HALOOOOO!! HAHAHAHA. Maaf ya lama updatenya. Tapi gak penting apa alasannya, yang jelas selamat menikmati FF BebNju without Conflict but keep Romantic :3
Hubungan
Beby dan Shania kini sudah memasuki bulan ke tujuh. Jatuh bangun dan
mengalahkan keegoisan satu sama lain sudah menjadi asupan setiap hari bagi Beby
dan Shania. Mulai dari Beby yang terkadang sering hilang kabar karena sibuk
sekolah dan kegiatan dance di sanggarnya, atau pun Shania yang seperti biasa.
Cemburu dengan tak pandang bulunya.
Hari ini
adalah hari yang cukup penting bagi Beby dan juga Shania. Hari ini tepatnya
pada tanggal 17 Maret, Beby mengikuti kompetisi dance bersama timnya di Bandung,
dan timnya sudah berhasil mencapai final. Ingin rasanya Shania datang untuk
menonton penampilan Beby, tapi apa daya, hari ini setlist dareka no tameni
merayakan ulangtahunnya yang pertama. Jadi Shania tidak bisa pergi seenaknya,
ia harus bekerja.
-Beby POV-
Dddddrrrrttt Dddddrrrrttt
Ddddddrrrrtttt
“Halo?”
“Halo sayang.. Lagi apa kamu?”
“Lagi nunggu
giliran buat tampil, Shan. Kamu? Eh iya. Happy first anniv ya buat setlist
dareka no tameninya hehe.”
“Aku baru selesai show satu nih. Mau cari
makan dulu bareng kak Melody, kak Ghaida, sama Nabilah. Iya makasih banyak
sayang. Maaf ya aku-“
“Kamu mau
minta maaf sampe berapa kali pun jawaban aku tetep sama, Shan. Gapapa kok. Kan
kamu juga harus professional.”
“Pacarku emang pengertian banget deh hahaha.
Eh iya, abis perform di Bandung, kamu langsung balik ke Jakarta atau gimana?”
“Iya nanti
aku langsung balik ke Jakarta. Kenapa?”
“Beb! Beb!
Buruan kesini Beb!” ucap seorang temanku
“Suara siapa tuh?”
“Temen aku,
Shan.”
“Temen apa temen?” nada Shania mulai
sinis
“Shan.
Jangan mulai-mulai lagi deh.”
“Ish! Yaudah yaudah iya. Yaudah kamu
dipanggil kan sama dia? Yaudah sana. Aku juga mau makan dulu.”
“Yaudah.
Kamu makan yang banyak ya biar makin emesh emesh hehe. Semangat show duanyaaa!
Aku sayang kamu banget-banget-banget-banget!”
“Iya bawel. Yaudah sana hush hush hush!”
“Yah kok aku
gak di aku sayang kamu juga-in?” aku membuat suara seperti sedih
“Biasanya juga kamu gituin aku wleee! Yaudah
ya aku laper hahaha dadaaahh!”
Shania
langsung memutuskan panggilan. Aku hanya tersenyum dan beberapa kali
menggelengkan kepalaku sambil menuju ke arah temanku. Sebenarnya yang
memanggilku adalah Ochi. Oh iya, Shania dan Ochi udah gak bertengkar lagi lho.
Shania juga udah ku kenalin sama Elaine. Gimana bisa? Yagini..
-Flashback
“Beb kok
kamu pesen minumnya dua? Kan aku juga pesen minum. Kamu aus banget atau
gimana?”
“Nanti ada
temen aku mau kesini. Jadi biar gak nunggu lagi, aku pesenin aja.”
“Temen kamu?
Siapa? Kok gak bilang dulu sama aku?”
“Ada deeehh.
Nanti juga kamu tahu kok.”
Aku dan
Shania berbincang seperti biasanya. Mulai dari hal yang gak penting sampai yang
gak penting banget. Tapi semua berubah sejak temanku datang.
“Beby?”
“Eh Elaine.
Lama banget sih. Ayok duduk.” Elaine melemparkan senyumnya ke arahku dan juga
Shania. Aku membalasnya tapi tidak dengan Shania. Ia langsung memasang ekspresi
kesal, cemburu, ya campur aduk.
“Shan
kenalin ini Elaine temen aku di sanggar. Elaine kenalin ini Shania-“
“Bercandaan
kamu gak lucu banget!” Shania langsung beranjak dari kursinya dan keluar dari
cafeteria. Tempat dimana aku dan Elaine sering bertemu. Tak ingin salah paham
ini semakin panjang dan terus berlarut, aku langsung mengejar Shania.
“Shan tunggu
dulu!” aku menahan pergelangan tangannya sebelum ia berhasil menaiki taksi yang
baru saja ia berhentikan.
“Apalagi?!
Mau jelasin apa?!”
“Kamu tuh
kenapa sih? Aku kan mau ngenalin kamu sama temen aku. Emang salah?”
“Ya jelas
salah! Dia pernah cium kamu seenaknya di depan aku! Kamu juga tahu kan kalau
aku gak suka dia deket-deket sama kamu?! Kenapa sekarang malah kamu kenalin ke
aku?!” ucap Shania dengan amarah yang meledak-ledak. Beruntung suasana di luar
sini tidak terlalu ramai. Tapi tetap saja kami menjadi bahan tontonan orang
sekitar. Malu? Sudah pasti.
“Kalau gitu
sekalian aja aku gak usah punya temen satu pun! Terus bilang sama Mama untuk
ikut home shooling aja! Aku berhenti dari sanggar! Biar kamu makin puas! Oh,
satu lagi! Biar kalau aku udah gak ada nanti, cuma kamu sama keluargaku aja
yang dateng ke makamku!”
PLAAAAKKKK!!!
Shania menampar
pipiku dengan tangan bebas yang satunya. Perihnya bukan main. Dilain sisi aku
memang sudah lelah terus menerus di cemburui Shania. Perlahan aku mendengar
isakan dari Shania. Lagi lagi lagi lagi dan lagi. Aku langsung memeluknya
dengan sangat erat. Tak ada penolakan dari Shania, bahkan ia memelukku kembali.
“Kita masuk
dulu yuk? Gak enak sama Elaine.” Ucapku lembut dengan masih memeluknya. Seperti
sedang menimbang-nimbang, akhirnya Shania menjawab dengan anggukan di pundakku.
Perlahan aku melepaskan pelukan dan meminta maaf ke taksi yang tadi Shania
berhentikan. Aku menggenggam tangan Shania dan mengajaknya kembali ke meja yang
sebelumnya kita tempati.
“Eh tunggu
dulu!”
“Kenapa,
Shan?”
“Temenin aku
ke kamar mandi dulu. Berantakan nih..” ucapnya sambil mengeluarkan ekspresi
manyun andalannya.
