Apdet dan ini yang terakhir. Akhirnya :')
Hmm...
Mungkin endingnya bakal mengecewakan. Maaf kalau memang begitu.
Sebelum membaca...
Warning, this fanfic not for child.
Ada unsur 18++ dan adegan smut.
Untuk yang di bawah umur tolong tidak membacanya.
Sekali lagi. Saya udah peringatkan. Resiko ditanggung sendiri.
Dating or Acting? (JKT48) - Part 6
Finale~
Duduk di pinggiran pantai, Beby
memandangi luasnya laut di hadapannya sambil meminum sodanya. Beby
memperhatikan sekelilingnya. Memperhatikan orang-orang yang sedang berjemur,
bercanda tawa, bernarsis ria, dan tentunya bermain. Seperti kedua juniornya
yang sedang bermain air dan lempar-lemparan bola. Seperti anak kecil. Padahal
salah satunya bahkan lebih tua dari Beby.
“Kak Beby awas!” Teriak gadis itu.
Saat Beby menoleh, bola yang dimainkan keduanya melayang ke arahnya dan
mengenai wajahnya. “Aduh! Kak Beby maaf!” Ucap gadis bermata sipit itu sambil
berlari ke arah Beby.
“Santai aja, Kwek. Bola karet ini.”
Ucap Beby sambil mengembalikan bolanya pada Elaine.
“Tetep aja gak enak. Maaf ya Kak.”
Elaine kembali mengambil bolanya. “Mau ikut main?” Ajaknya.
“Gak usah. Kamu main aja sama
Gracia. Aku mau duduk aja disini.” Elaine tersenyum dan hanya menjawab dengan
anggukan lalu kembali menghampiri sahabatnya, Gracia.
Beby kembali memperhatikan kedua
sahabat itu, mereka begitu bermain dengan girang. Terlihat tanpa beban. Tentu
saja, mereka sangat bahagia. Karena mereka bisa bermain di sebuah pantai yang
begitu indah tanpa ada beban pekerjaan sedikitpun di pundak mereka. Begitu
lepas dan bebas dari segala kegiatan yang berhubungan dengan JKT48.
Beby bangkit dari duduknya.
Berjalan sedikit menjauh dari pantai. Dibuangnya kaleng soda yang telah habis
diminumnya ke tong sampah. Beby terus berjalan ke sebuah gubuk kedai yang ada
di pantai tersebut. Dia duduk di kursi kayu panjang yang disediakan sang
pemilik kedai. Dilihatnya gadis cantik di sampingnya yang sedang menikmati
cemilan sorenya itu.
“Sendirian aja, Syel?” Tanya Beby
membuka obrolan diantara mereka.
“Menurut Kak Beby?”
“Ehehe. Kak Kinal kemana?”
“Entahlah, paling jalan-jalan sama
Kak Ve, kan?” Jawab Michelle yang berbentuk pertanyaan juga.
Beby hanya mengangguk tanda mengiyakan.
Hening. Tidak ada obrolan diantara keduanya. Beby mengambil HPnya yang ada di
saku celananya. Tidak ada pesan/chat satupun dari seorang Shania Junianatha.
Beby menghela nafasnya. Dibukanya aplikasi Twitter, dilihatnya halaman lini
masanya. Terlihat Shania mempostkan beberapa tweet. Shania bahkan sempat sekali
me-mention Veranda dan Kinal untuk meminta oleh-oleh. Tapi tidak pada Beby. Hal
itu membuat tab mention Beby dan tentunya Shania rame karena hal itu. Terutama
mention dari para comblang.
Beby menghela nafasnya. Dan
kembali menutup aplikasi Twitternya. Bukan keinginannya untuk menjadi pemenang.
Dia hanya melakukan yang menurutnya wajar pada saat syuting Variety kemaren.
Beby sendiri juga tak habis pikir, entah bagaimana penilaian para juri.
Penilaian yang akhirnya mengatakan Beby-Elaine sebagai pemenang di episode dua,
dan Kinal-Michelle sebagai pemenang di episode pertama.
Lalu… Kenapa ada Veranda-Gracia
juga??
-Flashback-
Seperti di pembukaan, Melody
kembali ditunjuk menjadi host. Menutup acara setelah proses syuting
makan-makan. Dengan lancar Melody menutupnya dan tibalah di bagian pengumuman.
“Dapet kabar, katanya pemenang
episode ini bakal dapet liburan ke pantai.” Ucap Melody membuat para member
tentunya girang bukan main. “Wah, wah jadi gak sabar ya tau siapa pemenangnya.”
Seorang crew memberikan amplop putih pada Melody. “Kira-kira nama siapa ya yang
jadi pemenang?” Dibukalah amplop itu secara perlahan, wajah para member
terlihat antusias dan tak sabar.
Melody mengambil kertas di
dalamnya, lalu tersenyum. “Nama salah satu pesertanya dari M.” Melody? Mario?
Michelle? Ada tiga kemungkinan. “Dan yang satunya lagi….. K.” Kinal dan
Michelle langsung berhadapan. “Kinal dan Michelle selamat!” Melody memamerkan
isi surat yang dipegangnya itu pada kamera yang menyorot dirinya.
Mendengar pengumuman mereka jadi
pemenang, secara spontan Kinal-Michelle berpelukan. Tentunya membuat seorang
Jessica Veranda terkejut. Tapi, keduanya yang begitu bahagia dan excited masih
belum menyadari apa yang mereka lakukan. Bahkan saking excited-nya, Kinal
sampai seperti mengangkat Michelle.
Cukup lama untuk keduanya
menyadari apa yang mereka lakukan. Reflek Kinal kembali melepas pelukannya yang
kuat dan Michelle-pun langsung loncat dan kembali berdiri di tempatnya semula
sambil menunduk. Wajahnya begitu merah, sangat merah. Jantungnya berdegup
kencang. Kenapa bisa-bisanya dengan mudahnya dia merangkul dan menerima
rangkulan Kinal? Ingin rasanya merutuki dirinya sendiri.
“Aduh, saking girangnya lupa ya
kameranya masih nyorot.” Ledek Melody, Kinal hanya cengar-cengir kuda. Cengiran
yang menutupi rasa takutnya karena kelepasan meluk cewek lain.
Setelah itu Melody kembali
berbicara. Episode satupun benar-benar selesai.
“Ve, maaf.” Ucap Kinal pada
Veranda yang sedari tadi menonton. Tentu saja.
“Gak apa-apa Nay, kamu kan gak
sengaja. Oh iya, selamat ya.” Ucap Veranda sambil tersenyum.
Syuting penutupan episode dua
dilakukan di tempat yang sama. Dengan Shania kembali jadi hostnya. Dari jauh,
Beby memandangi Shania yang sedang berlatih berbicara itu. Berlatih supaya
tidak terlihat seperti menghafalkan kalimat-kalimat penutup yang akan
diucapkannya nanti. Beby tersenyum, dimatanya Shania begitu hebat. Gadis itu
terlihat begitu konsentrasi dan fokus dengan tanggung jawab yang diterimanya.
