Monday, January 26, 2015

If Beby is not a member.. (BebNju) - Part 7

HALOOOOO!! HAHAHAHA. Maaf ya lama updatenya. Tapi gak penting apa alasannya, yang jelas selamat menikmati FF BebNju without Conflict but keep Romantic :3



Hubungan Beby dan Shania kini sudah memasuki bulan ke tujuh. Jatuh bangun dan mengalahkan keegoisan satu sama lain sudah menjadi asupan setiap hari bagi Beby dan Shania. Mulai dari Beby yang terkadang sering hilang kabar karena sibuk sekolah dan kegiatan dance di sanggarnya, atau pun Shania yang seperti biasa. Cemburu dengan tak pandang bulunya.

Hari ini adalah hari yang cukup penting bagi Beby dan juga Shania. Hari ini tepatnya pada tanggal 17 Maret, Beby mengikuti kompetisi dance bersama timnya di Bandung, dan timnya sudah berhasil mencapai final. Ingin rasanya Shania datang untuk menonton penampilan Beby, tapi apa daya, hari ini setlist dareka no tameni merayakan ulangtahunnya yang pertama. Jadi Shania tidak bisa pergi seenaknya, ia harus bekerja.

-Beby POV-

Dddddrrrrttt Dddddrrrrttt Ddddddrrrrtttt

“Halo?”
Halo sayang.. Lagi apa kamu?
“Lagi nunggu giliran buat tampil, Shan. Kamu? Eh iya. Happy first anniv ya buat setlist dareka no tameninya hehe.”
Aku baru selesai show satu nih. Mau cari makan dulu bareng kak Melody, kak Ghaida, sama Nabilah. Iya makasih banyak sayang. Maaf ya aku-
“Kamu mau minta maaf sampe berapa kali pun jawaban aku tetep sama, Shan. Gapapa kok. Kan kamu juga harus professional.”
Pacarku emang pengertian banget deh hahaha. Eh iya, abis perform di Bandung, kamu langsung balik ke Jakarta atau gimana?
“Iya nanti aku langsung balik ke Jakarta. Kenapa?”
“Beb! Beb! Buruan kesini Beb!” ucap seorang temanku
Suara siapa tuh?
“Temen aku, Shan.”
Temen apa temen?” nada Shania mulai sinis
“Shan. Jangan mulai-mulai lagi deh.”
Ish! Yaudah yaudah iya. Yaudah kamu dipanggil kan sama dia? Yaudah sana. Aku juga mau makan dulu.
“Yaudah. Kamu makan yang banyak ya biar makin emesh emesh hehe. Semangat show duanyaaa! Aku sayang kamu banget-banget-banget-banget!”
Iya bawel. Yaudah sana hush hush hush!
“Yah kok aku gak di aku sayang kamu juga-in?” aku membuat suara seperti sedih
Biasanya juga kamu gituin aku wleee! Yaudah ya aku laper hahaha dadaaahh!

Shania langsung memutuskan panggilan. Aku hanya tersenyum dan beberapa kali menggelengkan kepalaku sambil menuju ke arah temanku. Sebenarnya yang memanggilku adalah Ochi. Oh iya, Shania dan Ochi udah gak bertengkar lagi lho. Shania juga udah ku kenalin sama Elaine. Gimana bisa? Yagini..

-Flashback

“Beb kok kamu pesen minumnya dua? Kan aku juga pesen minum. Kamu aus banget atau gimana?”
“Nanti ada temen aku mau kesini. Jadi biar gak nunggu lagi, aku pesenin aja.”
“Temen kamu? Siapa? Kok gak bilang dulu sama aku?”
“Ada deeehh. Nanti juga kamu tahu kok.”
Aku dan Shania berbincang seperti biasanya. Mulai dari hal yang gak penting sampai yang gak penting banget. Tapi semua berubah sejak temanku datang.
“Beby?”
“Eh Elaine. Lama banget sih. Ayok duduk.” Elaine melemparkan senyumnya ke arahku dan juga Shania. Aku membalasnya tapi tidak dengan Shania. Ia langsung memasang ekspresi kesal, cemburu, ya campur aduk.
“Shan kenalin ini Elaine temen aku di sanggar. Elaine kenalin ini Shania-“
“Bercandaan kamu gak lucu banget!” Shania langsung beranjak dari kursinya dan keluar dari cafeteria. Tempat dimana aku dan Elaine sering bertemu. Tak ingin salah paham ini semakin panjang dan terus berlarut, aku langsung mengejar Shania.
“Shan tunggu dulu!” aku menahan pergelangan tangannya sebelum ia berhasil menaiki taksi yang baru saja ia berhentikan.
“Apalagi?! Mau jelasin apa?!”
“Kamu tuh kenapa sih? Aku kan mau ngenalin kamu sama temen aku. Emang salah?”
“Ya jelas salah! Dia pernah cium kamu seenaknya di depan aku! Kamu juga tahu kan kalau aku gak suka dia deket-deket sama kamu?! Kenapa sekarang malah kamu kenalin ke aku?!” ucap Shania dengan amarah yang meledak-ledak. Beruntung suasana di luar sini tidak terlalu ramai. Tapi tetap saja kami menjadi bahan tontonan orang sekitar. Malu? Sudah pasti.
“Kalau gitu sekalian aja aku gak usah punya temen satu pun! Terus bilang sama Mama untuk ikut home shooling aja! Aku berhenti dari sanggar! Biar kamu makin puas! Oh, satu lagi! Biar kalau aku udah gak ada nanti, cuma kamu sama keluargaku aja yang dateng ke makamku!”

PLAAAAKKKK!!!

Shania menampar pipiku dengan tangan bebas yang satunya. Perihnya bukan main. Dilain sisi aku memang sudah lelah terus menerus di cemburui Shania. Perlahan aku mendengar isakan dari Shania. Lagi lagi lagi lagi dan lagi. Aku langsung memeluknya dengan sangat erat. Tak ada penolakan dari Shania, bahkan ia memelukku kembali.

“Kita masuk dulu yuk? Gak enak sama Elaine.” Ucapku lembut dengan masih memeluknya. Seperti sedang menimbang-nimbang, akhirnya Shania menjawab dengan anggukan di pundakku. Perlahan aku melepaskan pelukan dan meminta maaf ke taksi yang tadi Shania berhentikan. Aku menggenggam tangan Shania dan mengajaknya kembali ke meja yang sebelumnya kita tempati.
“Eh tunggu dulu!”
“Kenapa, Shan?”
“Temenin aku ke kamar mandi dulu. Berantakan nih..” ucapnya sambil mengeluarkan ekspresi manyun andalannya.

