Thursday, June 4, 2015

Dating or Acting? (JKT48) - Part 6

Apdet dan ini yang terakhir. Akhirnya :')

Hmm...
Mungkin endingnya bakal mengecewakan. Maaf kalau memang begitu.
Sebelum membaca...

Warning, this fanfic not for child.
Ada unsur 18++ dan adegan smut.
Untuk yang di bawah umur tolong tidak membacanya.

Sekali lagi. Saya udah peringatkan. Resiko ditanggung sendiri.

Dating or Acting? (JKT48) - Part 6


Finale~
Duduk di pinggiran pantai, Beby memandangi luasnya laut di hadapannya sambil meminum sodanya. Beby memperhatikan sekelilingnya. Memperhatikan orang-orang yang sedang berjemur, bercanda tawa, bernarsis ria, dan tentunya bermain. Seperti kedua juniornya yang sedang bermain air dan lempar-lemparan bola. Seperti anak kecil. Padahal salah satunya bahkan lebih tua dari Beby.
“Kak Beby awas!” Teriak gadis itu. Saat Beby menoleh, bola yang dimainkan keduanya melayang ke arahnya dan mengenai wajahnya. “Aduh! Kak Beby maaf!” Ucap gadis bermata sipit itu sambil berlari ke arah Beby.
“Santai aja, Kwek. Bola karet ini.” Ucap Beby sambil mengembalikan bolanya pada Elaine.
“Tetep aja gak enak. Maaf ya Kak.” Elaine kembali mengambil bolanya. “Mau ikut main?” Ajaknya.
“Gak usah. Kamu main aja sama Gracia. Aku mau duduk aja disini.” Elaine tersenyum dan hanya menjawab dengan anggukan lalu kembali menghampiri sahabatnya, Gracia.
Beby kembali memperhatikan kedua sahabat itu, mereka begitu bermain dengan girang. Terlihat tanpa beban. Tentu saja, mereka sangat bahagia. Karena mereka bisa bermain di sebuah pantai yang begitu indah tanpa ada beban pekerjaan sedikitpun di pundak mereka. Begitu lepas dan bebas dari segala kegiatan yang berhubungan dengan JKT48.
Beby bangkit dari duduknya. Berjalan sedikit menjauh dari pantai. Dibuangnya kaleng soda yang telah habis diminumnya ke tong sampah. Beby terus berjalan ke sebuah gubuk kedai yang ada di pantai tersebut. Dia duduk di kursi kayu panjang yang disediakan sang pemilik kedai. Dilihatnya gadis cantik di sampingnya yang sedang menikmati cemilan sorenya itu.
“Sendirian aja, Syel?” Tanya Beby membuka obrolan diantara mereka.
“Menurut Kak Beby?”
“Ehehe. Kak Kinal kemana?”
“Entahlah, paling jalan-jalan sama Kak Ve, kan?” Jawab Michelle yang berbentuk pertanyaan juga.
Beby hanya mengangguk tanda mengiyakan. Hening. Tidak ada obrolan diantara keduanya. Beby mengambil HPnya yang ada di saku celananya. Tidak ada pesan/chat satupun dari seorang Shania Junianatha. Beby menghela nafasnya. Dibukanya aplikasi Twitter, dilihatnya halaman lini masanya. Terlihat Shania mempostkan beberapa tweet. Shania bahkan sempat sekali me-mention Veranda dan Kinal untuk meminta oleh-oleh. Tapi tidak pada Beby. Hal itu membuat tab mention Beby dan tentunya Shania rame karena hal itu. Terutama mention dari para comblang.
Beby menghela nafasnya. Dan kembali menutup aplikasi Twitternya. Bukan keinginannya untuk menjadi pemenang. Dia hanya melakukan yang menurutnya wajar pada saat syuting Variety kemaren. Beby sendiri juga tak habis pikir, entah bagaimana penilaian para juri. Penilaian yang akhirnya mengatakan Beby-Elaine sebagai pemenang di episode dua, dan Kinal-Michelle sebagai pemenang di episode pertama.
Lalu… Kenapa ada Veranda-Gracia juga??
-Flashback-
Seperti di pembukaan, Melody kembali ditunjuk menjadi host. Menutup acara setelah proses syuting makan-makan. Dengan lancar Melody menutupnya dan tibalah di bagian pengumuman.
“Dapet kabar, katanya pemenang episode ini bakal dapet liburan ke pantai.” Ucap Melody membuat para member tentunya girang bukan main. “Wah, wah jadi gak sabar ya tau siapa pemenangnya.” Seorang crew memberikan amplop putih pada Melody. “Kira-kira nama siapa ya yang jadi pemenang?” Dibukalah amplop itu secara perlahan, wajah para member terlihat antusias dan tak sabar.

Melody mengambil kertas di dalamnya, lalu tersenyum. “Nama salah satu pesertanya dari M.” Melody? Mario? Michelle? Ada tiga kemungkinan. “Dan yang satunya lagi….. K.” Kinal dan Michelle langsung berhadapan. “Kinal dan Michelle selamat!” Melody memamerkan isi surat yang dipegangnya itu pada kamera yang menyorot dirinya.
Mendengar pengumuman mereka jadi pemenang, secara spontan Kinal-Michelle berpelukan. Tentunya membuat seorang Jessica Veranda terkejut. Tapi, keduanya yang begitu bahagia dan excited masih belum menyadari apa yang mereka lakukan. Bahkan saking excited-nya, Kinal sampai seperti mengangkat Michelle.
Cukup lama untuk keduanya menyadari apa yang mereka lakukan. Reflek Kinal kembali melepas pelukannya yang kuat dan Michelle-pun langsung loncat dan kembali berdiri di tempatnya semula sambil menunduk. Wajahnya begitu merah, sangat merah. Jantungnya berdegup kencang. Kenapa bisa-bisanya dengan mudahnya dia merangkul dan menerima rangkulan Kinal? Ingin rasanya merutuki dirinya sendiri.
“Aduh, saking girangnya lupa ya kameranya masih nyorot.” Ledek Melody, Kinal hanya cengar-cengir kuda. Cengiran yang menutupi rasa takutnya karena kelepasan meluk cewek lain.
Setelah itu Melody kembali berbicara. Episode satupun benar-benar selesai.
“Ve, maaf.” Ucap Kinal pada Veranda yang sedari tadi menonton. Tentu saja.
“Gak apa-apa Nay, kamu kan gak sengaja. Oh iya, selamat ya.” Ucap Veranda sambil tersenyum.
