Sontoloyo emang, gegara DoA part 6 :v
Nih OS BebKwek~ Tapi ya maaf kalau ceritanya ngablu dan BebKwek-nya OOC (out of character). Yang penting kan NC nya *salah!! *dikepruk
Btw, idenya muncul gegara lagu Jangan Bilang siapa-siapa-nya Ratu. wkwk. Yaudah ah~
Warning, this fanfic not for child.
Ada unsur 18++ dan adegan smut.
Untuk yang di bawah umur tolong tidak membacanya.
Sekali lagi. Saya udah peringatkan. Resiko ditanggung sendiri.
Jangan Bilang Siapa-siapa (BebKwek)
BebKwek :3 |
Nama aku Elaine, gadis bertubuh
mungil yang seringkali di duga dan kira masih anak SMA oleh orang-orang yang
baru pertama kali bertemu denganku. Aku menghela nafasku. Hah. Padahal aku ini
sudah lulus kuliah. Iya, lulus kuliah!
Tapi, banyak yang tidak percaya.
Katanya sih karena wajahku yang imut membuat orang makin salah paham. Tapi,
begitu mereka tahu umurku yang sebenarnya, mereka pasti terkejut. Mungkin aku
ini awet muda karena bergaul dengan para juniorku? Mungkin saja.
Bicara soal juniorku, aku sudah
hampir sejam menunggu mereka di restoran ini. Kemana mereka? Kebiasaan buruk.
Aku bahkan sudah minum dan makan. Kulihat HPku, ada chat Line dari mereka,
katanya mereka terjebak kelas tambahan. Hmm baiklah.
Aku masih menunggu mereka sambil
mengaduk-aduk jus Melon-ku yang sudah tinggal sedikit. Tiba-tiba di meja
depanku, seorang gadis tomboy mencuri perhatianku. Dia duduk dengan emosi yang
tergambar jelas di wajah kekanakannya. Aku terus memperhatikan dirinya yang ada
dihadapanku itu. Dia terlihat gusar sambil sesekali menatap layar
smartphone-nya.
Tiba-tiba, mata yang tertutupi
kaca mata itu menatapku balik. Tatapan matanya tajam, begitu membiusku.
Melelehkanku. Akupun tersenyum padanya. Aku berikan senyuman termanis. Senyuman
yang kata mereka dapat menaklukan hati siapapun, baik pria atau wanita. Kami
masih saling bertatapan dalam diam sampai akhirnya aku menunduk.
Dalam hati aku menghitung mundur,
kalau mereka benar, dalam hitungan 5 detik, gadis ini akan…
5…
4…
3…
2…
“Sendirian aja?” Aku menoleh,
tersenyum dalam hati. Kutatap dirinya yang sudah berdiri di dekat mejaku.
“Keliatannya?” Tanyaku balik. Dia
tersenyum, ahh senyumannya begitu manis. Membuat pipinya jadi seperti bolong.
“Haha. Boleh duduk disini?”
Tanyanya kembali. Aku hanya menunduk. “Suka makan disini?” Tanyanya jelas
basa-basi.
“Jarang sih. Deket aja sama kampus
dulu, jadi kalau ketemuan sama junior disini.”
Dia mengangguk. “Kantorku juga
deket sini. Oh iya, aku Beby Chaesara.” Ungkapnya mengulurkan tangan “Nama kamu
siapa?” Aku? Kamu? Cepat sekali.
Dengan tersipu malu, aku menyambut
uluran tangannya. “Elaine Hartanto.” Jawabku sambil tersenyum kembal.
Gadis berambut pendek sebahu itu
tersenyum, masih dengan menggenggam tanganku. “Nama yang cantik dan manis kayak
orangnya. Hehe.” Hey, ini terlalu cepat Beby. Aku hanya tersenyum, dan tertawa
kecil.
Mudah. Sepertinya akan sangat
mudah.
Kami terus mengobrol. Ternyata
kami cepat cocoknya. Obrolan kami nyambung satu sama lain. Beby juga ternyata
orang yang gampang bergaul dan pintar untuk memulai obrolan. Kami bercanda tawa
sesekali sambil bersuap-suapan kentang goreng yang kami pesan untuk cemilan.
