Monday, February 9, 2015

If Beby is not a member.. (BebNju) - Final Chapter

Halooo~! Maaf ya lama. Sebelumnya terimakasih buat yang udah setia baca dari chapter satu sampai chapter terakhir ini. Makasih juga untuk ownernya udah izinin saya mengembang biakkan "one-shot"nya jadi sepanjang ini hahaha. Yak gak perlu basa-basi lagi, ini dia If Beby is not a member (Final Chapter). Hope you like it, guys! >.<



Lebih cepat dari hari di kalender, tak terasa tiga bulan telah berlalu dari hari ulangtahun Beby. Kini tanggal di kalender sudah menunjukan angka 26 pada bulan Juni. Hari ini adalah H-1 ulangtahun Shania. Tentu saja Beby sudah menyiapkan beberapa hal untuk diberikan pada Shania. Tapi cara yang dilakukan Beby berbeda dengan apa yang dilakukan Shania.

Beby merencanakan kejutannya di sebuah pantai. Dari jauh-jauh hari Beby sudah menyewa satu buah kamar di salah satu vila dekat pantai karena ia berencana akan menginap dengan Shania selama dua hari dua malam. Beruntungnya hari ini dan besok Shania tidak memiliki acara dengan JKT48, jadi rencana Beby bisa berjalan sesuai rencana.

-Shania POV

Huuuaaa~! Hari ini Beby mengajakku untuk jalan-jalan ke pantai. Ditambah lagi kami akan menginap di salah satu vila yang telah disewanya. Tadinya aku dan Beby akan pergi kesana dengan kendaraan umum saja, tapi Mama tidak mengizinkan. Jadinya hari ini kami dihantar oleh supirku. Supirku juga menginap di sana, tapi yang jelas tidak satu kamar dengan kami.

“Barang kamu gak ada yang ketinggalan?” tanyaku yang sedang menjemput Beby di rumahnya
“Gak ada. Udah aku masukin semuanya.”
“Yaudah yuk berangkat.” jawab anggukan Beby singkat. Kami pun berpamitan dengan kedua orangtua Beby dan setelah itu langsung berangkat menuju tujuan utama kami.

Sepanjang perjalanan entah kenapa dadaku berdegup lebih cepat dari biasanya. Padahal perlakuan Beby padaku tidak ada yang berbeda. Ia tidak menjadi romantis, tetap cuek seperti biasanya. Tapi ya entahlah. Mungkin ini karena aku sangat tidak sabar untuk menunggu pergantian hari nanti. Hhm.. Kira-kira apa yang akan Beby kasih ke aku ya?

“Shan nanti bisa ke rest area dulu gak? Aku laper nih.” ucap Beby memecahkan lamunanku
“Bisa banget. Pak nanti kita ke rest area dulu ya.”
“Siap, Non!”

Tak lama akhirnya kami pun sampai di salah satu rest area. Aku dan Beby langsung mencari makan siang kami. Kami memilih tempat makan junk food sebagai pilihan terbaik untuk siang hari ini.
Selesai memesan, aku membawakan pesanan kami ke meja yang sudah lebih dahulu di tempati oleh Beby. Tidak ada obrolan yang terjadi. Ya seperti biasanya, kalau bukan aku yang memulai, pasti ia akan lebih banyak diam.

Duh makannya berantakan banget sih..” aku langsung mengarahkan pandanganku ke arah sumber suara. Ya apalagi kalau bukan orang pacaran. Ku lihat sang pria membersihkan sisa makanan yang ada pipi sang perempuan. Hhm.. Selama pacaran sama Beby, kayaknya dia belum pernah kayak gitu. Atau makanku terlalu rapih? Coba ah.

Aku berusaha membuat makanku menjadi sedikit berantakan dan menyisakan sedikit makanan di sudut bibirku. Yak! Berhasil. Beby melihat ke arahku dan...apa?! Dia malah lanjutin makannya lagi?! Udah?! Kayak gitu doang?! Ish! Aku mencoba membuatnya menjadi lebih berantakan dan...

“Makannya jangan kayak anak kecil. Malu-maluin tahu. Buruan abisin, tujuan kita masih jauh.” ucapnya datar dan berlalu meninggalkanku untuk mencuci tangan. Langsung saja ku habiskan sisa makananku dengan sekali suap dan menyusulnya untuk mencuci tangan. Kzl wa ma u. Ish!

Setelah beberapa jam lamanya, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Supirku turun terlebih dahulu, sepertinya ia ingin ke toilet. Ku lihat Beby masih tertidur dengan sebelah earphone yang masih terpasang. Ingin membangunkannya tapi tidak tega. Wajah tidurnya begitu menenangkan. Tapi kalau gak dibangunin, masa di sini aja? Hhm.. Ah! Aku punya ide hehe.

Mumpung tidak ada siapa-siapa di mobil ini, perlahan ku dekatkan wajahku ke arahnya, perlahan aku mulai memejamkan kedua mataku, sudah bisa ku rasakan hembusan nafas teraturnya pada saat tidur, saat sedikit lagi berhasil menciumnya tiba tiba saja....ada sesuatu yang menghalangi. Ku buka kedua mataku, ku lihat ternyata telapak tangannya lah yang menghalangi aksiku. Hah. Kenapa dia harus bangun sebelum aku cium sih -_-)

“Aku bukan putri tidur, Shan. Jadi gak usah dibangunin pake ciuman.” aku pun langsung menjaga jarak darinya dengan wajah yang nampak sedikit kecewa.