Di dalam kamar mandi Shania sibuk merapihkan apapun yang bisa dirapihkan. Beberapa kali ia mengecek keadaan matanya yang memerah karena sempat menangis tadi. Aku hanya memandanginya sambil menyandarkan tubuhku di dinding.

“Beb. Maafin aku ya.” Ucapnya dan tatapan kami bertemu melalui cermin
“Iya gapapa kok. Tapi kamu ngerti kan maksud ucapan aku tadi itu apa?” angguknya pelan.
“Yaudah yuk jangan kelamaan di sini.” Aku mengulurkan tanganku untuk ia genggam. Perlahan ia memutar tubuhnya menghadapku. Agak lama ia memperhatikan tangan yang ku ulurkan seperti tak yakin untuk menemui Elaine.
“Ayok ah kamu kelamaan!” aku langsung menyambar tangannya. Dari situ lah Shania mulai membiasakan dirinya untuk berbicara dengan temanku tanpa adanya rasa kecurigaan. Terlebih lagi Elaine ini adalah pacarnya Andela. Ya mungkin saja kalau jodoh bisa jadi saudara ipar hahaha.

-End Flashback

“Kenapa, Chi?”
“Coba lihat kesana deh.” Aku sedikit mengintip dari dalam tenda
“Gak ada apa-apaan?”
“Ih coba lihat ke atas.”
“Langit? Awan? Burung? Apaan?”
“Iya kita memandang langit yang sama hahaha.” Gubrak! -_-
“Hahaha gak kok aku bercanda. Bukan itu. Tapi coba deh lihat kesana, itu bukannya kak Kinal sama kak Veranda ya?”
“Mana mana mana?” aku mengarahkan pandanganku ke arah sekitar dan yak! Benar saja aku melihat kak Kinal bersama kak Veranda. Aaahh senangnya kompetisi gini di datengin keluarga. Aku langsung keluar dari dalam tenda dan menghampiri kak Kinal serta kak Veranda.

“Hoy!” ucapku sambil menepuk pundak keduanya dari belakang
“Nah! Ini dia nih yang dicari-cari!” sahut kak Kinal sambil mengacak-acak rambutku
“Aduh! Berantakan woy!” aku langsung menjauhkan tangannya yang tak mampu membuka tutup botol itu
“Kamu udah perform atau belum?” tanya kak Veranda yang menyejukkan /halah
“Belum kak. Masih dua grup lagi baru giliranku sama temen-temenku.”
“Oh gitu. Kamu udah makan belum? Kita bawain kamu makanan nih..” kak Veranda memberikanku sebuah kantong plastik
“Wah kebetulan banget aku belum makan kak. Makasih banyak ya!” aku langsung melebarkan tanganku. Niat ingin memeluk kak Veranda tiba-tiba kak Kinal sudah menghalangi. Alhasil yang ku peluk adalah kak Kinal bukan kak Veranda.
“Iya Beb sama-sama..” ucap kak Kinal sambil menepuk-nepuk pundakku. Aku langsung melepaskan pelukanku karena ya..buat apa peluk kak Kinal. Kan jarang-jarang bisa peluk kak Veranda. Tapi sayang aja gak pernah ada kesempatannya/?
“Oh iya kamu dapet salam dari Mama Papa. Katanya good luck. Maaf gak bisa dateng soalnya-“
“Soalnya harus jagain Nenek. Iya kak aku tahu kok. Kan aku berangkat ke Bandungnya baru tadi pagi bukan seminggu yang lalu. Kita masih sarapan bareng.”
“Ya kan kak Kinal cuma sampein amanat aja, Beb. Oh iya, nanti kak Kinal gak pulang ke rumah soalnya langsung ke rumah Nenek.”
“Rumah Nenek apa rumah Neneeekk?” ucapku dengan nada yang…ya you know lah dan itu membuat wajah kak Veranda tiba-tiba sedikit memerah hahaha.
“Rumah Nenek sama rumah calon Nenek-Nenek. Yaudah sana kamu balik lagi ke tenda. Jangan lupa dimakan tuh! Yuk Ve kita ke deket panggung.” Aku hanya melemparkan senyum sambil melambaikan tanganku ke arah mereka. Dengan segera aku kembali ke tendaku dan melahap makanan yang di bawakan kak Kinal dan kak Ve. Ya walaupun cuma junk food, tapi mengenyangkan.

-

Akhirnya hari ini pun berakhir dengan penuh senyuman. Timku memenangkan juara pertama, jadi kami merayakannya dengan makan-makan terlebih dahulu. Setelah itu barulah kami kembali ke rumah masing-masing. Karena perutku sudah kenyang, lelah beraktivitas, aku langsung mengganti pakaianku dan bersiap untuk tidur. Sebentar aku mengecek handphoneku namun tidak ada pesan atau panggilan dari Shania, jadi aku memutuskan untuk langsung saja tidur. Lelah sekali hari ini. Good night semua!

Lima menit. Sepuluh menit. Setengah jam.

“Happy birthday Beby~ Happy birthday Beby~” suara itu sangat mengagetkanku. Dengan kondisi setengah sadar aku membuka mataku dan merubah posisiku dari tidur menjadi duduk. Dan ternyata orang yang datang di tengah malam begini adalah…ya siapa lagi kalau bukan Shania Junianatha.
“Happy Birthday My Beby~ Happy birthday Beby~” Shania melemparkan senyum termanisnya dan duduk di tepi ranjangku.
“Ayok make a wish dulu, Beb.”
“Emang siapa yang ulangtahun sih Shan?” aku masih berusaha membuka mataku yang sudah sangat berat ini
“Ya kamu lah. Emang siapa lagi?”
“Ini tanggal berapa ya?”
“Delapan belas maret sayang.”
“Oh yaudah berarti aku ulangtahun.”

FUUUHH~!

Dengan sekali tiup aku langsung mematikan dua buah lilin berangkakan 18 itu. Aku langsung kembali ke posisiku sebelumnya untuk melanjutkan tidurku.

“Lho kamu ngapain?!”
“Ngantuk Shan.” Ucapku singkat yang sudah berada di dalam selimut mickey mouse
“Ish! Aku udah jauh-jauh kesini juga!” aku menarik nafasku dalam-dalam dan kembali duduk. Aku mengambil kue ulangtahun yang ada di tangannya dan menaruhnya di meja belajarku. Aku mengulurkan tanganku untuk menaruh tasnya di samping meja belajarku.
“Ngapain?” tanyanya sensi
“Sini tasnya. Berat tau bawa-bawa gitu.” Tanpa menjawab lagi ia pun memberikan tas ranselnya padaku
“Kacamatanya gak mau dilepas?” lanjutku mengulurkan tanganku yg satunya. Lagi ia memberikannya.