Syuting penutupan episode dua dilakukan di tempat yang sama. Dengan Shania kembali jadi hostnya. Dari jauh, Beby memandangi Shania yang sedang berlatih berbicara itu. Berlatih supaya tidak terlihat seperti menghafalkan kalimat-kalimat penutup yang akan diucapkannya nanti. Beby tersenyum, dimatanya Shania begitu hebat. Gadis itu terlihat begitu konsentrasi dan fokus dengan tanggung jawab yang diterimanya. Padahal selama syuting mungkin mood Shania hancur karena kecemburuan yang dipupuknya sendiri. Tapi, urusan pekerjaan seperti ini. Tiga jempol untuk Shania. Karena satu jempol terlalu sedikit, empat jempol terlalu banyak. Yeyeyeye~
Setelah 10 menit berlalu, syuting-pun dimulai…
“Kembali lagi sama saya Shania yang kembali ditunjuk jadi host. Hahaha. Akhirnya kita tiba dipenghujung acara.” Ucap Shania dengan nada dan bergaya sedih. “Eh tapi, jangan sedih dulu. Karena dipenghujung acara ini bakal diumumin siapa pasangan yang jadi pemenang di episode dua ini. Pasti pada penasaran, kan?”
“Pasti kang bajay yang menang, iye gak Sis?” Tanya Nabilah yang sudah kembali jadi Gwen. Sisca hanya mengangguk.
“Eitss!! Dan bukan cuman itu! Kabarnya bakal ada satu pemenang lagi loh. Jadi dari sisa pasangan yang gak jadi pemenang di episode satu dan dua, kalian bisa voting pasangan favorit kalian disini nih.” Ucap Shania sambil menunjuk bawahnya yang sebenernya tidak ada apa-apa. “Pemenang pilihan pemirsa bakal diumumin di awal episode tiga. Jadi total akan ada tiga pasangan yang bakal jalan-jalan ke pantai nih.”
“Wih!! Semoga menang, semoga. Amin.” Ucap Nabilah kembali.
“Yups lansung aja deh, ya.” Surat diberikan oleh seorang crew pada Shania. Shania langsung mengambilnya dan joget-joget sambil bernyanyi. “Kita dapat surat~ kita dapat surat~ Udah langsung aja.” Perlahan Shania membuka amplop itu.
Dari tempatnya Beby melongok untuk melihat ke arah Shania, bukan karena penasaran dengan siapa yang akan jadi pemenangnya. Tapi, Beby ingin memperhatikan senyuman manis dan tingkah laku Shania barusan yang begitu menggemaskan sesuai umurnya. Walau wajahnya tetep kaya tante.
Senyum Shania yang sudah sedari tadi dibangunnya dengan susah payah, langsung runtuh begitu melihat nama pasangan yang tertera. Shania menelan ludahnya. Berusaha mengatur dengan baik ekspresi wajahnya. Andela yang berdiri di sampingnya -yang tentunya juga dapat dengan jelas melihat tulisan di dalam surat tersebut- langsung menempelkan dirinya pada Shania. Dengan hati-hati agar tidak terlihat kamera yang merekam mereka, Andela mengusap lembut punggung sepupunya.
Shania menghela nafasnya. Setelah Andela membisikkan kata penyemangat. Akhirnya Shania sadar tidak ada waktu lagi, di hadapannya Pak Firman-pun memperhatikannya dan menunggu.
Shania kembali tersenyum. “Wah pemenangnya pasangan mini-mini nih.” Ucap Shania entah untuk mencairkan suasana atau meledek. “Elaine dan Beby selamat!” Ucap Shania terdengar begitu menusuk di kuping Beby-Elaine, apalagi saat mengucapkan nama Beby. Dipamerkannya isi surat itu ke arah kamera. *ngenes gw sih :v ngumumin pacar sama cewek lain bakal jalan berduaan wk
Beby dan Elaine masih diam hanya saling pandang. Bingung harus bagaimana mereka bereaksi. Di satu sisi mereka senang, tentu saja siapa yang tidak senang jalan-jalan ke pantai gratis. Tapi, di satu sisi, mereka akan meninggalkan kekasih mereka sesungguhnya dalam keadaan yang bisa makin memperburuk kesalah pahaman yang sudah tercipta. Terutama Beby dan Shania.
Akhirnya dengan menahan air matanya, Shania menutup syuting episode dua dengan cukup baik.
“Shan.” Panggil Beby menghampiri Shania yang sedang berbicara dengan seorang crew.
Shania menoleh pada Beby, tidak ada senyum yang terukir di wajahnya.
“Shan, maaf.”
“Maaf kenapa? Salah apaan? Oh iya selamat ya. Asik nih jalan-jalan.”
“Shan-”
“Oh iya Beb, duluan ya. Udah gerah mau cepet-cepet ganti baju terus pulang. Kamu taulah rumah aku diluar planet nih. Dah.” Tidak memberi kesempatan Beby berbicara, Shania langsung berlari tinggalkan Beby yang hanya diam mematung.
Seminggu setelah penayangan episode dua. Episode tiga ditayangkan. Siapa sangka cukup banyak yang ternyata meminati acara tersebut. Terlihat dari banyaknya voting dukungan yang masuk. Adam-Shania dan Vernando-Gracia menjadi dua pasangan yang paling banyak disukai pemirsa. Dan ternyata, dengan kemenangan tipis, Vernando-Gracia yang akhirnya jadi pemenang pilihan pemirsa, dan menjadi pasangan ketiga yang mendapatkan hadiah berlibur ke pantai.
*yang vote para combs itu pasti. Jelas banget wkwk
-Flashback End-
Beby menghela nafasnya. Disampingnya Michelle telah selesai dengan makanannya. Saat Beby ingin bangkit, Michelle menahan tangannya.
“Kenapa?”
“Selfie dulu Kak Beby. Kasih kabar.”

Anggep aja ini fotonya.
Beby berpikir sejenak lalu mengangguk tanda setuju. Beberapa foto diambil oleh Michelle. Setelah dirasa cukup, Beby memilih kembali lebih dahulu ke villa yang disewakan untuk mereka. Beby terus melangkahkan kakinya, hingga langkahnya berhenti saat melihat Kinal sedang duduk di ayunan depan villa.
“Kak Kinal? Kok disini sendirian? Kak Ve mana?”
“Eh Beb. Ve lagi di dalem, gak tau ngambil apaan.” Beby hanya ber-hoo ria.
“Kak Kinal gak nemenin Michelle? Kasian dia dari tadi sendirian.”
“Michelle udah gede kali Beb.”
“Parah banget, mentang-mentang ada Kak Ve.”