Seperti sudah kenal lama. Di tengah-tengah obrolan kami, dari belakang, kedua
juniorku di kampus menyapaku.
“Ci Elaine~~” Sapa keduanya.
Aku berdiri lalu berpelukan dengan
mereka.
“Itu siapa Ci yang lagi duduk?
Pacar?” Tanya Sofia –juniorku- sambil menatap Beby yang sedang menghambiskan
kentang.
“Loh, pacar Ci Elaine itu
bukannya--”
Kutaruh telunjuk tangan kananku di
depan bibirku. “Ssst.” Ucapku memotong perkataan Gracia –juniorku yang satu
lagi-. Gracia terlihat heran. Ya, aku tahu aku sudah punya pacar. Lalu
memangnya kenapa?
“Ahh, keliatannya junior kamu udah
dateng.” Ucap Beby tiba-tiba lalu bangkit. “Kalau gitu aku balik aja.” Beby
mendekat ke arahku tanpa terduga mencium lembut keningku dan berbisik di
telingaku. “Sampai ketemu lagi di lain waktu, berdua aja.”
Aku tersenyum saat kami
bertatapan. Matanya menatap dalam kedua mata sipitku. Baru bertemu sekali aku
sudah tahu alasan kenapa dia memakai kacamata. Menutupi mata genitnya yang
dapat membius hati gadis manapun. Dan sialnya dia berhasil membius diriku. Dia
lalu berbalik dan pergi meninggalkan kami bertiga.
~~~
Sorenya sepulang dari mall, aku langsung pulang ke rumah dan mengistirahatkan diriku di atas kasur empukku. Kupeluk Sao, boneka bebek kesayanganku yang setia menemaniku di setiap tidurku. Aku lalu mengecek HPku. Terlihat banyak chat Line masuk yang belum kubaca.
Sorenya sepulang dari mall, aku langsung pulang ke rumah dan mengistirahatkan diriku di atas kasur empukku. Kupeluk Sao, boneka bebek kesayanganku yang setia menemaniku di setiap tidurku. Aku lalu mengecek HPku. Terlihat banyak chat Line masuk yang belum kubaca.
Banyak pesan dari Andela,
kekasihku yang sudah bersama denganku selama hmmm setahun? Aku tidak
menghitungnya. Lagian, aku sedang malas dengannya. Aku cek notifikasi lainnya,
ada notifikasi bertuliskan ‘Beby Chsr added you as a friend line by phone
number’. Aku hanya tersenyum. Kubuka aplikasi line-ku. Gadis yang lebih tua
dariku itu ternyata geraknya cepat. Ya, gadis sepertinya memang jelas sekali
terlihat tipe-tipe ‘Player’ seperti Andela. Wajar saja.
Tapi, ada yang menarik dari Beby.
Entah apa. Sesuatu yang membuatku ingin meladeninya. Bila aku beruntung,
mungkin Beby memang seseorang yang aku cari. Sosok mendabakan yang belum
kutemukan pada diri siapapun yang silih berganti mengisi kehidupanku.
Akhirnya aku buka chat dari Beby….
*ceritanya ini Line.
Beby Chsr: Hey :3
Beby Chsr: Kalau udah sampe rumah kabarin ya.
Beby Chsr: Oh iya, ini line aku. Beby.
Hahaha. Akhirnya aku balas. Dengan
cepatnya dia juga langsung membalas. Apa dia memegangi HPnya terus? Ah
sudahlah.
Semenjak pertemuan dan chating
sore itu, kami menjadi semakin dekat. Dari awalnya hanya chating, menjadi
telponan dan tak jarang kami bertemu jika jadwal pekerjaan kami memungkinkan.
Hubungan kami makin lama makin intim, bahkan aku melupakan Andela, gadis yang
sesungguhnya berstatus sebagai kekasihku.
Sikap dan sifat Beby yang
kekanakan tapi juga gantle, membuatku terbuai olehnya. Beby begitu pintar,
menarik perhatianku. Sampai tiba waktu dimana sepertinya dia akan menembakku.
Terlihat dari gerak geriknya.
Pagi di suatu minggu, seperti
biasa, kami jogging berdua. Mengelilingi taman yang ada di dekat komplek
perumahanku. Kami berdua lalu duduk di bangku taman sambil memakan bubur
sebagai sarapan.