Setelah menaruh tas dan kacamatanya, aku ikut duduk di tepi ranjang dan berhadapan dengannya. Perlahan aku menggenggam tangannya dengan satu tanganku, sedangkan satu tanganku yang lain mengusap pipinya lembut dengan ibu jariku. Tak lupa ku tatap matanya lembut dan memberikan senyuman hangat untuknya.

“Makasih ya udah dateng jauh-jauh kesini. Tengah malem pula. Pasti masih capek kan?” angguknya singkat sebagai jawaban
“Aku juga baru banget balik dari Bandung. Baru tidur setengah jam kayaknya. Di rayainnya kalau udah pagi aja ya? Sekarang mau gak tidur sama aku?”
“Kok kamu nanyanya ambigu gitu sih?”
“Jawab aja mau gak?” lagi anggukan singkat darinya. Aku mencium keningnya dan akhirnya aku dan Shania pun sudah berada di balik selimut sambil aku memeluknya erat. Haaahh.. Mataku sudah sangat sulit untuk dibuka. Hari ini benar-benar melelahkan.

Rasanya baru beberapa jam aku tertidur, tiba-tiba saja ada sesuatu yang aneh di bibirku. 
Seperti….ada yang mencium. Perlahan aku membuka mataku dan benar saja. Shania sedang menciumku entah sejak kapan. Yang jelas saat aku tertidur. Tak ingin ciumannya hanya sebelah pihak, aku pun membalas ciuman Shania. Ku rasakan senyumnya sempat muncul di tengah ciuman kami…..DAN KENAPA AKU JADI GAK NGANTUK LAGI?!

Tak mau berlama-lama bermain dengan bibirku, ciuman Shania pun turun ke leherku. Ah, sial. Kenapa sekarang malah aku yang jadi korban?!
Suara yang ditimbulkan Shania karena ciumannya di leherku pun perlahan mulai terdengar. Dan tak ketinggalan suaraku yang dibuat mulai tidak karuan. Eeerr~ Apa posisinya tidak bisa dirubah saja? 
Mengeluarkan suara yang tak layak dengar seperti….desahan itu membuatku malu.

“Gak usah ditahan gitu. Lagian di rumah kamu gak ada siapa-siapa.” Ucap Shania dengan sangat menggodanya di telingaku. Sungguh pikiranku mulai berantakan. Ditambah lagi dengan posisi Shania yang sudah berada di atasku, perlahan tangannya mulai menyusuri bagian belakang tubuhku yang ku yakin ia sedang mencari sesuatu. Ku sedikit mengangkat tubuhku untuk mempermudahnya, dan yak. Terlepaslah sebuah pengait, lalu….
*sisanya bayangin sendiri aja hahaha*

Setelah selesai beberapa putaran dengan hanya akulah sebagai korbannya, akhirnya kami pun merebahkan tubuh kami ke posisi semua sambil mengatur nafas masing-masing.

“Kamu curang.” Ucapku singkat dengan nafasnya yang belum normal
“Curang kenapa?” jawab Shania sambil memandang langit-langit kamarku sambil tersenyum
“Masa aku doang yang jadi korban.”
“Oh itu haha. Lagian siapa suruh kamu tujuh belas tahun duluan. Aku kan masih enam belas. Emang mau nanti aku laporin ke kak Seto?” jawab Shania yang akhirnya menatapku yang sangat berkeringat di balik selimut dan tanpa busana ini. Dasar Shania ini. Ada aja alasannya.
“Oh jadi yang tadi kamu lakuin itu gak bisa aku aduin ke komnas HAM?” tanyaku yang sok sok tidak terima, padahal…ah sudahlah.
“Hahaha. Kamu baru dibilang korban kalau kamu nolak. Orang dari tadi kamu-“
“Yayaya aku ngantuk mau tidur. Capek. Good night!”
“Good night? Udah pagi, Beb. Liat tuh udah ada mataharinya hahaha.” Mendengar itu aku langsung mengarahkan pandanganku ke jam dinding di kamar. Dan benar saja, jarum pendek sudah menunjukan ke angka 7. Shania habis dikasih 2 show kenapa jadi makin semangat gitu ya? Gak ada capeknya banget. Heran.
“Yaudah gapapa aku tetep mau tidur.” Ucapku kembali menarik selimut
“Yah jangan dong.. Ini kan hari special buat kamu. Masa kita gak kemana-mana sih?” ucapnya sambil memanyunkan bibirnya. Nah, liat. Sekarang malah ngajak jalan. Dia lupa kali ya sama apa yang dia lakuin sebelumnya. Apa jangan-jangan gak tahu kalau badanku udah pegel-pegel. Hhhrr..
“Shan. Beneran deh aku capek sama ngantuk banget.”
“Beby..” pintanya manja dan masih memanyunkan bibirnya
“Shan..” wajahnya malah jadi semakin memohon
“Iyaudah iya ayok kita jalan-jalan. Tapi aku yang mandi duluan ya.”
“Yes! Gitu dong hahaha. Iya sana kamu mandi duluan yang bersih dan wangi ya! Hahaha.”

Sekitar kurang lebih satu jam akhirnya kami sudah selesai mandi dan bersiap untuk entah kemana. Tapi sebelum kami pergi, Shania dengan segenap ke-sok-tahu-annya mencoba membuatkanku sarapan nasi goreng. Karena katanya, kalau sarapan roti udah biasa. Kalau sarapan nasi goreng yang keasinan dan terlebih asinnya gak rata itu jarang. Jarang banget. Ini baru pertama kalinya malah. Dan jahatnya dia gak mau makan masakannya sendiri. Dia malah makan roti. Hih! Curang.

“Jadi hari ini kita mau kemana?” tanyaku yang akhirnya berhasil menghabiskan makanan antara enak dan gak enak….hati ini.
“Ke Dufan!”
“Dufan pintu? Dufan pager?”
“Itu depan!”
“Oh salah ya. Emang sepagi ini udah buka?”
“Kayak baru kemarin sore tinggal di Jakarta aja sih, Beb. Pasti macet lah. Lagian sekarang udah jam 9. Dufan bukanya jam 10 kalau lagi weekend gini.”
“Oh gitu. Yaudah mau berangkat kapan?”
“Nanti aja berangkatnya kalau aku udah S2.”
“Oh ok.”
“Ish! Ya sekaranglah!” dengan gemasnya ia mencubit pipiku. Sakit :(

Benar saja kata Shania. Jalanan Jakarta hari ini macet seperti biasanya. Kami berusaha membunuh waktu dengan berbicara mulai dari hal yang gak penting sampai yang gak penting banget. Habis bahan obrolan, kami mendengarkan lagu di handphone masing-masing. Bosan dengan list lagu di handphone, kita jual saja handphonenya. Biar ramai. Biar- alah skip. Setelah hampir dua jam setengah perjalanan, akhirnya kita sampai juga di Dunia Fantasi! \o/
Sebagai pemanasan sebelum menaiki wahana yang macam-macam rupa dan tantangannya, kami memutuskan untuk ke istana boneka terlebih dahulu. Setelah itu lanjut kita bermain kora-kora.