“Yee gak ada hubungannya. Lo sendiri gak sama Elaine?”
“Elainenya kan ada Gracia.”
“Oh iya, ya.”
Hening. Keduanya larut dalam diam. Membiarkan angin berhembus menerpa wajah keduanya. Suara desiran Hamids eh ombak terdengar begitu indah. *cielah HamIndah banget :v* Keduanya terus terdiam hingga KInal yang sibuk dengan HPnya mengingat sesuatu.
“Eh Beb, Shania nanyain lo tuh. Emang lo gak ngasih kabar?”
Beby menggeleng. “Chat aku dari kemaren-kemaren cuman di read sama dia.”
“Ehh? Lo berdua berantem?”
“Entahlah Kak. Shania jadi jutek sama aku sejak selesai syuting, aku diemin malah makin parah.”
“Jelasin lah Beb. Ngomong.”
“Kak Kinal kayak gak tau Shania aja. Susah. Setiap aku mau jelasin dia kabur. Pernah aku bela-belain ke rumahnya, dianya malah ngusir aku.”
“Emm… Shania lagi PMS kali, ya diemin aja dululah.”
“Tau deh Kak, terserah dia aja. Aku capek. Balik dulu.”
Kinal menghela nafasnya. Dia sendiri tak habis pikir kenapa Shania secemburu itu dengan gadis yang berstatus sebagai pacar sepupunya. Kinal bisa paham ketakutan akan kehilangan Beby yang dirasakan Shania. Kinal sangat mengerti. Kinal sangat tahu perjuangan Shania mendapatkan hati Beby dan akhirnya bisa memilikinya. Tapi, tidak seharusnya juga Shania seperti itu bila diingat hal yang dilakukan Beby-Elaine hanya sebatas pekerjaan.
Kinal menghela nafasnya kembali. Ditatapnya langit yang sudah mulai gelap. Sebagai kapten tim J, Kinal lega. Pasangan itu tidak membawa masalah mereka ke atas panggung teater. Namun, sebagai sahabat, Kinal merasa begitu khawatir. Diingatnya kembali hal yang mereka lakukan dua minggu yang lalu itu. Kinal mengusap dadanya, merasa beruntung Veranda sama sekali tidak marah dan tetap mempercayainya.
Beby tiba di villa mereka saat ingin masuk ke dalam kamarnya -dan kamar Elaine tentunya-. Beby bertemu dengan Veranda, gadis itu terlihat terburu-buru. Mungkin sudah terlalu lama meninggalkan Kinal di luar, jadinya seperti itu. Veranda tersenyum singkat pada Beby. Beby hanya tersenyum dan menggeleng melihat itu.
Beby akhirnya masuk ke dalam kamarnya. Rapih, tentu saja. Kamar ini belum dipake tidur sama sekali. Saat tiba tadi siang, mereka hanya menaruh barang, makan siang lalu jalan-jalan sesuka mereka. Beby duduk di atas tempat tidur berseprei putih itu. Dia rebahkan tubuhnya ke kasur yang super empuk tersebut. Beby memandangi langit-langit kamar tempatnya akan tidur malam ini. Beby merasakan sepi. Dia kesepian. Dia merindukan Shania.
Tanpa dirinya sadari, bulir air matanya menetes dari sudut matanya. Beby menertawai dirinya sendiri. Merasa lucu karena dia menangis karena gadis lain. Salah. Bukan gadis lain. Tapi, kekasihnya. Gadis yang begitu keras kepala, cemburuan namun dibalik itu semua, gadis itu menyayangi Beby dengan sangat. Seperti Beby menyayanginya.
Sudah dua minggu mereka seperti orang asing. Keberadaan Beby seperti angin untuk Shania. Sakit, begitu sakit. Beby bertanya dalam doanya di setiap harinya. Sampai kapan Shania menghakiminya? Sampai kapan Shania mau memusuhinya? Apa Shania sudah tak lagi menyayangi Beby?
Kedua sudut mata Beby terus keluarkan cairan berasa asin itu. Puluhan menit Beby buang hanya untuk menangisi seorang Shania. Membuat mata dan pikirannya lelah dan akhirnya, Beby tertidur…
~~~
Saat Beby sedang menikmati tidurnya, Veranda dan Kinal sambil bergandengan tangan, keduanya berjalan di pinggiran pantai. Keduanya terlihat begitu bahagia, menikmati air pantai yang menyentuh kaki mereka. Memandangi langit yang sudah menjadi gelap. Keduanya terus berjalan lalu duduk di kursi kayu yang tak jauh dari pantai.
“Nay.” Panggil Veranda manja.
“Hmm? Kenapa Ve?”
“Muka kamu kok kusam kenapa?”
“Kayaknya muka aku dari dulu emang gini deh.”
“Lagi mikirin apa, sih?”
“Gak mikirin apa-apa. Cuman itu aja tadi, Beby sama Shania.”
“Kenapa mereka? Masih berantem?”
“Gitulah Ve. Ya, aku juga gak berhak komen atau urusin hubungan mereka lebih jauh sih. Cuman lihatnya kasian aja, gitu.”
“Kasian Bebynya? Atau Shanianya?”
“Dua-duanya lah, Ve. Cuman karena kerjaan aja sampe berantem gitu. Untung kamu gak gitu.”
“Gak gitu gimana?”
“Gak cemburuan gitu kek Shania.”
“Siapa yang bilang aku gak cemburu?” Veranda menghela nafasnya. “Aku cemburu hanya saja aku tahu waktu dan keadaan Nay. Dan karena aku percaya kamu. Walau aku tahu kalau Michelle….” Veranda menghentikan ucapannya. Dia terlihat berpikir.
“Michelle kenapa?”
“Michelle suka sama kamu.”
“Uhuk-uhuk.” Kinal terbatuk. “Kamu serius, Ve??”
“Seriuslah. Ngapain aku bercanda.”
“Kamu tau darimana?”
“Emangnya kamu gak ngeh dengan perlakuannya?” Kinal menggeleng. “Yaudahlah Nay sekarang kamu udah tau. Paham kan kenapa aku minta kamu jaga sikap waktu itu. Bukan cuman karena aku cemburu.” Veranda berhenti sejenak. “Aku cuman takut, takut Michelle terluka sendiri. Ini bukan cuman demi kita dan dia. Tapi juga JKT48. Karena dia, salah satu masa depan JKT48.”
“Iya, Ve. Aku ngerti maksud kamu.”
Michelle, gadis yang dibicarakan VeNal couple itu kini telah bersama Gracia dan Elaine. Mereka terlihat begitu puas setelah seharian bermain. Kini ketiganya sedang berjalan kembali ke villa mereka karena sudah waktunya mereka untuk makan malam.
“Gre, Syel. Duluan aja ke ruang makannya. Aku ke kamar dulu.” Ucap Elaine.
Setelah dadah-dadah, Elaine berjalan menuju kamarnya. Dibukanya pintu kamarnya. Di dalam, dia melihat Beby sedang tertidur dengan tubuh bergetar. Didekatinya tubuh Beby secara perlahan, betapa terkejutnya Elaine saat melihat seniornya itu menangis dalam tidurnya.
Dengan hati-hati, Elaine duduk di tepi ranjang, di sebelah Beby. Ditatapnya wajah kekanakan Beby, begitu terlihat kelelahan. Segitu membuat Beby tersiksakah masalah hubungan Beby dengan Shania sampai Beby menangisinya di dalam alam bawah sadarnya?
Elaine yang aslinya lebih tua dari Beby, merasa iba, membayangkan jika hal ini menimpa hubungannya dengan Andela. Elaine tersenyum miris. Diusapnya lembut dengan ibu jarinya kedua sudut mata Beby. Dihapusnya air mata yang membasahi pipi Beby. Elaine terus menatap Beby, akhirnya Beby terlihat lebih tenang. Tubuh Beby tiba-tiba bergerak, meringkuk. Elaine kembali tersenyum, diambil selimut lalu ditutupinya tubuh Beby dengan selimut itu.
Saat Elaine ingin bangkit untuk mengambil HPnya yang seharian ditinggalkannya, sesuatu menahan lengannya untuk bangkit. Elaine menoleh, melihat Beby memegangi tangannya.
“Shan… Shanju…” Igau Beby. “Jangan pergi…”
Elaine menghela nafasnya. Apa yang harus dilakukannya? Akhirnya, dia biarkan Beby terus menggenggam erat tangannya. Membiarkan Beby menganggap dirinya seorang Shania. 15 menit berlalu dalam keadaan tetap seperti itu, hingga suara ketukan kagetkan dirinya.
“Ci Elaine, ini Gracia. Masih lama?”
“A-Ahh, gak kok. Bentar Gre.” Lagi-lagi, saat Elaine ingin bangkit, Beby menahannya.
Bagaimana ini? Melihat wajah lelap Beby, Elaine tidak tega untuk membangunkannya. Apalagi dengan keadaan mereka yang sedang berpegangan tangan. Hanya ada satu cara agar Beby melepaskan tangannya. Dengan jantung yang telah berdegup kencang, Elaine mendekatkan wajahnya ke wajah Beby, diciumnya lembut kening Beby yang jenong, gila, ide yang gila.
“Kak Be—Ehmm, Beb, tolong lepasin tangan aku. Sebentar aja.”
“Shan…”
“Aku gak akan kemana-mana kok. Aku janji.”
Perlahan genggaman tangan Beby melemah. Langsung saja Elaine bangkit mengambil HPnya dan keluar menemui Gracia yang menunggunya di depan.
“Muka Ci Elaine kenapa? Kok merah?” Elaine diam, bingung dengan maksud Gracia. “Ci Elaine gak kenapa-kenapa, kan? Tadi kenapa lama?”
“Ahh itu Kak Be—Ahh, tadi aku ke kamar mandi dulu. Maaf ya, lama. Yaudah yuk.” Gracia hanya mengangguk.
Elaine dan Gracia menghampiri Michelle yang sudah terlebih dahulu menunggu mereka di ruang makan. Seorang diri, Michelle menyiapkan makan malam untuk mereka ber-enam. Ya, mereka hanya ber-enam. Tanpa orang tua, tanpa crew televisi, tanpa staf JOT.
“Loh, Kak Ve sama Kak Kinal belom balik?” Tanya Elaine. Michelle hanya menggeleng.
Tak berapa lama, pasangan yang baru saja ditanyakan Elaine itu muncul.
“Oi dedek-dedek gemes.” Panggil Kinal yang baru datang dan langsung mengambil bakwan yang baru di keluarkan Gracia, spontan Veranda langsung memukul punggung Kinal. “Uhuk. Aduh Ve, orang lagi makan juga.”
“Tangan kamu tuh kotor abis dari luar. Cuci tangan dulu dong kalau mau makan.”
“Namanya juga udah laper Ve.”
Veranda hanya memutar kedua bola matanya. Melihat pemandangan itu Gracia menahan tawanya. Tapi, tidak dengan Elaine dan apalagi Michelle. Miris. Gadis itu berusahan menahan lukanya dengan senyuman. Sebuah senyuman palsu yang selalu ditunjukkannya di depan semuanya.
“Len, Beby mana, kok Kak Ve gak lihat?”
“Ahh, Kak Beby tidur Kak.”
“Tidur? Nay. Kamu panggil Beby gih, bangunin suruh makan.”
“Mamain? Hahian Ve, ohang lahi hihur.” (Ngapain? Kasian Ve, orang lagi tidur) Ucap Kinal yang masih mengunyah bakwan.
“Nay, bangunin Beby. Kasian kalau dia kebangun tengah malem karena cari makanan.”
“Tapi Ve--”
“Nay.”
Dengan langkah yang terkesan terpaksa, setelah dapatkan tatapan sinis kekasihnya, Kinal menuju kamar Beby. Diketoknya pintu kamar berwarna coklat itu.
“Beb! Bangun Beb, makan.” Tak ada jawaban. “Beb, gw masuk ya.” Kinal membuka pintu tersebut. Dilahatnya Beby yang sedang tertidur pulas. “Beb, sorry ye. Bangun Beb, dipanggil Ve. Disuruh makan.” Disenggolnya badan Beby dengan tangannya. “Beb, bangun.”
“Shania?”
“Yaelah nih anak. Ini gw Kinal. Bangun oi.”
“Engghh.” Secara perlahan Beby membuka matanya. Ditatapnya Kinal. “Kak Kinal? Kok ada disini?”
“Lu lupa ya kita lagi dimana? Lagi liburan di pantai malah tidur. Bangun udah cepetan. Dipanggil Ve tuh. Disuruh makan. Udah ya gw tunggu depan. Jangan lama-lama. Entar keburu Ve berubah jadi Jessica.” Kinalpun keluar.
Beby mengusap-usap matanya yang masih sedikit basah. Dilihatnya sekelilingnya. Setelah ngulet, Beby lalu duduk di tepi ranjang. Masih mencerna apa saja yang telah terjadi. Salah satunya adalah… Siapa yang mencium keningnya? Apa itu hanya mimpi? Tapi, mengapa begitu nyata? Tidak mungkin seorang Shania kalau memang itu nyata dan bukan mimpi. Elaine? Hah! Pikiran gila macam apa yang membuat Beby beranggapan Elaine melakukan hal itu.
