Thursday, January 1, 2015

If Beby is not a member.. (BebNju) - Part 4

Akhirnya yang kalian tunggu2 muncul juga ya~ terimakasih untuk adekku yang daebak! kalo kata orang Kreo (?) nan Sugoi kalau kata orang Jepun (?)

Yaudah langsung aja~ Happy reading~

If Beby is not a member.. (BebNju)

2shot baru, mata mz boby liat kemana ya~~

Part 4: Beby POV - Finally..
To: S
Ohayou~! >.< Have a nice Monday!
Pesan pertamaku di pagi ini untuknya pun terkirim. Aku beranjak dari tidurku dan menuju ke kamar mandi. Setelah selesai itu aku kembali duduk di kasur dan menatap layar handphoneku. Ternyata sudah ada satu pesan baru dari Shania.
From: S
Ohayou Beby~ >.< Have a nice Monday too!
Aku tersenyum simpul sambil menatap layar handphoneku. Ah! Aku teringat sesuatu. Aku kan masih memblock akun Twitter Shania. Aku langsung membuka apps Twitterku dan meng-unblock akun Shania. Tak lupa memfollownya.
*klik* yak! Aku sudah memfollownya. Mari kita hitung mundur. Tiga.. Dua.. Satu!


Ddddrrrtt Dddddrrrttt Dddddrrrrttt
Tepat sesuai hitungan. Shania langsung menghubungiku.
“Beby~~!! Makasih udah di follow lagi!” aku hanya bisa tersenyum mendengar suaranya yang semangat di pagi hari ini.
“Iya sama-sama Shanshine”
“A-apa? Kamu panggil aku apa?”
“Shanshine” jawabku singkat
“Shanshine? Hahaha. Not bad lah. Yaudah aku siap-siap berangkat sekolah dulu, ya.”
“Eh tunggu dulu!”
“Kenapa?”
“Hhm.. Jangan lupa sarapannya ya hehe”
“Oh. Iya aku udah sarapan kok. Yaudah ya, aku udah agak telat nih. Dadah~”
Tuuuuuttt Tuuuuutt Tuuuuuttt

“Ehem! Ehem! Ingetin sarapan ke siapa tuh? Kenalin dong ke Kak Kinal~” aish! Sejak kapan kak Kinal masuk ke kamarku? Jadi bahan ledekan lagi kan tuh.
“Bukan siapa-siapa. Udah awas awas aku mau berangkat!” aku langsung melangkah melewati kak Kinal
“Eh tunggu dulu! Kak Kinal mau bilangin, kata Papa, hari ini kamu berangkat ke sekolahnya naik angkutan umum aja. Soalnya Papa lagi buru-buru mau antar Mama kemana gitu katanya.” aku langsung membalikkan tubuhku
“Serius?! Kak kinal kenapa gak bilang dari tadi?! Aduuuhh sekolah aku kan jauh kak! Yaudah deh aku berangkat! Assalamu’alaikum!”
“Wa’ala-“
“Eh tunggu! Kak Kinal berangkat sama siapa?” aku langsung kembali menghadap kak Kinal
“Sama kak Ve lah~” ucap kak Kinal sambil sedikit menggibaskan rambutnya yang mulai memanjang
“Aku numpang ya? Please please please~~ Kita kan satu sekolah. Ya ya ya?” pintaku dengan wajah sangat memelas
“Iya bawel. Yaudah kamu sarapan sana. Kak Ve-nya udah di jalan.”
“Siap! Makasih kak Kinal!”

Aku menghabiskan sarapanku dengan cepat karena takut kak Ve sebentar lagi sampai. Dan benar saja, tepat sekali saat aku menghabiskan sarapanku bel rumah pun berbunyi. Aku langsung membukakan pintu dan mengajak kak Ve sarapan bersama, tapi anehnya, aku malah diomelin sama kak Kinal.
“Yah Beby. Kok kak Venya diajak sarapan sih?”
“Emang kenapa?”
“Kak Kinal kan udah siapin sarapan buat kak Ve.”
“Alah paling juga beli jadi tuh di depan.” cibirku
“Enak aja! Bikin sendiri nih!” jawab kak Kinal sambil menunjukan kotak bekalnya
“Paling juga gosong. Udah kak Ve mending sarapan yang udah pasti enak aja.” aku langsung mengambil ancang-ancang untuk mengambilkan nasi goreng untuk kak Ve
“Tunggu Beby!” ucap kak Ve cepat
“Hhm maaf. Kak Ve sarapannya nanti aja. Kasihan kan kak Kinal udah bikinin buat kak Ve?” kak Ve memberikanku senyumnya yang badai itu. Merugilah kak Kinal kalau sampai dia berani ninggalin kak Ve. Shania aja kalah badainya. *-*) *loh kok? Beby…. hmm
“Mending sekarang kita berangkat aja. Nanti kalian telat lho?” lanjut kak Ve yang hanya dapat ku jawab dengan anggukan