Di dalam
kamar mandi Shania sibuk merapihkan apapun yang bisa dirapihkan. Beberapa kali
ia mengecek keadaan matanya yang memerah karena sempat menangis tadi. Aku hanya
memandanginya sambil menyandarkan tubuhku di dinding.
“Beb. Maafin
aku ya.” Ucapnya dan tatapan kami bertemu melalui cermin
“Iya gapapa
kok. Tapi kamu ngerti kan maksud ucapan aku tadi itu apa?” angguknya pelan.
“Yaudah yuk
jangan kelamaan di sini.” Aku mengulurkan tanganku untuk ia genggam. Perlahan
ia memutar tubuhnya menghadapku. Agak lama ia memperhatikan tangan yang ku
ulurkan seperti tak yakin untuk menemui Elaine.
“Ayok ah
kamu kelamaan!” aku langsung menyambar tangannya. Dari situ lah Shania mulai
membiasakan dirinya untuk berbicara dengan temanku tanpa adanya rasa
kecurigaan. Terlebih lagi Elaine ini adalah pacarnya Andela. Ya mungkin saja
kalau jodoh bisa jadi saudara ipar hahaha.
-End
Flashback
“Kenapa,
Chi?”
“Coba lihat
kesana deh.” Aku sedikit mengintip dari dalam tenda
“Gak ada
apa-apaan?”
“Ih coba
lihat ke atas.”
“Langit?
Awan? Burung? Apaan?”
“Iya kita
memandang langit yang sama hahaha.” Gubrak! -_-
“Hahaha gak
kok aku bercanda. Bukan itu. Tapi coba deh lihat kesana, itu bukannya kak Kinal
sama kak Veranda ya?”
“Mana mana
mana?” aku mengarahkan pandanganku ke arah sekitar dan yak! Benar saja aku
melihat kak Kinal bersama kak Veranda. Aaahh senangnya kompetisi gini di
datengin keluarga. Aku langsung keluar dari dalam tenda dan menghampiri kak
Kinal serta kak Veranda.
“Hoy!”
ucapku sambil menepuk pundak keduanya dari belakang
“Nah! Ini
dia nih yang dicari-cari!” sahut kak Kinal sambil mengacak-acak rambutku
“Aduh!
Berantakan woy!” aku langsung menjauhkan tangannya yang tak mampu membuka tutup
botol itu
“Kamu udah
perform atau belum?” tanya kak Veranda yang menyejukkan /halah
“Belum kak.
Masih dua grup lagi baru giliranku sama temen-temenku.”
“Oh gitu.
Kamu udah makan belum? Kita bawain kamu makanan nih..” kak Veranda memberikanku
sebuah kantong plastik
“Wah
kebetulan banget aku belum makan kak. Makasih banyak ya!” aku langsung
melebarkan tanganku. Niat ingin memeluk kak Veranda tiba-tiba kak Kinal sudah
menghalangi. Alhasil yang ku peluk adalah kak Kinal bukan kak Veranda.
“Iya Beb
sama-sama..” ucap kak Kinal sambil menepuk-nepuk pundakku. Aku langsung
melepaskan pelukanku karena ya..buat apa peluk kak Kinal. Kan jarang-jarang
bisa peluk kak Veranda. Tapi sayang aja gak pernah ada kesempatannya/?
“Oh iya kamu
dapet salam dari Mama Papa. Katanya good luck. Maaf gak bisa dateng soalnya-“
“Soalnya harus
jagain Nenek. Iya kak aku tahu kok. Kan aku berangkat ke Bandungnya baru tadi
pagi bukan seminggu yang lalu. Kita masih sarapan bareng.”
“Ya kan kak
Kinal cuma sampein amanat aja, Beb. Oh iya, nanti kak Kinal gak pulang ke rumah
soalnya langsung ke rumah Nenek.”
“Rumah Nenek
apa rumah Neneeekk?” ucapku dengan nada yang…ya you know lah dan itu membuat
wajah kak Veranda tiba-tiba sedikit memerah hahaha.
“Rumah Nenek
sama rumah calon Nenek-Nenek. Yaudah sana kamu balik lagi ke tenda. Jangan lupa
dimakan tuh! Yuk Ve kita ke deket panggung.” Aku hanya melemparkan senyum
sambil melambaikan tanganku ke arah mereka. Dengan segera aku kembali ke
tendaku dan melahap makanan yang di bawakan kak Kinal dan kak Ve. Ya walaupun
cuma junk food, tapi mengenyangkan.
-
Akhirnya
hari ini pun berakhir dengan penuh senyuman. Timku memenangkan juara pertama,
jadi kami merayakannya dengan makan-makan terlebih dahulu. Setelah itu barulah
kami kembali ke rumah masing-masing. Karena perutku sudah kenyang, lelah
beraktivitas, aku langsung mengganti pakaianku dan bersiap untuk tidur.
Sebentar aku mengecek handphoneku namun tidak ada pesan atau panggilan dari
Shania, jadi aku memutuskan untuk langsung saja tidur. Lelah sekali hari ini.
Good night semua!
Lima menit.
Sepuluh menit. Setengah jam.
“Happy
birthday Beby~ Happy birthday Beby~” suara itu sangat mengagetkanku. Dengan
kondisi setengah sadar aku membuka mataku dan merubah posisiku dari tidur
menjadi duduk. Dan ternyata orang yang datang di tengah malam begini adalah…ya
siapa lagi kalau bukan Shania Junianatha.
“Happy
Birthday My Beby~ Happy birthday Beby~” Shania melemparkan senyum termanisnya
dan duduk di tepi ranjangku.
“Ayok make a
wish dulu, Beb.”
“Emang siapa
yang ulangtahun sih Shan?” aku masih berusaha membuka mataku yang sudah sangat
berat ini
“Ya kamu
lah. Emang siapa lagi?”
“Ini tanggal
berapa ya?”
“Delapan
belas maret sayang.”
“Oh yaudah
berarti aku ulangtahun.”
FUUUHH~!
Dengan
sekali tiup aku langsung mematikan dua buah lilin berangkakan 18 itu. Aku
langsung kembali ke posisiku sebelumnya untuk melanjutkan tidurku.
“Lho kamu
ngapain?!”
“Ngantuk
Shan.” Ucapku singkat yang sudah berada di dalam selimut mickey mouse
“Ish! Aku
udah jauh-jauh kesini juga!” aku menarik nafasku dalam-dalam dan kembali duduk.
Aku mengambil kue ulangtahun yang ada di tangannya dan menaruhnya di meja
belajarku. Aku mengulurkan tanganku untuk menaruh tasnya di samping meja
belajarku.
“Ngapain?”
tanyanya sensi
“Sini
tasnya. Berat tau bawa-bawa gitu.” Tanpa menjawab lagi ia pun memberikan tas
ranselnya padaku
“Kacamatanya
gak mau dilepas?” lanjutku mengulurkan tanganku yg satunya. Lagi ia
memberikannya.
