Akhirnya yang kalian tunggu2 muncul juga ya~ terimakasih untuk adekku yang daebak! kalo kata orang Kreo (?) nan Sugoi kalau kata orang Jepun (?)
Yaudah langsung aja~ Happy reading~
Yaudah langsung aja~ Happy reading~
If Beby is not a member.. (BebNju)
2shot baru, mata mz boby liat kemana ya~~ |
Part 4: Beby POV - Finally..
To: S
Ohayou~! >.< Have a nice
Monday!
Pesan
pertamaku di pagi ini untuknya pun terkirim. Aku beranjak dari tidurku dan
menuju ke kamar mandi. Setelah selesai itu aku kembali duduk di kasur dan
menatap layar handphoneku. Ternyata sudah ada satu pesan baru dari Shania.
From: S
Ohayou Beby~ >.< Have a
nice Monday too!
Aku
tersenyum simpul sambil menatap layar handphoneku. Ah! Aku teringat sesuatu.
Aku kan masih memblock akun Twitter Shania. Aku langsung membuka apps Twitterku
dan meng-unblock akun Shania. Tak lupa memfollownya.
*klik*
yak! Aku sudah memfollownya. Mari kita hitung mundur. Tiga.. Dua.. Satu!
Ddddrrrtt Dddddrrrttt
Dddddrrrrttt
Tepat
sesuai hitungan. Shania langsung menghubungiku.
“Beby~~!!
Makasih udah di follow lagi!” aku hanya bisa tersenyum mendengar suaranya yang
semangat di pagi hari ini.
“Iya
sama-sama Shanshine”
“A-apa?
Kamu panggil aku apa?”
“Shanshine”
jawabku singkat
“Shanshine?
Hahaha. Not bad lah. Yaudah aku siap-siap berangkat sekolah dulu, ya.”
“Eh
tunggu dulu!”
“Kenapa?”
“Hhm..
Jangan lupa sarapannya ya hehe”
“Oh.
Iya aku udah sarapan kok. Yaudah ya, aku udah agak telat nih. Dadah~”
Tuuuuuttt Tuuuuutt Tuuuuuttt
“Ehem!
Ehem! Ingetin sarapan ke siapa tuh? Kenalin dong ke Kak Kinal~” aish! Sejak
kapan kak Kinal masuk ke kamarku? Jadi bahan ledekan lagi kan tuh.
“Bukan
siapa-siapa. Udah awas awas aku mau berangkat!” aku langsung melangkah melewati
kak Kinal
“Eh
tunggu dulu! Kak Kinal mau bilangin, kata Papa, hari ini kamu berangkat ke
sekolahnya naik angkutan umum aja. Soalnya Papa lagi buru-buru mau antar Mama
kemana gitu katanya.” aku langsung membalikkan tubuhku
“Serius?!
Kak kinal kenapa gak bilang dari tadi?! Aduuuhh sekolah aku kan jauh kak!
Yaudah deh aku berangkat! Assalamu’alaikum!”
“Wa’ala-“
“Eh
tunggu! Kak Kinal berangkat sama siapa?” aku langsung kembali menghadap kak
Kinal
“Sama
kak Ve lah~” ucap kak Kinal sambil sedikit menggibaskan rambutnya yang mulai
memanjang
“Aku
numpang ya? Please please please~~ Kita kan satu sekolah. Ya ya ya?” pintaku
dengan wajah sangat memelas
“Iya
bawel. Yaudah kamu sarapan sana. Kak Ve-nya udah di jalan.”
“Siap!
Makasih kak Kinal!”
Aku
menghabiskan sarapanku dengan cepat karena takut kak Ve sebentar lagi sampai.
Dan benar saja, tepat sekali saat aku menghabiskan sarapanku bel rumah pun
berbunyi. Aku langsung membukakan pintu dan mengajak kak Ve sarapan bersama,
tapi anehnya, aku malah diomelin sama kak Kinal.
“Yah
Beby. Kok kak Venya diajak sarapan sih?”
“Emang
kenapa?”
“Kak
Kinal kan udah siapin sarapan buat kak Ve.”
“Alah
paling juga beli jadi tuh di depan.” cibirku
“Enak
aja! Bikin sendiri nih!” jawab kak Kinal sambil menunjukan kotak bekalnya
“Paling
juga gosong. Udah kak Ve mending sarapan yang udah pasti enak aja.” aku
langsung mengambil ancang-ancang untuk mengambilkan nasi goreng untuk kak Ve
“Tunggu
Beby!” ucap kak Ve cepat
“Hhm
maaf. Kak Ve sarapannya nanti aja. Kasihan kan kak Kinal udah bikinin buat kak
Ve?” kak Ve memberikanku senyumnya yang badai itu. Merugilah kak Kinal kalau
sampai dia berani ninggalin kak Ve. Shania aja kalah badainya. *-*) *loh kok? Beby…. hmm
“Mending
sekarang kita berangkat aja. Nanti kalian telat lho?” lanjut kak Ve yang hanya
dapat ku jawab dengan anggukan
Akhirnya
kami sudah berada di dalam mobil kak Ve. Kak Ve mengendarai mobilnya sendiri
serta di sampingnya ada kak Kinal. Aku sebagai obat nyambuk hanya bisa duduk di
belakang dengan tenang sambil memasang sebelah earphoneku.