Akhirnya kami sudah berada di dalam mobil kak Ve. Kak Ve mengendarai mobilnya sendiri serta di sampingnya ada kak Kinal. Aku sebagai obat nyambuk hanya bisa duduk di belakang dengan tenang sambil memasang sebelah earphoneku.
Aku memainkan handphoneku sekedar untuk membuka Twitter. Mungkin kalian bingung apa yang merubah sikapku kepada Shania dalam hitungan waktu satu malam. Iya kan? Haha.
Bohong kalau ku bilang aku tidak menyukai Shania sejak pertama kali bertemu. Bohong kalau ku bilang jantungku tidak berdetak sepuluh kali lebih cepat saat berada di samping Shania. Bohong kalau ku bilang aku sanggup bersikap dingin terlalu lama terhadap Shania, gadis yang ku sukai.
Sejak Shania menginap di rumahku, aku berusaha mengumpulkan keberanian untuk berbicara lebih sering dengannya. Tapi entah kenapa, baru menatap matanya saja aku sudah dibuat kaku setengah mati. Sering sekali mulutku sulit terbuka saat ingin memulai pembicaraan dengan Shania.
Jujur saja, aku ini memang tidak terlalu bisa mengekspresikan semuanya melalui ucapan. Aku lebih bisa langsung bertindak. Tapi, bagaimana bisa aku bertindak jika aku saja memiliki sifat dasar cuek? Ah. Tapi kalian tenang saja, sekarang aku sudah memiliki Elaine yang siap membantuku haha.
Sejak acara di salah satu TV swasta itu, Elaine memberikanku banyak sekali nasihat. Terlebih lagi Elaine memberi tahukanku sesuatu yang tidak aku sadari sedikit pun, yaitu kecemburuan Shania. Elaine merasa ditatap sinis oleh Shania selama beberapa kali. Entah itu hanya perasaannya saja, atau memang begitu yang terjadi. Aku tidak terlalu memperhatikan sekitar.

Ngomong-ngomong soal acara itu, sebenarnya aku ingin sekali menegur Shania. Tapi aku tak mampu membuka mulutku untuk sekedar menyapanya. Aku sadar saat Shania memberikan sedikit kode kearahku, tapi lagi-lagi aku tak mampu berbuat apapun. Namun kali ini, aku tidak mau kehilangan kesempatanku. Aku ingin lebih peka terhadap sekitar. Ya. Aku janji.
Dan sekarang kami sudah sampai di sekolah. Dengan baiknya kak Ve membukakan pintu untuk kak Kinal. Pasti gak lama lagi kak Kinal kena kutuk Tuhan karena memperlakukan bidadari kayak gini. Iya. Pasti.
“Nal. Pulangnya mau aku jemput atau enggak?”
“Enggak usah. Aku pulang sama Beby aja.”
“Maaf kak Kinal. Aku ada acara.” jawabku cepat dan datar.
“Tuh, Nal. Bebynya ada acara. Aku jemput aja ya?”
“Iya deh iya. Yaudah aku sama Beby masuk ke sekolah dulu ya.”
“Sip! Semangat sekolahnya. Harus fokus ya!”
“Iya Jessica Veranda~” jawab kak Kinal manja sambil mencubit kedua pipi kak Ve.
“Ih kebiasaan deh! Sakit tahu!” kak Ve mengeluarkan jurus gembungan pipinya.
“Hahaha. Yaudah yaudah. Kamu ke kampusnya hati-hati ya.”
“Siap bos! Yaudah sana masuk.”
Kak kinal langsung merangkul pundakku dan berjalan masuk ke sekolah, tapi baru beberapa langkah….
“Eh tunggu Ve!” kak Kinal langsung berlari kecil ke arah kak Ve dan...

ada VeNal nya hahaha
Chu~
Astaga kak kinal?! Bisa-bisanya cium pipi kak Ve di depan sekolah kayak gini?!
“Kinaaaalll!!”
“Hehehe dadaaaahh~” kak Kinal langsung berlari meninggalkan aku yang masih sedikit kaget dan kak Ve yang masih menggerutu dengan pipinya yang agak memerah. Aku hanya bisa menggeleng dengan adegan di pagi hari ini.
Sebenarnya hari ini aku tidak memiliki acara kemana pun selain sekolah. Aku hanya tidak ingin berlama-lama dengan kak Kinal. Karena aku sudah tahu apa yang akan terjadi padaku. Pasti sama seperti sebelum-sebelumnya, yaitu ke toko buku. Dan dengan berbagai macam modus cantiknya, mau tidak mau aku harus membelikan kak Kinal beberapa komik baru. Padahal yang jadi kakak itu kan dia, bukan aku -_-
Satu jam. Dua jam. Enam jam. Jam pulang sekolah pun tiba. Saat jam istirahat tadi, aku mendapatkan pesan dari Elaine. Ia mengajakku untuk bertemu di salah satu cafetaria. Jadi sekarang, sebelum aku bertemu dengan kak Kinal, aku langsung bergegas menemui Elaine sesuai janji.
“Hai. Len. Maaf telat.” ucapku yang langsung duduk berhadapan dengan Elaine.
“Iya gapapa. Aku juga baru sampe kok.”
“Baru sampe?” jawabku agak heran karena di atas meja sudah ada dua gelas kosong dan tambah satu lagi yang isinya tinggal setengah.

“Iya. Baru juga lima menit aku di sini.” jawab Elaine kalem.
“Kok minumnya banyak banget. Aus?”
“Iya. Jakarta panas.” jawab Elaine masih kalem. Pokoknya Elaine kaleman deh.
Tapi tunggu. Jakarta panas? Aku mengarahkan pandanganku keluar cafe, dan cuacanya sangat mendung. Bahkan saat perjalanan kesini aku sempat terkena hujan. Elaine ini lewat jalur mana ya? Ah terserah deh. Yang penting kan Elaine gak marah aku telat hehe. (Beby gak peka mode: on)
“Jadi tujuan kamu ngajak aku ketemu ngapain nih?”
“Buru buru banget mba. Gak mau pesen minum dulu?”
“Lagi gak aus, Len.”
“Yakin nih? Aku yang bayarin lho.”
“Yaudah jus alpukatnya satu hehe.” *najong beut dah :v
Elaine memanggil seorang pelayan dan memesankan untukku satu gelas jus alpukat. Aku mengeluarkan handphoneku untuk mengecek beberapa pesan baru. Tapi tumben sekali aku tidak mendapat pesan baru dari Shania. Ah, mungkin dia belum pulang sekolah atau sibuk latihan. Hari ini kan ada jadwal theater.

Nih wpp-nya mz boby
“Kamu cantik ya..” gumamku sangat pelan sambil melihat wallpaper handphone milikku.
“Siapa yang cantik?” wah pendengaran Elaine tajam banget.
“Kamu lah. Emangnya siapa lagi?” jawabku ngeles.
“Tapi kok liatnya ke handphone? Kan akunya ada di sini.”
“Aku lagi liatin foto yang fans kamu share di flickr.” aku langsung membuka browser dan mencari flickr Elaine
“Nih yang ini cantik.” lanjutku sambil menunjukan layar handphoneku ke hadapan Elaine

Foto alibi yg dipake mz boby :v
Elaine hanya mengangguk tanda tahu.
“Ini pesanannya..” ucap seorang pelayan sambil menaruh segelas jus alpukat segar ke hadapanku. Tanpa basa-basi langsung ku minum jus alpukat gratis ini hehe. *najong (2)
“Jadi kapan kamu mau nembak Shania?”
Uhuk! Uhuk! Aku menepuk-nepuk dadaku pelan karena ulah Elaine. Ya ampun si mungil ini. Gak bisa liat orang mau minum sebentar ya?
“Kamu ngomong apa tadi?”
“Kamu kapan mau nembak Shania?” aku nampak berpikir sejenak sebelum menjawab.
“Len. Kamu kan tahu aku orangnya susah buat ngungkapin apa yang aku rasain lewat omongan. Aku suka Shania juga kan aku gak bilang. Kamu sendiri yang ngira-ngira.”
“Tapi bener kan kalau kamu suka Shania?”
“Ya bener sih. Ya tapi kan tetep aja, Len. Yang namanya nyatain itu gak gampang. Aku harus pandai bermain kata. Ibaratnya, ada barang gak bisa nawar, barangnya bisa hilang dibeli orang.”
“Cabeee kali, ah di tawar-tawar. Shania itu sekelas barang bermerk. Banyak yang mau sama dia. Kalau kamu lambat kayak gini, yaudah mending kamu cari yang baru aja.” lho kok Elaine jadi galak gini? *o*

“Yaudah terus sekarang aku harus apa?” tanyaku pasrah.
“Tembak Shania lah.”
“Sekarang?” tanyaku lagi
“Gak. Nanti aja kalau aku udah tinggi.” *ini kok koplok banget ya wkwk :v
“Yah? Lama dong?”
“Ya makanya sekarang! Eerrgghh!” Elaine mulai gregetan saudara-saudara..
“Sekarang banget nih? Kan orangnya ada jadwal theater?” tanyaku lagi dan lagi.
“Ya habis theater lah!”
“Gak bisa besok aja nih nembaknya?” tanyaku entah ke berapa kalinya dengan nada santai.
“Kamu mau nembak Shania sekarang atau aku yang nembak Shania?! Cepetan pilih!”
“Wah kamu jangan colong start gitu dong!” aku agak menaikkan nada suaraku.
“Ya makanya sekarang kamu tembak Shania!”
“Harus sekarang banget ya, Len?” tanyaku kembali santai.
“BEBY CHAESARAAAAAA!!” Elaine merubah ekspresi gregetannya jadi seakan-akan mau memakanku (WOoO)W
“I-iya iya aku berangkat nih!” aku masih sempat meminum beberapa teguk jus alpukatku lalu kabur meninggalkan Elaine yang sudah mengeluarkan asap dari telinga serta taring di giginya.

Sesampainya di rumah, aku langsung merebahkan tubuhku di atas ranjang. Entah apa yang harus aku katakan kepada Shania. “Shan. Aku suka kamu. Jadian yuk?” alah jelek. “Shan. Kimi no koto ga suki da kara.” duh jangan. Nanti Shania malah joget-joget. Hhhnngg “Shan. Jadilah pacarku.” aduuuuhh! Pusing! Eh, apa aku SMS Elaine aja, ya? Tapi jangan deh. Tadi aja dia udah galak kayak gitu. Gimana aku SMS. Haaaahh.. Susah banget sih mau nyatain doang.. Eeeerrggghh!
Tok Tok Tok
“Beby.. Ada tamu nih..”
“Langsung masuk aja, Ma.” aku beranjak dari posisi tidurku.
“Hai..” lho? Shania? Kok bisa ada di sini ya?
“Yaudah ya Shania, tante tinggal dulu..”
“Iya tante makasih.” lagi lagi eye-smile mematikan itu.
“Kamu ngapain kesini?” ucapku yang tak beranjak dari posisi dudukku.
“Aku mau balikin ini.” jawabnya sambil duduk di tepi ranjangku.
“Oh. Makasih.” aku mengambil beberapa pakaian serta sweaterku darinya tanpa berpindah satu jengkal pun dari posisiku.

“Ngomong-ngomong, bukannya hari ini kamu ada jadwal theater ya?”
“Jadwal theater? Enggak ada ah. Seminggu ini aku free kok.”
“Ha? Serius? Lho tadi aku buka jadwal kayaknya ada deh.”
“Itu jadwal minggu depan kali. Kamu pasti cuma lihat harinya bukan tanggal. Iya kan?”
“Hehehe iya sih.” aku harus ngomong apalagi niiiihhh T^T)/|| kalau aku gak nyatain sekarang, nanti Elaine makin murka. Kalau Elaine murka, susah dibaik-baikinnya lagi.
Ku lihat Shania sedang memperhatikan keadaan sekeliling kamarku tanpa beranjak dari duduknya. Aku sibuk mengatur nafas dan juga kata-kata apa yang harus aku ucapkan. Tanpa disadari ternyata ada telapak tangan yang menempel di dahiku.
“Kamu sakit?” tanya Shania yang menaruh satu telapak tangannya di dahiku, satu lagi di dahinya. Dan ini membuat jarak kita menjadi sangat dekat. Tingkat kegugupanku naik menjadi 80%.
“E-Enggak kok.”
“Iya, sih. Gak panas. Tapi keringet kamu deres gitu. Padahal ini pakai AC lho.”
“Shan..” aku menggenggam tangan Shania yang ada di dahiku secara perlahan. Tangan Shania hangat banget. Oh, atau mungkin karena tanganku dingin jadi tangannya terasa hangat.
“Kenapa?” perlahan Shania menurunkan tangan yang ada di dahinya juga.

“Hhm.. Shania inget kan waktu itu Beby pernah bilang kalau Beby ini temennya Shania?”
“Iya inget. Kenapa?” sumpah. Shania gak ada gugup gugupnya. Santai banget. Shan mau nembak ini Shan woy! Gugup dikit kek!
“Kita.. Hhm.. Kita.. Kita berhenti jadi temen yuk.” yak aku pun kehabisan kosakata.
“Maksudnya?”
“I-iya. Kita.. Ya kita gak usah temenan lagi gitu.”
“Terus?” ELAINE TOLOOONNGGG! SHANIA GAK PEKAAAA! (sebenarnya Shania peka. Hanya saja Shania sedang menguji keberanian Beby. Shania sudah menahan tawanya karena ekspresi Beby yang sangat-sangat-sagnat-sangat gugup)
“Ya kita pacaran gitu, Shan.. Hehe.” Haha. Hehe. Haha. Hehe. Ngomong apasih aku ini eeerr.
“Kamu nembak aku? Coba ulang. Rapihin kata-katanya.” ULANG?! U..L..A..N..G?! U-L-A-N-G?! ADA JOKI NEMBAK CEWEK GAK SIH?! AAAAAKKKK!!
“Akusukasamakamuteruskamumaugakjadipacaraku?” ucapku tanpa titik koma jeda atau apapun itu. Semuanya dalam satu tarikan nafas.
“Ha? Apaan? Kamu ngomong apa kumur-kumur?” EEERRRGGGHH!! KESABARANKU HABIIIISSS W(OoO)W
Aku langsung menaruh telapak tangan kiriku ke pipi Shania dan mendaratkan bibirku ke bibirnya dan... T-TUNGGU! AKU NGAPAIN?! A-AKU CIUM SHANIA?! HUAAAAAA....btw bibirnya lembut banget. EH TAPI CARA AKHIRIN CIUMANNYA GIMANAAAAA?! *ini daku mau ngakak sumpah! Sini ka Rui ajarin dulu (?)