“Len, boleh aku ngomong sesuatu?”
Sambil memakan buburku, aku mengangguk. “Kita udah kenal lama, dan aku ingin
kamu tahu. Perhatian aku ke kamu selama ini lebih dari sekadar sahabat ataupun
kakak ke adiknya…”
“Lalu?”
“Aku suka sama kamu, aku mau kamu
jadi pacar aku.” Ucapnya lembut sambil menatap lekat kedua bola mataku. “Maaf,
kalau buat kamu-”
Aku hentikan omongannya. Aku taruh
jari telunjukku di depan bibirnya. Lalu aku tersenyum. “Aku juga suka sama
kamu. Aku mau jadi pacar kamu.”
“Kamu serius?” Tanyanya terkejut,
kedua matanya melebar.
“Iya, aku serius.”
“Ahh, Elaine. Makasih.” Dia
memelukku. Begitu erat dengan girang. Dasar bocah. “Len, boleh?” Tanyanya sambil
menatapku.
“Boleh apa?” Tanyaku, tapi Beby
tidak menjawabku. Dia malah mendekatkan wajahnya. Ahh aku mengerti.
Akupun memejamkan mataku, saat
jarak diantara kedua bibir kami hanya tinggal beberapa senti, lagu Beginner
milik idol group AKB48 terdengar nyaring mengagetkan kami. Beby langsung
mengecek HPnya. Wajahnya langsung terlihat kesal. Aku tidak tahu siapa yang
menelepon karena dia menjauhkan HPnya dari pandanganku.
“Bentar ya, sayang.” Ucapnya lalu
bangkit dan mengangkat teleponnya.
Beby langsung menjauh, raut
wajahnya terlihat bete saat berbicara dengan seseorang di sebarang teleponnya.
Sesekali Beby menatapku dan tersenyum padaku. Mungkin tidak ingin membuatku
khawatir. Setelah 10 menit berlalu, percakapan telepon Beby berakhir. Dia
kembali duduk disampingku.
“Maaf ya, sayang. Tadi itu rekan
kerja aku. Biasa deh.”
Aku hanya mengangguk. Rekan kerja?
Aku tak yakin. Hahaha.
Setelah menghabiskan bubur kami.
Kami kembali. Selama perjalanan pulang, kami bergandengan tangan. Beby terlihat
girang dengan status baru kami. Sifat kekanakannya keluar. Dia terus
mengayun-ayunkan tanganku. Sampe akhirnya kami sampai di rumahku.
“Makasih hari ini.” Ucapku.
“Iya, sayang. Kamu langsung mandi,
ya. Biar gak bau. Hehe.”
“Yaudah, aku masuk ya.” Saat aku
ingin membalikkan tanganku, Beby menahannya.
Dia menarik tanganku dan…. Chu~
diciumnya lembut bibirku ini. Ciumannya begitu lembut dan singkat. Tapi, aku
suka. Dan sepertinya, bibir atasnya yang keriting itu akan jadi candu
tersendiri untukku. Sial. Akhirnya Beby pergi setalah melambaikan tangannya
padaku.
Senang, aku senang bisa mengenal
Beby. Dia selalu bisa menghiburku dan menghilangkan stress yang kurasakan
akibat pekerjaanku yang tak pernah ada habisnya. Sudah dua bulan semenjak Beby
menjadi pacar…. pacar rahasiaku. Hubungan kami berjalan lancar, padahal
sejujurnya…. Aku juga masih menjalin hubungan dengan Andela.
Bicara soal Andela, hari ini dia
memintaku menemaninya untuk bertemu dengan sepupunya. Aku mengiyakan ajakannya
agar dia tidak curiga. Bagaimanapun hubungan kami sudah cukup lama. Dan Andela
tetap pacarku.
Kami berdua tiba lebih awal,
setelah 15 menit menunggu, dari kejauhan aku melihat dua gadis berjalan
mendekat ke arah kami. Salah satunya bertubuh tinggi seperti Andela, dan yang
satunya…. Beby?? Aku menyipitkan mataku. Itu benar-benar Beby! Kenapa-kenapa
dia ada disini??