Padahal selama syuting mungkin mood Shania hancur karena kecemburuan yang
dipupuknya sendiri. Tapi, urusan pekerjaan seperti ini. Tiga jempol untuk
Shania. Karena satu jempol terlalu sedikit, empat jempol terlalu banyak.
Yeyeyeye~
Setelah 10 menit berlalu, syuting-pun
dimulai…
“Kembali lagi sama saya Shania
yang kembali ditunjuk jadi host. Hahaha. Akhirnya kita tiba dipenghujung
acara.” Ucap Shania dengan nada dan bergaya sedih. “Eh tapi, jangan sedih dulu.
Karena dipenghujung acara ini bakal diumumin siapa pasangan yang jadi pemenang
di episode dua ini. Pasti pada penasaran, kan?”
“Pasti kang bajay yang menang, iye
gak Sis?” Tanya Nabilah yang sudah kembali jadi Gwen. Sisca hanya mengangguk.
“Eitss!! Dan bukan cuman itu!
Kabarnya bakal ada satu pemenang lagi loh. Jadi dari sisa pasangan yang gak
jadi pemenang di episode satu dan dua, kalian bisa voting pasangan favorit
kalian disini nih.” Ucap Shania sambil menunjuk bawahnya yang sebenernya tidak
ada apa-apa. “Pemenang pilihan pemirsa bakal diumumin di awal episode tiga.
Jadi total akan ada tiga pasangan yang bakal jalan-jalan ke pantai nih.”
“Wih!! Semoga menang, semoga.
Amin.” Ucap Nabilah kembali.
“Yups lansung aja deh, ya.” Surat
diberikan oleh seorang crew pada Shania. Shania langsung mengambilnya dan
joget-joget sambil bernyanyi. “Kita dapat surat~ kita dapat surat~ Udah
langsung aja.” Perlahan Shania membuka amplop itu.
Dari tempatnya Beby melongok untuk
melihat ke arah Shania, bukan karena penasaran dengan siapa yang akan jadi
pemenangnya. Tapi, Beby ingin memperhatikan senyuman manis dan tingkah laku
Shania barusan yang begitu menggemaskan sesuai umurnya. Walau wajahnya tetep
kaya tante.
Senyum Shania yang sudah sedari
tadi dibangunnya dengan susah payah, langsung runtuh begitu melihat nama
pasangan yang tertera. Shania menelan ludahnya. Berusaha mengatur dengan baik
ekspresi wajahnya. Andela yang berdiri di sampingnya -yang tentunya juga dapat
dengan jelas melihat tulisan di dalam surat tersebut- langsung menempelkan
dirinya pada Shania. Dengan hati-hati agar tidak terlihat kamera yang merekam
mereka, Andela mengusap lembut punggung sepupunya.
Shania menghela nafasnya. Setelah
Andela membisikkan kata penyemangat. Akhirnya Shania sadar tidak ada waktu
lagi, di hadapannya Pak Firman-pun memperhatikannya dan menunggu.
Shania kembali tersenyum. “Wah
pemenangnya pasangan mini-mini nih.” Ucap Shania entah untuk mencairkan suasana
atau meledek. “Elaine dan Beby selamat!” Ucap Shania terdengar begitu menusuk
di kuping Beby-Elaine, apalagi saat mengucapkan nama Beby. Dipamerkannya isi
surat itu ke arah kamera. *ngenes gw sih :v
ngumumin pacar sama cewek lain bakal jalan berduaan wk
Beby dan Elaine masih diam hanya
saling pandang. Bingung harus bagaimana mereka bereaksi. Di satu sisi mereka
senang, tentu saja siapa yang tidak senang jalan-jalan ke pantai gratis. Tapi,
di satu sisi, mereka akan meninggalkan kekasih mereka sesungguhnya dalam
keadaan yang bisa makin memperburuk kesalah pahaman yang sudah tercipta.
Terutama Beby dan Shania.
Akhirnya dengan menahan air
matanya, Shania menutup syuting episode dua dengan cukup baik.
“Shan.” Panggil Beby menghampiri
Shania yang sedang berbicara dengan seorang crew.
Shania menoleh pada Beby, tidak
ada senyum yang terukir di wajahnya.
“Shan, maaf.”
“Maaf kenapa? Salah apaan? Oh iya
selamat ya. Asik nih jalan-jalan.”
“Shan-”
“Oh iya Beb, duluan ya. Udah gerah
mau cepet-cepet ganti baju terus pulang. Kamu taulah rumah aku diluar planet
nih. Dah.” Tidak memberi kesempatan Beby berbicara, Shania langsung berlari
tinggalkan Beby yang hanya diam mematung.
Seminggu setelah penayangan
episode dua. Episode tiga ditayangkan. Siapa sangka cukup banyak yang ternyata
meminati acara tersebut. Terlihat dari banyaknya voting dukungan yang masuk.
Adam-Shania dan Vernando-Gracia menjadi dua pasangan yang paling banyak disukai
pemirsa. Dan ternyata, dengan kemenangan tipis, Vernando-Gracia yang akhirnya
jadi pemenang pilihan pemirsa, dan menjadi pasangan ketiga yang mendapatkan
hadiah berlibur ke pantai.
*yang vote para combs itu pasti. Jelas banget wkwk
-Flashback End-
Beby menghela nafasnya.
Disampingnya Michelle telah selesai dengan makanannya. Saat Beby ingin bangkit,
Michelle menahan tangannya.
“Kenapa?”
“Selfie dulu Kak Beby. Kasih
kabar.”
Anggep aja ini fotonya. |
Beby berpikir sejenak lalu
mengangguk tanda setuju. Beberapa foto diambil oleh Michelle. Setelah dirasa
cukup, Beby memilih kembali lebih dahulu ke villa yang disewakan untuk mereka.
Beby terus melangkahkan kakinya, hingga langkahnya berhenti saat melihat Kinal
sedang duduk di ayunan depan villa.
“Kak Kinal? Kok disini sendirian?
Kak Ve mana?”
“Eh Beb. Ve lagi di dalem, gak tau
ngambil apaan.” Beby hanya ber-hoo ria.
“Kak Kinal gak nemenin Michelle?
Kasian dia dari tadi sendirian.”
“Michelle udah gede kali Beb.”
“Parah banget, mentang-mentang ada
Kak Ve.”
“Yee gak ada hubungannya. Lo
sendiri gak sama Elaine?”
“Elainenya kan ada Gracia.”
“Oh iya, ya.”
Hening. Keduanya larut dalam diam.
Membiarkan angin berhembus menerpa wajah keduanya. Suara desiran Hamids eh
ombak terdengar begitu indah. *cielah
HamIndah banget :v* Keduanya terus terdiam hingga KInal yang sibuk dengan
HPnya mengingat sesuatu.