Cieee yang akhirnya jadian~ uhuk kisu2 :3
Aku tidak berani bergerak sedikit pun, tapi aku merasa Shania sedang tersenyum sekarang. Dapat ku rasakan nafas Shania yang perlahan tidak teratur. Entah apa yang merasukiku untuk mencium Shania terlebih dahulu. Tapi yasudah. Shanianya juga gak marah kok. Tapi...hhnnnggg kok jadi gerah ya?
Akhirnya aku melepaskan ciuman pertamaku itu dan beralih mencium keningnya lembut.
“Beby suka sama Shania. Shania mau jadi pacar Beby gak?” akhirnya bisa juga ngomong kayak gini. Fyuuuhh~
“Ya menurut kamu?” Shania mengeluarkan senyum malu-malunya. Aaakk lucu banget!
“Beby mau denger langsung dari Shania. Shania mau gak jadi pacar Beby?”
“Hhm.. Gimana yaaa? Hahaha. Iya iya mau kok.”
“Serius?!”
“Kalau aku gak mau jadi pacar kamu, yang tadi itu pasti aku udah tampar kamu habis-habisan.”
“Wuuuu galak banget siiihh haha..” aku mengusap-usap rambutnya acak
“Ih nanti rambutku berantakan nih!” dengan cepat Shania menjauhkan tanganku dari kepalanya dengan sedikit ekspresi manyun menggemaskan tentunya
“Haha berantakan juga tetep cantik kok. Eh iya, kamu belum aku kasih minum. Sebentar, ya. Aku ambilin dulu.” saat aku beranjak dari dudukku, tiba-tiba Shania menahan pergelangan tanganku.
“Gak usah. Aku mau langsung pulang.”
“Kok cepet banget?”
“Supir aku masih nungguin di bawah. Gak enak kalau kelamaan.”
“Oh gitu. Yaudah aku anterin ke bawah yuk.”
Akhirnya hal yang aku tunggu-tunggu datang juga. Perasaannya nembak Shania? Deg-degannya bukan main! Gregetan juga. Perasaannya cium Shania? Ah gak usah ditanya gimana deg-degan campur senengnya. Tapi tadi suhu di kamar jadi panas banget. Entah karena aku masih pakai seragam sekolah lengkap atau ya...gitu deh haha. Semoga habis ini aku mulai terlatih dan gak kaku lagi sama Shania. Terimakasih yang terdalam untuk si mungil Elaine haha. Oh iya. Ternyata bukan cuma kak Kinal yang gak nurut soal peraturan anti cinta di keluargaku, ternyata aku sendiri pun begitu hehe. ^^
“Ma. Shania mau pamit pulang dulu nih.”
“Lho? Kok buru-buru banget? Baru mau tante anterin minum.”
“Maaf ya tante soalnya supir aku masih nungguin di mobil hehe.”
“Oh gitu. Yasudah. Tapi lain kali harus main kesini lagi ya. Kamu orang pertama yang Beby ajak main ke rumah lho..” ucapan Mama membuat wajah Shania sedikit tersipu.
“Iya tante. Nanti pasti main kesini lagi kok. Yaudah ya tante Shania pamit pulang dulu.” cie saliman sama calon mertua (?)
“Hati-hati ya Shania.”
Aku mengantarkan Shania sampai ke mobilnya. Bahkan sampai detik ini, detak jantungku masih sama cepatnya seperti saat menembak Shania tadi. Hanya rasa gugupnya saja yang sedikit berkurang. Tapi tergantikan dengan rasa sedikit canggung karena aku tidak mengerti apa yang harus aku lakukan jika sudah menjadi seorang pacar T^T)/||
“Aku pulang dulu ya.”
“Iya. Kalau udah sampe rumah kabarin aku ya.”
“Siap bos! Hhm.. Aku sayang kamu hehe.”
“Iya aku tau kok.”
“Jawabnya iya doang nih?” tanya Shania yang mengeluarkan jurus manyun andalannya
“Kalau aku bilang aku juga sayang kamu kan udah mainstream. Jadi aku jawab iya aja.”
“Ish! Nyebelin!” Shania langsung masuk ke dalam mobilnya dan perlahan mobil itu pun mulai menghilang dari pandanganku. Aku tersenyum melihat tingkah Shania yang ngambek seperti itu. Karena menurutku itu sangatlah lucu. Tapi....lucu untuk satu bulan pertama. Saat hubungan kami masuk ke dua bulan, rasanya beda lagi. Gak ada lucu-lucunya kalau setiap masalah kecil harus dipermasalahin.
Hari ini aku menonton Shania yang memiliki jadwal perform di theater. Tapi sebagai pacar yang mudah-mudahan baik, aku menemani Shania untuk makan terlebih dahulu sebelum mulai theater.
“Kamu mau makan dimana?” tanyaku sambil membawakan tas ranselnya. Entah kenapa aku paling tidak bisa melihat Shania membawa sesuatu yang sekiraku masih bisa aku yang membawanya. Ya sekalipun itu miliknya, tapi jika aku masih bisa membawanya, aku akan membawakan untuknya.
“Aku lagi mau makan bakso nih yang.” cie panggilnya yang. *yang aus yang aus :v
“Yaudah tempat biasa aja. Gimana?” angguk Shania lalu menggandeng tangan kiriku.