Setelah
menaruh tas dan kacamatanya, aku ikut duduk di tepi ranjang dan berhadapan
dengannya. Perlahan aku menggenggam tangannya dengan satu tanganku, sedangkan
satu tanganku yang lain mengusap pipinya lembut dengan ibu jariku. Tak lupa ku
tatap matanya lembut dan memberikan senyuman hangat untuknya.
“Makasih ya
udah dateng jauh-jauh kesini. Tengah malem pula. Pasti masih capek kan?”
angguknya singkat sebagai jawaban
“Aku juga
baru banget balik dari Bandung. Baru tidur setengah jam kayaknya. Di rayainnya
kalau udah pagi aja ya? Sekarang mau gak tidur sama aku?”
“Kok kamu
nanyanya ambigu gitu sih?”
“Jawab aja
mau gak?” lagi anggukan singkat darinya. Aku mencium keningnya dan akhirnya aku
dan Shania pun sudah berada di balik selimut sambil aku memeluknya erat.
Haaahh.. Mataku sudah sangat sulit untuk dibuka. Hari ini benar-benar
melelahkan.
Rasanya baru
beberapa jam aku tertidur, tiba-tiba saja ada sesuatu yang aneh di bibirku.
Seperti….ada yang mencium. Perlahan aku membuka mataku dan benar saja. Shania
sedang menciumku entah sejak kapan. Yang jelas saat aku tertidur. Tak ingin
ciumannya hanya sebelah pihak, aku pun membalas ciuman Shania. Ku rasakan
senyumnya sempat muncul di tengah ciuman kami…..DAN KENAPA AKU JADI GAK NGANTUK
LAGI?!
Tak mau
berlama-lama bermain dengan bibirku, ciuman Shania pun turun ke leherku. Ah,
sial. Kenapa sekarang malah aku yang jadi korban?!
Suara yang
ditimbulkan Shania karena ciumannya di leherku pun perlahan mulai terdengar.
Dan tak ketinggalan suaraku yang dibuat mulai tidak karuan. Eeerr~ Apa
posisinya tidak bisa dirubah saja?
Mengeluarkan suara yang tak layak dengar
seperti….desahan itu membuatku malu.
“Gak usah
ditahan gitu. Lagian di rumah kamu gak ada siapa-siapa.” Ucap Shania dengan
sangat menggodanya di telingaku. Sungguh pikiranku mulai berantakan. Ditambah
lagi dengan posisi Shania yang sudah berada di atasku, perlahan tangannya mulai
menyusuri bagian belakang tubuhku yang ku yakin ia sedang mencari sesuatu. Ku
sedikit mengangkat tubuhku untuk mempermudahnya, dan yak. Terlepaslah sebuah
pengait, lalu….
*sisanya
bayangin sendiri aja hahaha*
Setelah
selesai beberapa putaran dengan hanya akulah sebagai korbannya, akhirnya kami
pun merebahkan tubuh kami ke posisi semua sambil mengatur nafas masing-masing.
“Kamu
curang.” Ucapku singkat dengan nafasnya yang belum normal
“Curang
kenapa?” jawab Shania sambil memandang langit-langit kamarku sambil tersenyum
“Masa aku
doang yang jadi korban.”
“Oh itu
haha. Lagian siapa suruh kamu tujuh belas tahun duluan. Aku kan masih enam
belas. Emang mau nanti aku laporin ke kak Seto?” jawab Shania yang akhirnya
menatapku yang sangat berkeringat di balik selimut dan tanpa busana ini. Dasar
Shania ini. Ada aja alasannya.
“Oh jadi
yang tadi kamu lakuin itu gak bisa aku aduin ke komnas HAM?” tanyaku yang sok
sok tidak terima, padahal…ah sudahlah.
“Hahaha.
Kamu baru dibilang korban kalau kamu nolak. Orang dari tadi kamu-“
“Yayaya aku
ngantuk mau tidur. Capek. Good night!”
“Good night?
Udah pagi, Beb. Liat tuh udah ada mataharinya hahaha.” Mendengar itu aku
langsung mengarahkan pandanganku ke jam dinding di kamar. Dan benar saja, jarum
pendek sudah menunjukan ke angka 7. Shania habis dikasih 2 show kenapa jadi
makin semangat gitu ya? Gak ada capeknya banget. Heran.
“Yaudah
gapapa aku tetep mau tidur.” Ucapku kembali menarik selimut
“Yah jangan
dong.. Ini kan hari special buat kamu. Masa kita gak kemana-mana sih?” ucapnya
sambil memanyunkan bibirnya. Nah, liat. Sekarang malah ngajak jalan. Dia lupa
kali ya sama apa yang dia lakuin sebelumnya. Apa jangan-jangan gak tahu kalau
badanku udah pegel-pegel. Hhhrr..
“Shan.
Beneran deh aku capek sama ngantuk banget.”
“Beby..”
pintanya manja dan masih memanyunkan bibirnya
“Shan..”
wajahnya malah jadi semakin memohon
“Iyaudah iya
ayok kita jalan-jalan. Tapi aku yang mandi duluan ya.”
“Yes! Gitu
dong hahaha. Iya sana kamu mandi duluan yang bersih dan wangi ya! Hahaha.”
Sekitar
kurang lebih satu jam akhirnya kami sudah selesai mandi dan bersiap untuk entah
kemana. Tapi sebelum kami pergi, Shania dengan segenap ke-sok-tahu-annya
mencoba membuatkanku sarapan nasi goreng. Karena katanya, kalau sarapan roti
udah biasa. Kalau sarapan nasi goreng yang keasinan dan terlebih asinnya gak
rata itu jarang. Jarang banget. Ini baru pertama kalinya malah. Dan jahatnya
dia gak mau makan masakannya sendiri. Dia malah makan roti. Hih! Curang.
“Jadi hari
ini kita mau kemana?” tanyaku yang akhirnya berhasil menghabiskan makanan
antara enak dan gak enak….hati ini.
“Ke Dufan!”
“Dufan
pintu? Dufan pager?”
“Itu depan!”
“Oh salah
ya. Emang sepagi ini udah buka?”
“Kayak baru
kemarin sore tinggal di Jakarta aja sih, Beb. Pasti macet lah. Lagian sekarang
udah jam 9. Dufan bukanya jam 10 kalau lagi weekend gini.”
“Oh gitu.
Yaudah mau berangkat kapan?”
“Nanti aja
berangkatnya kalau aku udah S2.”
“Oh ok.”
“Ish! Ya
sekaranglah!” dengan gemasnya ia mencubit pipiku. Sakit :(
Benar saja
kata Shania. Jalanan Jakarta hari ini macet seperti biasanya. Kami berusaha
membunuh waktu dengan berbicara mulai dari hal yang gak penting sampai yang gak
penting banget. Habis bahan obrolan, kami mendengarkan lagu di handphone
masing-masing. Bosan dengan list lagu di handphone, kita jual saja
handphonenya. Biar ramai. Biar- alah skip. Setelah hampir dua jam setengah
perjalanan, akhirnya kita sampai juga di Dunia Fantasi! \o/
Sebagai
pemanasan sebelum menaiki wahana yang macam-macam rupa dan tantangannya, kami
memutuskan untuk ke istana boneka terlebih dahulu. Setelah itu lanjut kita
bermain kora-kora.