“Eh Beb, Shania nanyain lo tuh.
Emang lo gak ngasih kabar?”
Beby menggeleng. “Chat aku dari
kemaren-kemaren cuman di read sama dia.”
“Ehh? Lo berdua berantem?”
“Entahlah Kak. Shania jadi jutek
sama aku sejak selesai syuting, aku diemin malah makin parah.”
“Jelasin lah Beb. Ngomong.”
“Kak Kinal kayak gak tau Shania
aja. Susah. Setiap aku mau jelasin dia kabur. Pernah aku bela-belain ke
rumahnya, dianya malah ngusir aku.”
“Emm… Shania lagi PMS kali, ya
diemin aja dululah.”
“Tau deh Kak, terserah dia aja.
Aku capek. Balik dulu.”
Kinal menghela nafasnya. Dia
sendiri tak habis pikir kenapa Shania secemburu itu dengan gadis yang berstatus
sebagai pacar sepupunya. Kinal bisa paham ketakutan akan kehilangan Beby yang
dirasakan Shania. Kinal sangat mengerti. Kinal sangat tahu perjuangan Shania
mendapatkan hati Beby dan akhirnya bisa memilikinya. Tapi, tidak seharusnya
juga Shania seperti itu bila diingat hal yang dilakukan Beby-Elaine hanya
sebatas pekerjaan.
Kinal menghela nafasnya kembali.
Ditatapnya langit yang sudah mulai gelap. Sebagai kapten tim J, Kinal lega.
Pasangan itu tidak membawa masalah mereka ke atas panggung teater. Namun,
sebagai sahabat, Kinal merasa begitu khawatir. Diingatnya kembali hal yang
mereka lakukan dua minggu yang lalu itu. Kinal mengusap dadanya, merasa
beruntung Veranda sama sekali tidak marah dan tetap mempercayainya.
Beby tiba di villa mereka saat
ingin masuk ke dalam kamarnya -dan kamar Elaine tentunya-. Beby bertemu dengan
Veranda, gadis itu terlihat terburu-buru. Mungkin sudah terlalu lama
meninggalkan Kinal di luar, jadinya seperti itu. Veranda tersenyum singkat pada
Beby. Beby hanya tersenyum dan menggeleng melihat itu.
Beby akhirnya masuk ke dalam
kamarnya. Rapih, tentu saja. Kamar ini belum dipake tidur sama sekali. Saat
tiba tadi siang, mereka hanya menaruh barang, makan siang lalu jalan-jalan
sesuka mereka. Beby duduk di atas tempat tidur berseprei putih itu. Dia
rebahkan tubuhnya ke kasur yang super empuk tersebut. Beby memandangi
langit-langit kamar tempatnya akan tidur malam ini. Beby merasakan sepi. Dia
kesepian. Dia merindukan Shania.
Tanpa dirinya sadari, bulir air
matanya menetes dari sudut matanya. Beby menertawai dirinya sendiri. Merasa
lucu karena dia menangis karena gadis lain. Salah. Bukan gadis lain. Tapi,
kekasihnya. Gadis yang begitu keras kepala, cemburuan namun dibalik itu semua,
gadis itu menyayangi Beby dengan sangat. Seperti Beby menyayanginya.
Sudah dua minggu mereka seperti
orang asing. Keberadaan Beby seperti angin untuk Shania. Sakit, begitu sakit.
Beby bertanya dalam doanya di setiap harinya. Sampai kapan Shania
menghakiminya? Sampai kapan Shania mau memusuhinya? Apa Shania sudah tak lagi
menyayangi Beby?
Kedua sudut mata Beby terus
keluarkan cairan berasa asin itu. Puluhan menit Beby buang hanya untuk
menangisi seorang Shania. Membuat mata dan pikirannya lelah dan akhirnya, Beby
tertidur…
~~~
Saat Beby sedang menikmati
tidurnya, Veranda dan Kinal sambil bergandengan tangan, keduanya berjalan di
pinggiran pantai. Keduanya terlihat begitu bahagia, menikmati air pantai yang
menyentuh kaki mereka. Memandangi langit yang sudah menjadi gelap. Keduanya
terus berjalan lalu duduk di kursi kayu yang tak jauh dari pantai.
“Nay.” Panggil Veranda manja.
“Hmm? Kenapa Ve?”
“Muka kamu kok kusam kenapa?”
“Kayaknya muka aku dari dulu emang
gini deh.”
“Lagi mikirin apa, sih?”
“Gak mikirin apa-apa. Cuman itu
aja tadi, Beby sama Shania.”
“Kenapa mereka? Masih berantem?”
“Gitulah Ve. Ya, aku juga gak
berhak komen atau urusin hubungan mereka lebih jauh sih. Cuman lihatnya kasian
aja, gitu.”
“Kasian Bebynya? Atau Shanianya?”
“Dua-duanya lah, Ve. Cuman karena
kerjaan aja sampe berantem gitu. Untung kamu gak gitu.”
“Gak gitu gimana?”
“Gak cemburuan gitu kek Shania.”
“Siapa yang bilang aku gak
cemburu?” Veranda menghela nafasnya. “Aku cemburu hanya saja aku tahu waktu dan
keadaan Nay. Dan karena aku percaya kamu. Walau aku tahu kalau Michelle….”
Veranda menghentikan ucapannya. Dia terlihat berpikir.
“Michelle kenapa?”
“Michelle suka sama kamu.”
“Uhuk-uhuk.” Kinal terbatuk. “Kamu
serius, Ve??”
“Seriuslah. Ngapain aku bercanda.”
“Kamu tau darimana?”
“Emangnya kamu gak ngeh dengan
perlakuannya?” Kinal menggeleng. “Yaudahlah Nay sekarang kamu udah tau. Paham
kan kenapa aku minta kamu jaga sikap waktu itu. Bukan cuman karena aku
cemburu.” Veranda berhenti sejenak. “Aku cuman takut, takut Michelle terluka
sendiri. Ini bukan cuman demi kita dan dia. Tapi juga JKT48. Karena dia, salah
satu masa depan JKT48.”
“Iya, Ve. Aku ngerti maksud kamu.”
Michelle, gadis yang dibicarakan VeNal
couple itu kini telah bersama Gracia dan Elaine. Mereka terlihat begitu puas
setelah seharian bermain. Kini ketiganya sedang berjalan kembali ke villa
mereka karena sudah waktunya mereka untuk makan malam.
“Gre, Syel. Duluan aja ke ruang
makannya. Aku ke kamar dulu.” Ucap Elaine.
Setelah dadah-dadah, Elaine
berjalan menuju kamarnya. Dibukanya pintu kamarnya. Di dalam, dia melihat Beby
sedang tertidur dengan tubuh bergetar. Didekatinya tubuh Beby secara perlahan,
betapa terkejutnya Elaine saat melihat seniornya itu menangis dalam tidurnya.