“Haha langsung pundung gitu. Sini sini cium dulu~” lanjutnya dan ciuman singkat pun berhasil mendarat di bibirku. Walau singkat, tapi itu berhasil membuatku merona merah. Walau aku tak melihatnya, tapi ku rasakan pipiku agak memanas.

Setelah itu kami langsung turun dari mobil sambil membawa barang bawaan kami. Aku membawa satu buah koper sedangkan Beby hanya membawa satu tas ranselnya. Kami pun langsung check in ke kamar vila yang sudah Beby pesan.

Ceklek~

“Silahkan masuk tuan putri..” ucapnya sambil mempersilahkanku untuk masuk ke kamar. Setelah melihat seisi ruangan di kamar itu, aku langsung terjun bebas ke atas ranjang yang empuk dan membuatku langsung merasa nyaman ini.

“Gimana? Suka gak sama tempat yang aku pilih?” lanjutnya sambil ikut merebahkan tubuhnya di sampingku
“Suka. Suka banget. Makasih ya, Beb.” ku lemparkan senyum termanisku hanya untuknya
“Anything for my shanshine hehe. Yaudah yuk kita beresin baju-baju kita dulu. Abis itu siap-siap deh.”
“Siap-siap kemana?”
“Dinner lah.” jawabnya tegas dan bangga
“Duuuhh gaya banget ngajakin dinner hahaha. Yaudah yuk!”
“Yaudah ya dadah~”
“Lha kok dadah? Kamu mau kemana?”
“Ke kamarku lah. Kita kan gak satu kamar hahaha. Dadah~ Jam sembilan malam nanti aku kesini lagi. Dandan yang cantik ya tuan putri.” ucapnya panjang lebar lalu meninggalkanku berdua dengan koper. Yasudahlah lagi pula memang kenapa kalau kita tidur berbeda kamar? Kan kita juga gak mau ngapa-ngapain. *iyain aja*

W- wait! Makan malam macam apa yang jam sembilan malam?” pikirku
Aku langsung melihat jam di handphoneku dan ternyata ini sudah jam tujuh malam. Ya ampun. Di pantai jam sembilan malam, kalau pakai dress nanti bisa sakit. Ah udahlah.

Aku membereskan barang-barangku setelah itu aku duduk di tepi ranjang dan...ya apalagi yang aku pikirkan selain “pakai baju apa malam ini?”.

Ah udahlah yang ini aja.” pikirku singkat sambil berganti pakaian dengan sebuah dress dan satu buah pita di rambut.

Udah cantik belum ya? Duh apa lagi ya yang kurang? Hhm.. Ah udah deh semoga di mata Beby ini udah terlihat cantik.

Tok Tok Tok

“Iya sebentar~!”

Fuh! Fuh! Fuh! Tenang, Shan. Tenang. Gak usah deg-degan. Ini cuma makan malam biasa. Iya. Makan malam biasa. Tenang Shan.

Ceklek~

Saat aku membuka pintu kamarku, aku melihat Beby dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Rambutnya berubah menjadi pendek, ia menggunakan jas, dan...ya pokoknya pakaian formal. Ternyata ini bukan makan malam biasa.

“Kamu kenapa jadi ganteng gini?” tanyaku yang gak tahu mau ngomong apalagi
“Kamu gak suka ya? Yaudah aku gan-“
“Gak gak gak. Aku suka. Suka banget. Serius. Yaudah yuk jalan.”

Aku langsung mengkunci pintu kamarku dan menggandeng tangan Beby dengan senyum yang merekah di wajahku. Huuuuuaaaa! Beby ganteng bangeeettt! >.<) Jantungku berdegup berkali-kali lebih cepat dari sebelumnya. Aku benar-benar dibuat terpesona oleh Beby malam ini.

“Silahkan duduk tuan putri..” anggukku sambil memberikan senyum padanya. Ia membawaku ke sebuah resto yang classic dan cukup romantis. Ditambah lagi pemandangan laut dan desiran ombak yang membuat suasana menjadi lebih nyaman dan menenangkan.
“Kita gak dikasih daftar menu?” tanyaku
“Gak usah. Di sini pelayannya peka kok. Kamu tinggal pikirin aja apa yang mau kamu makan.”
“Ini serius?”
“Coba aja kamu tutup mata kamu terus pikirin apa yang mau kamu makan.”

Walaupun ini terdengar aneh, tapi aku coba untuk menutup kedua mataku. Saat aku menutupnya rapat-rapat, entah kenapa bukan lah makanan yang terlintas di pikiranku. Melainkan malah wajah tampan Beby yang masih membuatku terpesona. Eeeerrgghh!