“Shan kamu
yakin nih berani naik ini?”
“Yakin!”
jawabnya pasti dan aku hanya tersenyum
“Ndel kamu
kalau gak berani jangan dipaksain..” aku mendengar suara dan nama yang tak
asing. Spontan gak pake uhuy, aku dan Shania langsung menengok ke arah sumber
suara di belakang kami. Dan benar saja, di sana ada Elaine dan Andela.
“Andela?”
ucap Shania
“Elaine?”
ucapku
Mereka pun
hanya tersenyum…hhm maaf. Maksudnya Elaine hanya melemparkan senyuman ke arah
kami. Tapi tidak dengan Andela. Ku lihat wajahnya nampak pucat.
“Gapapa,
Len. Aku berani kok. Cuma sedikit tegang aja.” Ucap Andela sok kalem. Padahal
muka gak bisa bohong. Tak lama perahu pun mulai bergerak. Aku sama Shania sih
masih santai, tapi Andela…
“LEN LEN LEN
WAH… MODAR IKI LEEENN!” please pisan atuh ya, ini masih pelan banget -_-
Aku dan
Shania menikmati wahana kedua yang kami naiki ini. Tapi gak tahu deh kalau
tetangga di belakang gimana kabarnya. Paling Elaine lagi susah payah tenangin
Andela hahaha.
Tak lama
akhirnya kami selesai dengan wahana kora-kora ini. Elaine dan Andela lebih
dahulu turun sambil Andela menutup mulutnya. Aku dan Shania hanya bisa tertawa
dan menghampiri mereka. Dan benar saja. Saat sampai toilet, Andela ku dengar
suara orang yang sedang muntah hahaha.
“Nih Ndel
diminum dulu.” Shania memberikan sebotol air mineral pada Andela sambil
cengengesan tentunya
“Makasih
Shanju.” Ia langsung meminumnya dan Elaine masih menepuk-nepuk punggungnya
pelan
“Lain kali
jangan dipaksain ya Srikandiku.” Andela hanya mengangguk pelan
“Abis ini
kalian mau kemana lagi?” tanya Elaine padaku dan Shania
“Hhm.. Gak
tahu deh. Cari yang antreannya gak panjang aja. Kalian?”
“Gak tahu.
Nunggu Andela gak mual dulu kayaknya.”
“Oh gitu.
Yaudah kalau gitu kita keluar duluan ya. Get well soon, Ndel. Hahaha.” Tutup
Shania lalu kami pun menuju ke wahana yang menantang, yaitu Tornado! \o/
-coba kita
kembali ke tempat AndElaine-
(muka Andela nampak pucat dan lelah setelah muntah/? wkwk)
“Len aku
udah gak apa-apa nih. Kita naik wahana yang lain lagi yuk!”
“Kamu
yakin?”
“Yakin. Ayo,
Len. Di toilet doang emang kamu gak bosen?”
“Yaudah
ayo.” Andela langsung menggenggam tangan Elaine dan menuju ke wahana
selanjutnya. Elaine memilih wahana yang menurutnya sangat-sangat-sangat tidak
menantang, yaitu istana boneka.
“Len kamu
yakin?” tanya Andela yang sedikit ragu saat ingin menaiki perahu di istana
boneka
“Yakin.
Emang kenapa? Kamu takut perahunya terbalik? Gak bakalan kok, Ndel.” Seperti
sedang menimbang-nimbang, akhirnya Andela naik ke perahu tersebut. Saat di
perahu jemari mereka masih terpaut satu sama lain. Tapi Elaine merasa ada yang
aneh dengan Andela, kenapa genggamannya menjadi sangat kuat?
“Ndel kamu
takutin apa lagi?”
“Anu, Len..”
“Anu apa?”
“Itu
bonekanya nyeremin. Aku takut mereka tiba-tiba gerak kayak boneka chucky.
Apalagi di sini cuma ada kita berdua.” Ucap Andela polos yang membuat Elaine
menepuk keningnya. Semakin banyak boneka yang mereka lihat, semakin Andela
menunjukan ketakutannya. Elaine sebagai pacar pun langsung mencari hal yang
bisa mengurangi ketakutan Andela dan akhirnya dia mendapatkan ide!
“Ndel..”
“Kenap-“
saat Andela menengok ke arah Elaine, Elaine langsung menyambar bibir lembut
Andela.
Menurutnya inilah satu-satunya cara untuk mengalihkan perhatian Andela
dari para boneka itu. Andela yang tak ingin melihat dan berpikiran yang
aneh-aneh tentang boneka-boneka ini pun malah memperdalam ciumannya dengan
Elaine.
Perlahan
tapi pasti, Andela mulai menaruh tangannya di pipi Elaine dan menurunkan
ciumannya ke bagian leher putih Elaine yang menurutnya sangat menggoda itu.
“Ndhel..
Inih.. Temp..hat.. Umumh..” begitulah ucap Elaine dengan suaranya yang menjadi
seduktif dan membuat Andela semakin terpancing. Ya sepertinya cara Elaine ini
sangat berhasil membuat Andela lupa dengan boneka dan juga sedang dimana
mereka.
Tak lama
Elaine seperti melihat cahaya yang panjang dan do’anya yang abadi. Gak. Bukan.
Maksudnya Elaine seperti melihat cahaya yang menandakan mereka akan keluar dari
lorong gelap ini. Dengan kasar Elaine langsung mendorong Andela untuk menjauh
yang membuat perahu sedikit tak seimbang. Tapi untung saja mereka tak jatuh.
“Udah gak
takut kan?” tanya Elaine sambil merapihkan rambutnya yang sekarang ia gerai itu
“Iya, Len.
Makasih ya hehehe.”
Akhirnya
mereka pun turun dari perahu itu dengan Andela yang hanya senyam-senyum dan
Elaine yang sibuk sendiri dengan rambut dan lehernya. Ya…ia tahu Andela tidak
pernah bermain rapih dan selalu seenaknya sendiri.
“Len kita
naik wahana apalagi nih?”
“Terserah
kamu aja. Kalau aku yang pilih nanti kamu takut lagi.”
“Yaudah kita
ke istana boneka lagi yuk. Tapi yang di perahu kita berdua aja hehehe.”
“Andela!”
Elaine langsung memukul lengan Andela cukup kuat. Tapi yang dipukul hanya
cengengesan.
-mari kita
kembali lagi ke BebNju-
-Beby POV
“Shan kamu
berani?”