Aku
memainkan handphoneku sekedar untuk membuka Twitter. Mungkin kalian bingung apa
yang merubah sikapku kepada Shania dalam hitungan waktu satu malam. Iya kan?
Haha.
Bohong
kalau ku bilang aku tidak menyukai Shania sejak pertama kali bertemu. Bohong
kalau ku bilang jantungku tidak berdetak sepuluh kali lebih cepat saat berada
di samping Shania. Bohong kalau ku bilang aku sanggup bersikap dingin terlalu
lama terhadap Shania, gadis yang ku sukai.
Sejak
Shania menginap di rumahku, aku berusaha mengumpulkan keberanian untuk
berbicara lebih sering dengannya. Tapi entah kenapa, baru menatap matanya saja
aku sudah dibuat kaku setengah mati. Sering sekali mulutku sulit terbuka saat
ingin memulai pembicaraan dengan Shania.
Jujur
saja, aku ini memang tidak terlalu bisa mengekspresikan semuanya melalui
ucapan. Aku lebih bisa langsung bertindak. Tapi, bagaimana bisa aku bertindak
jika aku saja memiliki sifat dasar cuek? Ah. Tapi kalian tenang saja, sekarang
aku sudah memiliki Elaine yang siap membantuku haha.
Sejak
acara di salah satu TV swasta itu, Elaine memberikanku banyak sekali nasihat.
Terlebih lagi Elaine memberi tahukanku sesuatu yang tidak aku sadari sedikit
pun, yaitu kecemburuan Shania. Elaine merasa ditatap sinis oleh Shania selama
beberapa kali. Entah itu hanya perasaannya saja, atau memang begitu yang
terjadi. Aku tidak terlalu memperhatikan sekitar.
Ngomong-ngomong
soal acara itu, sebenarnya aku ingin sekali menegur Shania. Tapi aku tak mampu
membuka mulutku untuk sekedar menyapanya. Aku sadar saat Shania memberikan
sedikit kode kearahku, tapi lagi-lagi aku tak mampu berbuat apapun. Namun kali
ini, aku tidak mau kehilangan kesempatanku. Aku ingin lebih peka terhadap
sekitar. Ya. Aku janji.
Dan
sekarang kami sudah sampai di sekolah. Dengan baiknya kak Ve membukakan pintu
untuk kak Kinal. Pasti gak lama lagi kak Kinal kena kutuk Tuhan karena
memperlakukan bidadari kayak gini. Iya. Pasti.
“Nal.
Pulangnya mau aku jemput atau enggak?”
“Enggak
usah. Aku pulang sama Beby aja.”
“Maaf
kak Kinal. Aku ada acara.” jawabku cepat dan datar.
“Tuh,
Nal. Bebynya ada acara. Aku jemput aja ya?”
“Iya
deh iya. Yaudah aku sama Beby masuk ke sekolah dulu ya.”
“Sip!
Semangat sekolahnya. Harus fokus ya!”
“Iya
Jessica Veranda~” jawab kak Kinal manja sambil mencubit kedua pipi kak Ve.
“Ih
kebiasaan deh! Sakit tahu!” kak Ve mengeluarkan jurus gembungan pipinya.
“Hahaha.
Yaudah yaudah. Kamu ke kampusnya hati-hati ya.”
“Siap
bos! Yaudah sana masuk.”
Kak
kinal langsung merangkul pundakku dan berjalan masuk ke sekolah, tapi baru
beberapa langkah….
“Eh
tunggu Ve!” kak Kinal langsung berlari kecil ke arah kak Ve dan...
ada VeNal nya hahaha |
Chu~
Astaga
kak kinal?! Bisa-bisanya cium pipi kak Ve di depan sekolah kayak gini?!
“Kinaaaalll!!”
“Hehehe
dadaaaahh~” kak Kinal langsung berlari meninggalkan aku yang masih sedikit
kaget dan kak Ve yang masih menggerutu dengan pipinya yang agak memerah. Aku
hanya bisa menggeleng dengan adegan di pagi hari ini.
Sebenarnya
hari ini aku tidak memiliki acara kemana pun selain sekolah. Aku hanya tidak
ingin berlama-lama dengan kak Kinal. Karena aku sudah tahu apa yang akan
terjadi padaku. Pasti sama seperti sebelum-sebelumnya, yaitu ke toko buku. Dan
dengan berbagai macam modus cantiknya, mau tidak mau aku harus membelikan kak
Kinal beberapa komik baru. Padahal yang jadi kakak itu kan dia, bukan aku -_-
Satu
jam. Dua jam. Enam jam. Jam pulang sekolah pun tiba. Saat jam istirahat tadi,
aku mendapatkan pesan dari Elaine. Ia mengajakku untuk bertemu di salah satu
cafetaria. Jadi sekarang, sebelum aku bertemu dengan kak Kinal, aku langsung
bergegas menemui Elaine sesuai janji.
“Hai.
Len. Maaf telat.” ucapku yang langsung duduk berhadapan dengan Elaine.