“Shan kamu yakin nih berani naik ini?”
“Yakin!” jawabnya pasti dan aku hanya tersenyum
“Ndel kamu kalau gak berani jangan dipaksain..” aku mendengar suara dan nama yang tak asing. Spontan gak pake uhuy, aku dan Shania langsung menengok ke arah sumber suara di belakang kami. Dan benar saja, di sana ada Elaine dan Andela.

“Andela?” ucap Shania
“Elaine?” ucapku
Mereka pun hanya tersenyum…hhm maaf. Maksudnya Elaine hanya melemparkan senyuman ke arah kami. Tapi tidak dengan Andela. Ku lihat wajahnya nampak pucat.
“Gapapa, Len. Aku berani kok. Cuma sedikit tegang aja.” Ucap Andela sok kalem. Padahal muka gak bisa bohong. Tak lama perahu pun mulai bergerak. Aku sama Shania sih masih santai, tapi Andela…
“LEN LEN LEN WAH… MODAR IKI LEEENN!” please pisan atuh ya, ini masih pelan banget -_-

Aku dan Shania menikmati wahana kedua yang kami naiki ini. Tapi gak tahu deh kalau tetangga di belakang gimana kabarnya. Paling Elaine lagi susah payah tenangin Andela hahaha.
Tak lama akhirnya kami selesai dengan wahana kora-kora ini. Elaine dan Andela lebih dahulu turun sambil Andela menutup mulutnya. Aku dan Shania hanya bisa tertawa dan menghampiri mereka. Dan benar saja. Saat sampai toilet, Andela ku dengar suara orang yang sedang muntah hahaha.

“Nih Ndel diminum dulu.” Shania memberikan sebotol air mineral pada Andela sambil cengengesan tentunya
“Makasih Shanju.” Ia langsung meminumnya dan Elaine masih menepuk-nepuk punggungnya pelan
“Lain kali jangan dipaksain ya Srikandiku.” Andela hanya mengangguk pelan
“Abis ini kalian mau kemana lagi?” tanya Elaine padaku dan Shania
“Hhm.. Gak tahu deh. Cari yang antreannya gak panjang aja. Kalian?”
“Gak tahu. Nunggu Andela gak mual dulu kayaknya.”
“Oh gitu. Yaudah kalau gitu kita keluar duluan ya. Get well soon, Ndel. Hahaha.” Tutup Shania lalu kami pun menuju ke wahana yang menantang, yaitu Tornado! \o/

-coba kita kembali ke tempat AndElaine-

(muka Andela nampak pucat dan lelah setelah muntah/? wkwk)

“Len aku udah gak apa-apa nih. Kita naik wahana yang lain lagi yuk!”
“Kamu yakin?”
“Yakin. Ayo, Len. Di toilet doang emang kamu gak bosen?”
“Yaudah ayo.” Andela langsung menggenggam tangan Elaine dan menuju ke wahana selanjutnya. Elaine memilih wahana yang menurutnya sangat-sangat-sangat tidak menantang, yaitu istana boneka.
“Len kamu yakin?” tanya Andela yang sedikit ragu saat ingin menaiki perahu di istana boneka
“Yakin. Emang kenapa? Kamu takut perahunya terbalik? Gak bakalan kok, Ndel.” Seperti sedang menimbang-nimbang, akhirnya Andela naik ke perahu tersebut. Saat di perahu jemari mereka masih terpaut satu sama lain. Tapi Elaine merasa ada yang aneh dengan Andela, kenapa genggamannya menjadi sangat kuat?

“Ndel kamu takutin apa lagi?”
“Anu, Len..”
“Anu apa?”
“Itu bonekanya nyeremin. Aku takut mereka tiba-tiba gerak kayak boneka chucky. Apalagi di sini cuma ada kita berdua.” Ucap Andela polos yang membuat Elaine menepuk keningnya. Semakin banyak boneka yang mereka lihat, semakin Andela menunjukan ketakutannya. Elaine sebagai pacar pun langsung mencari hal yang bisa mengurangi ketakutan Andela dan akhirnya dia mendapatkan ide!
“Ndel..”
“Kenap-“ saat Andela menengok ke arah Elaine, Elaine langsung menyambar bibir lembut Andela. 

Menurutnya inilah satu-satunya cara untuk mengalihkan perhatian Andela dari para boneka itu. Andela yang tak ingin melihat dan berpikiran yang aneh-aneh tentang boneka-boneka ini pun malah memperdalam ciumannya dengan Elaine.
Perlahan tapi pasti, Andela mulai menaruh tangannya di pipi Elaine dan menurunkan ciumannya ke bagian leher putih Elaine yang menurutnya sangat menggoda itu.

“Ndhel.. Inih.. Temp..hat.. Umumh..” begitulah ucap Elaine dengan suaranya yang menjadi seduktif dan membuat Andela semakin terpancing. Ya sepertinya cara Elaine ini sangat berhasil membuat Andela lupa dengan boneka dan juga sedang dimana mereka.
Tak lama Elaine seperti melihat cahaya yang panjang dan do’anya yang abadi. Gak. Bukan. Maksudnya Elaine seperti melihat cahaya yang menandakan mereka akan keluar dari lorong gelap ini. Dengan kasar Elaine langsung mendorong Andela untuk menjauh yang membuat perahu sedikit tak seimbang. Tapi untung saja mereka tak jatuh.

“Udah gak takut kan?” tanya Elaine sambil merapihkan rambutnya yang sekarang ia gerai itu
“Iya, Len. Makasih ya hehehe.”
Akhirnya mereka pun turun dari perahu itu dengan Andela yang hanya senyam-senyum dan Elaine yang sibuk sendiri dengan rambut dan lehernya. Ya…ia tahu Andela tidak pernah bermain rapih dan selalu seenaknya sendiri.
“Len kita naik wahana apalagi nih?”
“Terserah kamu aja. Kalau aku yang pilih nanti kamu takut lagi.”
“Yaudah kita ke istana boneka lagi yuk. Tapi yang di perahu kita berdua aja hehehe.”
“Andela!” Elaine langsung memukul lengan Andela cukup kuat. Tapi yang dipukul hanya cengengesan.