“Udah?” tanyanya yang membuatku membuka mataku
“Udah.” entah apa yang akan datang ke meja kami jika ucapan Beby tentang pelayanan di sini memang benar
“Maaf menunggu. Ini dia pesanannya.” ucap seorang pelayan yang membawakan satu beef steak dan segelas jus jeruk untukku serta satu  chicken steak dan segelas jus jeruk untuk Beby.
“Selamat menikmati.” lanjutnya dan kami hanya melemparkan senyum
“Gimana? Pesenannya bener gak sama apa yang kamu pikirin?” aku menahan tawaku saat mendengar pertanyaan Beby. Jelas saja ini bukan apa yang aku pikirkan hahaha. Sepertinya ia sudah merencanakan beberapa hal. Mari kita lihat ada apalagi setelah ini.
“Iya sama kok.” ku lihat ia mengeluarkan senyum bangganya dan itu membuatku semakin harus menahan tawa.
“Selamat makaaann~!” ucapnya

Selama makan tak ada obrolan yang terjadi. Kami sibuk dengan pemikiran masing-masing. Aku sibuk menebak-nebak apa yang akan Beby berikan lagi setelah ini, dan Beby mungkin sedang berpikir sesuatu entah itu apa. Tapi ku lihat wajahnya tidak begitu tenang. Ia seperti sedikit tegang nampak berpikir.

Baru saja aku selesai menghabiskan makan malamku, tiba-tiba Beby menyuruhku untuk berpikir tentang satu makanan lain. Karena katanya ia masih merasa lapar tapi tidak tahu ingin makan apa. 

Lagi aku menutup kedua mataku dan tidak berpikir tentang makanan tapi menebak-nebak apa yang akan datang setelah ini.

“Udah?”
“Udah.”
“Maaf menunggu lama. Ini dia pesanannya.” seorang pelayan menaruh sebuah nampan beserta tutupnya di atas meja kami. Saat ia membuka penutupnya, ku lihat ada sebuah kue ulangtahun bertuliskan “Happy Birthday My S” beserta banyak lilin di atasnya.
“Selamat menikmati.” ucap pelayan itu lalu pergi meninggalkan kami berdua
“Beb. Ini masih jam berapa?” tanyaku yang lagi-lagi menahan tawa
“Jam setengah dua belas. Lagian aku gak nyuruh kamu tiup lilin. Kan belum aku nyalain.”
“Terus mau dinyalain sekarang?”
“Enggak. Aku mau ngomong dulu. Tapi aku bingung mau ngomong apa, soalnya..”
“Soalnya apa?”
“Soalnya.. Kamu.. Cantik banget. Aku jadi bingung mau ngomong apa.” jawabnya agak gugup sambil menundukkan kepalanya dan itu berhasil membuat pipiku merona merah

Perlahan Beby mulai menarik nafasnya dalam-dalam dan menggenggam kedua tanganku di atas meja. Ia menatapku dalam-dalam sambil mulutnya terbuka tapi tak ada suara yang keluar, lalu kembali tertutup. Ku rasa ia benar-benar tak tahu harus bicara apa dan baru kali ini ku lihat Beby benar-benar gugup. Bahkan ini lebih gugup dari saat ia menembakku.

“Kamu mau ngomong apasih?” tanyaku
“A.. Aku..”  lagi, ia menarik nafasnya dalam-dalam
“Shan..” akhirnya ngomong juga
“Ya?”
“Walaupun ini belum harinya kamu ulangtahun, tapi aku mau bilang sesuatu.”
“Bilang apa?”
“Diem dulu, Shan. Tunggu aku selesai baru kamu ngomong ih.”
“Hahaha ok ok. Lanjut.”
“Ehem. Jadi..gini. Ya walaupun aku orangnya cuek dan sangat sangat sangat gak romantis, tapi dibalik cueknya aku, sebenernya aku selalu coba untuk romantis. Waktu jari kamu berdarah, waktu makan kamu berantakan, waktu kamu bilang dingin, kadang aku gak tahu harus ngapain. Ya mungkin aku harus banyak-banyak nonton film atau drama. Tapi kayaknya itu bukan aku banget. Kamu masih mau sama aku yang kayak gini kan? Hehe.” Ia berhenti sejenak dan melihat ke jam di tangannya

“Lima menit lagi, Shan. Ehem. Ok terus..harapanku di umur kamu yang baru nanti, semoga kamu bisa semakin lebih dewasa lagi. Makin sayang dan disayang Mama Papa. Gak sering-sering ngambek sama aku. Semakin sukses di JKT48, semakin banyak fansnya. Dan yang paling penting, bisa sabar pacaran sama aku.”

Bip Bip~!

Bunyi arloji Beby yang sepertinya menunjukan jam dua belas malam.

“Happy sweet seventeen Shania Junianatha.” aku sedikit beranjak dari tempat dudukku, dengan tangan yang masih saling bergenggaman, aku mendekatkan wajahku ke wajah Beby dan memberikannya ciuman singkat tepat di bibir.
“Makasih banyak, Beby.” jawabku yang sudah kembali duduk. Ku lihat wajahnya yang memerah.
“I- Iya. Sa- sama-sama.” ia langsung melepaskan genggaman tangan kami dan mengambil sesuatu di kantung jasnya. Ternyata itu adalah sebuah korek. Ia menyalakan lilin-lilin ini dan kami sedikit bernyanyi.
“Eits! Jangan ditiup dulu. Kamu harus make a wish.” aku menutup kedua mataku dan membuat beberapa permohonan. Tak lama aku membuka mataku dan dengan sekali tiup ku matikan semua lilin.
“Makasih banyak ya Beby..”
“Iya sayang.”

Beruntunglah Beby hanya memberikan kue tart yang berukuran kecil, jadi kami masih bisa menghabiskan kue ini sambil sedikit obrolan ringan tentang jadwalku yang dua hari lagi akan berangkat ke Jepang untuk shoting.

Rasanya bisa rayain pergantian umur sama Beby di tempat dan perlakuan yang romantis kayak gini tuh...asdfghjkl banget deh. Gak bisa dijelasin pakai kata-kata. Yang jelas, aku mau tahun-tahun berikutnya masih kayak gini. Masih sama Beby. Amin hehe.

“Kita balik ke kamar yuk? Udah malem banget. Udaranya dingin.”
“Yuk.” aku beranjak dari dudukku. Baru satu langkah aku berjalan, tiba-tiba ada sesuatu di badanku. 

Ya. Beby memakaikan jasnya padaku. Malam ini memang aku menggunakan dress yang cukup terbuka. Dan dengan begini aku merasa cukup hangat. Ditambah lagi tanganku yang digenggamnya erat.

Saat sampai di depan kamarku, sebenarnya aku ragu-ragu untuk mengambil kunci kamar yang ada di tasku. Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan, tapi aku takut Beby jadi salah paham. Tapi kalau gak aku tanyain, nanti aku malah susah tidur. Hhm.. Gimana ya?

“Kamu kenapa?” tanyanya dengan ekspresi sedikit khawatir
“Gapapa. Ini jasnya makasih ya.” aku melepaskan jas milik Beby dan memberikannya
“No problem, Shan. Ada lagi?”
“Hhm.. Kamu yakin mau tidur beda kamar sama aku? Eh tapi bukan apa-apa sih maksudnya. Cuma aku belum pernah tidur sendirian kalau bukan di rumah sendiri. Serius deh.” ucapku cepat sambil membuat bentuk V dengan tangan kananku.
“Hahaha. Iya iya. Aku tidur sama kamu kok. Gapapa kan?”
“Gapapa kok. Gapapa banget.”
“Yaudah buruan dibuka kamarnya. Dingin tau.”
Aku mengambil kunci kamar yang ada di dalam tas kecilku.
“Duh!” ucapku yang tiba-tiba saja kunci kamarnya jatuh. Aku membungkuk untuk mengambilnya dan langsung membuka kamarku.

Ceklek~

-Beby POV

“Yuk masuk.”
“.....” Beby not responding
“Beb. Ayuk masuk. Katanya dingin?”
“Ha? Apa? Oh i- iya iya.”

Astaga Tuhan. Apa yang aku pikirin barusan? Astaga. Kenapa kunci kamar Shania harus jatoh gitu? Kan belahan dadanya jadi keliatan jelas. Duh! Mikir apasih aku ini. Gak gak gak. Tahan Beby tahaaann. Shania pasti gak sengaja jatohin kunci kamarnya. Jangan berpikir kalau itu adalah godaan. 

Fuh! Fuh! Fuh!

“Kamu mandi duluan sana.” ucapnya sambil duduk di tepi ranjang dan mengecek handphonenya
“Baju aku masih di kamar sebelah, Shan.”
“Yaudah pake baju aku aja.” jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari handphonenya

Aku hanya mengangguk dan berjalan menuju lemari kamar vila. Saat ingin membuka pintu lemari, tiba-tiba saja aku menjadi sedikit ragu.

Tunggu dulu deh. Ini lemari kan pasti isinya pakaian dia semua. Pasti dari luar sampe dalem dan dari atas sampe bawah. Wah wah wah. Gak deh. Nanti pikiranku makin kacau.

“Shan aku ambil di kamar sebelah aja ya. Jangan dikunci.” angguknya singkat

Aku langsung menuju ke kamarku. Awalnya ku pikir akan mandi di kamar Shania, tapi buat apa jadinya bulak-balik. Jadi langsung saja aku mandi di kamarku. Saat aku sedang mengeringkan rambutku di depan meja rias, ku lihat kotak yang memang sudah ku persiapkan untuk Shania.

Kasih sekarang atau nanti aja ya? Hhm.. Sekarang aja deh.” pikirku cepat sambil meraih kotak itu dan melemparkan handukku asal

Tok Tok Tok

“Shania..”
“Iya masuk aja.”

Ceklek~

“Lho kamu kok belum ganti baju?”
“Aku daritadi mau buka dressnya susah. Boleh minta tolong?” tanyanya datar dan berhasil membuatku menelan ludah. W- wait! Ini maksudnya apa minta tolong dibukain dressnya?! Ha?! Eeerr!
“Manja banget.” jawabku sok stay cool sambil menghampirinya dan ikut duduk di belakangnya di tepi ranjang lalu membantu membuka sreting dressnya. Aku menariknya perlahan dengan nafas dan degup jantung yang mulai tidak karuan.
“Udah, Shan.” aku langsung memalingkan wajahku ke arah pintu utama.
“Aku mandi dulu ya. Kamu jangan ngintip lho hahaha.”
“Iya iya.” jawabku singkat. Saat ku dengar suara pintu kamar mandi tertutup, aku langsung merebahkan tubuhku ke kasur sambil mengecek keadaan jantungku.
Tenang Beb. Tenang..

Tak lama pintu kamar mandi terbuka. Aku langsung kembali ke posisi dudukku. Ku lihat ia dengan pajamanya berjalan ke depan kaca rias dan duduk di sana. Lagi ia mengecek handphonenya. Aku pun menghampirinya dan menaruh kotak yang sudah ku siapkan tadi di atas meja riasnya.