“Iya
gapapa. Aku juga baru sampe kok.”
“Baru
sampe?” jawabku agak heran karena di atas meja sudah ada dua gelas kosong dan
tambah satu lagi yang isinya tinggal setengah.
“Iya.
Baru juga lima menit aku di sini.” jawab Elaine kalem.
“Kok
minumnya banyak banget. Aus?”
“Iya.
Jakarta panas.” jawab Elaine masih kalem. Pokoknya Elaine kaleman deh.
Tapi
tunggu. Jakarta panas? Aku mengarahkan pandanganku keluar cafe, dan cuacanya
sangat mendung. Bahkan saat perjalanan kesini aku sempat terkena hujan. Elaine
ini lewat jalur mana ya? Ah terserah deh. Yang penting kan Elaine gak marah aku
telat hehe. (Beby gak peka mode: on)
“Jadi
tujuan kamu ngajak aku ketemu ngapain nih?”
“Buru
buru banget mba. Gak mau pesen minum dulu?”
“Lagi
gak aus, Len.”
“Yakin
nih? Aku yang bayarin lho.”
“Yaudah
jus alpukatnya satu hehe.” *najong beut
dah :v
Elaine
memanggil seorang pelayan dan memesankan untukku satu gelas jus alpukat. Aku
mengeluarkan handphoneku untuk mengecek beberapa pesan baru. Tapi tumben sekali
aku tidak mendapat pesan baru dari Shania. Ah, mungkin dia belum pulang sekolah
atau sibuk latihan. Hari ini kan ada jadwal theater.
Nih wpp-nya mz boby |
“Kamu
cantik ya..” gumamku sangat pelan sambil melihat wallpaper handphone milikku.
“Siapa
yang cantik?” wah pendengaran Elaine tajam banget.
“Kamu
lah. Emangnya siapa lagi?” jawabku ngeles.
“Tapi
kok liatnya ke handphone? Kan akunya ada di sini.”
“Aku
lagi liatin foto yang fans kamu share di flickr.” aku langsung membuka browser
dan mencari flickr Elaine
“Nih
yang ini cantik.” lanjutku sambil menunjukan layar handphoneku ke hadapan
Elaine
Foto alibi yg dipake mz boby :v |
Elaine hanya mengangguk tanda tahu.
“Ini
pesanannya..” ucap seorang pelayan sambil menaruh segelas jus alpukat segar ke
hadapanku. Tanpa basa-basi langsung ku minum jus alpukat gratis ini hehe. *najong (2)
“Jadi
kapan kamu mau nembak Shania?”
Uhuk!
Uhuk! Aku menepuk-nepuk dadaku pelan karena ulah Elaine. Ya ampun si mungil
ini. Gak bisa liat orang mau minum sebentar ya?
“Kamu
ngomong apa tadi?”
“Kamu
kapan mau nembak Shania?” aku nampak berpikir sejenak sebelum menjawab.
“Len.
Kamu kan tahu aku orangnya susah buat ngungkapin apa yang aku rasain lewat
omongan. Aku suka Shania juga kan aku gak bilang. Kamu sendiri yang
ngira-ngira.”
“Tapi
bener kan kalau kamu suka Shania?”
“Ya
bener sih. Ya tapi kan tetep aja, Len. Yang namanya nyatain itu gak gampang.
Aku harus pandai bermain kata. Ibaratnya, ada barang gak bisa nawar, barangnya
bisa hilang dibeli orang.”
“Cabeee
kali, ah di tawar-tawar. Shania itu sekelas barang bermerk. Banyak yang mau
sama dia. Kalau kamu lambat kayak gini, yaudah mending kamu cari yang baru
aja.” lho kok Elaine jadi galak gini? *o*
“Yaudah
terus sekarang aku harus apa?” tanyaku pasrah.
“Tembak
Shania lah.”
“Sekarang?”
tanyaku lagi
“Gak.
Nanti aja kalau aku udah tinggi.” *ini
kok koplok banget ya wkwk :v
“Yah?
Lama dong?”
“Ya
makanya sekarang! Eerrgghh!” Elaine mulai gregetan saudara-saudara..
“Sekarang
banget nih? Kan orangnya ada jadwal theater?” tanyaku lagi dan lagi.
“Ya
habis theater lah!”
“Gak
bisa besok aja nih nembaknya?” tanyaku entah ke berapa kalinya dengan nada
santai.
“Kamu
mau nembak Shania sekarang atau aku yang nembak Shania?! Cepetan pilih!”
“Wah
kamu jangan colong start gitu dong!” aku agak menaikkan nada suaraku.
“Ya
makanya sekarang kamu tembak Shania!”
“Harus
sekarang banget ya, Len?” tanyaku kembali santai.
“BEBY
CHAESARAAAAAA!!” Elaine merubah ekspresi gregetannya jadi seakan-akan mau
memakanku (WOoO)W
“I-iya
iya aku berangkat nih!” aku masih sempat meminum beberapa teguk jus alpukatku
lalu kabur meninggalkan Elaine yang sudah mengeluarkan asap dari telinga serta
taring di giginya.
Sesampainya
di rumah, aku langsung merebahkan tubuhku di atas ranjang. Entah apa yang harus
aku katakan kepada Shania. “Shan. Aku
suka kamu. Jadian yuk?” alah jelek. “Shan.
Kimi no koto ga suki da kara.” duh jangan. Nanti Shania malah joget-joget.
Hhhnngg “Shan. Jadilah pacarku.”
aduuuuhh! Pusing! Eh, apa aku SMS Elaine aja, ya? Tapi jangan deh. Tadi aja dia
udah galak kayak gitu. Gimana aku SMS. Haaaahh.. Susah banget sih mau nyatain
doang.. Eeeerrggghh!
Tok Tok Tok
“Beby..
Ada tamu nih..”
“Langsung
masuk aja, Ma.” aku beranjak dari posisi tidurku.
“Hai..”
lho? Shania? Kok bisa ada di sini ya?
“Yaudah
ya Shania, tante tinggal dulu..”
“Iya
tante makasih.” lagi lagi eye-smile mematikan itu.
“Kamu
ngapain kesini?” ucapku yang tak beranjak dari posisi dudukku.
“Aku
mau balikin ini.” jawabnya sambil duduk di tepi ranjangku.
“Oh.
Makasih.” aku mengambil beberapa pakaian serta sweaterku darinya tanpa
berpindah satu jengkal pun dari posisiku.
“Ngomong-ngomong,
bukannya hari ini kamu ada jadwal theater ya?”
“Jadwal
theater? Enggak ada ah. Seminggu ini aku free kok.”
“Ha?
Serius? Lho tadi aku buka jadwal kayaknya ada deh.”
“Itu
jadwal minggu depan kali. Kamu pasti cuma lihat harinya bukan tanggal. Iya
kan?”
“Hehehe
iya sih.” aku harus ngomong apalagi niiiihhh T^T)/|| kalau aku gak nyatain
sekarang, nanti Elaine makin murka. Kalau Elaine murka, susah dibaik-baikinnya
lagi.
Ku
lihat Shania sedang memperhatikan keadaan sekeliling kamarku tanpa beranjak
dari duduknya. Aku sibuk mengatur nafas dan juga kata-kata apa yang harus aku
ucapkan. Tanpa disadari ternyata ada telapak tangan yang menempel di dahiku.
“Kamu
sakit?” tanya Shania yang menaruh satu telapak tangannya di dahiku, satu lagi
di dahinya. Dan ini membuat jarak kita menjadi sangat dekat. Tingkat
kegugupanku naik menjadi 80%.
“E-Enggak
kok.”
“Iya,
sih. Gak panas. Tapi keringet kamu deres gitu. Padahal ini pakai AC lho.”
“Shan..”
aku menggenggam tangan Shania yang ada di dahiku secara perlahan. Tangan Shania
hangat banget. Oh, atau mungkin karena tanganku dingin jadi tangannya terasa
hangat.
“Kenapa?”
perlahan Shania menurunkan tangan yang ada di dahinya juga.
“Hhm..
Shania inget kan waktu itu Beby pernah bilang kalau Beby ini temennya Shania?”
“Iya
inget. Kenapa?” sumpah. Shania gak ada gugup gugupnya. Santai banget. Shan mau
nembak ini Shan woy! Gugup dikit kek!
“Kita..
Hhm.. Kita.. Kita berhenti jadi temen yuk.” yak aku pun kehabisan kosakata.
“Maksudnya?”
“I-iya.
Kita.. Ya kita gak usah temenan lagi gitu.”
“Terus?”
ELAINE TOLOOONNGGG! SHANIA GAK PEKAAAA! (sebenarnya
Shania peka. Hanya saja Shania sedang menguji keberanian Beby. Shania sudah
menahan tawanya karena ekspresi Beby yang sangat-sangat-sagnat-sangat gugup)
“Ya
kita pacaran gitu, Shan.. Hehe.” Haha. Hehe. Haha. Hehe. Ngomong apasih aku ini
eeerr.
“Kamu
nembak aku? Coba ulang. Rapihin kata-katanya.” ULANG?! U..L..A..N..G?!
U-L-A-N-G?! ADA JOKI NEMBAK CEWEK GAK SIH?! AAAAAKKKK!!
“Akusukasamakamuteruskamumaugakjadipacaraku?”
ucapku tanpa titik koma jeda atau apapun itu. Semuanya dalam satu tarikan
nafas.
“Ha?
Apaan? Kamu ngomong apa kumur-kumur?” EEERRRGGGHH!! KESABARANKU HABIIIISSS
W(OoO)W
Aku langsung menaruh telapak tangan kiriku ke pipi Shania
dan mendaratkan bibirku ke bibirnya dan... T-TUNGGU! AKU NGAPAIN?! A-AKU CIUM
SHANIA?! HUAAAAAA....btw bibirnya lembut banget. EH TAPI CARA AKHIRIN CIUMANNYA
GIMANAAAAA?! *ini daku mau ngakak sumpah!
Sini ka Rui ajarin dulu (?)
Cieee yang akhirnya jadian~ uhuk kisu2 :3
|
Aku tidak berani bergerak sedikit pun, tapi aku merasa
Shania sedang tersenyum sekarang. Dapat ku rasakan nafas Shania yang perlahan
tidak teratur. Entah apa yang merasukiku untuk mencium Shania terlebih dahulu.
Tapi yasudah. Shanianya juga gak marah kok. Tapi...hhnnnggg kok jadi gerah ya?
Akhirnya aku melepaskan ciuman pertamaku itu dan beralih
mencium keningnya lembut.
“Beby suka sama Shania. Shania mau jadi pacar Beby gak?”
akhirnya bisa juga ngomong kayak gini. Fyuuuhh~
“Ya menurut kamu?” Shania mengeluarkan senyum malu-malunya.
Aaakk lucu banget!
“Beby mau denger langsung dari Shania. Shania mau gak jadi
pacar Beby?”
“Hhm.. Gimana yaaa? Hahaha. Iya iya mau kok.”
“Serius?!”
“Kalau aku gak mau jadi pacar kamu, yang tadi itu pasti aku
udah tampar kamu habis-habisan.”
“Wuuuu galak banget siiihh haha..” aku mengusap-usap rambutnya
acak
“Ih nanti rambutku berantakan nih!” dengan cepat Shania
menjauhkan tanganku dari kepalanya dengan sedikit ekspresi manyun menggemaskan
tentunya
“Haha berantakan juga tetep cantik kok. Eh iya, kamu belum
aku kasih minum. Sebentar, ya. Aku ambilin dulu.” saat aku beranjak dari
dudukku, tiba-tiba Shania menahan pergelangan tanganku.
“Gak usah. Aku mau langsung pulang.”
“Kok cepet banget?”
“Supir aku masih nungguin di bawah. Gak enak kalau
kelamaan.”
“Oh gitu. Yaudah aku anterin ke bawah yuk.”
Akhirnya hal yang aku tunggu-tunggu datang juga. Perasaannya
nembak Shania? Deg-degannya bukan main! Gregetan juga. Perasaannya cium Shania?
Ah gak usah ditanya gimana deg-degan campur senengnya. Tapi tadi suhu di kamar
jadi panas banget. Entah karena aku masih pakai seragam sekolah lengkap atau
ya...gitu deh haha. Semoga habis ini aku mulai terlatih dan gak kaku lagi sama
Shania. Terimakasih yang terdalam untuk si mungil Elaine haha. Oh iya. Ternyata
bukan cuma kak Kinal yang gak nurut soal peraturan anti cinta di keluargaku,
ternyata aku sendiri pun begitu hehe. ^^
“Ma. Shania mau pamit pulang dulu nih.”
“Lho? Kok buru-buru banget? Baru mau tante anterin minum.”
“Maaf ya tante soalnya supir aku masih nungguin di mobil
hehe.”
“Oh gitu. Yasudah. Tapi lain kali harus main kesini lagi ya.
Kamu orang pertama yang Beby ajak main ke rumah lho..” ucapan Mama membuat
wajah Shania sedikit tersipu.
“Iya tante. Nanti pasti main kesini lagi kok. Yaudah ya
tante Shania pamit pulang dulu.” cie saliman sama calon mertua (?)
“Hati-hati ya Shania.”
Aku mengantarkan Shania sampai ke mobilnya. Bahkan sampai
detik ini, detak jantungku masih sama cepatnya seperti saat menembak Shania
tadi. Hanya rasa gugupnya saja yang sedikit berkurang. Tapi tergantikan dengan
rasa sedikit canggung karena aku tidak mengerti apa yang harus aku lakukan jika
sudah menjadi seorang pacar T^T)/||
“Aku pulang dulu ya.”
“Iya. Kalau udah sampe rumah kabarin aku ya.”
“Siap bos! Hhm.. Aku sayang kamu hehe.”
“Iya aku tau kok.”
“Jawabnya iya doang nih?” tanya Shania yang mengeluarkan
jurus manyun andalannya
“Kalau aku bilang aku juga sayang kamu kan udah mainstream.
Jadi aku jawab iya aja.”
“Ish! Nyebelin!” Shania langsung masuk ke dalam mobilnya dan
perlahan mobil itu pun mulai menghilang dari pandanganku. Aku tersenyum melihat
tingkah Shania yang ngambek seperti itu. Karena menurutku itu sangatlah lucu.
Tapi....lucu untuk satu bulan pertama. Saat hubungan kami masuk ke dua bulan,
rasanya beda lagi. Gak ada lucu-lucunya kalau setiap masalah kecil harus
dipermasalahin.
Hari ini aku menonton Shania yang memiliki jadwal perform di
theater. Tapi sebagai pacar yang mudah-mudahan baik, aku menemani Shania untuk
makan terlebih dahulu sebelum mulai theater.
“Kamu mau makan dimana?” tanyaku sambil membawakan tas
ranselnya. Entah kenapa aku paling tidak bisa melihat Shania membawa sesuatu
yang sekiraku masih bisa aku yang membawanya. Ya sekalipun itu miliknya, tapi
jika aku masih bisa membawanya, aku akan membawakan untuknya.
“Aku lagi mau makan bakso nih yang.” cie panggilnya yang. *yang aus yang aus :v
“Yaudah tempat biasa aja. Gimana?” angguk Shania lalu
menggandeng tangan kiriku.
Sesampainya di salah satu tempat makan fav Shania, kami
langsung memilih tempat duduk yang tidak terlalu terlihat oleh orang lain. Ini
bukan ideku lho. Karena bukan aku yang cemburu Shania ditegur atau diperhatikan
fansnya, tapi malah Shania yang cemburu kalau ada orang lain yang melihat ke
arahku terlalu lama atau terlalu detail.
“Yang liat deh. Kemarin aku habis ke tempat nail art sama
Nabilah lho. Lucu gak?” Shania menunjukan jari-jarinya ke arahku. Aku yang
sedang bermain handphone mengarahkan pandangan ke arahnya dan hanya tersenyum
serta mengangguk.
“Udah? Gitu doang?” mendengar pertanyaan Shania, aku
langsung menaruh handphoneku ke saku sweater dan mencubit pipinya yang
belakangan ini menjadi tambah mengembang itu.
“Lucu bangeeeettt~ Ululululuuuu~”
“Ih! Sakit tau!” aku menjauhkan tanganku dari pipinya dan
dengan cepat Shania langsung mengusap-usap pipinya itu.
“Makanya jangan manyun-manyun terus sayang..” ucapku lembut
“Abisnya kamu nyebelin!”
“Iya iya aku nyebelin iya. Maaf ya..” aku menaruh telapak
tanganku di pipi kirinya lalu mengusapnya lembut dengan ibu jariku
“Permisi kak ini pesanannya..” seorang pelayan datang sambil
menaruh semangkuk bakso serta jus jeruk untuk Shania dan satu gelas lemon tea
untukku. Kebetulan aku sudah makan, jadi aku tidak perlu memesan makan lagi.
“Selamat makaaann!” Shania selalu bersemangat kalau sudah
berurusan dengan bakso.
Aku memandangnya yang sedang makan dengan lahapnya. Sesekali
aku meminum pesananku.
Uhuk! Uhuk!
“Duuhh makannya pelan-pelan dong.. Minum minum minum.” aku
menempuk pelan pundak Shania. Kebetulan meja di tempat ini tidak terlalu lebar
jadi walaupun duduk berdepanan jaraknya tidak terlalu jauh.
Shania kembali melanjutkan makannya sambil aku membenarkan
posisi rambutnya yang menurutku bisa menganggu aktifitas makannya.
“Huaaahh aku kenyaaangg~”
“Yaudah nafas dulu. Abis itu baru kita ke theater.”
“Emang di sana belum bingo?”
“Sebenernya sih udah.”
“Yah. Kamu kesana duluan aja deh. Nabilah sama kak Ghaida
mau kesini kok.”
“Yaudah aku kesana duluan ya. Kamu bener gapapa nih aku
tinggal?”
“Iya gapapa. Kan nanti ketemu lagi.”
“Yaudah kalau gitu aku kesana duluan ya. Semangat
theaternya..” aku sedikit berdiri dari posisi duduk lalu mencium kening serta
kedua pipinya secara lembut. Shania hanya tersenyum dan melambaikan tangannya
ke arahku.
Hari ini aku mendapat 2nd row. Show berjalan seperti
biasanya. Dan seperti biasanya juga, Shania tidak pernah melihat kearahku. Tapi
kali ini aku sudah tahu alasannya. Ia bilang, kalau melihat kearahku, ia takut
menjadi tidak fokus. Jadi yasudah, aku pun tidak masalah dengan hal itu. Semua
terasa normal normal saja sampai sesi MC dengan tema “cara mendapatkan pacar
idaman” pun tiba.
“Ah lu masih kecil
juga sok tipe pacar-pacaran, Bil.”
“Iye tau dah yang
tante-tante mah udeh hatam kalau yang kaya begini. Coba tipe pacar idamannya
Shania gimane?”
“Kalau aku.. Ehem.
Berhubung tipe pacar aku itu yang cuek cuek gimanaaa gitu. Berarti akunya harus
lebih aktif. Cara dapetinnya...” Shania langsung membalikan badannya ke belakang lalu kembali
menghadap ke depan dan..
“Kak. Aku suka
kamu.. Muah!” tak
lupa di akhiri dengan wink mematikan ala Shania
“OOOOOUUUUUUUWWWWWW!!”
penonton
termasuk para member pun langsung berteriak histeris. Aku sendiri pun sedikit
terkejut. Entah kenapa ini pertama kalinya aku merasa sedikit tidak nyaman
dengan keadaan sekitarku. Untung saja ini sesi MC yang sudah dekat dengan encore,
jadi pada saat semua lampu di matikan dan member kembali ke backstage, aku bisa
keluar dari sini. Mungkin mencari sedikit cemilan untuk menenangkan diri.
Saat sudah keluar dari theater, aku menuju ke tempat dimana
tadi sore aku dan Shania berada. Tapi bru beberapa langkah aku memasuki tempat
itu, aku melihat si bebek mungil yang menggemaskan. Siapalagi kalau bukan
Elaine. Hhm.. Tumben sekali Elaine ada di sini? Aku mencoba menghampiri Elaine
yang tidak sendirian itu. Tapi sepertinya aku mengenal sosok yang sedang
bersamanya.
“Elaine.”
“Eh? Beby? Wah kebetulan banget ketemu di sini. Ayo duduk.”
aku melemparkan senyum kearah...tunggu. Ini bukannya member JKT48 juga ya? Kok
bisa sama Elaine?
“Beby kenalin ini Andela. Andela kenalin ini Beby.” oh iya
ini kan member generasi ketiga. Pantas saja wajahnya tidak terlalu asing.
Setelah saling berkenalan tiba-tiba Andela langsung pamit karena ia ada jadwal
latihan hari ini.
Andelaine diem2 ternyata.. :v |
“Jadi ceritanya ada yang deket sama member JKT48 tapi gak
cerita-cerita niiihh?” ledekku kearah Elaine.
“Apaan sih kamu. Orang kita cuma temen. Kalau pacar baru aku
cerita.”
“Ya nanti juga pacaran haha.”
“Tau ah. Eh. Kamu tumben sendirian? Shanianya mana?”
“Ada tuh di theater.”
“Lho kamu gak nonton? Tumben?”
“Tadi nonton kok. Tapi kurang mood aja. Jadinya pas encore
aku keluar.”
“Gak mood? Tumben banget mood seorang Beby Chaesara bisa
unmood haha.”
“Yeee aku juga bisa gak mood kali.”
Dari situ aku dan Elaine terus mengobrol mulai dari hal yang
tidak penting sampai ke hal yang tidak penting banget. Tak terasa ini sudah
memasuki jamnya Shania selesai Theater. Aku pun mendapat pesan untuk
menunggunya di tempat biasa, yaitu di depan lift F4.
“Hai. Maaf ya lama. Tadi ada evaluasi sebentar.” ucap Shania
santai.
“Iya gapapa.” karena kejadian tadi aku jadi tidak mood
berbicara dengan Shania.
“Nada suara kamu beda gitu? Kenapa?”
“Gapapa sayang.” jawabku datar dan singkat. Pintu lift pun
terbuka. Keadaan di dalam lift hanya ada kami berdua. Shania hanya mengangguk
sambil menggandeng tanganku seperti biasanya.
Jika ada theater hari Sabtu, biasanya Shania akan menginap
di rumahku dengan diantarkan oleh supirnya. Tapi di dalam mobil pun kami hanya
saling diam. Shania menyandarkan kepalanya di pundakku sambil memainkan
handphonenya. Sedangkan aku mendengarkan lagu dengan sebelah earphone yang terpasang.
“Makasih ya Pak. Besok kalau Shania mau minta jemput, Shania
kabarin ke Mama.”
“Iya non siap.”
Kami memasuki rumahku yang tentunya sudah sepi ini. Karena
waktu menunjukan sudah jam 11 malam. Aku membuka pintu kamarku dan
mempersilahkan Shania masuk. Dan dengan bebasnya Shania langsung menghempaskan
tubuhnya ke atas ranjangku. Biasanya aku akan ikut merebahkan tubuhku dan
membicarakan banyak hal dengannya sampai kami tertidur, tapi kali ini aku
memutuskan untuk langsung tertidur saja tanpa berbicara sedikit pun. Aku
berusaha tidur dengan posisi memunggungi Shania. *ohh cuman ngobrol2 aja biasanya? Ga ngapa2in mz bob? Wkwk #dzigh
“Lho kamu mau langsung tidur?” aku hanya mengangguk pelan.
“Kamu kok setelah theater jadi beda gitu ya? Kenapa sih?
Kamu sakit?” Shania membalikan badanku untuk menghadap ke arahnya. Lalu ia menaruh
satu telapak tangan di keningku dan yang satu lagi di keningnya.
“Gak panas ah.”
“Yang di sana emang gak panas. Tapi yang di sini panas.” aku
memindahkan tangan Shania yang sebelumnya ada di keningku menjadi tepat di
dadaku.
“Kenapa? Emang aku ngapain?” tanyanya sedikit khawatir.
“Aku juga gak tahu. Tapi dari tadi yang di sini panas.”
“Kamu cemburu?”
“Kayaknya sih gitu. Tapi aku gak tahu kenapa.” jujur saja
aku masih perang dengan pikiranku sendiri. Satu sisi aku merasa tidak
seharusnya cemburu karena itu memanglah salah satu caranya untuk memikat fans,
tapi di satu sisi aku merasa Shania hanya milikku.
“Atau gara-gara sesi MC tadi ya? Kalau emang iya, aku minta
maaf ya. Tapi kan-“
Chu~
Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, aku langsung mencium
bibirnya lembut. Aku tidak ingin ia merasa bersalah sedikit pun. Karena mau
bagaimana pun juga, sebagai pacar yang mudah-mudahan baik, seharusnya aku bisa
mengerti posisi Shania dan tidak bertindak kekanak-kanakan seperti ini. Tapi
baru beberapa saat aku mendaratkan bibirku, tiba-tiba ia menggigit bibir
bawahku.
“Aduh! Sakit tahu!”
“Lagian. Aku kan belum selesai ngomong! Main ciam cium ciam
cium aja ish!” ucapnya ketus dan itu lucu haha.