Dengan hati-hati, Elaine duduk di
tepi ranjang, di sebelah Beby. Ditatapnya wajah kekanakan Beby, begitu terlihat
kelelahan. Segitu membuat Beby tersiksakah masalah hubungan Beby dengan Shania
sampai Beby menangisinya di dalam alam bawah sadarnya?
Elaine yang aslinya lebih tua dari
Beby, merasa iba, membayangkan jika hal ini menimpa hubungannya dengan Andela.
Elaine tersenyum miris. Diusapnya lembut dengan ibu jarinya kedua sudut mata
Beby. Dihapusnya air mata yang membasahi pipi Beby. Elaine terus menatap Beby,
akhirnya Beby terlihat lebih tenang. Tubuh Beby tiba-tiba bergerak, meringkuk. Elaine
kembali tersenyum, diambil selimut lalu ditutupinya tubuh Beby dengan selimut
itu.
Saat Elaine ingin bangkit untuk
mengambil HPnya yang seharian ditinggalkannya, sesuatu menahan lengannya untuk
bangkit. Elaine menoleh, melihat Beby memegangi tangannya.
“Shan… Shanju…” Igau Beby. “Jangan
pergi…”
Elaine menghela nafasnya. Apa yang
harus dilakukannya? Akhirnya, dia biarkan Beby terus menggenggam erat
tangannya. Membiarkan Beby menganggap dirinya seorang Shania. 15 menit berlalu
dalam keadaan tetap seperti itu, hingga suara ketukan kagetkan dirinya.
“Ci Elaine, ini Gracia. Masih
lama?”
“A-Ahh, gak kok. Bentar Gre.”
Lagi-lagi, saat Elaine ingin bangkit, Beby menahannya.
Bagaimana ini? Melihat wajah lelap
Beby, Elaine tidak tega untuk membangunkannya. Apalagi dengan keadaan mereka
yang sedang berpegangan tangan. Hanya ada satu cara agar Beby melepaskan
tangannya. Dengan jantung yang telah berdegup kencang, Elaine mendekatkan
wajahnya ke wajah Beby, diciumnya lembut kening Beby yang jenong, gila,
ide yang gila.
“Kak Be—Ehmm, Beb, tolong lepasin
tangan aku. Sebentar aja.”
“Shan…”
“Aku gak akan kemana-mana kok. Aku
janji.”
Perlahan genggaman tangan Beby
melemah. Langsung saja Elaine bangkit mengambil HPnya dan keluar menemui Gracia
yang menunggunya di depan.
“Muka Ci Elaine kenapa? Kok
merah?” Elaine diam, bingung dengan maksud Gracia. “Ci Elaine gak
kenapa-kenapa, kan? Tadi kenapa lama?”
“Ahh itu Kak Be—Ahh, tadi aku ke
kamar mandi dulu. Maaf ya, lama. Yaudah yuk.” Gracia hanya mengangguk.
Elaine dan Gracia menghampiri
Michelle yang sudah terlebih dahulu menunggu mereka di ruang makan. Seorang
diri, Michelle menyiapkan makan malam untuk mereka ber-enam. Ya, mereka hanya
ber-enam. Tanpa orang tua, tanpa crew televisi, tanpa staf JOT.
“Loh, Kak Ve sama Kak Kinal belom
balik?” Tanya Elaine. Michelle hanya menggeleng.
Tak berapa lama, pasangan yang
baru saja ditanyakan Elaine itu muncul.
“Oi dedek-dedek gemes.” Panggil
Kinal yang baru datang dan langsung mengambil bakwan yang baru di keluarkan
Gracia, spontan Veranda langsung memukul punggung Kinal. “Uhuk. Aduh Ve, orang
lagi makan juga.”
“Tangan kamu tuh kotor abis dari
luar. Cuci tangan dulu dong kalau mau makan.”
“Namanya juga udah laper Ve.”
Veranda hanya memutar kedua bola
matanya. Melihat pemandangan itu Gracia menahan tawanya. Tapi, tidak dengan
Elaine dan apalagi Michelle. Miris. Gadis itu berusahan menahan lukanya dengan
senyuman. Sebuah senyuman palsu yang selalu ditunjukkannya di depan semuanya.
“Len, Beby mana, kok Kak Ve gak
lihat?”
“Ahh, Kak Beby tidur Kak.”
“Tidur? Nay. Kamu panggil Beby
gih, bangunin suruh makan.”
“Mamain? Hahian Ve, ohang lahi
hihur.” (Ngapain? Kasian Ve, orang lagi tidur) Ucap Kinal yang masih mengunyah
bakwan.
“Nay, bangunin Beby. Kasian kalau
dia kebangun tengah malem karena cari makanan.”
“Tapi Ve--”
“Nay.”
Dengan langkah yang terkesan
terpaksa, setelah dapatkan tatapan sinis kekasihnya, Kinal menuju kamar Beby.
Diketoknya pintu kamar berwarna coklat itu.
“Beb! Bangun Beb, makan.” Tak ada
jawaban. “Beb, gw masuk ya.” Kinal membuka pintu tersebut. Dilahatnya Beby yang
sedang tertidur pulas. “Beb, sorry ye. Bangun Beb, dipanggil Ve. Disuruh
makan.” Disenggolnya badan Beby dengan tangannya. “Beb, bangun.”
“Shania?”
“Yaelah
nih anak. Ini gw Kinal. Bangun oi.”
“Engghh.” Secara perlahan Beby
membuka matanya. Ditatapnya Kinal. “Kak Kinal? Kok ada disini?”
“Lu lupa ya kita lagi dimana? Lagi
liburan di pantai malah tidur. Bangun udah cepetan. Dipanggil Ve tuh. Disuruh
makan. Udah ya gw tunggu depan. Jangan lama-lama. Entar keburu Ve berubah
jadi Jessica.” Kinalpun keluar.
Beby mengusap-usap matanya yang
masih sedikit basah. Dilihatnya sekelilingnya. Setelah ngulet, Beby lalu duduk
di tepi ranjang. Masih mencerna apa saja yang telah terjadi. Salah satunya
adalah… Siapa yang mencium keningnya? Apa itu hanya mimpi? Tapi, mengapa begitu
nyata? Tidak mungkin seorang Shania kalau memang itu nyata dan bukan mimpi.
Elaine? Hah! Pikiran gila macam apa yang membuat Beby beranggapan Elaine
melakukan hal itu.
Beby menggeleng, dibuangnya
jauh-jauh pikiran aneh yang merasuki otaknya sesaat itu. Beby bangkit lalu
menghampiri Kinal yang masih menunggunya. Keduanyapun menuju tempat makan.
Disana empat orang lainnya terlihat menunggu mereka. Setibanya mereka, acara
makan malam dimulai.