“Waw. Apa nih?”
“Buka aja.” jawabku sambil melipat kedua tangan di depan dadaku dan berharap semoga ia menyukai apa yang ku berikan
“Wah! Kalung! Ada huruf Snya juga! Aaaaa aku suka bangeeett!” pandangan kami pun bertemu melalui cermin
“Pakein dong, Beb.” pintanya manja. Aku langsung mengambil kalung itu dan merubah posisi diriku jadi menggunakan dengkul agar tidak terlalu sulit memasangkan kalung. Ia mulai mengangkat rambutnya dan....ya Tuhan. Aromanya wangi banget. Entah kenapa bagian leher putih jenjangnya seakan-akan sedang menggodaku. Eeerr~!
“Beb? Susah?”
“E- enggak kok. Sebentar ya.” toloooonggg aroma habis mandinya beda banget dari sebelum-sebelumnyaaaa aaaaakkkk!
Saat sudah berhasil memasangkan kalung di leher Shania, aku memeluknya dari belakang dan menaruh daguku di pundak kirinya.

“Bagus. Makasih ya, Beb.” lagi, pandangan kami bertemu melalui cermin. Aku hanya mengangguk singkat. Awalnya memang aku hanya ingin menaruh kepalaku di pundaknya, tapi entah sejak kapan aku mulai mencium lehernya. Dengan perlahan namun pasti, salah satu tanganku mulai berani menyentuh bagian dadanya. Ah. Entah apa yang ada dikepalaku saat ini. Yang jelas aku hanya menginginkannya lebih.

Dengan bahasa tubuh, aku meminta Shania untuk memutar tubuhnya dan mengahadap ke arahku. Aku pun duduk di pangkuannya. Kini aku mulai berpindah ke bibir lembutnya. Ia menaruh kedua tangannya ke belakang leherku guna memperdalam ciuman. Aku mulai meminta ruang untuk bisa bermain dengan lidahnya. Dan dengan cepat, akses bermainpun ku dapatkan.

Lagi ciumanku mulai turun ke bagian lehernya. Suara ciuman pun mulai samar-samar terdengar. Begitu pula desahan yang ditimbulkan Shania. Tak lama ia menggenggam tanganku dan membimbingnya ke bagian lain untuk dimanjakan. Entahlah. Sebelumnya Shania tidak pernah menggodaku sampai sejauh ini. Kembali aku melumat habis bibirnya. Tak lama aku rasa kami sama-sama membutuhkan oksigen. Aku melepaskan ciuman kami dan menatapnya lembut.

“Shan-“
“Ssstt..” ia menaruh jari telunjuknya tepat di bibirku
“Silahkan bimbinglah aku malam ini. Kenalkan aku malam yang tak ku kenal.” aku hanya memberikan senyuman penuh makna dan membawanya ke atas ranjang.
-

-Beby POV

Perlahan aku membuka kedua mataku dan melihat ada sesosok bidadari yang sedang tidur dengan nyenyaknya di sebelahku. Aku merapihkan posisi rambutnya yang cukup berantakan.  Aku pun mengusap pipinya lembut dengan ibu jariku. Tak lama, ia pun mulai membuka kedua matanya lalu berikanku senyuman termanisnya. Singkat ia memberikanku morning kiss tepat di kening, kedua pipiku, dan bibir.

“Morning..” ucapnya yang masih tersenyum
“Morning too my shanshine.” aku pun membalas senyumannya
“Mau kemana kita hari ini?”
“Ke pantai dong masa ke dufan lagi haha.”
“Ih pagi-pagi udah ngejayus. Yaudah yuk mandi. Aku laper nih.”
“Maksudnya yaudah yuk mandi itu apa ya? Hahaha.”
“Ya maksudnya yaudah ayok mandi. Mau kamu duluan apa aku duluan gitu ish.”
“Oh kirain ajak mandi bareng hahaha. Yaudah aku duluan.”
“Ih pagi-pagi udah mesum. Yaudah sana hush! Hush!”
“Tapi kan baju aku di kamar sebelah.”
“Yaudah sana ke kamar kamu lah. Mau aku temenin? Enggak kan?”
“Galak banget sih Neng kayak kurang jatah aja hahaha.”
“Bebyyyy!” Shania melemparkanku beberapa buah bantal, tapi tidak ada satu pun yang berhasil mengenaiku. Aku langsung mengambil pakaianku yang tersebar dimana-mana dan memakainya di kamar mandi lalu kembali ke kamarku untuk bersiap jalan-jalan.
Selesai bersiap-siap, aku dan Shania menuju ke ruang makan resto karena di sana sudah disiapkan sarapan yang bisa dipilih sendiri. Kami sarapan dengan membahas beberapa hal. Yang pasti bukan bahas hal yang semalam, tapi yang lain. Setelah selesai sarapan, kami pun mengambil beberapa foto selfie.

Setelah selesai sarapan kami pun melanjutkan jalan-jalan kali ini ke pantai dengan genggaman tangan yang tidak terlepas. Beruntungnya kondisi pantai saat ini tidak terlalu ramai, jadi aku dan Shania bisa lebih nyaman menikmati liburan kami.

Saat sampai di pantai, hal yang pertama kami lakukan adalah membuat tulisan nama pasangan kami di atas pasir. Tak lupa kami juga mengabadikannya. Dengan aku yang membuat tulisan “B Love S” dan Shania yang membuat tulisan “S Love B”.
Selanjutnya kami bermain istana yang dibuat dari pasir pantai. Susah memang. Tapi entah kenapa Shania ingin sekali membuatnya. Ia bilang ia ingin memiliki istana dan menjadi seorang putri di dalamnya. Dengan usaha keras yang tidak akan mengkhianati, akhirnya istana pun berhasil kami buat.