Beby menggeleng, dibuangnya jauh-jauh pikiran aneh yang merasuki otaknya sesaat itu. Beby bangkit lalu menghampiri Kinal yang masih menunggunya. Keduanyapun menuju tempat makan. Disana empat orang lainnya terlihat menunggu mereka. Setibanya mereka, acara makan malam dimulai.
Hening, acara makan malam itu begitu hening. Hanya suara Kinal yang duduk di tengah bagaikan kepala keluarga yang terdengar. Dan sesekali omelan Veranda atau tawa kecil Gracia yang mengkhiasi. Bagaiaman dengan 3 orang lainnya? Mereka hanya diam. Bagaikan larut dan mengkhayati makanan di depan mereka.
Michelle yang duduk di tengah dan berseberangan jauh dari Kinal tentunya hanya bisa diam. Hatinya bagai teriris setiap melihat kedekatan dan kemesraan Veranda dengan Kinal. Ingin rasanya gadis itu berlari pergi tinggalkan ruangan tersebut. Tapi, Michelle menahannya. Menghargai dan masih menghormati teman seperjuangan dan seniornya yang ada disana.
Sementara Elaine dan Beby yang duduk berhadapan, keduanya hanya menunduk. Seakan nasi dan lauk-pauk yang mereka makan itu lebih menarik dibanding teman mereka. Kedua gadis yang kadang dibilang mirip itu larut dalam kebingungan yang mereka ciptakan sendiri. Hal yang secara tak sengaja sama-sama dipikirkan keduanya.
Elaine tak berani menatap wajah Beby, takut. Takut seniornya tahu hal yang seharusnya tidak dilakukannya. Takut Beby salah paham dengannya. Begitu juga dengan Beby. Hatinya menyatakan, ciuman hangat di keningnya itu sebuah kenyataan dan Elaine yang melakukannya. Tapi apa benar? Dan kenapa? Bagaimana kalau salah? Rumit.
Veranda yang peka dengan keadaan mereka memandangi satu persatu wajah ketiga ‘adik’nya itu. Sama. Sama-sama menunjukkan kemurungan dan kegelisahan. Soal Michelle, Veranda tahu. Tapi, kenapa dengan Elaine dan Beby?
“Kalian bertiga gak apa-apa, kan?” Tanya Veranda, spontan semuanya menoleh padanya.
“Hah?” Kaget Michelle, Beby dan Elaine dan kompak. “Gak apa-apa.” Lagi, dengan kompak ketiganya menjawab sambil menggeleng.
Veranda hanya menghela nafasnya. Berharap semoga memang tidak ada apa-apa.
Acara makan malam itu akhirnya berakhir. Namun, mereka tidak langsung tidur. Mereka berkumpul di ruang TV untuk bermain sejenak. Bersama dengan ketiga juniornya, Kinal bermain kartu. Sementara Veranda duduk di sofa memperhatikan mereka. Lalu Beby? Duduk di sebelah Veranda dalam diam.
“Hwahahaha!! Elaine kalah lagi!! Coret-coret!!” Ucap Kinal begitu semangat.
Elaine memanyunkan bibirnya. Pasrah wajah imutnya harus di coret-coret lagi. Untung hanya dengan bedak. Gracia yang terlebih dahulu mencoret dibagian hidung Elaine. Saat Kinal dan Michelle ingin mencolek bedak, secara kebetulan tangan mereka bersentuhan. Keduanya langsung bertatapan. Tapi, dengan cepat Kinal menghindari kontak mata yang terjadi antara keduanya. Kejadian tak sengaja yang membuat mereka jadi canggung. Tidak seperti saat syuting.
Veranda yang memperhatikan, menyadari hal itu. Tapi, dia memilih untuk tidak mempermasalahkan hal itu. Bagi Veranda murungnya Beby terlihat lebih merebut perhatiannya. Beby terlihat menyedihkan. Diperhatikannya Beby yang sedang menggenggam sebuah kalung.
“Kalung siapa, Beb?” Tanya Veranda membuka obrolan.
“Ahh? Ini? Bukan siapa-siapa.” Jawab Beby jelas berbohong.
Kalung berbandul kepala Minnie Mouse itu di masukkan Beby ke dalam kantong celananya. Beby lalu berdiri dan membungkuk sedikit pada Veranda sebelum pergi tinggalkan ruangan itu.
Beby masuk ke dalam kamarnya. Dia duduk di tepi ranjang sambil memandangi kalung untuk Shania yang dibelinya di Wonderland itu. Tiba-tiba Beby teringat kembali dengan kalung lain yang dibelikan dan diberikannya untuk Elaine. Apa gadis itu masih menyimpannya?
Tiba-tiba HP Beby yang ada di dekat meja rias dalam kamar itu berbunyi. Terlihat mamanya menelepon setelah berbicara singkat dengan sang mama, tanpa sengaja Beby melihat kalung darinya untuk Elaine tergeletak di atas meja rias tersebut. Diambilnya kalung tersebut. Beby tersenyum, ternyata Elaine masih menyimpannya.
Saat Beby sedang memegang kalung milik Elaine itu, pintu kamarnya terbuka. Terlihat Elaine yang membuka dan langsung kaget saat melihat Beby sedang memegang kalungnya.
“Elaine?” “Kak Beby?” Panggil keduanya bersamaan.
“Kak Beby duluan.”
“Elaine dulu aja.”
“Kalung aku, Kak.” Ucap Elaine sambil mendekat ke arah Beby.
“Kamu simpen?”
Elaine mengangguk. “Itu kan hadiah dari Kak Beby.” Jawab Elaine sambil menunduk. Tak berani menatap wajah Beby. “Maaf gak aku pake, soalnya takut ilang di pantai.”
“Emangnya Andela gak tanyain?”
“Andela…. Aku sama Andela…”
“Kalian masih pacaran, kan?”
“Masih kok, cuman….”
“Cuman?”
“Ahh, gak apa-apa, kak.” Elaine tiba-tiba menjauh dari Beby dan menuju tasnya. “Kak Beby, aku tidur di kamar Michelle, sama Gracia. Kak Beby gak apa-apa kan sendiri?”
“Terus Kak Kinal?”