Hening, acara makan malam itu
begitu hening. Hanya suara Kinal yang duduk di tengah bagaikan kepala keluarga
yang terdengar. Dan sesekali omelan Veranda atau tawa kecil Gracia yang
mengkhiasi. Bagaiaman dengan 3 orang lainnya? Mereka hanya diam. Bagaikan larut
dan mengkhayati makanan di depan mereka.
Michelle yang duduk di tengah dan
berseberangan jauh dari Kinal tentunya hanya bisa diam. Hatinya bagai teriris
setiap melihat kedekatan dan kemesraan Veranda dengan Kinal. Ingin rasanya
gadis itu berlari pergi tinggalkan ruangan tersebut. Tapi, Michelle menahannya.
Menghargai dan masih menghormati teman seperjuangan dan seniornya yang ada
disana.
Sementara Elaine dan Beby yang
duduk berhadapan, keduanya hanya menunduk. Seakan nasi dan lauk-pauk yang
mereka makan itu lebih menarik dibanding teman mereka. Kedua gadis yang kadang
dibilang mirip itu larut dalam kebingungan yang mereka ciptakan sendiri. Hal
yang secara tak sengaja sama-sama dipikirkan keduanya.
Elaine tak berani menatap wajah
Beby, takut. Takut seniornya tahu hal yang seharusnya tidak dilakukannya. Takut
Beby salah paham dengannya. Begitu juga dengan Beby. Hatinya menyatakan, ciuman
hangat di keningnya itu sebuah kenyataan dan Elaine yang melakukannya. Tapi apa
benar? Dan kenapa? Bagaimana kalau salah? Rumit.
Veranda yang peka dengan keadaan
mereka memandangi satu persatu wajah ketiga ‘adik’nya itu. Sama. Sama-sama
menunjukkan kemurungan dan kegelisahan. Soal Michelle, Veranda tahu. Tapi,
kenapa dengan Elaine dan Beby?
“Kalian bertiga gak apa-apa, kan?”
Tanya Veranda, spontan semuanya menoleh padanya.
“Hah?” Kaget Michelle, Beby dan
Elaine dan kompak. “Gak apa-apa.” Lagi, dengan kompak ketiganya menjawab sambil
menggeleng.
Veranda hanya menghela nafasnya.
Berharap semoga memang tidak ada apa-apa.
Acara makan malam itu akhirnya
berakhir. Namun, mereka tidak langsung tidur. Mereka berkumpul di ruang TV
untuk bermain sejenak. Bersama dengan ketiga juniornya, Kinal bermain kartu.
Sementara Veranda duduk di sofa memperhatikan mereka. Lalu Beby? Duduk di
sebelah Veranda dalam diam.
“Hwahahaha!! Elaine kalah lagi!!
Coret-coret!!” Ucap Kinal begitu semangat.
Elaine memanyunkan bibirnya.
Pasrah wajah imutnya harus di coret-coret lagi. Untung hanya dengan bedak.
Gracia yang terlebih dahulu mencoret dibagian hidung Elaine. Saat Kinal dan
Michelle ingin mencolek bedak, secara kebetulan tangan mereka bersentuhan.
Keduanya langsung bertatapan. Tapi, dengan cepat Kinal menghindari kontak mata
yang terjadi antara keduanya. Kejadian tak sengaja yang membuat mereka jadi
canggung. Tidak seperti saat syuting.
Veranda yang memperhatikan,
menyadari hal itu. Tapi, dia memilih untuk tidak mempermasalahkan hal itu. Bagi
Veranda murungnya Beby terlihat lebih merebut perhatiannya. Beby terlihat
menyedihkan. Diperhatikannya Beby yang sedang menggenggam sebuah kalung.
“Kalung siapa, Beb?” Tanya Veranda
membuka obrolan.
“Ahh? Ini? Bukan siapa-siapa.”
Jawab Beby jelas berbohong.
Kalung berbandul kepala Minnie
Mouse itu di masukkan Beby ke dalam kantong celananya. Beby lalu berdiri dan
membungkuk sedikit pada Veranda sebelum pergi tinggalkan ruangan itu.
Beby masuk ke dalam kamarnya. Dia
duduk di tepi ranjang sambil memandangi kalung untuk Shania yang dibelinya di
Wonderland itu. Tiba-tiba Beby teringat kembali dengan kalung lain yang
dibelikan dan diberikannya untuk Elaine. Apa gadis itu masih menyimpannya?
Tiba-tiba HP Beby yang ada di
dekat meja rias dalam kamar itu berbunyi. Terlihat mamanya menelepon setelah
berbicara singkat dengan sang mama, tanpa sengaja Beby melihat kalung darinya
untuk Elaine tergeletak di atas meja rias tersebut. Diambilnya kalung tersebut.
Beby tersenyum, ternyata Elaine masih menyimpannya.
Saat Beby sedang memegang kalung
milik Elaine itu, pintu kamarnya terbuka. Terlihat Elaine yang membuka dan
langsung kaget saat melihat Beby sedang memegang kalungnya.
“Elaine?” “Kak Beby?” Panggil
keduanya bersamaan.
“Kak Beby duluan.”
“Elaine dulu aja.”
“Kalung aku, Kak.” Ucap Elaine
sambil mendekat ke arah Beby.
“Kamu simpen?”
Elaine mengangguk. “Itu kan hadiah
dari Kak Beby.” Jawab Elaine sambil menunduk. Tak berani menatap wajah Beby.
“Maaf gak aku pake, soalnya takut ilang di pantai.”
“Emangnya Andela gak tanyain?”
“Andela…. Aku sama Andela…”
“Kalian masih pacaran, kan?”
“Masih kok, cuman….”
“Cuman?”
“Ahh, gak apa-apa, kak.” Elaine
tiba-tiba menjauh dari Beby dan menuju tasnya. “Kak Beby, aku tidur di kamar
Michelle, sama Gracia. Kak Beby gak apa-apa kan sendiri?”
“Terus Kak Kinal?”
“Tidur sama Kak Ve dikamar
Gracia.” Sambil membawa piyamanya, Elaine masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah 5 menit Elaine kembali
dari kamar mandi dengan telah berganti pakaian. Beby dilihatnya sedang diam
duduk di tepi ranjang. Elaine memilih mengabaikan Beby dan berjalan mendekat
pintu. Dan saat dia ingin membuka pintunya….
BRUK!!
Pintu itu ditutup kasar oleh Beby
yang sudah berdiri dibelakang Elaine dengan satu tangannya, sementara tangan
Beby yang satunya memegang tangan Elaine. Elaine hanya diam, tidak berani
bertanya atau mengucapkan satu patah katapun. Jantungnya kembali berdegup tak
karuan dengan keadaan dirinya yang berada diantara pintu dan Beby. Nafas Beby
yang berat begitu menggelitik Elaine. Membuat Elaine merasa bagai tersengat.