“Wahai tuan putri. Mau kah kau menikah denganku?” ucapku setengah berlutut di hadapannya dan berlagak seperti seorang kesatria di dongeng-dongeng
“Ada syaratnya.”
“Apapun itu akan saya lakukan agar bisa menikahi tuan putri.”
“Syaratnya adalah...kamu harus gendong aku dari sini sampai ujung sana. Gimana? Hahaha.”
“Siap tuan putri. Apapun akan saya lakukan.” aku langsung membelakanginya dan berdiri tegap. Semoga saja aku benar-benar kuat menggendong Shania dengan tubuhku yang berbanding jauh dengannya.
“Eh kamu yakin?” tanyanya agak ragu
“Yakin. Ayok naik ke punggungku.”

Hap!

Shania pun berhasil naik ke punggungku. Aku mengkunci kakinya agar tak jatuh dengan kedua tanganku. Belum satu langkah bergerak, rasanya tubuhku sudah mau rubuh. Shania kayaknya harus diet deh. Duh duh duh.

“Bisa gak?”
“B- bisa kok bisa. Sebentar.” aku mulai menarik nafas dalam-dalam dan....whuuuzzhh! Aku berlari menuju tempat yang Shania tunjuk sebelumnya.
“Hahaha Beby pelan-pelan oooyy!” teriaknya sambil tertawa
“Eh pegangan yang bener nanti jatoh!” balasku yang masih berlari sambil berusaha menjaga keseimbangan
“Hahaha udah udah turunin aku hahaha. Beby udah Beb! Hahaha.”
“Nanggung, Shan!” aku masih berlari sambil melemparkan nyegir kudaku
“Beby! Hahaha”
“Shan jangan banyak gerak nanti ja-“

Byuuuurrr~~!!

Badanku pun rubuh tepat saat air laut sedang menerjang sisi pantai. Alhasil baju kamis basah dan kotor. Aku jatuh dengan posisi terlentang, begitu pun dengan Shania. Untung saja aku tidak menibannya. Ku dengar tawanya dengan sangat lepas. Ku rasakan juga punggungku yang sepertinya harus ku bawa ke tukang urut.

Aku merubah posisiku menjadi duduk dan menatap Shania yang masih tertawa dengan posisi terlentang di atas pasir.

“Kamu besok-besok harus diet ya Shan.”
“Maksud kamu?” ekspresinya menjadi serius dan duduk menatap tajam ke arahku
“Ya pokoknya kamu harus diet. Pinggang aku sampe sakit baru gendong segitu doang.”
“Oh maksud kamu aku gendut gitu? Iya? Ha?! Nih rasain nih!” dengan cepat ia langsung mencipratkan air laut ke arahku, tak mau kalah aku pun membalasnya.
Setelah itu kami pun beralih bermain jet sky. Aku yang mengendarai sedangkan Shania duduk manis dan disiplin di belakangku sambil memeluk tubuhku erat.

“Beb jalan kesana Beb! Hahaha.” Shania menunjuk ke arah yang ingin ia lewati
“Wuhuhuuuu~!! Seru gak Shan? Hahaha.”
“Seru bangeeett!” ia pun semakin mengencangkan pelukannya dan aku kembali mengencangkan gas dan bergaya pada saat ingin belok. Tapi karena adanya ombak kecil yang datang dan kurangnya keseimbangan, aku gagal gaya dan akhirnya kami jatuh lagi.
“Ish sama kamu mah jatuh mulu.” ucapnya yang baru saja timbul dari dalam laut. Untung pakai pelampung.
“Sama kamu juga aku jatuh terus.”
“Kapan? Gak pernah wleee.”
“Setiap hari. Setiap hari kan aku selalu jatuh cinta sama kamu.”
“Cih.” ucapnya singkat lalu meninggalkanku untuk berenang ke tepi pantai. Tapi sempat ku lihat rona merah di pipinya.

“Mau main apalagi nih?” tanyaku saat kami sudah sama-sama sampai di tepi pantai
“Banana boat yuk? Aku kan belum pernah naik itu sama kamu.”
“Tapi kan kita cuma berdu- Aduh!” tiba-tiba saja ada sesuatu yang menghantam kepalaku. Dan itu....bola voli. Rasanya asdfghjkl. Sakitnya khan maend.
“Siapa nih yang main bola voli?!” teriak Shania yang tak bisa ku cegah karena aku masih dalam posisi duduk sambil memegang kepalaku yang masih cenat-cenut.
“M- maaf ya, Kak. M- maaf.” ku arahkan pandangan ke arah dua orang yang sedang membungkuk di depan Shania. Saat dua orang itu berdiri tegap...
“Andela?” ucap Shania
“Elaine?” ucapku. Aku pun langsung berdiri karena tidak terlalu ingin membuat keduanya merasa bersalah.
“Duh Beb maaf banget ya.”
“Iya Shan maaf banget ya. Tadi Elaine gak sengaja.” ucap Andela yang berusaha mengemis maaf ke saudara jauhnya ini
“Udahlah Shan gak usah diperbesar. Aku gapapa kok.”
“Gapapa apanya?! Orang ini tuh keras banget Beb keras! Ish!”
“Udah, Shan gapapa. Nih Len bolanya. Lain kali hati-hati ya.”
“I- iya iya. M- makasih ya Beb.”
“Ish!” Shania langsung mengeluarkan ekspresi kesalnya sambil memandang tajam ke arah Elaine, tapi tiba-tiba saja...