“Tidur sama Kak Ve dikamar Gracia.” Sambil membawa piyamanya, Elaine masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah 5 menit Elaine kembali dari kamar mandi dengan telah berganti pakaian. Beby dilihatnya sedang diam duduk di tepi ranjang. Elaine memilih mengabaikan Beby dan berjalan mendekat pintu. Dan saat dia ingin membuka pintunya….
BRUK!!
Pintu itu ditutup kasar oleh Beby yang sudah berdiri dibelakang Elaine dengan satu tangannya, sementara tangan Beby yang satunya memegang tangan Elaine. Elaine hanya diam, tidak berani bertanya atau mengucapkan satu patah katapun. Jantungnya kembali berdegup tak karuan dengan keadaan dirinya yang berada diantara pintu dan Beby. Nafas Beby yang berat begitu menggelitik Elaine. Membuat Elaine merasa bagai tersengat.
Tiba-tiba, sebuah kalung dipakaikan Beby pada Elaine. Elaine menunduk, dilihatnya kalung berbandul Minnie dan UFO yang kini menghiasi lehernya. Kaget. Tentu saja. Comblang Fans mana yang tidak tahu Minnie bagi Beby itu adalah Shania. Tapi, kenapa Beby memberikannya pada Elaine?
“Ciuman di kening Kak Beby, itu Elaine yang ngelakuin, kan?” Elaine terdiam. Sungguh tak menyangka, Beby tahu akan hal itu.
Elaine membalikkan badannya, ditatapnya Beby yang sedang menatapnya dengan lekat. Mereka hanya saling pandang dalam diam. Elaine mengangguk sebagai jawaba. Tak ada kata yang terucap diantara keduanya. Beby mendekat perlahan ke arah Elaine, gadis bertubuh kecil itu langsung mundur. Namun, Beby masih mendekatinya, dan…
CKLEK!
Elaine melirik sekilas ke arah tangan Beby yang ternyata mengunci pintu kamar mereka. Kembali ditatapnya Beby yang wajahnya mendekati wajahnya. Elaine pasrah, dia memejamkan matanya dan…
Chu~
Dengan lembutnya, Beby mencium bibir mungil Elaine. Elaine melebarkan matanya karena terkejut pada awalnya dan pada akhirnya luluh. Dia memejamkan matanya kembali, membiarkan bibirnya beradu dengan bibir Beby. Manis dan asin begitulah rasa ciuman pertama keduanya. Dalam ciuman itu, Beby menangis. Elaine bisa merasakannya. Air mata Beby jatuh membasahi bibir keduanya.
Lembut. Ciuman Beby begitu lembut. Berbeda dengan Andela yang sedikit kasar. Munafik bila Elaine mengatakan dia tidak menyukai ciuman dan bibir keriting Beby yang menggoda itu. Perlahan, ciuman keduanya semakin dalam. Ingin, Elaine ingin menikmati bibir bagian atas milik Beby. Dihasapnya lembut. Beby tidak mau kalah, dia mulai menginginkan akses untuk masuk ke dalam mulut Elaine.
Tanpa banyak berpikir, Elaine memberikan akses untuk lidah Beby. Lidah Beby dengan lihainya langsung berpetualang di dalam sana. Lidah mereka saling bertemu dan beradu. Menari-nari seirama. Mereka saling bertatapan dalam posisi seperti itu. Mereka berciuman dalam keadaan sama-sama memikirkan pasangan asli mereka.
Salah seorang diantaranya sedang berjuang dengan kegiatannya…
“Kalau Andela gimana, nih?” Tanya Anin saat mereka sedang MC di teater malam itu.
“Iya, kalau aku kan suka juga tuh sama Ilen….” Menyebut nama Elaine, raut wajah Andela berubah. Feelingnya tidak enak. “Ilen…”
“Kenapa, Ndel?” Tanya Anin khawatir.
“Ahh iya itu Nin, jadi…” Dengan professioanalnya, Andela berusaha menutupi kegelisahannya.
Kegelisahan yang tiba-tiba juga dirasakan seorang Shania…
PRANG!!
Gelas yang dipegang Shania jatuh, pecah. Berserakan di lantai rumahnya. Sambil menggerutu, Shania berjongkok dan berusaha membersihkan pecahan gelas tersebut dan…
“Aw.” Tangannya terkena ujung beling.
Moment itu mengingatkannya pada kejadiannya dengan Beby di masa lalu. Saat itu, Shania sedang berada di rumah Beby dan tidak sengaja menyenggol gelas yang ada di atas meja makan. Seperti sekarang, tangannya terluka. Dan dengan cepat, Beby langsung menghisap jari Shania yang terluka. Tapi, sekarang tidak ada Beby disampingnya. Tidak ada yang melakukan hal itu lagi.
“Beby…” Panggil lirih Shania.
Terlambat. Terlambat sudah bila Shania menyesali semuanya sekarang ini. Di villa yang jauh dari tempat Shania berada. Bibir keriting Beby sudah tidak lagi jadi miliknya seutuhnya. Bibir itu sudah dibagi Beby untuk gadis lain. Gadis yang dahulu tidak memiliki dosa apapun pada Shania. Gadis yang kini benar-benar masuk ke dalam pikiran dan hati Beby.
Beby melepaskan ciumannya, untuk sekadar mereka bernafas kembali. Nafas keduanya sudah tidak beraturan. Kening keduanya saling menempel, sambil tersenyum, mereka sama-sama menangis. Merasa bodoh dan gila. Dengan kedua ibu jarinya, Beby mengusap lembut sudut mata sipit Elaine.
“Len.” Panggil Beby lembut.
*gw bikin awalan nih NC sedih serius, yaudahlah selamat menikmati :’)
Perlahan tangan Elaine yang tadinya hanya dibawah, naik dan merangkul leher Beby. Ditariknya pelan kepala Beby. Sungguh, Beby tidak menyangka Elaine membiarkannya. Membiarkan dirinya jadi pelampiasan Beby yang sudah tidak lagi bisa menahan kehancuran di hatinya.
Mereka kembali berciuman, dengan satu tangan, Beby membuka dua kancing paling atas milik Elaine. Beby kembali menghentikan ciuman mereka, ditatapnya Elaine kembali begitu dalam. Elaine mengangguk. Elaine tahu apa yang akan dilakukan Beby selanjutnya.
Diciumnya telinga Elaine, lalu Beby turun, menikmati leher putih nan indah milik Elaine. Kalung pemberian Beby jadi saksi bisu atas perlakuan Beby dengan leher Elaine. Elaine hanya memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan dan sensasi dari lidah gadis yang menyukai Mickey Mouse itu. Elaine menggigit bibir bawahnya sendiri, berusaha untuk menahan semua suara yang ingin di keluarkan dari mulutnya.