Tiba-tiba, sebuah kalung
dipakaikan Beby pada Elaine. Elaine menunduk, dilihatnya kalung berbandul
Minnie dan UFO yang kini menghiasi lehernya. Kaget. Tentu saja. Comblang
Fans mana yang tidak tahu Minnie bagi Beby itu adalah Shania. Tapi, kenapa Beby
memberikannya pada Elaine?
“Ciuman di kening Kak Beby, itu
Elaine yang ngelakuin, kan?” Elaine terdiam. Sungguh tak menyangka, Beby tahu
akan hal itu.
Elaine membalikkan badannya,
ditatapnya Beby yang sedang menatapnya dengan lekat. Mereka hanya saling
pandang dalam diam. Elaine mengangguk sebagai jawaba. Tak ada kata yang terucap
diantara keduanya. Beby mendekat perlahan ke arah Elaine, gadis bertubuh kecil
itu langsung mundur. Namun, Beby masih mendekatinya, dan…
CKLEK!
Elaine melirik sekilas ke arah
tangan Beby yang ternyata mengunci pintu kamar mereka. Kembali ditatapnya Beby
yang wajahnya mendekati wajahnya. Elaine pasrah, dia memejamkan matanya dan…
Chu~
Dengan lembutnya, Beby mencium
bibir mungil Elaine. Elaine melebarkan matanya karena terkejut pada awalnya dan
pada akhirnya luluh. Dia memejamkan matanya kembali, membiarkan bibirnya beradu
dengan bibir Beby. Manis dan asin begitulah rasa ciuman pertama keduanya. Dalam
ciuman itu, Beby menangis. Elaine bisa merasakannya. Air mata Beby jatuh
membasahi bibir keduanya.
Lembut. Ciuman Beby begitu lembut.
Berbeda dengan Andela yang sedikit kasar. Munafik bila Elaine mengatakan dia
tidak menyukai ciuman dan bibir keriting Beby yang menggoda itu. Perlahan,
ciuman keduanya semakin dalam. Ingin, Elaine ingin menikmati bibir bagian atas
milik Beby. Dihasapnya lembut. Beby tidak mau kalah, dia mulai menginginkan
akses untuk masuk ke dalam mulut Elaine.
Tanpa banyak berpikir, Elaine
memberikan akses untuk lidah Beby. Lidah Beby dengan lihainya langsung berpetualang
di dalam sana. Lidah mereka saling bertemu dan beradu. Menari-nari seirama.
Mereka saling bertatapan dalam posisi seperti itu. Mereka berciuman dalam
keadaan sama-sama memikirkan pasangan asli mereka.
Salah seorang diantaranya sedang
berjuang dengan kegiatannya…
“Kalau Andela gimana, nih?” Tanya
Anin saat mereka sedang MC di teater malam itu.
“Iya, kalau aku kan suka juga tuh
sama Ilen….” Menyebut nama Elaine, raut wajah Andela berubah. Feelingnya tidak
enak. “Ilen…”
“Kenapa, Ndel?” Tanya Anin
khawatir.
“Ahh iya itu Nin, jadi…” Dengan
professioanalnya, Andela berusaha menutupi kegelisahannya.
Kegelisahan yang tiba-tiba juga
dirasakan seorang Shania…
PRANG!!
Gelas yang dipegang Shania jatuh,
pecah. Berserakan di lantai rumahnya. Sambil menggerutu, Shania berjongkok dan
berusaha membersihkan pecahan gelas tersebut dan…
“Aw.” Tangannya terkena ujung
beling.
Moment itu mengingatkannya pada
kejadiannya dengan Beby di masa lalu. Saat itu, Shania sedang berada di rumah
Beby dan tidak sengaja menyenggol gelas yang ada di atas meja makan. Seperti
sekarang, tangannya terluka. Dan dengan cepat, Beby langsung menghisap jari
Shania yang terluka. Tapi, sekarang tidak ada Beby disampingnya. Tidak ada yang
melakukan hal itu lagi.
“Beby…” Panggil lirih Shania.
Terlambat. Terlambat sudah bila
Shania menyesali semuanya sekarang ini. Di villa yang jauh dari tempat Shania
berada. Bibir keriting Beby sudah tidak lagi jadi miliknya seutuhnya. Bibir itu
sudah dibagi Beby untuk gadis lain. Gadis yang dahulu tidak memiliki dosa
apapun pada Shania. Gadis yang kini benar-benar masuk ke dalam pikiran dan hati
Beby.
Beby melepaskan ciumannya, untuk
sekadar mereka bernafas kembali. Nafas keduanya sudah tidak beraturan. Kening
keduanya saling menempel, sambil tersenyum, mereka sama-sama menangis. Merasa
bodoh dan gila. Dengan kedua ibu jarinya, Beby mengusap lembut sudut mata sipit
Elaine.
“Len.” Panggil Beby lembut.
*gw bikin awalan nih NC sedih serius, yaudahlah selamat menikmati :’)
Perlahan tangan Elaine yang
tadinya hanya dibawah, naik dan merangkul leher Beby. Ditariknya pelan kepala
Beby. Sungguh, Beby tidak menyangka Elaine membiarkannya. Membiarkan dirinya
jadi pelampiasan Beby yang sudah tidak lagi bisa menahan kehancuran di hatinya.
Mereka kembali berciuman, dengan
satu tangan, Beby membuka dua kancing paling atas milik Elaine. Beby kembali
menghentikan ciuman mereka, ditatapnya Elaine kembali begitu dalam. Elaine mengangguk.
Elaine tahu apa yang akan dilakukan Beby selanjutnya.
Diciumnya telinga Elaine, lalu
Beby turun, menikmati leher putih nan indah milik Elaine. Kalung pemberian Beby
jadi saksi bisu atas perlakuan Beby dengan leher Elaine. Elaine hanya
memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan dan sensasi dari lidah gadis yang
menyukai Mickey Mouse itu. Elaine menggigit bibir bawahnya sendiri, berusaha
untuk menahan semua suara yang ingin di keluarkan dari mulutnya.
Beby menggila. Jiwa dan raganya
menginginkan lebih. Diciumnya kembali bibir Elaine, dihisapnya bagaikan permen.
Ya, manis. Bibir Elaine manis, begitu memanjakan bibir Beby. Sambil berciuman,
Beby menarik lalu mendorong pelan tubuh Elaine ke atas kasur. Kini posisi Beby
sudah berada di atas tubuh Elaine.
Wajah Elaine sudah memerah bak
tomat. Dia mengalihkan perhatiannya. Tidak ingin menatap wajah Beby yang
diketahuinya sedang memperhatikan setiap lekukan tubuhnya yang masih terbalut
piyama bergambar bebek kesukaannya. Saat bermain dengan Andela, Elaine sudah
berani menatap balik wajah Andela. Tapi, kali ini yang di atasnya adalah gadis
lain.