“Hahaha~!!”
“Lah Shan kamu kenapa?”
“Hahaha gapapa kok gapapa hahaha.” ajaib. Shania bisa berubah-rubah dengan cepat gini. Tumben.
“Serius kamu gapapa?” tanya Andela
“Hahaha aku gapapa kok. Yang kenapa-napa tuh Elaine hahaha.”
“Elaine?” ucapku dan Andela bersamaan
“Len. Lain kali kalau masuk angin tuh jangan ke pantai. Gak usah minta dikerokin juga, minum tolak angin aja. Sampe merah gitu hahaha.”
“Ish! Kamu sih!” dengus kesal Elaine yang pipinya mendadak merah padam. Entah apa yang sebenarnya Shania maksud.
“I- iya maaf, Len.” Andela pun mendadak jadi tertunduk malu
“Hahaha yaudah yuk Beb kita capcus. Ndel, jagain Elaine ya. Jangan sampe masuk angin lagi lho hahaha.” Shania pun langsung menarik tanganku untuk menjauh dari mereka

“Kamu kenapa sih, Shan?” tanyaku saat sudah agak jauh dari AndElaine
“Lho kamu gak tau apa yang aku bahas?” gelengku cepat
“Ish. Kamu gak liat apa ada bekas merah di leher Elaine?”
“Yaterus?”
“Ya ampun. Ya itu yang aku maksud. Dan itu bukan karena Elaine masuk angin tapi-“
“Oh ok ok aku gak mau denger kelanjutannya.” aku langsung menutup kedua telingaku dan berlari untuk mendahului Shania.
“Ish Beby! Kamu bayangin yang enggak-enggak sama Elaine yaaaa?!” teriaknya sambil mengejarku

Akhirnya kami pun sudah sampai di tempat banana boat.

“Kak Kinal?” ragu-ragu aku menepuk pundak seseorang yang berada di depanku
“Beby?” ternyata itu benar kak Kinal dan si bidadari khayangan
“Lho kak Kinal sama kak Ve di sini juga?” sahut Shania
“Iya, Shan hehe.” jawab kak Ve kalem
“Kalian mau naik banana boat juga?” tanya kak Kinal
“Iya kak. Yuk bareng yuk.” jawabku
“Eh tunggu deh. Kak Kinal yakin mau ajak kak Ve naik banana boat?”
“Yakin. Emangnya kenapa?”
“Itu leher kak Ve merah-merah masuk angin apa gimana?” tanya Shania khawatir dan dengan bagaikan di sambar petir, wajah kak Ve langsung merah padam dan ia mengeluarkan jurus gelembung pipinya.
“Ish! Kamu sih Nal!” kak Ve pun pergi
“Duh.. Shan, Beb. Kak Kinal tinggal dulu ya.”

Selama beberapa saat aku dan Shania saling memandang satu sama lain dengan ekspresi bingung. Shania khawatir kok kak Venya malah kabur? W- wait! Kayaknya ada sesuatu yang sama nih.

“Oh..” ucapku dan Shania secara bersamaan sambil menunjukan senyum yang penuh makna
“Untung pacarku main rapih ya..” ucap Shania sambil menepuk-nepuk pundakku
“Wets iyadong. Beby gitu!” jawabku bangga
“Eh kayaknya kita gak usah naik banana boat deh, Shan. Dua jam lagi kita harus check out. Kayaknya kita balik ke Vila aja buat siap-siap.”
“Yaudah yuk!” aku dan Shania pun kembali ke Vila sambil bergenggaman tangan
Tak lama aku selesai dengan urusanku di kamar. Sebentar aku melihat ke arah jam di tanganku, masih ada waktu dua jam. Masih bisa digunakan untuk makan siang. Hhm.. Shania udah rapih belum ya?

Tok Tok Tok

“Shania..”
“............”
“Shan? Kamu udah rapih belum?”
“............”
“Shan aku masuk ya..”

Ceklek~

Saat aku masuk ke dalam kamarnya, aku mendengar suara isakan tangis. Dengan cepat aku langsung menghampiri sumber suara. Dan benar saja ada Shania yang sedang menangis sambil duduk memeluk lutut di atas ranjang. Segera aku menghampirinya dan mengusap punggungnya guna menenangkan.

“Shan kamu kenapa? Kok nangis?”
“Beb..” ucapnya dengan sedikit sesegukan karena menangis
“Iya aku di sini. Kamu kenapa?”
“M- maafin aku..” ucapnya sambil menatap sendu ke arahku
“Maaf kenapa?”
“K- kalung dari kamu..”
“Kenapa sama kalungnya?” belum sempat menjawab, Shania kembali menangis.
“Kalungnya kenapa, Shan?” tanyaku lembut
“K- kalungnya ilang..” layaknya anak kecil yang kehilangan sesuatu, begitulah Shania menangis dalam pelukanku
“Ssstt.. Udah gapapa, Shan. Yang penting kamunya gak ilang.”
“Ish!” ia memukul lenganku
“Hahaha serius, Shan. Gapapa kok. Kayaknya ilang pas main jet sky ya?” angguknya pelan sambil sedikit sesegukan
“Yaudah gapapa. Nanti bisa dibeli lagi. Lagian itu kan bukan kado terakhir dari aku. Jadi tenang aja. Masih ada kado lain di tahun-tahun berikutnya.”
“Tapi-“
“Ssstt udah udah. Jangan nangis gini, ah. Masa yang lagi ulangtahun malah nangis.”
“Maafin aku ya, Beb.”
“Gapapa sayang.”