Sesampainya di salah satu tempat makan fav Shania, kami langsung memilih tempat duduk yang tidak terlalu terlihat oleh orang lain. Ini bukan ideku lho. Karena bukan aku yang cemburu Shania ditegur atau diperhatikan fansnya, tapi malah Shania yang cemburu kalau ada orang lain yang melihat ke arahku terlalu lama atau terlalu detail.
“Yang liat deh. Kemarin aku habis ke tempat nail art sama Nabilah lho. Lucu gak?” Shania menunjukan jari-jarinya ke arahku. Aku yang sedang bermain handphone mengarahkan pandangan ke arahnya dan hanya tersenyum serta mengangguk.
“Udah? Gitu doang?” mendengar pertanyaan Shania, aku langsung menaruh handphoneku ke saku sweater dan mencubit pipinya yang belakangan ini menjadi tambah mengembang itu.
“Lucu bangeeeettt~ Ululululuuuu~”
“Ih! Sakit tau!” aku menjauhkan tanganku dari pipinya dan dengan cepat Shania langsung mengusap-usap pipinya itu.
“Makanya jangan manyun-manyun terus sayang..” ucapku lembut
“Abisnya kamu nyebelin!”
“Iya iya aku nyebelin iya. Maaf ya..” aku menaruh telapak tanganku di pipi kirinya lalu mengusapnya lembut dengan ibu jariku
“Permisi kak ini pesanannya..” seorang pelayan datang sambil menaruh semangkuk bakso serta jus jeruk untuk Shania dan satu gelas lemon tea untukku. Kebetulan aku sudah makan, jadi aku tidak perlu memesan makan lagi.
“Selamat makaaann!” Shania selalu bersemangat kalau sudah berurusan dengan bakso.
Aku memandangnya yang sedang makan dengan lahapnya. Sesekali aku meminum pesananku.
Uhuk! Uhuk!
“Duuhh makannya pelan-pelan dong.. Minum minum minum.” aku menempuk pelan pundak Shania. Kebetulan meja di tempat ini tidak terlalu lebar jadi walaupun duduk berdepanan jaraknya tidak terlalu jauh.
Shania kembali melanjutkan makannya sambil aku membenarkan posisi rambutnya yang menurutku bisa menganggu aktifitas makannya.
“Huaaahh aku kenyaaangg~”
“Yaudah nafas dulu. Abis itu baru kita ke theater.”
“Emang di sana belum bingo?”
“Sebenernya sih udah.”
“Yah. Kamu kesana duluan aja deh. Nabilah sama kak Ghaida mau kesini kok.”
“Yaudah aku kesana duluan ya. Kamu bener gapapa nih aku tinggal?”
“Iya gapapa. Kan nanti ketemu lagi.”
“Yaudah kalau gitu aku kesana duluan ya. Semangat theaternya..” aku sedikit berdiri dari posisi duduk lalu mencium kening serta kedua pipinya secara lembut. Shania hanya tersenyum dan melambaikan tangannya ke arahku.
Hari ini aku mendapat 2nd row. Show berjalan seperti biasanya. Dan seperti biasanya juga, Shania tidak pernah melihat kearahku. Tapi kali ini aku sudah tahu alasannya. Ia bilang, kalau melihat kearahku, ia takut menjadi tidak fokus. Jadi yasudah, aku pun tidak masalah dengan hal itu. Semua terasa normal normal saja sampai sesi MC dengan tema “cara mendapatkan pacar idaman” pun tiba.
“Ah lu masih kecil juga sok tipe pacar-pacaran, Bil.”
“Iye tau dah yang tante-tante mah udeh hatam kalau yang kaya begini. Coba tipe pacar idamannya Shania gimane?”
“Kalau aku.. Ehem. Berhubung tipe pacar aku itu yang cuek cuek gimanaaa gitu. Berarti akunya harus lebih aktif. Cara dapetinnya...” Shania langsung membalikan badannya ke belakang lalu kembali menghadap ke depan dan..
“Kak. Aku suka kamu.. Muah!” tak lupa di akhiri dengan wink mematikan ala Shania
“OOOOOUUUUUUUWWWWWW!!” penonton termasuk para member pun langsung berteriak histeris. Aku sendiri pun sedikit terkejut. Entah kenapa ini pertama kalinya aku merasa sedikit tidak nyaman dengan keadaan sekitarku. Untung saja ini sesi MC yang sudah dekat dengan encore, jadi pada saat semua lampu di matikan dan member kembali ke backstage, aku bisa keluar dari sini. Mungkin mencari sedikit cemilan untuk menenangkan diri.
Saat sudah keluar dari theater, aku menuju ke tempat dimana tadi sore aku dan Shania berada. Tapi bru beberapa langkah aku memasuki tempat itu, aku melihat si bebek mungil yang menggemaskan. Siapalagi kalau bukan Elaine. Hhm.. Tumben sekali Elaine ada di sini? Aku mencoba menghampiri Elaine yang tidak sendirian itu. Tapi sepertinya aku mengenal sosok yang sedang bersamanya.
“Elaine.”
“Eh? Beby? Wah kebetulan banget ketemu di sini. Ayo duduk.” aku melemparkan senyum kearah...tunggu. Ini bukannya member JKT48 juga ya? Kok bisa sama Elaine?
“Beby kenalin ini Andela. Andela kenalin ini Beby.” oh iya ini kan member generasi ketiga. Pantas saja wajahnya tidak terlalu asing. Setelah saling berkenalan tiba-tiba Andela langsung pamit karena ia ada jadwal latihan hari ini.