-mari kita kembali lagi ke BebNju-

-Beby POV

“Shan kamu berani?”
“Sebenernya sih gak terlalu. Kamu berani?”
“Ya aku harus berani lah. Kalau kamu takut terus aku juga takut, nanti yang jagain kamu siapa?” ucapku santai sambil melempar senyum bangga pada Shania. Yang digombalin pun langsung malu-malu lollipop gitu/?
Aku dan Shania masih mengantri untuk menaiki wahana ini dan seperti biasa. Kami membicarakan hal yang tidak penting.

“Jadi kamu masih mau naik wahana ini? Ini serem lho, Shan.”
“Masih lebih serem kalau jalanin hari tanpa kamu, Beb.”
“Hhnngg.. Kok aku gagal paham ya?”
“Ish! Lola dasar! Eh. Itu bukannya kak Kinal sama kak Ve?” aku langsung menengok ke arah belakang dan benar saja, ternyata itu kak Kinal dan kak Ve. Mereka sedang berjalan menuju tempat yang sama dengan kami.
“Eh? Lho kok mereka gak jadi kesini?” pikirku bingung
“Iya. Kenapa ya? Oh atau ada yang ketinggalan kali, Beb. Orang buru-buru gitu kan.”
“Iya kali ya. Eh yuk kita naik tornadonya.”

-coba kita intip VeNal dulu-

“Ve kita naik tornado yuk?”
“Boleh.” Ve tidak bertanya Kinal berani atau tidak karena mereka memang sudah beberapa kali ke dufan. Jadi mereka sudah tahu ketakutan pasangannya.
Itu kayak Beby sama Shania? Eh! Iya deng itu mereka! Duh gawat!” pikir Kinal
“Hhm Ve. Baru aja aku dapet bisikan kalau naik tornado di hari ini tuh gak bagus ya Ve. Anginnya lagi kenceng gitu. Aku gak mau nanti pakaian kamu jadi berantakan. Nanti kamu jadi jelek. Kamu gak mau kayak gitu kan? Yaudah yuk kita cari wahana yang lain.” Kinal langsung menarik tangan Ve dan menjauh dari wahana tersebut.
“Nal lepasin!” Setelah setengah berlari, akhirnya mereka berhenti di depan antrean wahana kora-kora. Kinal pun langsung melepaskan tangan Veranda.
“Sakit tau! Kamu tuh kenapa sih?” lanjut Veranda sambil mengatur nafasnya
“Lho kan tadi aku udah jelasin, Ve. Udahlah sekarang mending kita naik ini aja yuk. Ini gak bakal bikin kamu jadi jelek.” Lagi Kinal langsung menarik tangan Ve. Tapi dengan cepat Ve langsung menghempaskan tangan Kinal. Jelas Ve merasa aneh dengan Kinal, karena ini baru pertama kalinya ia bersikap seperti ini. Padahal sebelumnya mereka bisa manaiki tornado sampai tiga atau empat kali. Tentu saja itu permintaan Kinal yang tak bisa Ve tolak.

“Kenapa sih Ve?” ucap Kinal lembut
“Kamu Nal yang kenapa. Tumben banget gak mau naik tornado. Emangny ada apasih? Di sana ada mantan kamu? Selingkuhan kamu? Atau apa?” Kinal diam sejenak dan akhirnya mau tak mau ia jujur juga
“Sebenernya tadi itu ada Beby sama Shania.” Jawab Kinal sambil menunduk
“Terus kenapa kalau ada mereka? Bukannya jadi makin seru?”
“Aku kan sebentar lagi UN. Nanti kalau Beby liat aku malah main-main di sini yang ada diaduin ke Papa sama Mama.” (padahal Beby gak pernah mikirin kapan kakaknya UN dan gak ada niatan juga buat ngadu -_-)
“Ya ampun.. Aku pikir kenapa. Gitu dong, Nal. Bilang. Jangan main asal tarik-tarik tangan aku aja. Yaudah mending sekarang kita makan siang dulu aja. Abis itu-“
“Abis itu naik tornado ya Ve?” Kinal langsung mengeluarkan ekspresi nyengir kudanya
“Gak. Abis itu kita pulang. Kamu besok ada try out dan aku baru inget. Yuk!” Kali ini gantian Veranda yang menarik tangan Kinal. Yang ditarik pun jadi murung karena belum naik satu wahana pun. Ya walaupun bukan dia yang bayar, tapi ini mubazir menurutnya.

“Nal kamu mau makan apa?”
“Biasa.” Jawabnya sambil memainkan handphonenya
“Minumnya?”
“Biasa.” Dengan gaya yang sama seperti sebelumnya
“Yaudah Mba kita pesen nasi goreng spesialnya dua sama es jeruknya dua.”
“Adalagi?”
“Udah itu aja.”
“Baik tunggu sebentar ya.”
Melihat Kinal yang sibuk dengan handphonenya, akhirnya Ve yang mulai membuka obrolan.
“Besok kamu masuk kayak biasa, Nal?” angguk Kinal singkat
“Nanti mau aku ajarin atau kamu belajar sendiri aja?”
“Yah, Ve. Pake ditanya. Jelas diajarin lah. Aku kan gak bisa apa-apa kalau gak ada kamu hehe.” Bagi Ve itu bukan pujian tapi lebih ke nyusahin. Tapi tak apa asal yang bahagia lebih banyak.

Tak lama pesanan mereka pun datang. Kinal langsung menyimpan handphonenya di saku. Seperti sudah menjadi kebiasaannya, Ve langsung mengaduk es jeruk milik Kinal. Padahal Kinal bisa sendiri, tapi karena Ve siap melayani, ya mana nolak/? Selesai mengaduk minuman milik Kinal, Ve mengambil garpu yang berada di piring Kinal. Karena Kinal jarang menggunakan garpu. Menurut Kinal itu malah mempersempit piringnya.
Baru satu suap masuk ke mulut Kinal, Kinal langsung mencak-mencak kepanasan.

“Kebiasaan sih. Sabar dulu dong, Nal.” Kinal masih sibuk mengipas mulutnya dengan tangan, sedangkan Ve melebarkan nasi goreng milik Kinal agar tidak terlalu panas. Saat Kinal bersiap untuk suapan kedua, Ve menahan tangan Kinal agar suapan kedua tak masuk ke mulut Kinal.
“Kamu udah do’a?”
“Belum hehehe.”
“Ya ampun..” Ve hanya senyum sambil menggelengkan kepalanya

Kinal merasa sangat beruntung bisa mendapatkan Veranda. Ya bagaimana tidak. Ve ini memiliki sikap keibuan yang sangat cocok untuk melengkapi sikap kinal yang lebih bisa memimpin dan berani. Kecuali kalau ketemu setan, ya. Itu sih Kinal udah kabur duluan. Ve yang pendiam bisa lebih berani untuk berbicara di depan umum karena terbiasa dengan tingkat percaya diri Kinal yang tinggi. Intinya, Veranda ‘pandai melayani’ dan Kinal ‘berani memimpin’.