Ia pun melepaskan pelukan kami dan menatapku dengan ekspresi manyun andalannya. Seperti sudah mengerti apa maunya, aku memberikan Shania ciuman singkat di kening, kedua matanya, pipi, dan juga bibir. Setelah itu kami saling melempar senyum dan berjalan keluar untuk makan siang.

Setelah selesai makan siang, kami langsung naik ke mobil Shania. Sepanjang perjalanan Shania terlelap di pundakku dengan tangan kami saling terpaut satu sama lain. Sepertinya ia sangat lelah. Tak sadar aku pun ikut tertidur bersamanya.

Satu jam. Dua jam. Tiga jam. Lima jam. Akhirnya kami sampai di rumahku. Shania mampir sebentar ke rumahku karena aku memiliki sesuatu yang harus ku berikan.

“Kita ngapain di kamar kamu?” tanyanya yang masih berdiri di depan pintu kamarku
“Sini duduk dulu. Ada yang mau aku kasih liat ke kamu.”
“Apa?”
“Sini duduk dulu.”
“Gak mau ah. Nanti dikasih yang aneh-aneh. Kamu kan suka jail.”
“Yaudah gapapa deh gak duduk, tapi tutup mata kamu dulu sebentar.” dengan patuh Shania menutup matanya
“Buka.”
“HUA?! KALUNGNYA?!”
“Hehehe. Keren kan.”
“Ih kok bisa ada di kamu sih?!” ia langsung menghampiriku dan mengambil kalungnya
“Wets bisalah. Beby gitu lho hahaha. Bilang apa coba sama aku?”
“Aku gak bakal bilang makasih. Soalnya kamu jahat. Aku kan jadi kepikiran terus takut kamu marah. Aku sampe nangis pula. Ish!” dengan panjang lebar ia langsung duduk di tepi ranjang tepat di depanku
“Pakein dong tolong.” lanjutnya. Aku hanya bisa tersenyum simpul sambil memasangkan kalungnya.
“Sekarang gantian tutup mata kamu.” lanjut Shania yang kini sudah duduk berhadapan denganku
“Ngapain?”
“Udah buruan tutup aja.” aku pun langsung menutup kedua mataku entah ap-

Ceklek~!

“Lho Shan kok pintunya dikunci?” aku langsung mengarahkan pandangan ke arah Shania yang sedang berdiri tepat di depan pintu
“Aku punya hukuman buat orang jahil.” ucapnya sambil memberikan senyuman yang sangat menggoda~ Hhhrr~
“Just do what you want to do. I’m yours, Shanshine.”

Dengan cepat ia memulainya dengan ciuman manis. Kini tubuhnya berada tepat di atasku. Ku biarkan ia mendominasi ciuman dan berkutat dengan lidahku. Dengan bebasnya tangan Shania bermain ke beberapa titik yang membuatku mau tak mau mengeluarkan suara yang membuatnya semakin liar.
Lama kelamaan ciumannya turun ke bagian leherku dan kini tangannya sudah memasuki bagian belakang kaosku, sampai tibalah... ups! Sampai sini aja ya. Gak boleh ngintip lho hehehe. Salam sayang dari Beby & Shania! Huehehe.

-THE END-
 Terimakasih sudah membaca.
Ditunggu komentar-komentarnya ya.
Sampai jumpa di ff lainnya jika masih ada waktu
dan kesempatan dari sang owner hohoho.
-Salam, Admin Magang.

8 comments:

  1. Busettt busetttt~ *kenapagaditerusindehhkanseruuu~* *apanya yang seru rayy??* Ceritanyaa kokk seruuu binggoooowwwww :3, gileee sekali ngepost langsung final chapter njirr:v seramm tapi tu tambs ap dehh buat yg bikinn kebawa suasana kokk :3 keep writing yaaa ♡♡ (b^^)d good job!!

    ReplyDelete
  2. Antara mau ngakak atau sedih :') ngecenginnya kurang tuh wkwk. Nju masalah gituan peka aja ya :v

    ReplyDelete
  3. Yah knapa langsung di tamatin ... gapapa deh tetep seru..venal.a muncul dikit banget...

    Yosh di tunggu ff trbarunya.. keep writing ya nggy

    ReplyDelete
  4. Yahh ini udh tamat yaa tp keren buat penulisnya hauuceew deh pokoknya
    .baca dari chapter pertama lagi ahhh

    ReplyDelete
  5. Keep writing. Ff selanjutnya BebNju lagi yaa 😆😆

    ReplyDelete
  6. Dari tadi baca ff ini bikin pikiran kemana mana >///< oh ya jangan lupa ya lanjut ff Venal itu

    ReplyDelete
  7. BebNju~
    Si Beby romantis euy xixixi ada AndElaine nya nyempil XD
    Keren author-san! Dtunggu ff BebNju lainnya!

    ReplyDelete
  8. wah dah main tamat aja, ya sudah ah. lanjut trus thor, bikin yang lebih greget lg ceritanya ya q tunggu karyamu yang laen

    ReplyDelete