Andelaine diem2 ternyata.. :v
“Jadi ceritanya ada yang deket sama member JKT48 tapi gak cerita-cerita niiihh?” ledekku kearah Elaine.
“Apaan sih kamu. Orang kita cuma temen. Kalau pacar baru aku cerita.”
“Ya nanti juga pacaran haha.”
“Tau ah. Eh. Kamu tumben sendirian? Shanianya mana?”
“Ada tuh di theater.”
“Lho kamu gak nonton? Tumben?”
“Tadi nonton kok. Tapi kurang mood aja. Jadinya pas encore aku keluar.”
“Gak mood? Tumben banget mood seorang Beby Chaesara bisa unmood haha.”
“Yeee aku juga bisa gak mood kali.”
Dari situ aku dan Elaine terus mengobrol mulai dari hal yang tidak penting sampai ke hal yang tidak penting banget. Tak terasa ini sudah memasuki jamnya Shania selesai Theater. Aku pun mendapat pesan untuk menunggunya di tempat biasa, yaitu di depan lift F4.
“Hai. Maaf ya lama. Tadi ada evaluasi sebentar.” ucap Shania santai.
“Iya gapapa.” karena kejadian tadi aku jadi tidak mood berbicara dengan Shania.
“Nada suara kamu beda gitu? Kenapa?”
“Gapapa sayang.” jawabku datar dan singkat. Pintu lift pun terbuka. Keadaan di dalam lift hanya ada kami berdua. Shania hanya mengangguk sambil menggandeng tanganku seperti biasanya.
Jika ada theater hari Sabtu, biasanya Shania akan menginap di rumahku dengan diantarkan oleh supirnya. Tapi di dalam mobil pun kami hanya saling diam. Shania menyandarkan kepalanya di pundakku sambil memainkan handphonenya. Sedangkan aku mendengarkan lagu dengan sebelah earphone yang terpasang.
“Makasih ya Pak. Besok kalau Shania mau minta jemput, Shania kabarin ke Mama.”
“Iya non siap.”
Kami memasuki rumahku yang tentunya sudah sepi ini. Karena waktu menunjukan sudah jam 11 malam. Aku membuka pintu kamarku dan mempersilahkan Shania masuk. Dan dengan bebasnya Shania langsung menghempaskan tubuhnya ke atas ranjangku. Biasanya aku akan ikut merebahkan tubuhku dan membicarakan banyak hal dengannya sampai kami tertidur, tapi kali ini aku memutuskan untuk langsung tertidur saja tanpa berbicara sedikit pun. Aku berusaha tidur dengan posisi memunggungi Shania. *ohh cuman ngobrol2 aja biasanya? Ga ngapa2in mz bob? Wkwk #dzigh
“Lho kamu mau langsung tidur?” aku hanya mengangguk pelan.
“Kamu kok setelah theater jadi beda gitu ya? Kenapa sih? Kamu sakit?” Shania membalikan badanku untuk menghadap ke arahnya. Lalu ia menaruh satu telapak tangan di keningku dan yang satu lagi di keningnya.
“Gak panas ah.”
“Yang di sana emang gak panas. Tapi yang di sini panas.” aku memindahkan tangan Shania yang sebelumnya ada di keningku menjadi tepat di dadaku.
“Kenapa? Emang aku ngapain?” tanyanya sedikit khawatir.
“Aku juga gak tahu. Tapi dari tadi yang di sini panas.”
“Kamu cemburu?”
“Kayaknya sih gitu. Tapi aku gak tahu kenapa.” jujur saja aku masih perang dengan pikiranku sendiri. Satu sisi aku merasa tidak seharusnya cemburu karena itu memanglah salah satu caranya untuk memikat fans, tapi di satu sisi aku merasa Shania hanya milikku.
“Atau gara-gara sesi MC tadi ya? Kalau emang iya, aku minta maaf ya. Tapi kan-“
Chu~
Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, aku langsung mencium bibirnya lembut. Aku tidak ingin ia merasa bersalah sedikit pun. Karena mau bagaimana pun juga, sebagai pacar yang mudah-mudahan baik, seharusnya aku bisa mengerti posisi Shania dan tidak bertindak kekanak-kanakan seperti ini. Tapi baru beberapa saat aku mendaratkan bibirku, tiba-tiba ia menggigit bibir bawahku.
“Aduh! Sakit tahu!”
“Lagian. Aku kan belum selesai ngomong! Main ciam cium ciam cium aja ish!” ucapnya ketus dan itu lucu haha.
“Hahaha iya iya maaf. Kamu juga biasanya gitu kan main sembarang cium aja? Haha.”
“Ini kan masalahnya beda Be-“
“Iya sayang iya. Tapi apapun yang mau kamu omongin, intinya aku gapapa kok. Emang sih awalnya aku cemburu. Tapi setelah dipikir-dipikir, kayaknya itu gak masalah. Aku kan bukan kayak kamu yang ada masalah dikit aja ngambeknya udah kayak diselingkuhin.” ucapku panjang lebar sambil meledek
“Tuh kan mulai nyebelin lagi kan. Lagian, aku juga sering ngambek kan karena kamunya cari gara-gara. Ya deket sama si ini lah, si itu lah, apalagi sama Elaine. Ish! Udah mana kalau aku ngomong gak diperhatiin lah. Kan bete.” ulululuuu~ ada yang manyun manyun tengah malem haha.
“Iya iya maaf deh maaf. Lagian aku sama Elaine kan cuma temen. Gak usah lah dipermasalahin terus.”
“Dulu juga kita cuma temen. Tapi sekarang bisa pacaran kan?” aku sedikit mati kutu dengan omongan Shania ini. Entah harus menjawab apa, aku hanya bisa mencium keningnya lembut dan mengusap punggungnya. Shania pernah bilang, kalau ia sedang merasa khawatir, ia hanya butuh diyakinkan dengan sedikit usapan lembut di punggung atau di kepalanya. Menurutnya itu bisa menenangkan.
“Aku sayangnya cuma sama kamu kok. Karena cuma kamu yang bisa bikin aku mendadak bad mood kayak tadi. Karena cuma kamu yang bisa bikin aku gak pernah capek bilang maaf. Karena cuma kamu yang mau aku lihat senyumnya sebelum aku tidur dan setelah aku bangun tidur. Jadi kamu gak usah khawatir. Ok?”
“Kamu diajarin ngomong kayak gitu sama siapa?” tanyanya sedikit meledek.
“Aku juga gak tahu. Tapi yang penting, mulai sekarang kamu gak usah terlalu khawatir lagi. Aku aja percaya sama kamu. Masa kamu gak mau percaya sama aku?” pintaku sambil mengusap pipinya dengan ibu jariku lembut. Aku mencoba menatap dalam-dalam kedua bola matanya yang perlahan menyipit karena tersenyum.
“Yaudah yuk tidur. Udah malem. Besok pagi kan kita mau jalan-jalan.”
“Ha? Jalan-jalan kemana?” tanya Shania dengan excitednya
“Ada deh. Makanya sekarang tidur biar cepet tahu besok itu mau kemana.”
“Bukan mau jalan dari kamar ke ruang tamu atau nontonin kendaraan yang lewat lagi kan?”
“Ya enggak lah hahaha.”
“Terus kemana?”
“Udah pokoknya rahasia. Nanti juga kamu tahu sendiri. Udah ya. Sekarang kita tidur. Good night sayang..” aku mencium keningnya lembut tapi yang dicium malah manyun karena penasaran haha. Biarin deh. Sekali-kali jadi misterius kan gapapa.
“Good night juga deh.” Shania balas mencium keningku. Lalu kami berdua pun tertidur dengan tangan yang saling menggenggam. Dan....selamat malam! Sampai jumpa besok pagi hahaha :p