“Andela~~” Sapa gadis bertubuh
tinggi itu dengan girang.
“Shania~~” Dia dan Andela berpelukan.
Sementara aku…. Hanya menunduk.
Kulirik sekilas Beby, dia terlihat
santai saja. Apa dia tidak curiga? Atau jangan-jangan…
“Shan, kenalin. Iki yang suka aku
ceritain ke kamu.” Ucap Andela sambil memperkenalkanku pada… “Ini sepupuku
Kwek, namanya Shania.” Oke gadis bertubuh tinggi ini adalah sepupunya. Berarti
Beby itu…
“Oh iya, Andela, Elaine. Ini Beby,
kenalin.” Andela dan Beby saling bersalaman.
Seperti tidak mengenalku, Beby
begitu tenang bersalaman denganku dan memperkenalkan dirinya. Aku merasa
dibodohi. Sial.
Suasana makan siang kami berempat
terasa aneh. Iya, aneh hanya untukku. Beby dihadapanku dengan liciknya seenak
jidatnya menampakkan senyum menggemaskannya. Tapi yang menyebalkannya adalah
aku tak bisa marah. Selalu luluh. Sial. Sial. Sial.
“Ndel, aku ke toilet dulu.” Aku
bangkit dari dudukku dan menuju toilet.
Aku mengusap wajahku dengan air,
menenangkan diri sejenak. Tiba-tiba seseorang masuk ke dalam toilet dan memeluk
pinggangku dari belakang. Saat aku menoleh, dengan seenaknya bibirku langsung
disambar olehnya.
“Tenang aja, gak usah ketakutan
gitu.” Ucap Beby. Iya, Beby.
“Lepasin. Kamu tau kan ada siapa
di luar sana.”
“Kenapa? Kamu takut?” Tanyanya
lalu menaruh pundaknya di kepalaku.
Aku membalikkan tubuhku dan
menatapnya. “Biasa aja, kok.”
“Yang bener? Hmm?” Beby
mendekatkan wajahnya dan menempelkan keningnya di keningku. “Tenanglah. Selama
kita tidak bilang pada siapa-siapa. Hubungan perselingkuhan kita ini akan
aman.”
“Hubungan perselingkuhan, ya?”
“Bukannya kamu yang harusnya
paling tahu, Kwek?” Aku hanya diam, tidak menjawab pertanyaan Beby.
Aku biarkan Beby mencium lembut
daun telingaku, nafasnya membuatku merinding. Beby mulai turun menciumi
leherku. Desahan keluar dari mulutku. Dijilatnya leherku bagaikan eskrim. Saat
tangannya ingin masuk ke dalam pakaianku, aku dorong tubuhnya.
“Gak disini.” Ucapku dengan nafas
yang sudah sedikit tidak beraturan. Aku kembali menatap cermin, kucek leherku.
Ya, kalian tahu apa yang aku periksa.
“Tenang saja, aku main bersih.
Tidak seperti Andela pacarmu itu.” Aku kembali menatap Beby yang sedang tertawa
kecil.
“Terserah. Udah aku mau balik.”
“Tunggu dulu.” Beby menahan
tanganku. “Malam nanti. Apartemen aku. Kamu tau apa yang harus kita
selesaikan.”
Aku keluar tanpa menjawab ucapan
Beby. Aku kembali menemui Andela dan sepupunya. Setelah makanan kami habis. Aku
dan Andela berpisah dengan Shania dan kekasihnya itu. Gadis nakal yang juga
kekasihku.
~~~
Seperti yang diminta Beby, malam setelah seharian menemani Andela aku datang ke apartemennya. Dengan kunci yang aku miliki, aku masuk ke dalam. Terlihat Beby sedang asik memainkan game sepakbola di ruang TVnya. Suaranya begitu berisik, ditambah suara kunyahan cemilan dari mulut Beby.
Seperti yang diminta Beby, malam setelah seharian menemani Andela aku datang ke apartemennya. Dengan kunci yang aku miliki, aku masuk ke dalam. Terlihat Beby sedang asik memainkan game sepakbola di ruang TVnya. Suaranya begitu berisik, ditambah suara kunyahan cemilan dari mulut Beby.
Aku lalu duduk disampingnya, aku
tatap wajah sampingnya yang indah. Beby lalu melirik sekilas ke arahku dan
tersenyum.