Seorang senior yang akan bermain
dengannya untuk pertama kalinya. Beby masih memperhatikan wajah malu-malu
Elaine. Memperhatikan tubuh mungilnya yang berbanding jauh dengan Shania. Ada
rasa bersalah yang dirasakan Beby. Sangat. Tapi, perasaan di hatinya
mengalahkan pikiran jernih yang ada.
Kini keduanya kembali saling
bertatapan. Mereka tidak bodoh untuk mengetahui bahwa mereka sama-sama
menginginkan lebih. Beby mendekat, kembali diciumnya bibir Elaine. Dengan jari-jari
tangannya, Beby kembali membuka kancing piyama Elaine yang belum dibukanya.
Dilemparnya sembarangan piyama itu.
Permainan mereka telah dimulai. Untuk
pertama kalinya, Elaine membiarkan gadis selain Andela menikmati setiap inci
bagian tubuhnya. Dan untuk pertama kalinya juga, jari-jemari nakal Beby menjamah
tubuh gadis selain Shania. Sadar, Beby sadar melakukan itu dengan amarah.
Elaine juga bisa merasakan itu dalam setiap sentuhan bibir Beby yang mengenai
bagian-bagian sensitivnya.
Permainan terus berlanjut.
Keringat begitu bercucuran dan membanjiri tubuh kedua insan yang sudah tida
tertupi sehelai benangpun. Nafsu birahi menguasai keduanya. Elaine tidak
menduga, permainan lembut Beby lebih membuatnya terbuai. Beby juga tidak
menyangka, tubuh mungil Elaine bisa semenggoda itu. Dinikmatinya, dihisapnya
dan di mainkannya kedua buah dada Elaine.
“Ahhnngghh~ Kak Beby, please…”
Dengan wajah yang sudah lemas. Elaine memohon.
Beby mengerti. Tanpa banyak omong,
jarinya langsung menuju area ter-privasi milik Elaine. Ringis kesakitan
terdengar saat Beby memasukkan jarinya ke dalam bagian itu. Seiring berjalannya
waktu, suasana dalam kamar villa tersebut makin panas.
Dada Elaine naik turun, nafasnya
begitu tak beraturan. Tubuhnya bergerak seirama dengan tempo permainan jari
Beby yang semakin lama, semakin dalam dan cepat. Suara desahan dari mulut
Elaine terdengar begitu indah di telinga Beby. Suara desahan yang menyatu
dengan suara gulungan ombak di luar sana.
“Ahhhh, Kak Beby, ahhh~~”
Beby terus memainkan jarinya. Dia sudah
berhasil dibuat takluk dengan gadis mungil di bawahnya itu. Beby menyukai tubuh
mungilnya, bibir lembutnya, senyum manisnya, mata sipitnya, suara desahannya.
Beby menyukai semua yang ada dan keluar dari tubuh Elaine. Termasuk cairan
cinta yang keluar bersamaan dengan erangan yang keluar dari mulut Elaine.
Beby langsung membanting tubuhnya
ke samping tubuh Elaine. Dengan masih kesakitan, Elaine memunggungi Beby. Air
mata keluar dari mata Elaine. Beby menghela nafasnya. Dipeluknya Elaine dari
belakang. Elaine lalu membalikkan badannya, menatap Beby yang tersenyum lembut
padanya.
“Kak Beby…” Dengan ibu jarinya,
Beby menghapus buliran air mata Elaine. “Kalau Kak Shania tau, terus Andela--”
Ucapan Elaine terpotong, Beby
memberinya ciuman singkat sebelum kembali tersenyum.
“Kak Beby tau kita melakukan ini
dengan status masih menjadi milik orang lain. Kak Beby yang salah.”
“Aku yang salah. Gak seharusnya
aku membiarkan Kak Beby melakukan ini. Aku bingung Kak Beby. Aku-”
Lagi, Beby memotong ucapan Elaine
kali ini dengan pelukan. Didekapnya Elaine. “Kak Beby juga bingung. Bingung
dengan perasaan ini. Kak Beby juga gak tahu, atas dasar apa kita melakukannya.”
Beby melepaskan pelukannya dan kembali menatap Elaine. “Lebih baik sekarang
kita tidur, apapun yang terjadi dengan hubungan kita. Itu tanggung jawab kita
bersama.” Elaine mengangguk. Dipeluknya Beby erat. “Oyasumikwek.”
“Oyasumpahbebylucuk.”
Beby tertawa kecil, setelah
mencium lembut kepala Elaine, dan menyelimuti keduanya, Beby tertidur, dengan
air mata yang kembali menetes dari kedua sudut matanya.
~~~
Pagi hari tiba. Suara ketokan pintu berkali-kali sadarkan Elaine dari mimpinya. Elaine membuka matanya perlahan, dilihatnya Beby disampingnya. Wajah Beby yang kelelahan terlihat begitu polos dan menggemaskan. Diciumnya lembut bibir Beby.
Pagi hari tiba. Suara ketokan pintu berkali-kali sadarkan Elaine dari mimpinya. Elaine membuka matanya perlahan, dilihatnya Beby disampingnya. Wajah Beby yang kelelahan terlihat begitu polos dan menggemaskan. Diciumnya lembut bibir Beby.
“Emmhh bebek…” Igau Beby.
Elaine hanya tertawa kecil.
Tubuhnya masih lelah dan sakit. Diambilnya piyama keduanya yang berserakan di
lantai. Setelah memakainya, Elaine pergi mandi. Suara air yang mengalir dari
dalam kamar mandi itu bangunkan Beby. Beby menoleh, sosok Elaine telah hilang.
Bersaamaan dengan sadarnya Beby, Elaine keluar dari kamar mandi dengan pakaian
yang tentunya sudah berganti.
Wangi sabun yang dipakai Elaine
menyadarkan Beby seutuhnya. Beby langsung bangkit dan memakai baju tidurnya.
Beby lalu menghampiri Elaine yang sedang duduk di depan meja rias, dipeluknya
Elaine dari belakang. Membuat Elaine kaget pada awalnya.
“Morning.”
“Pagi Kak Beby.”
Hening. Keduanya hanya diam. Pandangan
mereka bertemu dalam cermin yang memantulkan bayangan mereka. Posisi Beby masih
berdiri di belakang Elaine dan memeluk gadis itu.
“Kak Beby.”
“Iya?”
“Mandi dulu. Tadi udah dicariin
Kak Kinal kayaknya.”
“Emm, yaudah. Len?”
“Iya?” Chu~ Saat Elaine berbalik,
Beby kembali mencium lembut bibir Elaine.
Senyum miris mengembang di wajah
keduanya. Setelah itu Beby langsung pergi ke kamar mandi. Elaine hanya menghela
nafasnya dan kembali menatap layar HPnya. Layar HP yang kini telah berganti
wallpaper fotonya dengan Beby. Entah sejak kapan.