“Huaaaahh kenyaaangg~” seru Kinal sambil merenggangkan kedua tangannya
“Ve. Aku kurang minum nih.”
“Mau aku pesenin es jeruk lagi?”
“Gak usah. Aku mau air mineral aja.”
“Aku ambilin dulu ya di refrigerator.” Ve langsung beranjak dari duduknya, namun saat Ve ingin melangkah, Kinal menahan tangan Ve dan menatap Ve tulus.
“Makasih ya..” ucap Kinal lembut. Dan jawab anggukan singkat serta senyum yang menyejukkan dari Ve.

-kembali ke BebNju-

-Beby POV

Setelah puas mencoba hampir semua wahana, aku dan Shania memutuskan untuk duduk disalah satu bangku. Suasana di sini masih cukup ramai meskipun sudah jam 7 lewat 12 malam.
“Shan makasih banyak ya kamu udah ada buat aku seharian ini..” ucapku sambil berhadapan dengannya. Sekali menatap mata Shania, entah kenapa semacam ada sihir yang mengunci pandanganku dan tidak ingin menoleh ke arah lain.
“Iya sama-sama, Beb. Sekali lagi selamat ulangtahun ya sayang. Semoga kamu makin sabar sama aku yang keras kepala dan cemburuan ini hehe.”
“Aamiin. You wanna hug?” aku melebarkan tanganku dan Shania pun langsung memelukku erat.
“Aku gak sabar nunggu kamu tujuh belas tahu, Shan.” Bisikku tepat di telinganya. Tiba-tiba ia langsung melepaskan pelukan dan menatapku dengan tatapan sinisnya.
“Pembalasan akan lebih kejam, Shan. Tungguin aja nanti..” lanjutku yang membuat pipi Shania memerah. Entah malu karena apa haha.
“Eh. Kita nonton bioskop yuk!” ajak Shania mengalihkan topic. BIsaan aja si Neng.
“Mau nonton apa?”
“Apa aja terserah kamu.” Aku langsung beranjak dari duduk dan mengulurkan tangan kananku untuk ia genggam. Kami pun berjalan keluar dari dufan menuju halte untuk naik TransJak yang menurut kami akan lebih menghemat waktu daripada naik taksi. Tapi ya..itu hanya kami pikir. Nyatanya sama saja.

Tak lama ada seorang Nenek-Nenek yang naik dan menuju ke area khusus wanita. Shania baru saja ingin beranjak dari duduknya tapi ku tahan dan aku yang lebih dulu beranjak untuk mempersilahkan Nenek tersebut duduk di tempatku. Aku berdiri dengan satu tanganku berpegangan pada pengait yang berada tepat di depan kursi Shania.

“Beb..” Shania melemparkan pandangan yang seolah-olah bertanya apa aku yakin untuk berdiri
“Udah kamu duduk aja.” Aku melemparkan senyumku yang dibalas anggukan darinya. Shania langsung menggenggam tanganku yang satunya.
“Ngapain?” tanyaku akan maksudnya menggenggam tanganku erat
“Kalau kamu ilang keseimbangan kan aku gampang nariknya.”

Lama kelamaan dengkulku mulai terasa pegal. Ditambah lagi banyaknya penumpang yang untungnya tak membuat jendela berembun. Tapi beberapa kali badanku condong ke kiri, kanan, belakang. Untung gak ke depan. Kalau ke depan bisa beda urusan/?

Belok di tikungan di saat badan menjadi miring. Saat itu….transjaknya mogok -_- Baru kali ini naik transjak mogok. Aku tak bisa berkata-kata, yang pasti sekarang kita berdua…eh enggak. Maksudnya sekarang semua penumpang kepanasan. Padahal tujuanku sama Shania tinggal sedikiiiiittttt lagi. Tapi karena mogok, walau sebenarnya dekat tetapi terasa jauh.

Hampir sekitar 10 menit menunggu akhirnya mobil dapat beroprasi kembali dan akhirnya sampailah kami di Mall Sweet Mall/?

Aku memilih film yang entah apa. Asal aja. Kalau dari gambarnya bagus ya ku pilih. Bagian tempat duduk, Shania yang memilih. Gak dipojok atas kok. Tapi di 2 bangku sebelum pojok atas/?
Percaya atau enggak, di dalam bioskop ini kita gak nonton filmnya. Aku bermain get rich di handphoneku dengan menggunakan earphone sebelah, sedangkan Shania bersandar di bahuku sambil mengecek kolom mentionnya.

“Beb..” ucap Shania pelan
“Apa?”
“Masa ada yang mention aku nanya tentang kamu deh.”
“Nanya gimana?” aku masih fokus dengan handphoneku
“Shan itu siapa sih cewek yang suka bareng kamu? Kok ada terus? Gitu, Beb.”
“Yaudah diemin aja. Gak boleh bales mention juga kan.” Jawabku enteng sambil melanjutkan permainan
“Iya sih. Eh aku jadi penasaran deh. Kamu kok bisa suka sama aku ya?” Shania pun masih sibuk mengscroll kolom mentionnya sambil kepalanya masih bersandar dengan nyaman di bahuku
“Karena kamu suka duluan sama aku.” Jawabku enteng yang mendapat pukulan di paha kiriku
“Serius ih.”
“Gak tahu deh. Kalau aku bilang karena kamu cantik, nanti pas udah tua aku udah gak suka lagi. Kalau aku bilang karena kamu baik, ah apaan. Kamu kasar gitu sama aku.”
“Oh jadi aku jahat?” Shania langsung menatapku dengan tatapan sinis. Aku menghentikan permainanku di handphone.
“Ya kalau dijahatinnya sama malaikat kayak kamu sih aku rela..” lagi. Aku dapat pukulan di paha kiriku. Shania kembali bersandar dibahuku nyaman. Aku pun melanjutkan permainan.
“Kalau misalnya ada orang lain yang naksir aku gimana?”
“Ya emang kamu pikir dari berbulan-bulan lalu tuh yang naksir kamu aku doang?”
“Oh iya ya. Ah tapi kamu biasa aja gak cemburu sama aku.”
“Kalau cemburu sih pasti ada. Tapi gak terlalu. Soalnya aku yakin, kalau aku ini garasi dan kamu mobilnya. Kemana pun kamu pergi, baliknya ya ke aku lagi.”
“Dih yakin banget kamu? Haha.”
“Ya yakinlah. Emang kamu gak yakin sama aku?”
“Yakin kok yakin. Terus kalau- Yah! Kepencet Fav!”
“Ssssttt!” begitu suara orang di bawah kami