Beby menggila. Jiwa dan raganya menginginkan lebih. Diciumnya kembali bibir Elaine, dihisapnya bagaikan permen. Ya, manis. Bibir Elaine manis, begitu memanjakan bibir Beby. Sambil berciuman, Beby menarik lalu mendorong pelan tubuh Elaine ke atas kasur. Kini posisi Beby sudah berada di atas tubuh Elaine.
Wajah Elaine sudah memerah bak tomat. Dia mengalihkan perhatiannya. Tidak ingin menatap wajah Beby yang diketahuinya sedang memperhatikan setiap lekukan tubuhnya yang masih terbalut piyama bergambar bebek kesukaannya. Saat bermain dengan Andela, Elaine sudah berani menatap balik wajah Andela. Tapi, kali ini yang di atasnya adalah gadis lain.
Seorang senior yang akan bermain dengannya untuk pertama kalinya. Beby masih memperhatikan wajah malu-malu Elaine. Memperhatikan tubuh mungilnya yang berbanding jauh dengan Shania. Ada rasa bersalah yang dirasakan Beby. Sangat. Tapi, perasaan di hatinya mengalahkan pikiran jernih yang ada.
Kini keduanya kembali saling bertatapan. Mereka tidak bodoh untuk mengetahui bahwa mereka sama-sama menginginkan lebih. Beby mendekat, kembali diciumnya bibir Elaine. Dengan jari-jari tangannya, Beby kembali membuka kancing piyama Elaine yang belum dibukanya. Dilemparnya sembarangan piyama itu.
Permainan mereka telah dimulai. Untuk pertama kalinya, Elaine membiarkan gadis selain Andela menikmati setiap inci bagian tubuhnya. Dan untuk pertama kalinya juga, jari-jemari nakal Beby menjamah tubuh gadis selain Shania. Sadar, Beby sadar melakukan itu dengan amarah. Elaine juga bisa merasakan itu dalam setiap sentuhan bibir Beby yang mengenai bagian-bagian sensitivnya.
Permainan terus berlanjut. Keringat begitu bercucuran dan membanjiri tubuh kedua insan yang sudah tida tertupi sehelai benangpun. Nafsu birahi menguasai keduanya. Elaine tidak menduga, permainan lembut Beby lebih membuatnya terbuai. Beby juga tidak menyangka, tubuh mungil Elaine bisa semenggoda itu. Dinikmatinya, dihisapnya dan di mainkannya kedua buah dada Elaine.
“Ahhnngghh~ Kak Beby, please…” Dengan wajah yang sudah lemas. Elaine memohon.
Beby mengerti. Tanpa banyak omong, jarinya langsung menuju area ter-privasi milik Elaine. Ringis kesakitan terdengar saat Beby memasukkan jarinya ke dalam bagian itu. Seiring berjalannya waktu, suasana dalam kamar villa tersebut makin panas.
Dada Elaine naik turun, nafasnya begitu tak beraturan. Tubuhnya bergerak seirama dengan tempo permainan jari Beby yang semakin lama, semakin dalam dan cepat. Suara desahan dari mulut Elaine terdengar begitu indah di telinga Beby. Suara desahan yang menyatu dengan suara gulungan ombak di luar sana.
“Ahhhh, Kak Beby, ahhh~~”
Beby terus memainkan jarinya. Dia sudah berhasil dibuat takluk dengan gadis mungil di bawahnya itu. Beby menyukai tubuh mungilnya, bibir lembutnya, senyum manisnya, mata sipitnya, suara desahannya. Beby menyukai semua yang ada dan keluar dari tubuh Elaine. Termasuk cairan cinta yang keluar bersamaan dengan erangan yang keluar dari mulut Elaine.
Beby langsung membanting tubuhnya ke samping tubuh Elaine. Dengan masih kesakitan, Elaine memunggungi Beby. Air mata keluar dari mata Elaine. Beby menghela nafasnya. Dipeluknya Elaine dari belakang. Elaine lalu membalikkan badannya, menatap Beby yang tersenyum lembut padanya.
“Kak Beby…” Dengan ibu jarinya, Beby menghapus buliran air mata Elaine. “Kalau Kak Shania tau, terus Andela--”
Ucapan Elaine terpotong, Beby memberinya ciuman singkat sebelum kembali tersenyum.
“Kak Beby tau kita melakukan ini dengan status masih menjadi milik orang lain. Kak Beby yang salah.”
“Aku yang salah. Gak seharusnya aku membiarkan Kak Beby melakukan ini. Aku bingung Kak Beby. Aku-”
Lagi, Beby memotong ucapan Elaine kali ini dengan pelukan. Didekapnya Elaine. “Kak Beby juga bingung. Bingung dengan perasaan ini. Kak Beby juga gak tahu, atas dasar apa kita melakukannya.” Beby melepaskan pelukannya dan kembali menatap Elaine. “Lebih baik sekarang kita tidur, apapun yang terjadi dengan hubungan kita. Itu tanggung jawab kita bersama.” Elaine mengangguk. Dipeluknya Beby erat. “Oyasumikwek.”
“Oyasumpahbebylucuk.”
Beby tertawa kecil, setelah mencium lembut kepala Elaine, dan menyelimuti keduanya, Beby tertidur, dengan air mata yang kembali menetes dari kedua sudut matanya.
~~~
Pagi hari tiba. Suara ketokan pintu berkali-kali sadarkan Elaine dari mimpinya. Elaine membuka matanya perlahan, dilihatnya Beby disampingnya. Wajah Beby yang kelelahan terlihat begitu polos dan menggemaskan. Diciumnya lembut bibir Beby.
“Emmhh bebek…” Igau Beby.
Elaine hanya tertawa kecil. Tubuhnya masih lelah dan sakit. Diambilnya piyama keduanya yang berserakan di lantai. Setelah memakainya, Elaine pergi mandi. Suara air yang mengalir dari dalam kamar mandi itu bangunkan Beby. Beby menoleh, sosok Elaine telah hilang. Bersaamaan dengan sadarnya Beby, Elaine keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang tentunya sudah berganti.
Wangi sabun yang dipakai Elaine menyadarkan Beby seutuhnya. Beby langsung bangkit dan memakai baju tidurnya. Beby lalu menghampiri Elaine yang sedang duduk di depan meja rias, dipeluknya Elaine dari belakang. Membuat Elaine kaget pada awalnya.
“Morning.”
“Pagi Kak Beby.”
Hening. Keduanya hanya diam. Pandangan mereka bertemu dalam cermin yang memantulkan bayangan mereka. Posisi Beby masih berdiri di belakang Elaine dan memeluk gadis itu.