“Hahaha iya iya maaf. Kamu juga biasanya gitu kan main
sembarang cium aja? Haha.”
“Ini kan masalahnya beda Be-“
“Iya sayang iya. Tapi apapun yang mau kamu omongin, intinya
aku gapapa kok. Emang sih awalnya aku cemburu. Tapi setelah dipikir-dipikir,
kayaknya itu gak masalah. Aku kan bukan kayak kamu yang ada masalah dikit aja
ngambeknya udah kayak diselingkuhin.” ucapku panjang lebar sambil meledek
“Tuh kan mulai nyebelin lagi kan. Lagian, aku juga sering
ngambek kan karena kamunya cari gara-gara. Ya deket sama si ini lah, si itu
lah, apalagi sama Elaine. Ish! Udah mana kalau aku ngomong gak diperhatiin lah.
Kan bete.” ulululuuu~ ada yang manyun manyun tengah malem haha.
“Iya iya maaf deh maaf. Lagian aku sama Elaine kan cuma
temen. Gak usah lah dipermasalahin terus.”
“Dulu juga kita cuma temen. Tapi sekarang bisa pacaran kan?”
aku sedikit mati kutu dengan omongan Shania ini. Entah harus menjawab apa, aku
hanya bisa mencium keningnya lembut dan mengusap punggungnya. Shania pernah
bilang, kalau ia sedang merasa khawatir, ia hanya butuh diyakinkan dengan
sedikit usapan lembut di punggung atau di kepalanya. Menurutnya itu bisa
menenangkan.
“Aku sayangnya cuma sama kamu kok. Karena cuma kamu yang
bisa bikin aku mendadak bad mood kayak tadi. Karena cuma kamu yang bisa bikin
aku gak pernah capek bilang maaf. Karena cuma kamu yang mau aku lihat senyumnya
sebelum aku tidur dan setelah aku bangun tidur. Jadi kamu gak usah khawatir.
Ok?”
“Kamu diajarin ngomong kayak gitu sama siapa?” tanyanya
sedikit meledek.
“Aku juga gak tahu. Tapi yang penting, mulai sekarang kamu
gak usah terlalu khawatir lagi. Aku aja percaya sama kamu. Masa kamu gak mau
percaya sama aku?” pintaku sambil mengusap pipinya dengan ibu jariku lembut.
Aku mencoba menatap dalam-dalam kedua bola matanya yang perlahan menyipit
karena tersenyum.
“Yaudah yuk tidur. Udah malem. Besok pagi kan kita mau
jalan-jalan.”
“Ha? Jalan-jalan kemana?” tanya Shania dengan excitednya
“Ada deh. Makanya sekarang tidur biar cepet tahu besok itu
mau kemana.”
“Bukan mau jalan dari kamar ke ruang tamu atau nontonin
kendaraan yang lewat lagi kan?”
“Ya enggak lah hahaha.”
“Terus kemana?”
“Udah pokoknya rahasia. Nanti juga kamu tahu sendiri. Udah
ya. Sekarang kita tidur. Good night sayang..” aku mencium keningnya lembut tapi
yang dicium malah manyun karena penasaran haha. Biarin deh. Sekali-kali jadi
misterius kan gapapa.
“Good night juga deh.” Shania balas mencium keningku. Lalu
kami berdua pun tertidur dengan tangan yang saling menggenggam. Dan....selamat
malam! Sampai jumpa besok pagi hahaha :p
TBC
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m
-Jurimayu14-
Kerennnnn ka, kusukaaa ><
ReplyDeleteHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA
ReplyDelete*lagi* AKU GILAAA AKU GILAAA... XD
ENCOREEEE!!! *.*
ReplyDeleteNiatnya sih mau nge-check klo PH udah di update. Eh malah bebnju :D hhahaha
ReplyDeleteSaya jdi suka andelaine & bebnju krna baca ff disini loh (joifuru) ��
Btw, udah liat ini belum? Nemu di TL -> http://t.co/07niNQIsS6
Ph nya nanti dulu ya :) hehe mau baca ulang dulu.
DeleteWah makasih klo gitu :3 senangnya bs menyebar virus hihihi :3
Udah hehe xD
ANKORUUU...ANKORU...ANKORUU..
ReplyDeleteDitunggu aja ya semuanya :) *saya jg ga sabar kok >_<* tp authornya jg sibuk ngerjain tugas kuliahnya soalnya :) tp sabar aja
ReplyDeleteBikin senyam-senyum sendiri nihh... Jadi kek orgil... Sukses authornya bikin saya gemes bacanya...
ReplyDeleteWahhh aku suka aku suka
ReplyDeleteMin, sampe sekarang aku masih binguuuung.. jadi ceritanya mereka ini yuriiii?:o terus masa orangtuanya setuju >////< kenapa ga dibikin versi danso aja? :')))))
ReplyDeleteIyaaa mereka yuri :'v
DeleteSoal knp g dibikin danso/orang tua merek.. ini kan awalnya one-shot.. jd ku g mikir jauh :'v maafkeun~
Iyaaa mereka yuri :'v
DeleteSoal knp g dibikin danso/orang tua merek.. ini kan awalnya one-shot.. jd ku g mikir jauh :'v maafkeun~