“Sebenernya
sih gak terlalu. Kamu berani?”
“Ya aku harus
berani lah. Kalau kamu takut terus aku juga takut, nanti yang jagain kamu
siapa?” ucapku santai sambil melempar senyum bangga pada Shania. Yang
digombalin pun langsung malu-malu lollipop gitu/?
Aku dan
Shania masih mengantri untuk menaiki wahana ini dan seperti biasa. Kami
membicarakan hal yang tidak penting.
“Jadi kamu
masih mau naik wahana ini? Ini serem lho, Shan.”
“Masih lebih
serem kalau jalanin hari tanpa kamu, Beb.”
“Hhnngg..
Kok aku gagal paham ya?”
“Ish! Lola
dasar! Eh. Itu bukannya kak Kinal sama kak Ve?” aku langsung menengok ke arah
belakang dan benar saja, ternyata itu kak Kinal dan kak Ve. Mereka sedang
berjalan menuju tempat yang sama dengan kami.
“Eh? Lho kok
mereka gak jadi kesini?” pikirku bingung
“Iya. Kenapa
ya? Oh atau ada yang ketinggalan kali, Beb. Orang buru-buru gitu kan.”
“Iya kali
ya. Eh yuk kita naik tornadonya.”
-coba kita
intip VeNal dulu-
“Ve kita
naik tornado yuk?”
“Boleh.” Ve
tidak bertanya Kinal berani atau tidak karena mereka memang sudah beberapa kali
ke dufan. Jadi mereka sudah tahu ketakutan pasangannya.
“Itu kayak Beby sama Shania? Eh! Iya deng itu
mereka! Duh gawat!” pikir Kinal
“Hhm Ve.
Baru aja aku dapet bisikan kalau naik tornado di hari ini tuh gak bagus ya Ve.
Anginnya lagi kenceng gitu. Aku gak mau nanti pakaian kamu jadi berantakan.
Nanti kamu jadi jelek. Kamu gak mau kayak gitu kan? Yaudah yuk kita cari wahana
yang lain.” Kinal langsung menarik tangan Ve dan menjauh dari wahana tersebut.
“Nal
lepasin!” Setelah setengah berlari, akhirnya mereka berhenti di depan antrean
wahana kora-kora. Kinal pun langsung melepaskan tangan Veranda.
“Sakit tau!
Kamu tuh kenapa sih?” lanjut Veranda sambil mengatur nafasnya
“Lho kan
tadi aku udah jelasin, Ve. Udahlah sekarang mending kita naik ini aja yuk. Ini
gak bakal bikin kamu jadi jelek.” Lagi Kinal langsung menarik tangan Ve. Tapi
dengan cepat Ve langsung menghempaskan tangan Kinal. Jelas Ve merasa aneh
dengan Kinal, karena ini baru pertama kalinya ia bersikap seperti ini. Padahal
sebelumnya mereka bisa manaiki tornado sampai tiga atau empat kali. Tentu saja
itu permintaan Kinal yang tak bisa Ve tolak.
“Kenapa sih
Ve?” ucap Kinal lembut
“Kamu Nal
yang kenapa. Tumben banget gak mau naik tornado. Emangny ada apasih? Di sana
ada mantan kamu? Selingkuhan kamu? Atau apa?” Kinal diam sejenak dan akhirnya
mau tak mau ia jujur juga
“Sebenernya
tadi itu ada Beby sama Shania.” Jawab Kinal sambil menunduk
“Terus
kenapa kalau ada mereka? Bukannya jadi makin seru?”
“Aku kan
sebentar lagi UN. Nanti kalau Beby liat aku malah main-main di sini yang ada
diaduin ke Papa sama Mama.” (padahal Beby gak pernah mikirin kapan kakaknya UN
dan gak ada niatan juga buat ngadu -_-)
“Ya ampun..
Aku pikir kenapa. Gitu dong, Nal. Bilang. Jangan main asal tarik-tarik tangan
aku aja. Yaudah mending sekarang kita makan siang dulu aja. Abis itu-“
“Abis itu
naik tornado ya Ve?” Kinal langsung mengeluarkan ekspresi nyengir kudanya
“Gak. Abis
itu kita pulang. Kamu besok ada try out dan aku baru inget. Yuk!” Kali ini
gantian Veranda yang menarik tangan Kinal. Yang ditarik pun jadi murung karena
belum naik satu wahana pun. Ya walaupun bukan dia yang bayar, tapi ini mubazir
menurutnya.
“Nal kamu
mau makan apa?”
“Biasa.”
Jawabnya sambil memainkan handphonenya
“Minumnya?”
“Biasa.”
Dengan gaya yang sama seperti sebelumnya
“Yaudah Mba
kita pesen nasi goreng spesialnya dua sama es jeruknya dua.”
“Adalagi?”
“Udah itu
aja.”
“Baik tunggu
sebentar ya.”
Melihat
Kinal yang sibuk dengan handphonenya, akhirnya Ve yang mulai membuka obrolan.
“Besok kamu
masuk kayak biasa, Nal?” angguk Kinal singkat
“Nanti mau
aku ajarin atau kamu belajar sendiri aja?”
“Yah, Ve.
Pake ditanya. Jelas diajarin lah. Aku kan gak bisa apa-apa kalau gak ada kamu
hehe.” Bagi Ve itu bukan pujian tapi lebih ke nyusahin. Tapi tak apa asal yang
bahagia lebih banyak.
Tak lama
pesanan mereka pun datang. Kinal langsung menyimpan handphonenya di saku.
Seperti sudah menjadi kebiasaannya, Ve langsung mengaduk es jeruk milik Kinal.
Padahal Kinal bisa sendiri, tapi karena Ve siap melayani, ya mana nolak/?
Selesai mengaduk minuman milik Kinal, Ve mengambil garpu yang berada di piring
Kinal. Karena Kinal jarang menggunakan garpu. Menurut Kinal itu malah
mempersempit piringnya.
Baru satu
suap masuk ke mulut Kinal, Kinal langsung mencak-mencak kepanasan.
“Kebiasaan
sih. Sabar dulu dong, Nal.” Kinal masih sibuk mengipas mulutnya dengan tangan,
sedangkan Ve melebarkan nasi goreng milik Kinal agar tidak terlalu panas. Saat
Kinal bersiap untuk suapan kedua, Ve menahan tangan Kinal agar suapan kedua tak
masuk ke mulut Kinal.
“Kamu udah do’a?”
“Belum
hehehe.”
“Ya ampun..”
Ve hanya senyum sambil menggelengkan kepalanya
Kinal merasa
sangat beruntung bisa mendapatkan Veranda. Ya bagaimana tidak. Ve ini memiliki
sikap keibuan yang sangat cocok untuk melengkapi sikap kinal yang lebih bisa
memimpin dan berani. Kecuali kalau ketemu setan, ya. Itu sih Kinal udah kabur
duluan. Ve yang pendiam bisa lebih berani untuk berbicara di depan umum karena
terbiasa dengan tingkat percaya diri Kinal yang tinggi. Intinya, Veranda
‘pandai melayani’ dan Kinal ‘berani memimpin’.