“Terus…kalau misal ditanya mau punya pacar ideal kayak gimana, jawaban kamu apa?”
“Pacar ideal? Hhm..”
“Misalnya nih kemarin kan aku nginep tuh di rumah kamu. Nah maunya kamu aku gimana?”
“Maunya aku…pas aku bangun tidur itu harusnya kamu gak ada di samping aku. Tapi adanya di dapur lagi siapin sarapan buat aku sambil rambutnya di ponytail.”
“Terus nanti kamu peluk aku dari belakang kayak di film film gitu ya?”
“Kalau kamu yang ada di dapur, sih. Sebelum aku bangun tidur juga udah kebakaran dapurnya.”
“Ish!” tiga kali itu sangat pas untuk memukul paha pacar
“Hahaha lagian mau peluk juga gimana. Kamunya ketinggian.” Ucapku sambil mengusap-usap kepalanya lembut
“Makanya kamu olahraga.”
“Setiap hari juga aku udah olahraga kok.”
“Olahraga apaan?”
“Lho lari-larian di pikiran kamu emangnya bukan olahraga?”
“Ih Beby!” empat kali terlalu banyak
“Hahaha tapi emangnya kalau aku gak tinggi kamu gak suka lagi sama aku?”
“Aku cinta kamu apa adanya kok.”
“Jangan cintai aku~ Apa adanya~ Jangan~”

“Ssssttt!” lagi. Kami ditegur dan itu membuatku juga Shania tertawa kecil.
Setelah film yang diputar selesai, lampu bioskop pun menyala, Shania mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
“Nih kado buat kamu. Maaf ya gak dibungkus hehe.” Shania menyerahkan topi biru yang bertuliskan BS padaku.
“Satu buat kamu. Satu buat aku.” Shania memakai topi itu di kepalanya. Aku pun juga memakainya. Senyumku secara otomatis melebar. Perlahan aku menggenggam tangannya dan menatap lurus ke matanya yang indah itu.
“Makasih banyak ya Shania Junianatha. Aku sayaaangg banget-banget-banget sama kamu. Semoga di umurku yang baru 17 tahun ini aku bisa lebih baik lagi, bisa tinggi, bisa semakin sayang dan disayang kamu.”
“Aamiin..” ucapnya lembut. Senyumnya….ah memabukkan.
“Oh iya! Kuenya jangan lupa dimakan ya!” lanjut Shania
“Ah paling udah abis sama kak Kinal.”
“Yaudah berhubung ini udah malem, kita kan sama-sama butuh istirahat, jadi-“
Aku langsung mencium bibirnya singkat.
“Makasih banyak sayang..” lagi senyumku muncul. Pipi Shania mendadak memerah. Entah kenapa. Padahal ini bukan hal yang baru.
“I- iyaudah ayo kita pulang. Udah malem.”

Sekarang sudah jam 10 malam, siapapun pasti sedang bermimpi. Kalau tak naik dua taksi terakhir, aku dan Shania bisa terlambat pulang ke rumah. Ya kami berpisah karena besok ia masih harus sekolah sedangkan aku libur karena kelas 3 mau try out.

Sesampainya di rumah, aku melihat ada mobil kak Ve. Aku mengecek jam di tanganku dan sudah menunjukkan jam 11 malam. Aku langsung masuk ke dalam dan melihat kak Ve yang tertidur dengan tangan yang berada di antara dagu dan meja. Sedangkan kak Kinal tertidur dengan posisi duduk di sofa.



Aku menghampiri mereka dan ku lihat di atas meja ada banyak buku pelajaran dengan nama Devi Kinal Putri. Tapi kenapa yang ada di meja malah kak Ve? Hhm.. Bangunin yang mana dulu ya? Bidadari khayangan atau prajurit perang dulu nih? Hhm..

“Kak Ve.. Bangun kak..” aku sedikit menggoyangkan bahu kak Ve guna membangunkannya, dan yak! Berhasil.
“Eh, Beby? Udah pulang?” ucapnya sambil merenggangkan tubuhnya
“Iya kak aku udah pulang. Kak Ve ngapain tidur di sini?”
“Tadi abis ngajarin kak Kinal. Eh dia ketiduran duluan, terus kak Ve jadi ikut-ikutan.” Jawabnya sambil merapihkan buku-buku kak Kinal.
“Oh gitu. Yaudah kak Ve nginep di sini aja. Udah malem banget. Pasti gak bakal boleh pulang deh sama kak Kinal.”
“Maunya sih gitu. Tapi besok kak Ve ada kuliah pagi. Kak Ve titip kak Kinal ya, Beb. Kak Ve pulang dulu. Makasih banyak. Maaf ngerepotin. Oh iya! Selamat ulangtahun. All the best for you.”
“Aamiin. Makasih banyak kak Ve. Yaudah yuk aku anterin ke mobilnya.”

Setelah menghantar seorang bidadari untuk kembali ke khayangan. Dengan sekuat tenaga dan mental baja aku memutuskan untuk membangunkan kak Kinal.

“Kak bangun kak..” aku menggoyangkan tubuhnya kasar dan tanganku malah dihempas tak kalah kasar. Kak Kinal merubah posisi tidurnya dari duduk menjadi tiduran di sofa. Satu kali mencoba itu terlalu sedikit. Aku mencoba lagi dan hasilnya sama.
Akhirnya aku menggelitik telapak kakinya dan aku malah ditendang! Sakit? Khan maen.. Di tendang sama prajurit perang bertubuh gagah ya jelas sakit. Seminggu disuruh bangunin kak Kinal aku bisa-bisa punya luka lebam nih. Ah! Aku ada ide.
“KEBAKARAAAANNNN!!! KEBAKARAAAAAAANNNN!!!”
“HA?! APA?! KEBARAN?! DIMANA?!” kak Kinal langsung berdiri tegap dan melihat ke sekeliling
“Tadi ada liputan kebakaran di tv.” Jawabku enteng dan duduk di sofa.
“Yeeehh! Gangguin kak Kinal ajasih.”
“Lagian kebo. By the way kak Ve-nya udah pulang tuh. Titip salam buat kak Kinal.”
“Iye iye..” kak Kinal melangkah menuju kamarnya
“Eh tunggu!”
“Apa?”
“Kak Kinal mau kemana?”
“Ya tidur di kamar lah.”
“Gak ada yang ketinggalan?”
“Oh iya buku.” Kak Kinal membawa buku-bukunya dan kembali melangkah
“Tunggu dulu! Kak Kinal gak mau ucapin sesuatu buat aku?”
“Sesuatu? Apaan?”
“Ya apa kek gitu.” Kak Kinal nampak berpikir sejenak lalu tersenyum
“Good night Beby.” Gubrak! -__-
“Yang lain kak. Selain good night.”
“Hhm.. Oh. Makasih Beby.”
“Ish! Aku kan ulangtahun!”
Sedetik. Dua detik. Tiga detik.
“OH IYA KAK KINAL LUPA HAHAHAHA. HAPPY BIRTHDAY ADIKKU! GBU! WYATB! Cie punya KTP cie hahaha..”
“Makasih kak Kinal!” seruku sambil tersenyum lebar
“Iya sama-sama. Oh iya, kado dari kak Kinal sama kak Ve ada di kamar kamu ya.”
“Sip! Makasih banyak bos!” aku langsung menuju kamarku dan melihat ada tiga buah kado di atas kasur. Yang satu ukurannya kecil, yang satu cukup besar, satunya lagi ya sedang lah.