TBC
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m

-Jurimayu14-

12 comments:

  1. HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA
    *lagi* AKU GILAAA AKU GILAAA... XD

    ReplyDelete
  2. Niatnya sih mau nge-check klo PH udah di update. Eh malah bebnju :D hhahaha

    Saya jdi suka andelaine & bebnju krna baca ff disini loh (joifuru) ��

    Btw, udah liat ini belum? Nemu di TL -> http://t.co/07niNQIsS6

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ph nya nanti dulu ya :) hehe mau baca ulang dulu.

      Wah makasih klo gitu :3 senangnya bs menyebar virus hihihi :3

      Udah hehe xD

      Delete
  3. Ditunggu aja ya semuanya :) *saya jg ga sabar kok >_<* tp authornya jg sibuk ngerjain tugas kuliahnya soalnya :) tp sabar aja

    ReplyDelete
  4. Bikin senyam-senyum sendiri nihh... Jadi kek orgil... Sukses authornya bikin saya gemes bacanya...

    ReplyDelete
  5. Min, sampe sekarang aku masih binguuuung.. jadi ceritanya mereka ini yuriiii?:o terus masa orangtuanya setuju >////< kenapa ga dibikin versi danso aja? :')))))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa mereka yuri :'v
      Soal knp g dibikin danso/orang tua merek.. ini kan awalnya one-shot.. jd ku g mikir jauh :'v maafkeun~

      Delete
    2. Iyaaa mereka yuri :'v
      Soal knp g dibikin danso/orang tua merek.. ini kan awalnya one-shot.. jd ku g mikir jauh :'v maafkeun~

      Delete