“Huaaaahh
kenyaaangg~” seru Kinal sambil merenggangkan kedua tangannya
“Ve. Aku
kurang minum nih.”
“Mau aku
pesenin es jeruk lagi?”
“Gak usah.
Aku mau air mineral aja.”
“Aku ambilin
dulu ya di refrigerator.” Ve langsung beranjak dari duduknya, namun saat Ve
ingin melangkah, Kinal menahan tangan Ve dan menatap Ve tulus.
“Makasih
ya..” ucap Kinal lembut. Dan jawab anggukan singkat serta senyum yang
menyejukkan dari Ve.
-kembali ke
BebNju-
-Beby POV
Setelah puas
mencoba hampir semua wahana, aku dan Shania memutuskan untuk duduk disalah satu
bangku. Suasana di sini masih cukup ramai meskipun sudah jam 7 lewat 12 malam.
“Shan
makasih banyak ya kamu udah ada buat aku seharian ini..” ucapku sambil
berhadapan dengannya. Sekali menatap mata Shania, entah kenapa semacam ada
sihir yang mengunci pandanganku dan tidak ingin menoleh ke arah lain.
“Iya
sama-sama, Beb. Sekali lagi selamat ulangtahun ya sayang. Semoga kamu makin
sabar sama aku yang keras kepala dan cemburuan ini hehe.”
“Aamiin. You
wanna hug?” aku melebarkan tanganku dan Shania pun langsung memelukku erat.
“Aku gak
sabar nunggu kamu tujuh belas tahu, Shan.” Bisikku tepat di telinganya.
Tiba-tiba ia langsung melepaskan pelukan dan menatapku dengan tatapan sinisnya.
“Pembalasan
akan lebih kejam, Shan. Tungguin aja nanti..” lanjutku yang membuat pipi Shania
memerah. Entah malu karena apa haha.
“Eh. Kita
nonton bioskop yuk!” ajak Shania mengalihkan topic. BIsaan aja si Neng.
“Mau nonton
apa?”
“Apa aja
terserah kamu.” Aku langsung beranjak dari duduk dan mengulurkan tangan kananku
untuk ia genggam. Kami pun berjalan keluar dari dufan menuju halte untuk naik
TransJak yang menurut kami akan lebih menghemat waktu daripada naik taksi. Tapi
ya..itu hanya kami pikir. Nyatanya sama saja.
Tak lama ada
seorang Nenek-Nenek yang naik dan menuju ke area khusus wanita. Shania baru
saja ingin beranjak dari duduknya tapi ku tahan dan aku yang lebih dulu
beranjak untuk mempersilahkan Nenek tersebut duduk di tempatku. Aku berdiri
dengan satu tanganku berpegangan pada pengait yang berada tepat di depan kursi
Shania.
“Beb..”
Shania melemparkan pandangan yang seolah-olah bertanya apa aku yakin untuk
berdiri
“Udah kamu
duduk aja.” Aku melemparkan senyumku yang dibalas anggukan darinya. Shania
langsung menggenggam tanganku yang satunya.
“Ngapain?”
tanyaku akan maksudnya menggenggam tanganku erat
“Kalau kamu
ilang keseimbangan kan aku gampang nariknya.”
Lama
kelamaan dengkulku mulai terasa pegal. Ditambah lagi banyaknya penumpang yang
untungnya tak membuat jendela berembun. Tapi beberapa kali badanku condong ke
kiri, kanan, belakang. Untung gak ke depan. Kalau ke depan bisa beda urusan/?
Belok di
tikungan di saat badan menjadi miring. Saat itu….transjaknya mogok -_- Baru
kali ini naik transjak mogok. Aku tak bisa berkata-kata, yang pasti sekarang
kita berdua…eh enggak. Maksudnya sekarang semua penumpang kepanasan. Padahal
tujuanku sama Shania tinggal sedikiiiiittttt lagi. Tapi karena mogok, walau
sebenarnya dekat tetapi terasa jauh.
Hampir
sekitar 10 menit menunggu akhirnya mobil dapat beroprasi kembali dan akhirnya
sampailah kami di Mall Sweet Mall/?
Aku memilih
film yang entah apa. Asal aja. Kalau dari gambarnya bagus ya ku pilih. Bagian
tempat duduk, Shania yang memilih. Gak dipojok atas kok. Tapi di 2 bangku
sebelum pojok atas/?
Percaya atau
enggak, di dalam bioskop ini kita gak nonton filmnya. Aku bermain get rich di
handphoneku dengan menggunakan earphone sebelah, sedangkan Shania bersandar di
bahuku sambil mengecek kolom mentionnya.
“Beb..” ucap
Shania pelan
“Apa?”
“Masa ada
yang mention aku nanya tentang kamu deh.”
“Nanya
gimana?” aku masih fokus dengan handphoneku
“Shan itu
siapa sih cewek yang suka bareng kamu? Kok ada terus? Gitu, Beb.”
“Yaudah
diemin aja. Gak boleh bales mention juga kan.” Jawabku enteng sambil melanjutkan
permainan
“Iya sih. Eh
aku jadi penasaran deh. Kamu kok bisa suka sama aku ya?” Shania pun masih sibuk
mengscroll kolom mentionnya sambil kepalanya masih bersandar dengan nyaman di
bahuku
“Karena kamu
suka duluan sama aku.” Jawabku enteng yang mendapat pukulan di paha kiriku
“Serius ih.”
“Gak tahu
deh. Kalau aku bilang karena kamu cantik, nanti pas udah tua aku udah gak suka
lagi. Kalau aku bilang karena kamu baik, ah apaan. Kamu kasar gitu sama aku.”
“Oh jadi aku
jahat?” Shania langsung menatapku dengan tatapan sinis. Aku menghentikan
permainanku di handphone.
“Ya kalau
dijahatinnya sama malaikat kayak kamu sih aku rela..” lagi. Aku dapat pukulan
di paha kiriku. Shania kembali bersandar dibahuku nyaman. Aku pun melanjutkan
permainan.
“Kalau
misalnya ada orang lain yang naksir aku gimana?”
“Ya emang
kamu pikir dari berbulan-bulan lalu tuh yang naksir kamu aku doang?”
“Oh iya ya.
Ah tapi kamu biasa aja gak cemburu sama aku.”
“Kalau
cemburu sih pasti ada. Tapi gak terlalu. Soalnya aku yakin, kalau aku ini garasi
dan kamu mobilnya. Kemana pun kamu pergi, baliknya ya ke aku lagi.”
“Dih yakin
banget kamu? Haha.”
“Ya
yakinlah. Emang kamu gak yakin sama aku?”