Ku buka mulai dari yang kecil terlebih dahulu. Dan isinya….wuih! Jam tangan! Mahal pasti nih.

Hi, Beby! Happy birthday ya! Wish you all the best. Amin. –Ve

Waaahh dari kak Ve. Ah ini sih pasti aku pake terus. Siapa tahu ketularan badainya kak Ve hahaha. 

Selanjutnya aku membuka kado yang berukuran sedang. Dan isinya….SNEAKERS DAN KAOS! 
AAAAAKKKK! Sepatu incarankuuuhh!

Happy birthday My Beby. Hope you like it! Love you, muah. –Urs

Reflek aku langsung menciumi kartu ucapan dari Shania itu. Hah.. Ini dia kado terakhir. Aku langsung membukanya dan….ada sebuah kardus. Aku membukanya lagi dan ada banyak potongan Koran berbentuk kecil-kecil. Hhm.. Kadoku mana ya? Hhm.. Ah! Dapat!

Saat aku mengeluarkan tanganku, ternyata isinya hanyalah….satu buah pulpen bergambar Minnie mouse dan satu buah buku tulis bergambar mickey mouse. Iya. Satu. Bu. Ah.

HBD. –Orang Keren!


APANYA YANG KEREN KALAU GINI DOANG?! GEDE DI KOTAKNYA DOANG HIH! UNTUNG KAKAK. KALAU BUKAN MAH UDAH….LAH GAK USAH DIBAHAS. EH CARA MATIIN CAPSLOCKNYA GIMANA NIH? DUH. YAUDAH YA. BYE. OYASUMISSYOU….SHANIA. EHEHEHE.

-TBC-
Ditunggu komentar atau request momentnya :3
Siapa tahu bisa dikabulkan heheu~ :3

29 comments:

  1. muehehe Ntabz bangaaats ini 😉😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih udah mau baca dan komentar ^^
      Ditunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.

      Delete
  2. Seperti biasaa,,selalu keren dan bikin ngakak..diantos ah kelanjutanya

    ReplyDelete
  3. Oia part venalnya boleh doong dibanyakin lagi?trus kinalnya jangan jadi orang ngeselin terus..kali2 jadi orang bener :v

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha nanti ada FF VeNal sendiri kok. Tapi bukan aku yg buat :D Jadi ditunggu aja untuk VeNalnya hehe.

      Makasih udah mau baca dan komentar ^^
      Ditunggu aja Last Chapter setelah ini ya~

      Delete
  4. Replies
    1. Makasih udah mau baca dan komentar ^^
      Ditunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.

      Delete
  5. Hadeeee lahh XD itu si kinal kok nyebelin nya minta ampun yak/? XD eh Btw bikin FF tentang AndElaine dongs :3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kinal nyebelin juga udah ada Veranda yg masih mau sama dia/? Wkwk. AndElaine ya? Hhm.. Ngumpulin feel gesreknya dulu ya xD

      Makasih udah mau baca dan komentar ^^
      Ditunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.

      Delete
  6. akirnya ngepos juga . oke mantap lanjut lagi , tp jgn lama"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha chapter ini lama soalnya pairingnya kebanyakan/? Untung gak ada yang request GreMids/? Wkwk.

      Makasih udah mau baca dan komentar ^^
      Ditunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.

      Delete
  7. Kerennn, next next. Jangan lama -lama ya :3 jadi ga sabar nunggu shania ultah wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Buat ultahnya Shania mungkin di skip huehehe. Tapi untuk hubungannya, semoga masih bisa dilanjutkan :D

      Makasih udah mau baca dan komentar ^^
      Ditunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.

      Delete
  8. Hahaha gokil nggy.. lnjutnya jgan lama atuh... di tunggu selalu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih udah mau baca dan komentar ^^
      Ditunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.

      Delete
  9. Ha ha ha this good and nice story thanks a lot for the author okay.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih udah mau baca dan komentar ^^
      Ditunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.

      Delete
  10. Ngakak banget pas bagian andela bilang modar iki len hahahaha sumpah lucu banget itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih udah mau baca dan komentar ^^
      Ditunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.

      Delete
  11. Ya amvonn akhirnya ngepost setelah sekian abadnya *lebay~ yaudah bodo sihh. Lanjut ya thorrr ngakak banget tuh pas buka kado dari kinal hahaha bagosss keep writing! Semangat 48! *eh 45 maksudna ieu tehh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaahh ya ampoooonnn akhirnya yaaahh =)) Maaf ya lama soalnya pairing di chapter ini banyak jadi nyari feelnya agak rumit/? Haha. Yoi! Siap!

      Makasih udah mau baca dan komentar ^^
      Ditunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.

      Delete
  12. Waaa updated! Makasi buat AndElaine nya author-san!!!!
    Wkwk lucu n bebnju makin romantis sweet lovey dovey XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sama-sama >.< Maaf kalau AndElainenya hanya sekelibat/? Hahaha. Wuhuhu~ Iya dong. Masa berantem terus/? Wkwk.

      Makasih udah mau baca dan komentar ^^
      Ditunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.

      Delete
  13. woaa banyak tokohnya di bagian ini :p
    . Next nya special BebNju aja deh..hahaha, semangat!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya banyak. Semoga gak pusing ya bacanya xD

      Makasih udah mau baca dan komentar ^^
      Ditunggu aja Last Chapter setelah ini ya hehe.

      Delete
    2. ga ada yg pusing baca ff dari lo ko , malah terhibur haaaa.
      AndElain dong yg lebih HOT heee

      Delete
  14. Lanjut dong FF yang Dirimu dan dirinya :v

    ReplyDelete
  15. lanjut lagi donggg penasaran nihh

    ReplyDelete
  16. ditunggu kelanjutannya! bebnju nya lebih fluffy lagi boleh kan :3

    ReplyDelete