“Kak Beby.”
“Iya?”
“Mandi dulu. Tadi udah dicariin Kak Kinal kayaknya.”
“Emm, yaudah. Len?”
“Iya?” Chu~ Saat Elaine berbalik, Beby kembali mencium lembut bibir Elaine.
Senyum miris mengembang di wajah keduanya. Setelah itu Beby langsung pergi ke kamar mandi. Elaine hanya menghela nafasnya dan kembali menatap layar HPnya. Layar HP yang kini telah berganti wallpaper fotonya dengan Beby. Entah sejak kapan.
~~~
Lagi-lagi, keheningan mengisi ruang makan villa tersebut saat keenam member itu sarapan. Hanya sesekali suara Veranda terdengar karena ulah aneh Kinal. Elaine dan Beby hanya diam. Membuat Gracia menjadi heran. Apalagi tanpa kabar, Elaine yang memiliki janji dengannya menghilang. Elaine hanya tersenyum dan selalu mengalihkan bila di tanya.
Akhirnya, mereka pulang. Dengan mobil milik Veranda. Kinal sebagai supir duduk di depan bersama Veranda. Di tengah Gracia duduk bersama Michelle, keempatnya terlihat asik mengobrol. Tapi, tidak dengan Beby dan Elaine yang duduk di belakang.
Mereka tenggelam, larut dalam pikiran masing-masing. Asik dengan lagu yang mereka dengarkan sendiri-sendiri. Jari telunjuk keduanya terus bertautan selama perjalanan. Seperti takut kehilangan satu sama lain. Tapi juga ragu untuk menyatu. Perasaan keduanya campur aduk. Hingga Kinal membuyarkan lamunan mereka.
“Beb. Tadi Shania bilang sama gw. Katanya dia sama Andela jemput lo sama Elaine. Kita udah janjian di restoran xxx sekalian makan. Udah tau kan lu berdua?”
Beby dan Elaine langsung saling berhadapan. Secepat inikah mereka akan bertemu dengan keduanya?
Akhirnya mereka tiba di restoran yang disebutkan Kinal. Beby dan Elaine turun membawa tas mereka. Tentu saja pemandangan yang tidak membuat heran. Karena member lain sudah berpikir Beby dan Elaine akan pindah mobil. Beby dan Elaine berjalan sambil bergandengan tangan. Begitu erat. Sepertinya, sudah mantap akan sesuatu.
“Kwekku~~” Teriak Andela dari jauh. Reflek Beby melepaskan genggaman tangannya.
“Selesaikan.” Ucap Beby pelan.
Andela terlihat berlari lalu memeluk Elaine. “Kangen banget aku sama kamu, Kwek.” Ucap Andela. Elaine hanya tersenyum miris tanpa memeluk balik Andela. “Kwek kenapa?” Tanya Andela yang hanya dijawab dengan senyuman miris Elaine.
Sementara Shania dan Beby…
“Beb.” Panggil Shania yang sudah mendekat pada Beby. “Maafin aku.”
Beby tersenyum miris. “Aku udah maafin kamu kok Shan.”
“Jadi kita-”
“Tapi, maaf. Aku gak bisa lanjutin hubungan ini.”
Petir serasa menyambar Shania. Ucapan Beby itu mengejutkan tidak hanya seorang Shania, tapi juga Andela dan member lain yang menunggu di dekat mereka. Air mata langsung menetes dari sudut mata Shania. Beby menelan ludahnya, menghindari tatapan mata dengan Shania dan memilih menghampiri Elaine.
“Len, selesein.” Ucap Beby sambil menatap Elaine.
“Selesein apa?” Tanya Andela bingung, sambil menatap keduanya bergantian. “Tunggu, jangan bilang kalian berdua.”
Dengan kedua tangannya, Elaine menutup wajahnya dan menangis. “Maafin aku, Ndel. Aku suka Kak Beby. Aku jatuh cinta sama Kak Beby. Aku-”
“Cukup Kwek. Ternyata feeling aku bener.” Andela lalu menatap Beby. “Kalau itu keputusan kalian, aku gak bisa apa-apa. Kita putus. Itu yang kamu mau, kan. Pergilah.”
“Ndel-” Dengan lembut Andela mencium kening Elaine dan tersenyum.
“Titip Elaine. Jangan ulangin kesalahan seperti saat bersama Shania.” Bisik Andela pada Beby.
Beby mengulurkan tangannya pada Elaine, kini tanpa ragu dan saling membalas senyuman, Elaine menyambutnya. Keduanya berjalan pergi tinggalkan tempat tersebut dan masuk ke dalam taksi yang mereka berhantikan.
“Beby!!!” Teriak Shania. Gadis itu terlihat ingin mengejar Beby. Namun, Andela menahannya.
Elaine dan Beby hanya saling bergandengan tangan dalam diam. Mengistirahatkan pikiran mereka. Sementara Andela dan Shania… menangis dalam dekapan Veranda dan Kinal.

:')
END
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Endingnya mengecewakan? Ya. Saya juga kecewa. *lah
Tapi beginilah yang terjadi... Fokus cerita FF ini kan awalnya emang ke BeNjuAndElaine hehehe.
Lalu gantung? Ahahaha. Maaf kalau memangm begitu.

Nasip NaGa gimana?
Kalau ada mood dan keinginan gw bakal bikin sequel nya *OS aja* buat NaGa.

Klo soal BebNju+AndElainenya.... klo ada yang mau bikinin sequelnya juga boleh tuh.
Yaudah, sampe jumpa di utang FF gw yang lain~~ wkwk lelsangatlel
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m

-Jurimayu14-

8 comments:

  1. Hayoloh ka rui, aku masih nunggu PH loh XD

    ReplyDelete
  2. karui kmvrt :3
    wa suka sama endingnyaaaaa~~~~~
    BebKwek-nya kerasa banget deh alias dapet feelnya.
    BebNju :')
    NaGa :'''')
    enceh 😅

    ReplyDelete
  3. baper buseet berasa nyata.. bisaan banget bikin orang baper wkwk.. kasih squelnya dong ui wkwk #seketikaditendang masih setia nunggu PH dan majijonya loooh sama bartender nomnom juga hahah =]

    ReplyDelete
  4. aku suka banget sama endingnya..asli..keren

    ReplyDelete
  5. Bagus banget coy >< sequel ya leh uga :3

    ReplyDelete
  6. Baru sempet baca DoA... full.... endingnya kerenn

    ReplyDelete