“Yakin kok
yakin. Terus kalau- Yah! Kepencet Fav!”
“Ssssttt!”
begitu suara orang di bawah kami
“Terus…kalau
misal ditanya mau punya pacar ideal kayak gimana, jawaban kamu apa?”
“Pacar
ideal? Hhm..”
“Misalnya
nih kemarin kan aku nginep tuh di rumah kamu. Nah maunya kamu aku gimana?”
“Maunya
aku…pas aku bangun tidur itu harusnya kamu gak ada di samping aku. Tapi adanya
di dapur lagi siapin sarapan buat aku sambil rambutnya di ponytail.”
“Terus nanti
kamu peluk aku dari belakang kayak di film film gitu ya?”
“Kalau kamu
yang ada di dapur, sih. Sebelum aku bangun tidur juga udah kebakaran dapurnya.”
“Ish!” tiga
kali itu sangat pas untuk memukul paha pacar
“Hahaha
lagian mau peluk juga gimana. Kamunya ketinggian.” Ucapku sambil mengusap-usap
kepalanya lembut
“Makanya
kamu olahraga.”
“Setiap hari
juga aku udah olahraga kok.”
“Olahraga
apaan?”
“Lho
lari-larian di pikiran kamu emangnya bukan olahraga?”
“Ih Beby!”
empat kali terlalu banyak
“Hahaha tapi
emangnya kalau aku gak tinggi kamu gak suka lagi sama aku?”
“Aku cinta
kamu apa adanya kok.”
“Jangan
cintai aku~ Apa adanya~ Jangan~”
“Ssssttt!”
lagi. Kami ditegur dan itu membuatku juga Shania tertawa kecil.
Setelah film
yang diputar selesai, lampu bioskop pun menyala, Shania mengeluarkan sesuatu
dari dalam tasnya.
“Nih kado
buat kamu. Maaf ya gak dibungkus hehe.” Shania menyerahkan topi biru yang
bertuliskan BS padaku.
“Satu buat
kamu. Satu buat aku.” Shania memakai topi itu di kepalanya. Aku pun juga
memakainya. Senyumku secara otomatis melebar. Perlahan aku menggenggam
tangannya dan menatap lurus ke matanya yang indah itu.
“Makasih
banyak ya Shania Junianatha. Aku sayaaangg banget-banget-banget sama kamu.
Semoga di umurku yang baru 17 tahun ini aku bisa lebih baik lagi, bisa tinggi,
bisa semakin sayang dan disayang kamu.”
“Aamiin..”
ucapnya lembut. Senyumnya….ah memabukkan.
“Oh iya!
Kuenya jangan lupa dimakan ya!” lanjut Shania
“Ah paling
udah abis sama kak Kinal.”
“Yaudah
berhubung ini udah malem, kita kan sama-sama butuh istirahat, jadi-“
Aku langsung
mencium bibirnya singkat.
“Makasih
banyak sayang..” lagi senyumku muncul. Pipi Shania mendadak memerah. Entah
kenapa. Padahal ini bukan hal yang baru.
“I- iyaudah
ayo kita pulang. Udah malem.”
Sekarang
sudah jam 10 malam, siapapun pasti sedang bermimpi. Kalau tak naik dua taksi
terakhir, aku dan Shania bisa terlambat pulang ke rumah. Ya kami berpisah
karena besok ia masih harus sekolah sedangkan aku libur karena kelas 3 mau try
out.
Sesampainya
di rumah, aku melihat ada mobil kak Ve. Aku mengecek jam di tanganku dan sudah
menunjukkan jam 11 malam. Aku langsung masuk ke dalam dan melihat kak Ve yang
tertidur dengan tangan yang berada di antara dagu dan meja. Sedangkan kak Kinal
tertidur dengan posisi duduk di sofa.
Aku
menghampiri mereka dan ku lihat di atas meja ada banyak buku pelajaran dengan
nama Devi Kinal Putri. Tapi kenapa yang ada di meja malah kak Ve? Hhm..
Bangunin yang mana dulu ya? Bidadari khayangan atau prajurit perang dulu nih?
Hhm..
“Kak Ve..
Bangun kak..” aku sedikit menggoyangkan bahu kak Ve guna membangunkannya, dan
yak! Berhasil.
“Eh, Beby?
Udah pulang?” ucapnya sambil merenggangkan tubuhnya
“Iya kak aku
udah pulang. Kak Ve ngapain tidur di sini?”
“Tadi abis
ngajarin kak Kinal. Eh dia ketiduran duluan, terus kak Ve jadi ikut-ikutan.”
Jawabnya sambil merapihkan buku-buku kak Kinal.
“Oh gitu.
Yaudah kak Ve nginep di sini aja. Udah malem banget. Pasti gak bakal boleh
pulang deh sama kak Kinal.”
“Maunya sih
gitu. Tapi besok kak Ve ada kuliah pagi. Kak Ve titip kak Kinal ya, Beb. Kak Ve
pulang dulu. Makasih banyak. Maaf ngerepotin. Oh iya! Selamat ulangtahun. All
the best for you.”
“Aamiin.
Makasih banyak kak Ve. Yaudah yuk aku anterin ke mobilnya.”
Setelah
menghantar seorang bidadari untuk kembali ke khayangan. Dengan sekuat tenaga
dan mental baja aku memutuskan untuk membangunkan kak Kinal.
“Kak bangun
kak..” aku menggoyangkan tubuhnya kasar dan tanganku malah dihempas tak kalah
kasar. Kak Kinal merubah posisi tidurnya dari duduk menjadi tiduran di sofa.
Satu kali mencoba itu terlalu sedikit. Aku mencoba lagi dan hasilnya sama.
Akhirnya aku
menggelitik telapak kakinya dan aku malah ditendang! Sakit? Khan maen.. Di tendang
sama prajurit perang bertubuh gagah ya jelas sakit. Seminggu disuruh bangunin
kak Kinal aku bisa-bisa punya luka lebam nih. Ah! Aku ada ide.
“KEBAKARAAAANNNN!!!
KEBAKARAAAAAAANNNN!!!”
“HA?! APA?!
KEBARAN?! DIMANA?!” kak Kinal langsung berdiri tegap dan melihat ke sekeliling
“Tadi ada
liputan kebakaran di tv.” Jawabku enteng dan duduk di sofa.
“Yeeehh!
Gangguin kak Kinal ajasih.”
“Lagian
kebo. By the way kak Ve-nya udah pulang tuh. Titip salam buat kak Kinal.”
“Iye iye..”
kak Kinal melangkah menuju kamarnya
“Eh tunggu!”
“Apa?”
“Kak Kinal
mau kemana?”
“Ya tidur di
kamar lah.”
“Gak ada
yang ketinggalan?”
“Oh iya
buku.” Kak Kinal membawa buku-bukunya dan kembali melangkah
“Tunggu
dulu! Kak Kinal gak mau ucapin sesuatu buat aku?”