~~~
Lagi-lagi, keheningan mengisi ruang makan villa tersebut saat keenam member itu sarapan. Hanya sesekali suara Veranda terdengar karena ulah aneh Kinal. Elaine dan Beby hanya diam. Membuat Gracia menjadi heran. Apalagi tanpa kabar, Elaine yang memiliki janji dengannya menghilang. Elaine hanya tersenyum dan selalu mengalihkan bila di tanya.
Lagi-lagi, keheningan mengisi ruang makan villa tersebut saat keenam member itu sarapan. Hanya sesekali suara Veranda terdengar karena ulah aneh Kinal. Elaine dan Beby hanya diam. Membuat Gracia menjadi heran. Apalagi tanpa kabar, Elaine yang memiliki janji dengannya menghilang. Elaine hanya tersenyum dan selalu mengalihkan bila di tanya.
Akhirnya, mereka pulang. Dengan
mobil milik Veranda. Kinal sebagai supir duduk di depan bersama Veranda. Di tengah
Gracia duduk bersama Michelle, keempatnya terlihat asik mengobrol. Tapi, tidak
dengan Beby dan Elaine yang duduk di belakang.
Mereka tenggelam, larut dalam
pikiran masing-masing. Asik dengan lagu yang mereka dengarkan sendiri-sendiri. Jari
telunjuk keduanya terus bertautan selama perjalanan. Seperti takut kehilangan
satu sama lain. Tapi juga ragu untuk menyatu. Perasaan keduanya campur aduk. Hingga
Kinal membuyarkan lamunan mereka.
“Beb. Tadi Shania bilang sama gw.
Katanya dia sama Andela jemput lo sama Elaine. Kita udah janjian di restoran
xxx sekalian makan. Udah tau kan lu berdua?”
Beby dan Elaine langsung saling
berhadapan. Secepat inikah mereka akan bertemu dengan keduanya?
Akhirnya mereka tiba di restoran
yang disebutkan Kinal. Beby dan Elaine turun membawa tas mereka. Tentu saja
pemandangan yang tidak membuat heran. Karena member lain sudah berpikir Beby
dan Elaine akan pindah mobil. Beby dan Elaine berjalan sambil bergandengan
tangan. Begitu erat. Sepertinya, sudah mantap akan sesuatu.
“Kwekku~~” Teriak Andela dari
jauh. Reflek Beby melepaskan genggaman tangannya.
“Selesaikan.” Ucap Beby pelan.
Andela terlihat berlari lalu
memeluk Elaine. “Kangen banget aku sama kamu, Kwek.” Ucap Andela. Elaine hanya
tersenyum miris tanpa memeluk balik Andela. “Kwek kenapa?” Tanya Andela yang
hanya dijawab dengan senyuman miris Elaine.
Sementara Shania dan Beby…
“Beb.” Panggil Shania yang sudah
mendekat pada Beby. “Maafin aku.”
Beby tersenyum miris. “Aku udah
maafin kamu kok Shan.”
“Jadi kita-”
“Tapi, maaf. Aku gak bisa lanjutin
hubungan ini.”
Petir serasa menyambar Shania. Ucapan
Beby itu mengejutkan tidak hanya seorang Shania, tapi juga Andela dan member
lain yang menunggu di dekat mereka. Air mata langsung menetes dari sudut mata
Shania. Beby menelan ludahnya, menghindari tatapan mata dengan Shania dan
memilih menghampiri Elaine.
“Len, selesein.” Ucap Beby sambil
menatap Elaine.
“Selesein apa?” Tanya Andela
bingung, sambil menatap keduanya bergantian. “Tunggu, jangan bilang kalian
berdua.”
Dengan kedua tangannya, Elaine
menutup wajahnya dan menangis. “Maafin aku, Ndel. Aku suka Kak Beby. Aku jatuh
cinta sama Kak Beby. Aku-”
“Cukup Kwek. Ternyata feeling aku
bener.” Andela lalu menatap Beby. “Kalau itu keputusan kalian, aku gak bisa
apa-apa. Kita putus. Itu yang kamu mau, kan. Pergilah.”
“Ndel-” Dengan lembut Andela
mencium kening Elaine dan tersenyum.
“Titip Elaine. Jangan ulangin
kesalahan seperti saat bersama Shania.” Bisik Andela pada Beby.
Beby mengulurkan tangannya pada
Elaine, kini tanpa ragu dan saling membalas senyuman, Elaine menyambutnya.
Keduanya berjalan pergi tinggalkan tempat tersebut dan masuk ke dalam taksi
yang mereka berhantikan.
“Beby!!!” Teriak Shania. Gadis itu
terlihat ingin mengejar Beby. Namun, Andela menahannya.
Elaine dan Beby hanya saling
bergandengan tangan dalam diam. Mengistirahatkan pikiran mereka. Sementara
Andela dan Shania… menangis dalam dekapan Veranda dan Kinal.
:') |
END
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Endingnya mengecewakan? Ya. Saya juga kecewa. *lah
Tapi beginilah yang terjadi... Fokus cerita FF ini kan awalnya emang ke BeNjuAndElaine hehehe.
Lalu gantung? Ahahaha. Maaf kalau memangm begitu.
Nasip NaGa gimana?
Kalau ada mood dan keinginan gw bakal bikin sequel nya *OS aja* buat NaGa.
Klo soal BebNju+AndElainenya.... klo ada yang mau bikinin sequelnya juga boleh tuh.
Yaudah, sampe jumpa di utang FF gw yang lain~~ wkwk lelsangatlel
Tapi beginilah yang terjadi... Fokus cerita FF ini kan awalnya emang ke BeNjuAndElaine hehehe.
Lalu gantung? Ahahaha. Maaf kalau memangm begitu.
Nasip NaGa gimana?
Kalau ada mood dan keinginan gw bakal bikin sequel nya *OS aja* buat NaGa.
Klo soal BebNju+AndElainenya.... klo ada yang mau bikinin sequelnya juga boleh tuh.
Yaudah, sampe jumpa di utang FF gw yang lain~~ wkwk lelsangatlel
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m
-Jurimayu14-
Xedih banget :')
ReplyDeleteHayoloh ka rui, aku masih nunggu PH loh XD
ReplyDeletekarui kmvrt :3
ReplyDeletewa suka sama endingnyaaaaa~~~~~
BebKwek-nya kerasa banget deh alias dapet feelnya.
BebNju :')
NaGa :'''')
enceh 😅
baper buseet berasa nyata.. bisaan banget bikin orang baper wkwk.. kasih squelnya dong ui wkwk #seketikaditendang masih setia nunggu PH dan majijonya loooh sama bartender nomnom juga hahah =]
ReplyDeleteaku suka banget sama endingnya..asli..keren
ReplyDeleteBagus banget coy >< sequel ya leh uga :3
ReplyDeleteBaru sempet baca DoA... full.... endingnya kerenn
ReplyDeleteNaGa lagi dong Thor
ReplyDelete