“Ngapain?” Tanyanya dengan nada
menyebalkan, sukses membuatku cemberut. “Mandi dulu gih. Bukannya kamu paling
suka mandi?”
“Baiklah.” Aku bangkit setelah
menaruh tasku.
“Nanti aku nyusul mandinya~”
Teriak Beby yang masih sibuk dengan gamenya.
Aku masuk ke dalam kamar mandi,
aku buka satu persatu pakaian yang membalut tubuhku. Aku nyalakan shower dan
membiarkan tubuhku dibasahi oleh air yang sedikit dingin itu. Begitu segar dan
menenangkan. Rasanya bersama turunnya air, beban yang ada di tubuhku juga
menghilang.
Setelah menyabuni tubuhku, air
yang turun dari shower kembali mengguyur tubuhku. Ngomong-ngomong dimana Beby?
Katanya dia ingin menyusul. Hih. Pasti masih asik dengan gamenya.
SREK!
Aih. Panjang umur. Baru aku cariin
dia masuk. Aku menoleh sekilas pada dirinya yang sudah tidak mengenakan apapun.
Dia langsung berjalan mendekat padaku dan memelukku dari belakang.
“Mandiin~” Pintanya manja, tapi
aku tak menggubrisnya dan tetap memunggunginya. Kurasakan Beby menghela
nafasnya. “Kalau gak mau, Beby cium nih.” Aku masih diam sampai Beby mulai
menciumi leher sampingku.
“Bebhhh.”
“Hmm?”
Beby terus menciumi leherku,
dijilatnya, digigitnya dan kembali diciumnya. Suara kecupan dan desahan yang
keluar dari mulutku tak kalah dengan suara air yang masih mengalir.
“Emmhh, iya iya aku mandiin.”
Akupun membalikkan tubuhku dan menatapnya. Setelah mengambil sabun yang ada di
belakang Beby, aku menyabuni punggungnya.
Beby tersenyum. Dan dengan posisi
diriku yang berada diantara di dan tembok, Beby mencium bibirku. Ciuman kami
lembut pada awalnya dan makin ganas. Dihisapnya bibir bagian bawahku, akupun
tak mau kalah, mulai menghisap bibir atasnya. Dibawah guyuran air shower, kami
saling berbagi saliva. Lidah kami saling beradu dan menari di dalam mulutku.
Tangan nakal Beby mulai menyentuh
buah dadaku, lututnya juga dengan sengaja menyentuh bagian kewanitaanku. Dalam
ciumannya aku mendesah. Kami masih berciuman dalam keadaan seperti itu, dengan
Beby yang sudah mulai dengan kegiatannya di bagian buah dadaku.
Lama-kelamaan, tubuh kami
menggigil. Bodoh memang. Terlalu asik sampe lupa dimana kami ini bermain. Aku
mendorong tubuh Beby.
“Dingin?” Tanyanya.
“Tentu saja.” Aku berjalan, lalu
mengambil handukku.
Kami berjalan menuju kamar Beby,
tanpa basa-basi, Beby menurunkan handuk berwarna biru muda yang kupakai ini.
Beby membalikan tubuhnya, kembali diciumnya bibirku. Dengan pelan-pelan, dia
mendorong tubuhku dan menjatuhkanku ke atas tempat tidurnya.
Tangannya mulai menjamahi tubuhku.
Mengalirkan getaran yang begitu menyengat dan membuatku kembali mengeluarkan
suara yang semakin membuat Beby menggila.
“Bebhhh.” Ucapku di tengah
desahan. Aku usap pipinya. “Aku suka sama kamu. Aku ingin kita terus bersama.”
Beby tersenyum. “Aku juga. Maka
dari itu. Jangan bilang pada siapa-siapa hubungan ini.”
Aku mengangguk, Beby kembali
menciumku. Kali ini tanpa nafsu. Permainan kami kembali dilanjut. Beby mulai
menciumi kedua buah dadaku, dimainkannya seakan milikku itu sebuah adonan kue. *aoaab
Jari-jemari nakalnya mulai bermain
di sekitar area kewanitaanku. Diusapnya pelan sebagai permulaan. Itu salah satu
cara Beby meledekku, apalagi bila aku yang menginginkan sentuhannya.
“Bebhhh, please.” Beby tertawa dan
masih mengusap-usapnya lembut. “Bebhhh~”
“Hahahah. Iya, iya.”
Aku menjerit saat Beby mulai perlahan
memasukkan jari telunjuknya ke dalam lubang privasiku itu. Memang ini bukan
yang pertama kalinya untukku, namun tetap saja, menyakitkan.
Saat telunjuknya sudah berhasil
masuk, dia mulai memainkan jarinya itu. Tubuhku bergerak seirama dengan
permainannya. Permainan yang selalu membuatku gila. Keringat bercucuran
mengalir dari tubuh kami. Desahan, teriakan, ringis kesakitan keluar bergantian
dari mulutku.
“Fashhterr, Bebbhhh~” Pintaku.
Beby tersenyum licik. Dikabulkannya permintaanku.
Desahku makin menjadi, membuat
udara di kamar ini semakin panas. Beby masih memainkan jarinya, ditengah
permainan dia menambahkan jumlah jarinya. Semakin membuatku mabuk kepayang. Tempo
permainannya semakin cepat dan dalam.
“Bebhhh~~”
Beby masih terus memainka jarinya.
“Bebhhh, aku…”
“Dikit lagi~” Ucapnya dan benar
saja aku…
“Ahhh~~” Teriakku saat aku sudah mencapai
klimaks.
Beby mengeluarkan kedua jarinya,
dijilatnya cairan cinta milikku yang membasahi jarinya itu. Setelah itu, Beby
langsung membanting tubuhnya kesamping tubuhku. Dipeluknya diriku ini.
“Bebeb sayang Kwekkwek.” Ucapnya.
“Kwekkwek juga sayang Bebeb.”
Jawabku yang lalu tidur dalam dekapannya.
~~~
Waktu kembali berlalu. Semenjak
kejadian itu. Hubungan kami makin erat. Entah bagaimana caranya kami selalu
dapat saling bertemu dan bercinta dengan mudahnya. Dan yang kalian perlu tahu.
Kami juga masih menjalin hubungan dengan pasangan masing-masing. Ahaha cukup
gila.
Bahkan tak jarang kami berempat
bertemu, seperti malam ini. Salah satu keluarga Andela mengadakan acara
pameran. Tentunya kami diundang. Seperti tak ada hubungan special, aku dan Beby
mengobrol dengan santainya.
Dan dengan alasan basi aku…
“Ndel, aku ke kamar mandi dulu,
ya.” Ucapku dengan nada memohon dan dengan tampang yang katanya menggemaskan.
“Yaudah gih sana. Jangan
lama-lama, ya.” Aku mengangguk lalu melirik ke arah Beby sekilas dengan tatapan
yang langsung dimengertinya.
Tidak sampe 5 menit aku menunggu…
“Apa aku terlalu lama?” Aku
berbalik, kulihat gadis berpipi bolong itu datang sambil tersenyum.
Aku langsung menariknya ke salah
satu bilik toilet.
“Main cepet atau main enak?”
Tanyanya dengan tatapan genit menyebalkan yang dulu meluluhkanku.
“Terserah yang penting…. Tutup
dulu pintunya. Diliatin para readers tuh.”
“Ups, iya.” Beby menarik pintu
bilik toilet dimana kami berada. “Dadah, jangan intip, ya~~”
BRUK!!
Beby menutup pintunya dengan kasar
dan mulai menciumku.
Ssttt~ Jangan bilang Andela sama
Shania, ya. Cuma sebentar aja kok~
END
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Maaf deh ngablu wkwk :v
Endingnya begitu banget pula. wkwk.
Jujur aja gak tau bikinnya gimana, ahahah au amat ah.
Cerita gw ini. jadi suka-suka gw dah.
Endingnya begitu banget pula. wkwk.
Jujur aja gak tau bikinnya gimana, ahahah au amat ah.
Cerita gw ini. jadi suka-suka gw dah.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m
-Jurimayu14-
Endingnya gimaba kak ru wkwk.. #bebkwekdefender *plak
ReplyDeleteThor,tambah OS BebKwek dong,tambah rame nih
ReplyDelete