“Sesuatu?
Apaan?”
“Ya apa kek
gitu.” Kak Kinal nampak berpikir sejenak lalu tersenyum
“Good night
Beby.” Gubrak! -__-
“Yang lain
kak. Selain good night.”
“Hhm.. Oh.
Makasih Beby.”
“Ish! Aku
kan ulangtahun!”
Sedetik. Dua
detik. Tiga detik.
“OH IYA KAK
KINAL LUPA HAHAHAHA. HAPPY BIRTHDAY ADIKKU! GBU! WYATB! Cie punya KTP cie
hahaha..”
“Makasih kak
Kinal!” seruku sambil tersenyum lebar
“Iya
sama-sama. Oh iya, kado dari kak Kinal sama kak Ve ada di kamar kamu ya.”
“Sip!
Makasih banyak bos!” aku langsung menuju kamarku dan melihat ada tiga buah kado
di atas kasur. Yang satu ukurannya kecil, yang satu cukup besar, satunya lagi
ya sedang lah.
Ku buka
mulai dari yang kecil terlebih dahulu. Dan isinya….wuih! Jam tangan! Mahal
pasti nih.
Hi, Beby! Happy birthday ya! Wish you
all the best. Amin. –Ve
Waaahh dari
kak Ve. Ah ini sih pasti aku pake terus. Siapa tahu ketularan badainya kak Ve
hahaha.
Selanjutnya aku membuka kado yang berukuran sedang. Dan isinya….SNEAKERS
DAN KAOS!
AAAAAKKKK! Sepatu incarankuuuhh!
Happy birthday My Beby. Hope you like
it! Love you, muah. –Urs
Reflek aku
langsung menciumi kartu ucapan dari Shania itu. Hah.. Ini dia kado terakhir.
Aku langsung membukanya dan….ada sebuah kardus. Aku membukanya lagi dan ada
banyak potongan Koran berbentuk kecil-kecil. Hhm.. Kadoku mana ya? Hhm.. Ah!
Dapat!
Saat aku
mengeluarkan tanganku, ternyata isinya hanyalah….satu buah pulpen bergambar Minnie
mouse dan satu buah buku tulis bergambar mickey mouse. Iya. Satu. Bu. Ah.
HBD. –Orang Keren!
APANYA YANG
KEREN KALAU GINI DOANG?! GEDE DI KOTAKNYA DOANG HIH! UNTUNG KAKAK. KALAU BUKAN
MAH UDAH….LAH GAK USAH DIBAHAS. EH CARA MATIIN CAPSLOCKNYA GIMANA NIH? DUH.
YAUDAH YA. BYE. OYASUMISSYOU….SHANIA. EHEHEHE.
-TBC-
Ditunggu komentar atau request momentnya :3
Siapa tahu bisa dikabulkan heheu~ :3
muehehe Ntabz bangaaats ini 😉😁
ReplyDeleteMakasih udah mau baca dan komentar ^^
DeleteDitunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.
Seperti biasaa,,selalu keren dan bikin ngakak..diantos ah kelanjutanya
ReplyDeleteOia part venalnya boleh doong dibanyakin lagi?trus kinalnya jangan jadi orang ngeselin terus..kali2 jadi orang bener :v
ReplyDeleteHahaha nanti ada FF VeNal sendiri kok. Tapi bukan aku yg buat :D Jadi ditunggu aja untuk VeNalnya hehe.
DeleteMakasih udah mau baca dan komentar ^^
Ditunggu aja Last Chapter setelah ini ya~
Keren... Lanjut dah
ReplyDeleteMakasih udah mau baca dan komentar ^^
DeleteDitunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.
Hadeeee lahh XD itu si kinal kok nyebelin nya minta ampun yak/? XD eh Btw bikin FF tentang AndElaine dongs :3
ReplyDeleteKinal nyebelin juga udah ada Veranda yg masih mau sama dia/? Wkwk. AndElaine ya? Hhm.. Ngumpulin feel gesreknya dulu ya xD
DeleteMakasih udah mau baca dan komentar ^^
Ditunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.
akirnya ngepos juga . oke mantap lanjut lagi , tp jgn lama"
ReplyDeleteHahaha chapter ini lama soalnya pairingnya kebanyakan/? Untung gak ada yang request GreMids/? Wkwk.
DeleteMakasih udah mau baca dan komentar ^^
Ditunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.
Kerennn, next next. Jangan lama -lama ya :3 jadi ga sabar nunggu shania ultah wkwk
ReplyDeleteBuat ultahnya Shania mungkin di skip huehehe. Tapi untuk hubungannya, semoga masih bisa dilanjutkan :D
DeleteMakasih udah mau baca dan komentar ^^
Ditunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.
Hahaha gokil nggy.. lnjutnya jgan lama atuh... di tunggu selalu..
ReplyDeleteMakasih udah mau baca dan komentar ^^
DeleteDitunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.
Ha ha ha this good and nice story thanks a lot for the author okay.
ReplyDeleteMakasih udah mau baca dan komentar ^^
DeleteDitunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.
Ngakak banget pas bagian andela bilang modar iki len hahahaha sumpah lucu banget itu
ReplyDeleteMakasih udah mau baca dan komentar ^^
DeleteDitunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.
Ya amvonn akhirnya ngepost setelah sekian abadnya *lebay~ yaudah bodo sihh. Lanjut ya thorrr ngakak banget tuh pas buka kado dari kinal hahaha bagosss keep writing! Semangat 48! *eh 45 maksudna ieu tehh
ReplyDeleteIyaaahh ya ampoooonnn akhirnya yaaahh =)) Maaf ya lama soalnya pairing di chapter ini banyak jadi nyari feelnya agak rumit/? Haha. Yoi! Siap!
DeleteMakasih udah mau baca dan komentar ^^
Ditunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.
Waaa updated! Makasi buat AndElaine nya author-san!!!!
ReplyDeleteWkwk lucu n bebnju makin romantis sweet lovey dovey XD
Iya sama-sama >.< Maaf kalau AndElainenya hanya sekelibat/? Hahaha. Wuhuhu~ Iya dong. Masa berantem terus/? Wkwk.
DeleteMakasih udah mau baca dan komentar ^^
Ditunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.
woaa banyak tokohnya di bagian ini :p
ReplyDelete. Next nya special BebNju aja deh..hahaha, semangat!
Iya banyak. Semoga gak pusing ya bacanya xD
DeleteMakasih udah mau baca dan komentar ^^
Ditunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.
ga ada yg pusing baca ff dari lo ko , malah terhibur haaaa.
DeleteAndElain dong yg lebih HOT heee
Lanjut dong FF yang Dirimu dan dirinya :v
ReplyDeletelanjut lagi donggg penasaran nihh
ReplyDeleteditunggu kelanjutannya! bebnju nya lebih fluffy lagi boleh kan :3
ReplyDelete