya emang terdapat nama ‘Isco’ pemain bola asal Spanyol itu, sih. Tapi, ya buat sebagian besar penghuni Dorm, nama ‘Isco’ terlalu keren.
Sama seperti Kak Dion, Kak Agi ini sok ngincer sana-sini. Ngaku ke orang-orang sih sukanya sama Aikus, padahal sukanya sama Nabilah. Bukan. Bukan Nabilah JKT48 kok~ Tapi Nabilah penghuni Dorm juga. Aikus yang nama aslinya tidak kami ketahui ini seangkatan denganku. Sementara Nabilah, itu teman seangkatan Kak Agi dan Kak Dion. Terakhir, anggota Geng Gaple ada Kak Septian. Kerjaannya muncul-ilang-muncul. Agak menyeramkan juga.
Sudahlah, Ota lelah dengan semua drama ini. Aku berjalan pergi tak pedulikan dua orang itu yang memanggil-manggil namaku. Aku menulusuri koridor luas ini. Melewati kamar Kak Septian dengan adiknya, Fadhil. Ku intip sekilas, suara ricuh dari game PES begitu terdengar. Ah, yasudahlah~
Aku terus berjalan menuju perpustakaan rumah ini, lalu duduk di salah satu bangku. Kusenderkan punggungku. Ahh, begitu tenangnya disini~ Begitu sejuk dan damai tanpa drama buatan atau drama yang sebenarnya dalam hidup. Hanya ada anak-anak SMP yang kalem-kalem disini sepertinya sedang belajar bersama. Eh? Ada Aikus? Tidak jadi anak-anak kalem kalau begitu. Hahaha.
Aku meletakkan sketchbook-ku di meja yang ada dipanku. Membukanya, lalu melanjutkan pekerjaanku yang terbengkalai tadi. Ku ambil HPku untuk melihat foto Viny agar tidak terjadi kesalahan sedikitpun. Aku tidak ingin kado untuk Viny yang sebentar lagi ulang tahun itu jadi lewat dari waktunya. Ganba Yuu!
Hmm? Apa? Aku mau lanjut gambar nih. Hah? Kalian curiga aku ada apa-apa dengan Viny? Hey tidak ada apa-apa kok. Aku ini ‘anak’ kedua di keluarga yang sangatttttt besar ini. Dan Viny lahir setahun setelah Pak Boby dan Bu Shania mengadopsiku dan Kak Ui –panggilan akrabku untuk kakakku-.
Jadi, wajar saja kalau Viny dekat denganku, umur kami juga hanya beda satu tahun. Tapi, aku dan dia tidak akan macam-macam. Aku kan sudah punya Cidey. Lagian, Viny itu member JKT48 yang super sibuk. Peraturan JKT48 juga tidak memperbolehkan membernya untuk pacaran. Jadi, ya begitu /?
Ah sudahlah jadi ngelanturkan. Pindah POV ke Cidey aja, ya? Ota mau gambar. Dah.
~Okta’s POV End~
~Cidey’s POV~
Setelah menenangkan Falah yang menangis. Aku mengembalikannya (?) pada teman-temannya. Mereka kembali bermain. Melanjutkan permainan mereka yang tertunda. Aku tersenyum saat melihat mereka. Keempatnya terlihat begitu bahagia. Anak-anak kecil yang hidupnya bahagia tanpa ada beban atau masalah-masalah kehidupan yang ada.
Aku terus memandangi mereka, dua orang cowok dan dua orang cewek. Dalam hati ini aku berharap, saat mereka besar tidak ada masalah cinta yang menodai persahabatan mereka. Seperti yang aku alami saat ini. Hah. Aku menghela nafasku. Hanya berpura-pura bodoh tidak mengetahui perasaan Jo. Aku tahu. Tapi aku harus bagaimana? Menjauhi Jo? Tidak mungkin. Bagaimanapun kami keluarga.
Lagipula, kalau itu terjadi… Apa seluruh penghuni Dorm tidak akan curiga? Terutama Ota. Aku tidak tahu, apa Ota tau mengenai perasaan Jo atau tidak… Satu sisi aku berharap tidak, tapi di satu sisi aku berharap dia tahu. Aneh, ya? Ahahaha!
Bala deh bala. Eh ngomong-ngomong soal Ota. Kalian mau tau satu hal? Viny itu suka sama Ota. Aku serius! Di ff ini ajasih, aslinya mah Ota yang suka ma Viny. Tapi, sekali lagi Ota memang tidak peka. Dia pekanya cuman sama desainnya doang. HufftDey. Awalnya aku juga tidak sadar, tapi melihat perlakuan Viny pada Ota aku sadar, kelakuannya tidak hanya sekadar adik yang cari perhatian pada kakak. Tapi, seorang perempuan pada laki-laki.
Kadang aku cemburu, tapi malu rasanya diri ini kalau cemburu sama anak SMP -__- tapi itu yang terjadi! Ahhh *tidak dibaca dengan gaya VN vIahh~ ya* bagaimana dong? Abis Ota terkadang juga memperhatikannya lebih. Bilangnya sih karena Viny itu adik sendiri. Iya, aku tau. Ota dan Viny mengenal jauh lebih lama dibandingkan Ota denganku. Tapi, tetap saja. Kadang aku takut, perasaan kagum dan sayang Ota pada Viny berubah.
Aku menyenderkan badanku pada bangku yang sedari tadi aku duduki. Rasanya masa depan kami semua masih panjang. Kadang hal tentang cinta ini juga tidak penting dan seharusnya menganggu kami. Tapi, kenapa terus-terusan mengusik pikiranku ini? Apa karena kami yang hidup di bawah atap yang sama??
Tau amat ah. Pusing pala Desy.
~Cidey’s POV End~
Begitulah kira-kira keadaan yang ada di BeShanan Dorm. Dalam sebuah panggung kehidupan pastii banyak drama yang terjadi. Drama yang tercipta dengan disengaja atau bahkan tanpa sengaja. Sebuah realita kehidupan yang harus dijalani oleh mereka semua.
Masalah cinta segitiga antara ketiga sahabat itu bukanlah masalah satu-satunya yang menimpa keluarga besar tersebut. Namun, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Tinggal bagaimana mereka mendiskusikan dan menyelesaikan semuanya pada akhirnya.
Tapi, apa masing-masing dari mereka mampu dan berani mengatakan kebeneran yang hanya mereka pendam dalam hati itu?
TBC
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ahahaha, gimana nax BeShanan? wkwk
Semoga suka deh, ini di CC in ke bos dan bu bos gimana? Wkwk

Betewe kalau ada yang gak puas dan gak suka langsung komen aja.
Mumpung belom jauh. Thx
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m

-Jurimayu14-

2 comments: