Yeay, apdet nih~
Tinggal 2 part lagi nih. Part 5 ini sama yang terakhir~~
Yaudah langsung aja~
Happy reading~~
*betewe masih pake nama Danso-nya ya~
Sambil menggandeng tangan Okta,
Gaby berjalan begitu cepat. Membuat para crew mereka juga jadi terburu-buru.
Bukannya Gaby ingin bersikap seperti itu, tapi dia ingin kabur dari Nabil-Sisca
yang terus mengikuti mereka.
Bukannya Gaby tidak ingin
berbicara dengan Nabilah. Hanya saja, dia sudah dibuatnya kecewa dengan sikap
Nabilah yang kini jadi Spiderman itu. Sisca kini hanya bisa pasrah, mengikuti seniornya.
Yang awalnya Sisca tahu, Nabilah mengatakan ide tuker-tuker peran itu untuk
mengerjai member dan juga penonton nanti. Tapi nyatanya? Nabilah menggunakan
ide ini pertama kalinya untuk menembak Gaby, yang berakhir naas dan gatot alias
gagal total.
Beruntung akhirnya Okta-Gaby berhasil
kabur. Beruntung juga para crew tidak kehilangan mereka. Keduanya masuk ke
dalam gedung wahana permainan yang membuat mereka cengo. Tulisan-tulisan di
depan mereka dan berbagai LCD yang ada disana, mereka abaikan.
Mereka kembali masuk ke pintu yang
ada di dalam gedung tersebut. Keduanya melihat sekeliling mereka. Tentu saja
para cameraman hanya mengambil gambar ekspresi keduanya karena tidak diizinkan
mengambil gambar sekitar.
Wajah Okta-Gaby sama-sama terlihat
bloon dan kagum. Mereka seperti ada di dalam gedung yang super mewah dengan
peralatan dan hiasan yang juga super mewah, walau semua yang mereka lihat
lagi-lagi hanya virtual. Hingga mereka melihat ada Vernando-Gracia ada di
tengah-tengah para crew dan kerumunan orang-orang virtual tentunya.
Mereka memperhatikan Vernando yang
sedang berdiri mengusap dagunya. Matanya terpejam, wajahnya terlihat berpikir.
Tangan kirinya yang ada di dalam kantong celananya tiba-tiba ditarik dan
menunjuk seorang Gracia.
“Pelaku pembunuhan ini adalah
kamu. My lady, Shania Gracia.” Ucap Vernando lantang.
“HAH? APA??” Kaget Okta-Gaby
hampir bersamaan.
Vernando-Gracia langsung menoleh
ke arah Okta-Gaby, permainan itupun berakhir. Semua pemandangan virtual itu
tiba-tiba menghilang.
“Gaby?” “Ota?” Panggil
Vernando-Gracia secara bersamaan. Keduanya hanya bisa menghela nafas mereka.
Sementara Okta-Gaby malah cengo.
Jadi, memangnya apa yang sedang
Vernando-Gracia lakukan? Mari kita mundur ke beberapa puluh menit sebelumnya~~~
Sambil bergandengan tangan dan
mengobrol tanpa rasa canggung, Vernando-Gracia masuk ke dalam gedung ‘Mystery
Game Area’. Rasa grogi dan sejenisnya masih dirasakan Gracia, jelas. Tapi,
senyum dan pipi menggemaskan Vernando membuat rasa groginya berubah jadi rasa
gesrek.
Setibanya di tempat ‘Virtual
Detective Game’ tentunya, seorang Vernando sangat tertarik. Mereka membaca
peraturan dan cara bermain yang tertera di layar LCD. Ternyata di permainan
tersebut mereka bisa memilih peran sebagai detektif, pelaku, saksi bahkan korban.
Cerita dan latar belakangnya bahkan bisa mereka tentukan. *ngayal sekalian coy! Wkwk. Ini basicnya dari game maling-polisi, ye.
Tapi, idenya sih dari salah satu komik gitu yang bikin ada rumah detektifnya
apa gimana gitu pas cerita tentang festival sekolahnya* *kalau gak salah inget*
“Kak Ver mau coba main?” Tanya
Gracia.
“Emm. Terserah Gracia aja. Gracia
emangnya mau?”
“Mau kok. Kenapa gak. Kak Ver suka
yang berbau detektif gini, kan? Kenapa gak coba?” Tawar Gracia.
“Boleh.” Vernando mulai
memencet-mencet layar di hadapannya dan memulai pemilihan karakter. “Kamu mau
jadi apa, Dek?”
“Emm… Gimana kalau aku jadi
pembunuhnya dan Kak Ver jadi detektifnya?”
“Loh? Kak Ver udah tau dong kalau
gitu sekarang?”
“Gak masalah, yang nanti Kak Ver
tebak dan harus cari tau itu pasti cara membunuhnya, adanya alibi atau gak dan
senjata pembunuhannya, kan?”
Vernando berpikir sejenak. “Bener
juga. Bakal menarik ketika, ternyata pembunuh tersebut adalah kekasih dari sang
detektif. Bagaimana caranya membunuh saat keadaannya selalu bersama sang
detektif. Dan apakah sang detektif bisa melawan perasaannya untuk tetap
mengungkapkan yang sebenernya? Menarik.” Vernando tersenyum.
Senyuman itu dibalas oleh Gracia,
yang baru mengetahui bahwa seniornya itu bisa secerewet itu. Di sampingnya,
Vernando sedang menentukan tema yang sesuai dengan yang mereka maksud. Para
Crew-pun dimasukkan sebagai tamu atau saksi. Akhirnya, sesuai jalan cerita,
Gracia harus masuk terlebih dahulu.
Seperti layaknya syuting sebuah
film, mereka mengikuti scenario yang ada. Dan saat masuk, tanpa basa-basi
Gracia langsung diberikan scenario pembunuhan oleh system computer wahana
permainan tersebut.
“Ada kertas sama pulpen, gak?
Hehehe. Takut lupa.” Pinta Gracia pada sebagian crew yang mengikutinya. Diapun
mencatatanya.
Setelah beberapa menit Gracia di
dalam, barulah Vernando masuk.
“Jadi penasaran nih sama
permainannya.” Ucap Vernando pada cameraman-nya.
“Suka sama yang berbau
misteri-misteri gini?” Tanya cameraman-nya.
“Suka banget. Aku suka banget baca
novel-novel misteri gitu. Dan sekarang bisa ngerasain jadi detektif. Deg-deg-an
juga. Heheh.”
Ternyata scenario cerita detektif
kali ini terjadi di sebuah acara reuni sebuah sekolahan ternama. Sang detektif
dengan sang pembunuh adalah sepasang kekasih semasa sekolah yang kembali
bertemu. Mereka kembali mengobrol berdua, bercanda tawa bersama. Nyaris tanpa
celah, seorang Gracia selalu bersama Vernando.
Hingga di tengah acara, seseorang
terbunuh. Acara reuni tersebut terpaksa diberhentikan. Sebagai detektif,
Vernando langsung mengambil tindakan dan mengecek korban. Tidak, Vernando tidak
bisa mengecek perkiraan kematian dan sejenisnya. Dia hanya mengucap sesuai
scenario miliknya.
Selayaknya kasus sungguhan, polisi
dan ambulans juga datang. Dan masuk waktu dimana Vernando harus mencari bukti,
cara pembunuhan, dan siapa pembunuhnya. Selain pelaku yang memang sudah
diketahui, sisanya harus Vernando cari tanpa bantuan scenario. Computer hanya
membantu dengan ‘benar’ dan ‘salah’ saja.
“Game ini lumayan bantu untuk
mengolah kemampuan acting kita. Sekarang aku mau cari barang bukti, nih. Yuk
bantu aku, ya.” Ucap Vernando pada cameraman.
Setelah makan waktu yang tidak
begitu lama, karena belajar dari cerita-cerita yang dibacanya, Vernando
berhasil menemukan semuanya. Dan saat tiba waktu pengungkapan kasus… semuanya
buyar karena kedatangan Okta-Gaby yang tidak ‘terdaftar’ dalam permainan itu.
~~~
“Maaf Gracia, Kak Ver.” Ucap Okta-Gaby sambil menunduk karena merasa bersalah.
“Maaf Gracia, Kak Ver.” Ucap Okta-Gaby sambil menunduk karena merasa bersalah.
“Udah gak apa-apa kok Gaby, Okta.”
Ucap Vernando. “Udah ah, mukanya jangan pada ditekuk gitu. Oh iya, kalian abis
ini mau main apa?”
“Gak tau, Kak. Belum kepikiran.”
Jawab Gaby.
“Yaudah, kalau gitu Kak Ver sama
Gracia jalan lagi, ya.” Keduanya mengangguk-angguk.
Sambil bergandengan tangan,
keduanya meninggalkan Okta-Gaby. Berjalan dengan santainya di tengah
Wonderland.
“Kak Ver mau main apa abis ini?”
“Gak tau. Kamu?”
“Gak tau juga.”
“Hmm…”
Tanpa adanya kata yang terucap diantara
mereka, keduanya masih saling bergandengan tangan. Membiarkan kaki mereka
melangkah sesukanya. Hanya suara debaran jantung Gracia yang entah kenapa
begitu terdengar. Kaki mereka terus melangkah hingga keduanya tiba di wahana
permainan yang hitungannya untuk kategori anak-anak.
“Kamu mau main ini, Gre?”
“Loh? Gak tau, tadi aku ngikutin
kaki aku aja.”
“Hahaha, dasar. Main aja daripada
sayang-sayang kita udah kesini.”
“Tapi, kak?”
“Kamu malu?”
“Gak kok.”
“Yaudah.”
Vernando menempelkan kartunya pada
LCD yang ada di permainan itu. Kalian mau tahu permainan apa? Nanti saja.
“Silahkan naik ke kuda putihku, my
princess Shania Gracia.” Ucap Vernando sambil bergaya ala pangeran yang ingin
mengajak putrinya berdansa.
Wajah Gracia-pun memerah. Sosok
Veranda yang sedang jadi Vernando tersebut benar-benar tampan. Apalagi dengan
pakaian formal dan sikapnya, makin plus-plus. *jangan di saun gut*. Berbanding 180% dengan sikap Hamids yang
lebih tengil jika menjadi seorang laki-laki.
Gracia menyambut uluran tangan
tersebut lalu naik ke atas kuda dengan bantuan Vernando yang sebenernya tidak
perlu, karena tempat naiknya rendah dan baju Gracia sebenernya tidak ribet.
Emang dasarnya aja Vernando ingin memperlakukan Gracia dengan baik bak putri.
Setelah Gracia sudah dipastikan
duduk dengan benar di atas kuda-kudaan, Vernando lalu naik dan duduk di
belakang Gracia. Terlihat begitu mesra karena mereka terkesan berpelukan, efek
kuda yang mereka naiki tidak begitu besar.
Nafas Vernando terasa meniup
telinga Gracia, membuatnya merinding. Permainan kuda itu akhirnya berputar,
membuat keduanya mampu melihat sekeliling mereka. Salah satunya pemandangan
saat Hamids-Melody berjalan bersama sambil bergandengan tangan.
“Hamids?” Ucap Gracia. Tanpa
bertanya, Vernando mencari sendiri keberadaan Hamids.
Keduanya bercanda tawa tanpa
beban. Terlihat sesekali Melody memukul manja punggung Hamids. Pemandangan yang
agak menyesakkan bagi Gracia.
“Gre, kamu-”
“Ahh, aku gak apa-apa kok Kak
Ver.” Jawab Gracia cepat lalu menunduk.
Tiba-tiba, Vernando memeluk Gracia
dan menaruh kepalanya di pundak Gracia. “Kalau kamu cemburu juga gak apa-apa.
Wajar kok. Kak Ver juga gitu kalau liat Kinal akrab sama yang lain. Yang
penting tau batas dan situasi juga kondisi.” Gracia hanya mengangguk.
Sedikit mesra-in GreVer itu tak apa. *kabur |
Bicara soal Kinal yang tentunya
sedang jadi Kinan itu. Gadis berbadan kekar itu sedang berada di tempat ice skating,
tentunya bersama Michelle. Michelle terlihat begitu antusias saat sedang
memakai pengaman dan sepatu khusus.
Tapi, tidak dengan Kinan. Dia yang
duduk di hadapan Michelle, memakainnya dengan malas-malasan. Beberapa crew yang
tidak bisa bermain juga terlihat ragu. Tapi, karena tuntutan tugas, ya mereka
mau tidak mau. Kamera terus mengambil raut wajah ‘pasangan’ itu yang sama-sama
pecinta idol itu.
“Kak Kin, ayo cepetan pake~ jangan
buang-buang waktu~” Ucap Michelle sambil menarik-narik kedua lengan Kinan.
“Males ah, Syel. Gw gak bisa tau
main ginian.” Jawab Kinan.
“Yah, payah ah. Gak seru nih.”
“Mau gimana lagi.”
“Nanti aku ajarin, deh.”
“Gak usah ah, malu gw. Udah lu
main sendiri aja, deh.”
“Ihh~~ Kak Kin mah. Masa aku main
sendirian. Malu tau.”
“Err, yaudah. Tapi, ajarin bener,
ya? Jangan ketawain juga.”
“Iya. Yaudah bangun.”
“Bangunin~~” Pinta Kinan manja.
Benci, sesungguhnya Michelle
membenci sikap manja Kinan. Bukan karena risih. Tapi, sikap manja Kinan itu
menggemaskan menurutnya. Dan membuat perasaan Michelle bergejolak. Michelle
membenci itu. Michelle menghela nafasnya. Ditariknya Kinan yang badannya besar
itu. Tapi, dengan sengaja, Kinan menahan badannya dan malah tersenyum.
Michelle menarik Kinan kembali.
“Kak jangan di-” Ucapan Michelle terpotong. Seperti adegan di film Yes or No 1,
Kinan bangkit dan mendekatkan tubuhnya dengan Michelle.
Wajah keduanya begitu dekat.
Hembusan nafas Kinan-pun menerpa lembut wajah Michelle. Debaran jantung
Michelle-pun sebenarnya dapat di dengar jelas oleh mereka. Kinan tersenyum
lalu….
“Hahahah!” Kinan tertawa puas
setelah berhasil mengerjai Michelle. “Udah ah malah bengong.” Pelan-pelan Kinan
masuk ke dalam wahana ice skating.
Michelle mendengus kesal. Dengan
agak esmosi, Michelle masuk ke dalam wahana permainan tersebut. Dan tanpa kata,
langsung berkeliling, meninggalkan Kinan.
“Woyy!! Michelle!! Oyy Lele
Jumbo!! Katanya mau ngajarin gw main, wah lo gitu lo!!”
“Bodo, Kak Kinan nyebelin, sih.”
Ucap Michelle yang masih berkeliling itu.
“Wahh!! Bales dendam nih bocah, gw
kejar tau rasa lu.”
“Kejar aja kalau bisa!” Ledek
Michelle. “Katanya Elsa Frozen, masa gak bisa main ginian. Payah weee!!” Tambah
Michelle sambil menjulurkan lidahnya.
“Wah beneran nih anak
macem-macem.” Kinan melirik sang cameraman. “Jago main ginian gak?” Tanyanya.
Pertanyaan itu dijawab dengan gelengan camera. “Ya elah, dah.”
“KAK KINAN AWAS!!!” Teriak
Michelle, Kinan menoleh dan melihat Michelle sedang meluncur cepat ke arahnya.
Panik, tapi karena tidak bisa
kabur, Kinan-pun memejamkan matanya, hanya bisa pasrah bila Michelle
menabraknya. Dan ternyata…
CHIT!! (?)
Tabrakan itu tidak terjadi.
Beberapa detik setelahnya, Kinan akhirnya membuka matanya. Terlihat Michelle di
hadapannya sedang tersenyum lebar karena berhasil mengerjai Kinan balik.
“Ohh ada yang ngebales, ya.” Ucap
Kinan sambil mengacak-acak rambut Michelle dengan kedua tangannya. “Bagus.”
“Aduh. Abisan Kak Kinan duluan,
sih.”
“Iya, iya deh maaf. Yaudah,
sekarang ajarin gw main ginian deh.”
“Yaudah sini.” Michelle
mengulurkan kedua tangannya pada Kinan.
“Jangan ketawain gw kalau gw gak
bisa.”
“Iya, Kak. Gak kok.” Perlahan
tangan Kinan yang sedari tadi memegang pinggir wahana dilepasnya dan langsung
memegang kedua tangan Michelle.
“Jangan dilepas.”
“Iya.”
Sambil memegang erat kedua tangan
Kinan, Michelle mengajari seniornya itu meluncur. Michelle meluncur mundur,
sementara Kinan maju. Sesekali Michelle melepas satu tangannya untuk mengetes
apa Kinan sudah mampu menyeimbangkan dirinya atau sudah mampu dilepas sendiri.
Hingga akhirnya, setelah beberapa
lama… Michelle kembali melepas salah satu tangannya. Melihat Kinan sudah
seimbang, Michelle kini melepas kedua tangannya.
“Nah itu akhirnya bisa!
Pelan-pelan dulu, Kak. Ke arah aku coba.” Michelle langsung mundur dengan cepat
dan menjauh dari Kinan.
Emang dasarnya norak dan bandel.
Kinan yang girang itu bukannya mengikuti yang di bilang Michelle untuk meluncur
pelan-pelan, malah meluncur cepat ke arah gadis pemilik cocochip di pipi itu.
“Yes, gw bisa main seket. Yes!”
Teriak Kinan girang yang masih meluncur cepat itu.
Michelle-pun panik, karena Kinan
belum belajar cara ngerem. Dan benar saja Kinan… “Tu-Tunggu!! Kak Kinan kan
belum tau cara nge-”
BRUG!!
Ditabraknya Michelle dengan badan
besarnya itu. Kedua gadis itupun terjatuh. Beruntung tangan Kinan reflek untuk
menopang tubuhnya yang terjatuh sehingga tidak menimpa Michelle. Jika hal itu
tidak terjadi, mungkin keduanya sudah berciuman.
Ya, jarak kedua bibir mereka hanya
beberapa senti. Hening. Para crew juga hanya hening, mungkin fokus mengambil
moment yang terjadi di depan mereka itu. Kinan yang masih di atas Michelle
menatap lekat kedua bola mata Michelle yang baru menyadari bagaimana posisi
mereka itu.
Nafas Kinan kembali menyapu wajah
Michelle, membuat jantungnya kembali berdegup tak karuan. Tapi, bagi Kinan,
posisinya lebih berbahaya. Godaannya juga tak kalah banyak. Salah satunya,
bibir menggoda Michelle. Membuat Kinan kembali ingat dengan foto Michelle yang
sengaja menyisahkan coklat di bibir dan di postingnya di akun twitternya itu.
Kinan menelan ludahnya. Seandainya
tidak ada kamera, mungkin Kinan sudah khilaf. Beruntung erangan Michelle juga
menyadarkannya. Dengan bantuan para crew, akhirnya Kinan bangkit.
This is my KinaLele fav pict >___< Look so cute |
Pahit dan manis. Seperti coklat
yang hampir disukai semua orang, seperti itulah rasa cinta. Pahit dan manis yang
dirasakan oleh kedua pasangan yang sedang tertukar. Secara tidak sengaja, kedua
‘pasangan’ itu bertemu di wahana permainan ‘Virtual Shoting’. Berkali-kali,
seorang Boby mencoba tapi gagal, gagal dan gagal. Hingga di tengah permainan,
Adam-Shania datang.
“Ada yang gagal nih, ye.” Ledek
Shania.
Boby langsung meletakkan pistolnya
dan menatap Shania. Kekasihnya itu merangkul begitu erat lengan Adam. Tapi,
Boby tidak bisa cemburu. Adam itu sepupu Shania. Tapi, Shania? Boby hanya berkata
‘hai’ saja dengan Elaine, gadis itu langsung cemburu buta. Kadang Boby merasa
tidak adil. Apalagi, bila dimarahi karena sesuatu yang bukan kesalahan.
“Kalau Adam pasti jago. Coba main,
Dam.”
“Shan aku-” Tanpa menanyai
persetujuan Adam, Shania langsung menempelkan kartu mereka di LCD dan memilih
tipe permainan untuk Adam.
“Apa? Nih.” Ucap Shania dengan
senyuman khasnya sambil memberikan pistol untuk bermain pada Adam.
Dengan malasnya, Adam mengambil
pistol tersebut. Ditatapnya sekilas objek-objek yang ada di hadapannya, dan…
DOR! DOR! DOR! DOR!
Tanpa adanya yang miss, Adam
berhasil menembak seluruh objek di level pertama itu. Ya, memang mudah untuk
seorang Adam. Boby-Elaine di samping Adam, hanya diam memperhatikan kemampuan
menembak gadis bertubuh tinggi itu.
“Shan-”
“Lanjut ronde dua, Dam.” Ucap
Shania semangat.
Setelah menghela nafasnya, sambil
menatap Elaine dan tanpa melihat ke sasaran, Adam kembali menembak. Dan
lagi-lagi tepat sasaran.
“Wihh!” Lagi, seorang Shania
terlihat begitu girang
“Main yang lain aja, Shan.” Ucap
Adam menarik Shania, namun yang ditarik tetep kekeuh berada di tempat itu.
Melihat itu, Boby mengambil kartu
yang di pegang Elaine. Memilih level permainan yang cukup sulit.
“Kak Bo-”
“Sekali ini aja, Len. Ini
pertarungan antar lelaki.” *terlalu mengkhayati
peran
“Tapi, kenapa levelnya-”
“Aku pasti bisa. Kamu percaya,
kan?” Tanya Boby sambil menatap lekat kedua mata sipit Elaine.
Mereka terdiam dalam keadaan
saling bertatapan. Pemandangan yang buat Adam-Shania panas.
“Bukannya adanya kamu untuk selalu
menyemangati aku? Jadilah selalu bebek lucu yang selalu menghiburku.”
Elaine tersenyum, lalu mengangkat
kedua tangannya. “Semangat. Semangat 48 Kak Boby~~”
“Gitu dong~~” Ucap Boby sambil
mengusap lembut kepala Elaine dan mendekatkan wajahnya ke wajah Elaine. “Maaf
gak sopan.” Bisiknya begitu pelan.
Boby memang termasuk idola cerdas
dan tahu etika. Walaupun Elaine junior, dan gadis itu menghormati Boby sebagai
senior, secara umur, Elaine tetaplah lebih tua dari Boby. Maka dari itu Boby
melakukan itu, meminta maaf dengan cara berbisik yang akan membuatnya terlihat
seperti mencium kening Elaine jika cameraman mengambilnya dari sudut yang
benar.
Ya, memang terlihat Boby mencium
kening. Jelas terlihat seperti itu dari arah pandangan Adam-Shania. Perbuatan
yang makin membesarkan percikan api yang telah tercipta.
Boby menatap ke arah sasarannya.
Sasaran utamanya berada di tengah-tengah, tapi bukan itu yang membuatnya susah.
Melainkan sasaran-sasaran palsu yang lewat-lewat di depan sasaran asli
mengganggu konsentrasi dan menghalangi. Butuh keahlian dan konsentrasi tinggi
untuk melakukannya.
Boby menghela nafasnya, memejamkan
matanya dan…
DOR!!
Bersamaan dengan dirinya membuka
mata, dia menembak dan…
“CONGRATULATION!!” Suara computer terdengar dari permainan itu.
Boby hanya menatap sekilas
Adam-Shania, menunduk tanda pamit, lalu pergi dari sana sambil menggandeng
tangan mungil Elaine.
“Maaf ya, Len.”
“Iya Kak Boby. Gak apa-apa.”
Mereka terus berjalan dalam diam.
Tidak ada kata yang terucap dari bibir keduanya. Ragu. Keduanya sama-sama ragu
untuk mengungkapkan apa yang mereka pikirkan. Bukan karena tidak mau. Tapi,
tidak mungkin di ucapkan begitu saja dengan keadaan adanya kamera, dan suara
mereka di rekam.
Waktu terus berlalu, sudah hampir
2 jam sejak mereka masuk. Walau Wonderland luas, tak jarang para pasangan
bermain bersama di sebuah wahana. Seperti Farish-Stefi yang bertemu dengan
superhero idola sang author, Spiderman dan Gwennya di wahana ‘Virtual 4D
Adventure’.
Farish lalu mengambil posisi duduk
tak jauh dari Spiderman yang tidak diketahuinya itu adalah Nabilah. Farish lalu
memakai kacamata khusus yang disediakan untuk bermain di situ, disampingnya
Stefi mengikuti Farish. Setelah data mereka diambil computer, tubuh virtual
mereka sudah ada di tempat lain. Dengan yang asli duduk tenang.
*klo ada yang kaya ginian di Indo sih baru bentar udah diancurin juga
sama orang Indonesia. Udah kotor, udah dicort-coret. Pokoknya sedih klo
dibayangin mah.*
Tubuh virtual kedua ‘pasangan’ itu
sudah ada di hutan, dengan pakaian yang sama persis.
“Sis, Kak Nabilah milih cerita
kaya gimana?”
“Emm. Gitu deh Kadong. Ala-ala
Hunger Games, tapi-”
“Dedong?”
Nabilah membuka topengnya sedikit.
“Iya, ini Dedong.” Lalu memakainya kembali. “Udah Kadong jangan kebanyakan
ngomong entar keburu Di-”
“ROAARRRR!!!” Bersamaan dengan
suara itu, muncul seekor Dinosaurus.
“Keluar kan tuh.” Nabil berbalik
dan… “Gw kabur duluan Kadong.” Nabil berlari dan tiba-tiba entah kenapa, Nabil
bisa mengeluarkan jaring dari tangannya seperti Spiderman dan terbang.
“Dih! Dedong curang. Kok bisa
kayak gitu?? Gw gimana?? Sialllll.” Farish-pun berlari cepat.
Ternyata permainan itu bisa
melakukan sesuatu yang bisa kita bayangkan. Nabil benar-benar menjadi Spiderman
dan Farish menjadi seperti Sebastian dalam anime ‘Kuroshitsuji’. Di
tengah-tengah pertarungan keduanya dengan Dinosaurus, Kinan-Michelle, tiba di
tempat itu.
“Wih lagi ada yang main ternyata.”
Ucap Kinan.
Untuk beberapa menit mereka
menatap layar besar yang ada di depan dan memperhatikan pertarugan para pemain
dengan Dinosaurus tersebut.
“Loh itu yang jadi Spiderman,
Nabilah ya??”
“Iya, Kak. Itu Sisca di
belakangnya.”
“Lah, ada-ada aja tuh bocah dua
tukeran. Pantes daritadi kaya ada yang aneh.” Kinan hanya menggeleng-geleng. “Eh,
Syel. Kita lanjut main lagi, yuk.”
“Kemana, Kak?”
“Enaknya kemana?”
“Hmm… Yang kata dance-dance itu,
Kak!”
“Wah boleh tuh, yaudah yuk jalan.”
Keduanya-pun berbalik untuk keluar, namun Kinan tiba0tiba berhenti dan…
“Michelle, awas ada kecoa!!”
“Hwaa!!” Spontan Michelle loncat
ke pelukan Kinan.
Kinan hanya diam, dibiarkannya
Michelle memeluk lehernya erat. Nafas Michelle tak karuan, gadis itu masih tak
sadar dengan yang dilakukannya. Sampe Kinan mengusap lembut rambut Michelle.
Michelle-pun membuka mata dan langsung melepaskan pelukannya.
“Iseng banget sih, Kak.” Ambek
Michelle sambil memunggungi Kinan. Saat ini wajah Michelle telah memerah bak
tomat.
“Ahahaha. Udah ah jangan ngambek.
Udah ayo lanjut.” Bukannya melanjutkan perjalanan, Michelle hanya diam. “Yaelah
nih anak. Hmm.” Kinan mendekat ke Michelle, namun Michelle malah melengos.
Terlihat bete. Tangannya-pun di lipatnya di depan dadanya. “Syel.” Michelle
masih diam. “Gak jawab Kak Kinan tarik nih.” Michelle tetap diam. “Satu… Aih…
Yaudah… Hiaa!!” Tiba-tiba Kinan menggendong Michelle.
“Kak Kinan!! Apa-apaan ini. Kak
Kinan!! Lepasin.”
Tidak peduli rengekan Michelle,
Kinan terus membawa paksa Michelle yang tubuhnya kecil itu keluar dari wahana
dimana Farish dan Nabil sedang asik melawan Dinosaurus. Michelle terus
merengek, tak jarang sesekali memukuli badan kekar Kinan. Tapi, Kinan tetap
tidak peduli. Hal itu tertangkap mata oleh Vernando.
“Kak Ver?”
“Ah iya Gre?”
“Kak Ver gak apa-apa, kan?”
Vernando tersenyum sambil membenarkan
poni Gracia. “Gak kok. Gak apa-apa. Kita lanjut lagi, yu.” Keduanya kembali
melanjutkan perjalanan mereka.
Waktu terus berlalu, dengan tanpa
bebannya mereka bermain menikmati berbagai wahana yang ada tanpa beban. Ya,
walau beberapa member tidak menikmati seutuhnya. Salah satunya…
“Shan, cemberut aja.” Ucap Adam.
Tentunya pada Shania.
“Gak kok, gw biasa aja.” Jawab
Shania, jelas bohong.
“Biasa aja. Tapi, muka kusut kaya
baju belum di setrika.”
“Au amat ah.” Jawab Shania sambil
melempar bola yang di pegangnya sedari tadi dan…. Haop. Masuk ke dalam ring.
Pasca setelah perang dingin dengan
Boby-Elaine, Adam-Shania mengeluarkan emosi mereka dengan permainan-permainan
ekstrim dan berakhir di tempat permainan basket. Sementara Boby-Elaine….
“Kak Boby, kita mau main apalagi?”
“Masih mau main lagi?” Tanya Boby.
“Aku ikut aja.”
“Kita main itu aja, ya?” Tanya
Boby sambil menunjuk…
“Bianglala?”
Boby mengangguk. “Iya, tadi kan
udah seharian keliling. Buat penutupan, kenapa gak? Sekalian mandangin
Wonderland.”
“Hmm yaudah, Elaine ikut aja.”
Boby-pun tersenyum sambil mengulurkan tangannya. Elaine menyambut uluran tangan
tersebut dan berjalan di samping Boby.
Dengan gantle-nya, Boby membantu
Elaine yang perawakannya kecil itu masuk dan naik ke dalam salah satu bianglala
tersebut. Dua cameraman ikut masuk ke dalam setelah Boby juga masuk. Bianglala
itu-pun lalu bergerak.
Letak bianglala tersebut yang
strategis itu, membuat mereka bisa melihat keseluruhan Wonderland saat
bianglala yang mereka naiki sampai di titik tertinggi. Wonderland terlihat
sungguh indah walaupun di pagi menuju siang hari ini.
Boby memperhatikan dengan baik
setiap inci wajah gadis di depannya. Elaine begitu terlihat bahagia saat
memandang kea rah luar, senyum manisnya menghiasi wajah imutnya. Tentunya moment
itu diabadikan oleh para cameraman yang bersama keduanya.
“Kak Bo-” Terputus. Ucapan Elaine
terputus.
Jantung Elaine langsung berdegup
tak karuan saat tahu Boby di hadapannya sedang menatapnya dengan begitu dalam
dan lekat. Siapapun yang ditatap seperti itu dengan cewek yang sedang ber-danso
itu pasti akan berdebar. Elaine menunduk lalu kembali menatap pemandangan di
luar sana.
“Makasih Kak Boby.” Ucap Elaine
pelan.
“Untuk apa?”
“Untuk semuanya. Hari ini.” Boby
hanya tersenyum lalu ikut memandangi pemandangan di luar sana.
Hening tercipta diantara keduanya.
Rasanya putaran bianglala menjadi sangat-sangatlah lama bagi Elaine. Ditatapnya
wajah samping Boby yang begitu indah. Pipi bolong yang terlihat saat Boby
tersenyum, begitu menggemaskan untuknya. Elaine kembali melengos. Tak ingin
menatap Boby terlalu lama, dia harus ingat semua ini hanya acting. Dia punya
Adam, dan Boby punya Shania.
“Sebelum semua ini berakhir. Kak
Boby ingin bilang satu hal sama Elaine dan semuanya.”
“Eh? Apa itu?”
“Semoga kita bisa main dengan menyenangkan
lagi disini.”
“Kak Boby pengen kesini lagi?”
“Tentu saja, mengajak para member
lainnya kesini. Lalu kembali kesini berdua…” Boby menghentikan ucapannya. Lalu
menatap Elaine dan mengusap lembut pipi Elaine. “Bersama kamu lagi. Terima
kasih atas hari ini. My kawaii little Kwek.” Secara mengejutkan Boby
mendekatkan dirinya dan wajahnya pada Elaine, member JKT48 yang dipanggil ‘Kwek’
itu langsung memejamkan matanya.
Bersamaan dengan berhentinya
bianglala, Elaine membuka matanya. Di hadapannya, Boby langsung turun, dua cameraman
yang bersama mereka juga langsung turun. Salah satu langsung mengambil gambar
Boby yang hanya diam berdiri memunggungi bianglala tersebut. Sementara
cameraman satunya mengambil gambar Elaine yang masih duduk di dalam bianglala.
Ada yang membuat Elaine bingung,
sang cameraman tanpa suara bolak-balik menunjuk dirinya dan lehernya sendiri.
Karena penasaran, Elaine melihat lehernya dan barulah dia sadar ada sebuah kalung
berbandul UFO yang entah sejak kapan ada disana. Elaine lalu menatap Boby, apa
benda itu dipasangnya saat ‘memeluk’ Elaine di dalam bianglala barusan?
“Ini dari Kak Boby?” Sang
cameraman menjawab dengan anggukan.
Elaine memegang bandul kalung
tersebut, terlihat lucu. Senyum manis kembali di kelaurkan. Elaine lalu turun
dan menggandeng tangan Boby dan menarik seniornya.
“Terima kasih Kak Boby. Aku suka. Suka kalungnya. Dan aku juga suka….
Kak Boby.”
Akhirnya, 3 jam yang diberikan
untuk bermainpun telah habis…
BebKwek >___< ehe ehe ehe |
~~~
Para member diizinkan kembali ke ruangan dimana mereka ganti baju untuk istirahat sejenak sebelum syuting bagian makan. Melody tentunya menjadi yang pertama tiba di ruang ganti tersebut. Disusul Shania dan beberapa member lainnya.
Para member diizinkan kembali ke ruangan dimana mereka ganti baju untuk istirahat sejenak sebelum syuting bagian makan. Melody tentunya menjadi yang pertama tiba di ruang ganti tersebut. Disusul Shania dan beberapa member lainnya.
Melody lalu duduk dan meminum
pocari-nya. Dengan langkah yang terburu-buru dan agak emosi, sang Spiderman
tanpa Gwen-nya masuk lalu duduk di samping Melody. Membuat Melody heran,
bengong menatapnya. Tiba-tiba, pocari milik Melody diambil.
“Bagi, Kak.” Saat Melody ingin
protes, topeng Spiderman itu dibuka dan perlihatkan wajah Nabilah. Keringat cukup
membasahi kepalanya. Diminumnya pocari milik Melody.
“Nabilah? Kok?”
“Haduh. Panjang Kak ceritanya.”
Nabilah menghela nafasnya. “Gaby, Kak. Gaby.”
“Kenapa sama Gaby?” Nabilah hanya
mengacak-acak rambutnya, membuat Melody bingung.
“Kenapa emangnya sama Gaby?” Suara
itu… Nabilah menoleh, di hadapannya seorang Gaby yang baru tiba memandanginya dengan
tajam.
“Gaby?”
“Iya ini gw.” Jawab Gaby sambil
berjalan ke arah lokernya dan saat melewati Nabilah…
Tangannya ditahan Nabilah. “Tunggu
Gab. Gw mau ngomong.” Gaby melirik sekilas Nabilah lalu membanting tangannya
dan kembali melanjutkan perjalanannya yang lagi-lagi dihalangi Nabilah yang
memang lincah dan gesit itu.
“Minggir Nab.”
“Gak mau.”
“Gw mau ambil tas gw nih.”
BRUK!!
Secara sengaja, Nabilah yang
berjalan mundur itu menabrakkan dirinya ke loker dimana Gaby menaruh tasnya.
“Nabilah minggir, hih!”
“Gak mau. Gw gak mau minggir
sebelum lo mau ngomong sama gw.”
“Gak ada yang perlu diomongin
antara kita.”
“Ada. Banyak. Siape yang bilang
gak ade?”
“Gw yang bilang.”
“Ett dah Gaby, dengerin gw dulu
sebentar. Abis itu gw bakal minggir deh.”
“Yaudah cepetan.”
“Gak disini. Kita cari tempat
lain.”
“Haduh Nabilah, waktu istirahat
kita cuman bentar nih.”
“Errr… yaudah, yaudah gw ngomong
disini.”
“Yaudah ngomong.”
“Emm itu….” Nabilah menunduk, ragu
dan terlihat malu. Cukup aneh untuk seorang Nabilah. “Gw itu sebnenernya…”
“Sebenernya?”
“Gw…. Emm lo tau gak kenapa selama
ini suka gangguin lo kalo lagi sama Beby?”
“Gak tau. Emang kenapa?”
“Hais. Gaby mah oon banget sih. Gw
tanya malah balik tanya.”
“Ya emang Gaby gak ngerti. Udah deh
gak usah pake kode-kodean.”
“Gak bisa. Lo harus ngerti!”
“Kok lo maksa, sih? Dibilangin gw
gak ngerti. Au ah.” Tiba-tiba Gaby membalikkan badannya.
“Ett. Iya, iya. Gw tuh…. Gw tuh
suka sama lo, ayam.” Ucap Nabilah lantang dan cukup untuk dapat di dengar oleh
member lain yang ada disana.
Stefi, Frieska dan yang lainnya
terlihat cukup kaget dan langsung berpura-pura sibuk dengan kegiatan mereka
masing-masing. Apalagi, Melody tanpa suara juga mengarahkan mereka untuk
beranggapan tidak mendengar pengakuan Nabilah pada Gaby yang wajahnya sudah
memerah bagai udang rebus.
“Gab. Lo kok diem aja?” Tanya Nabilah
mendekat pada Gaby. “Lo marah, ye?” Saat Nabilah menepuk lembut pundak Gaby, dalam
diamnya Gaby malah pergi berlari meninggalkannya...
~~~
Syuting bagian akhir tiba, seperti
di awal, Melody yang membuka untuk episode 1. Mereka kini sudah berada di dalam
salah satu café yang ada di Wonderland. Kelima ‘pasangan’ episode 1 sudah duduk
di mejanya masing-masing. Sementar 5 ‘pasangan’ di episode 2, menonton bersama
para crew.
Tidak ada drama yang aneh-aneh pada
episode pertama. Karena Laksani Sister terlihat tidak terlalu cemburu saat
melihat Farish-Stefi. Di episode 1 ini malah terlihat lucu, karena Melody,
Stefi, Ayana, Michelle terlihat kecil saat bersama ‘pasangan’nya. Apalagi Ditho
yang malah terlihat seperti adik laki-laki Frieska.
Adegan suap-suapan itu malah
memancing emosi dari mereka yang menonton. Siapa lagi kalau bukan Gracia,
Veranda yang masih jadi Vernando, dan juga tentunya Okta.
“Seneng banget sama Kak Ayana
kayaknya.” Ucap Okta.
“Sabar, Ta.” Ucap Gracia. “Kalau
memang pada akhirnya acara ini berdampak negative pada hubungan yang telah
terjalin… Paling tidak, kita ambil hikmahnya bahwa acara ini juga mendekatkan
dua generasi JKT48.” Tambahnya.
“Emang kamu sama Hamids--”
“Entahlah. Gak tau.” Ucapan ini
mengakhiri obrolan keduanya yang kembali fokus menonton.
Pasangan Kinan-Michelle yang
terlihat paling mencuri perhatian karena berisik. Bagaimana tidak, porsi makan
Kinan yang seperti kuli diprotes Michelle yang menganggap itu berlebihan. Walau
Kinan mampu menghabiskannya, tetap saja bagi Michelle itu tidak baik.
“Udah elah, Syel. Kak Kinan abisin
kok. Udah kamu tenang aja makan makanan kamu.”
“Ihh. Yaudah.”
“Nih, nih. Biar diem, Kak Kinan
bagi.” Ucap Kinan sambil memindahkan beberapa jenis makanan ke piring Michelle.
“Eh, eh aku gak mau Kak Kinan.”
“Gak boleh nolak makanan. Ayo abisin.
Biar cepet gede.”
“Gak mau, ah.”
“Kalo gak mau, Kak Kinan suapin,
nih.”
“Ihhh. Iya, iya. Michelle makan
sendiri.”
“Gitu dong. Dasar anak kecil.”
Ucap Kinan sambil mengacak-acak rambut Michelle, membuat Michelle
menggembungkan pipinya.
Akhirnya syuting adegan makan-makan
untuk para ‘pasangan’ di episode 1 kelar. Kini giliran episode 2 yang memulai.
Setelah Shania membukanya, dengan bringasnya para member yang kelaparan
tersebut langsung duduk.
Suasana tegang lebih terasa di
episode 2 ini dengan posisi duduk yang tidak sengaja ini. Jika aura mereka
dapat ditangkap oleh kamera, mungkin bakal terlihat ada dua aura. Yaitu, aura surga
yang keluar dari Vernando-Gracia yang adem ayem saja dan aura api neraka yang
keluar dari ‘pasangan’ lainnya. Dengan posisi duduknya berurutan, di sebelah
Vernando-Gracia, ada Nabil-Sisca lalu Adam-Shania. Di sebelah mereka
Boby-Elaine dan paling ujung Okta-Gaby.
Sungguh kebetulan. Apalagi dengan
posisi para ‘lelaki’ yang berurutan membuat Boby bisa menatap ketiga gadis yang
memiliki ‘hubungan’ dengannya di hadapan itu dengan jelas. Begitu juga dengan
Nabil dapat menatap Shania jelas. Tapi, untuk melihat Gaby dia harus sedikit
berusaha. Gaby menghela nafasnya merasa beruntung karena posisinya jauh dari
Nabilah yang masih menjadi Spiderman itu.
Tanpa sengaja, keduanya
bertatapan, Gaby langsung melengos dan menatap Okta yang sedang sibuk makan
dengan agak emosi. Okta masih ingat dengan jelas bagaimana dengan begitu
sabarnya, Desy yang sedang jadi Mario itu menyuapi Ayana.
“Ta, mending suapin Kak Gaby deh,
Tunjukin dong kalau kamu juga bisa.” Ucap Gaby.
Tanpa pikir panjang, Okta
menuruti. Agak licik sebenernya, memanfaatkan kecemburuan Okta pada
Mario-Ayana, Gaby menggunakan itu untuk membuat Nabil cemburu. Dan, tentu saja
berhasil.
“Tuh Ayam sama bocah tiang ngapain,
sih?!”
“Kak. Kita lagi syuting.” Ucap
Sisca.
“Gw juga tau, Sis.” Dengan kesal,
Nabil langsung memakan makanan dengan gaya yang tentunya sudah kalian tahu
tentunya.
Sementara rasa tidak nyaman dan tegang
dirasakan Boby-Elaine, Adam yang melihat keadaan itu selalu berusaha mengambil
perhatian Shania dengan obrolan atau menyuapinya. Tapi, Shania selalu cuek dan
hanya memperhatikan Boby. Boby hanya bisa menunduk. Merasa serba salah untuk
menoleh kemanapun.
Madep kanan, jelas dia akan melihat
Shania. Madep ke depan meliha Elaine, pasti membuat Shania makin tajam
menatapnya. Menghindar madep ke kiri, Shania pasti akan mengira Boby menatap
Gaby. Pusing pala Beby memang, serba salah kayak Raisa.
Akhirnya acara makan-makan itu berakhir.
Dan tiba di syuting penutupan. Selama proses penyettingan kamera dan lighting
di depan café –tempat yang akan jadi lokasi syuting penutupan-, Melody
menghapal kalimat-kalimat yang akan diucapkannya nanti.
Akhirnya setelah semuanya siap,
Melody siap menutup acara di episode 1 ini.
“Dapet kabar, katanya pemenang
episode ini bakal dapet liburan ke pantai.” Ucap Melody membuat para member
tentunya girang bukan main. “Wah, wah jadi gak sabar ya tau siapa pemenangnya.”
Seorang crew memberikan amplop putih pada Melody. “Kira-kira nama siapa ya yang
jadi pemenang?” Dibukalah amplop itu secara perlahan, wajah para member
terlihat antusias dan tak sabar.
Melody mengambil kertas di
dalamnya, lalu tersenyum. “Nama salah satu pesertanya dari…..”
TBC
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ayo~~ coba tebak siapa pemenangnya?? Wkwk
Mau spoiler sesuatu sebenernya, tapi takutnya jadi utang. Jadi gak jadi deh. Yaudah.
Intinya, Part 6 bakal jadi part terakhir kok :D *semoga *loh?
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m
-Jurimayu14-
*Keluar dari silent reader zone...
ReplyDeleteGesrek sama moment Boby-Elaine nya di part ini >_<
semoga BebKwek yang menang, huehehehe meski si bos bakal di jutekkin bu bos XD di tunggu part selanjutnya, dan tak lupa terima kasih atas update part ini m(__)m
Siapa aja yang menang gue ikhlas kok. terus update ye di tunggu
ReplyDeleteLanjut ayo lanjut 😒
ReplyDeleteCuriga boby-elaine yang menang tapi gapapa ikhlas soalnye mereka lucu ><
Lanjut ayo lanjut 😒
ReplyDeleteCuriga boby-elaine yang menang tapi gapapa ikhlas soalnye mereka lucu ><
AAaah sumpah ku gesrek dah sm Boby-Ilen :3
ReplyDeleteLucuk hihi