Lebih cepat dari hari di kalender, tak terasa
tiga bulan telah berlalu dari hari ulangtahun Beby. Kini tanggal di kalender
sudah menunjukan angka 26 pada bulan Juni. Hari ini adalah H-1 ulangtahun
Shania. Tentu saja Beby sudah menyiapkan beberapa hal untuk diberikan pada
Shania. Tapi cara yang dilakukan Beby berbeda dengan apa yang dilakukan Shania.
Beby merencanakan kejutannya di sebuah pantai.
Dari jauh-jauh hari Beby sudah menyewa satu buah kamar di salah satu vila dekat
pantai karena ia berencana akan menginap dengan Shania selama dua hari dua
malam. Beruntungnya hari ini dan besok Shania tidak memiliki acara dengan
JKT48, jadi rencana Beby bisa berjalan sesuai rencana.
-Shania POV
Huuuaaa~! Hari ini Beby mengajakku untuk
jalan-jalan ke pantai. Ditambah lagi kami akan menginap di salah satu vila yang
telah disewanya. Tadinya aku dan Beby akan pergi kesana dengan kendaraan umum
saja, tapi Mama tidak mengizinkan. Jadinya hari ini kami dihantar oleh supirku.
Supirku juga menginap di sana, tapi yang jelas tidak satu kamar dengan kami.
“Barang kamu gak ada yang ketinggalan?”
tanyaku yang sedang menjemput Beby di rumahnya
“Gak ada. Udah aku masukin semuanya.”
“Yaudah yuk berangkat.” jawab anggukan Beby
singkat. Kami pun berpamitan dengan kedua orangtua Beby dan setelah itu
langsung berangkat menuju tujuan utama kami.
Sepanjang perjalanan entah kenapa dadaku
berdegup lebih cepat dari biasanya. Padahal perlakuan Beby padaku tidak ada
yang berbeda. Ia tidak menjadi romantis, tetap cuek seperti biasanya. Tapi ya
entahlah. Mungkin ini karena aku sangat tidak sabar untuk menunggu pergantian
hari nanti. Hhm.. Kira-kira apa yang akan Beby kasih ke aku ya?
“Shan nanti bisa ke rest area dulu gak? Aku
laper nih.” ucap Beby memecahkan lamunanku
“Bisa banget. Pak nanti kita ke rest area dulu
ya.”
“Siap, Non!”
Tak lama akhirnya kami pun sampai di salah
satu rest area. Aku dan Beby langsung mencari makan siang kami. Kami memilih
tempat makan junk food sebagai pilihan terbaik untuk siang hari ini.
Selesai memesan, aku membawakan pesanan kami
ke meja yang sudah lebih dahulu di tempati oleh Beby. Tidak ada obrolan yang
terjadi. Ya seperti biasanya, kalau bukan aku yang memulai, pasti ia akan lebih
banyak diam.
“Duh
makannya berantakan banget sih..” aku langsung mengarahkan pandanganku ke
arah sumber suara. Ya apalagi kalau bukan orang pacaran. Ku lihat sang pria
membersihkan sisa makanan yang ada pipi sang perempuan. Hhm.. Selama pacaran
sama Beby, kayaknya dia belum pernah kayak gitu. Atau makanku terlalu rapih?
Coba ah.
Aku berusaha membuat makanku menjadi sedikit
berantakan dan menyisakan sedikit makanan di sudut bibirku. Yak! Berhasil. Beby
melihat ke arahku dan...apa?! Dia malah lanjutin makannya lagi?! Udah?! Kayak
gitu doang?! Ish! Aku mencoba membuatnya menjadi lebih berantakan dan...
“Makannya jangan kayak anak kecil. Malu-maluin
tahu. Buruan abisin, tujuan kita masih jauh.” ucapnya datar dan berlalu
meninggalkanku untuk mencuci tangan. Langsung saja ku habiskan sisa makananku
dengan sekali suap dan menyusulnya untuk mencuci tangan. Kzl wa ma u. Ish!
Setelah beberapa jam lamanya, akhirnya kami
sampai di tempat tujuan. Supirku turun terlebih dahulu, sepertinya ia ingin ke
toilet. Ku lihat Beby masih tertidur dengan sebelah earphone yang masih
terpasang. Ingin membangunkannya tapi tidak tega. Wajah tidurnya begitu
menenangkan. Tapi kalau gak dibangunin, masa di sini aja? Hhm.. Ah! Aku punya
ide hehe.
Mumpung tidak ada siapa-siapa di mobil ini,
perlahan ku dekatkan wajahku ke arahnya, perlahan aku mulai memejamkan kedua
mataku, sudah bisa ku rasakan hembusan nafas teraturnya pada saat tidur, saat
sedikit lagi berhasil menciumnya tiba tiba saja....ada sesuatu yang
menghalangi. Ku buka kedua mataku, ku lihat ternyata telapak tangannya lah yang
menghalangi aksiku. Hah. Kenapa dia harus bangun sebelum aku cium sih -_-)
“Aku bukan putri tidur, Shan. Jadi gak usah
dibangunin pake ciuman.” aku pun langsung menjaga jarak darinya dengan wajah
yang nampak sedikit kecewa.
“Haha langsung pundung gitu. Sini sini cium
dulu~” lanjutnya dan ciuman singkat pun berhasil mendarat di bibirku. Walau
singkat, tapi itu berhasil membuatku merona merah. Walau aku tak melihatnya,
tapi ku rasakan pipiku agak memanas.
Setelah itu kami langsung turun dari mobil
sambil membawa barang bawaan kami. Aku membawa satu buah koper sedangkan Beby
hanya membawa satu tas ranselnya. Kami pun langsung check in ke kamar vila yang
sudah Beby pesan.
Ceklek~
“Silahkan masuk tuan putri..” ucapnya sambil
mempersilahkanku untuk masuk ke kamar. Setelah melihat seisi ruangan di kamar
itu, aku langsung terjun bebas ke atas ranjang yang empuk dan membuatku
langsung merasa nyaman ini.
“Gimana? Suka gak sama tempat yang aku pilih?”
lanjutnya sambil ikut merebahkan tubuhnya di sampingku
“Suka. Suka banget. Makasih ya, Beb.” ku
lemparkan senyum termanisku hanya untuknya
“Anything for my shanshine hehe. Yaudah yuk
kita beresin baju-baju kita dulu. Abis itu siap-siap deh.”
“Siap-siap kemana?”
“Dinner lah.” jawabnya tegas dan bangga
“Duuuhh gaya banget ngajakin dinner hahaha.
Yaudah yuk!”
“Yaudah ya dadah~”
“Lha kok dadah? Kamu mau kemana?”
“Ke kamarku lah. Kita kan gak satu kamar
hahaha. Dadah~ Jam sembilan malam nanti aku kesini lagi. Dandan yang cantik ya
tuan putri.” ucapnya panjang lebar lalu meninggalkanku berdua dengan koper.
Yasudahlah lagi pula memang kenapa kalau kita tidur berbeda kamar? Kan kita
juga gak mau ngapa-ngapain. *iyain aja*
“W-
wait! Makan malam macam apa yang jam sembilan malam?” pikirku
Aku langsung melihat jam di handphoneku dan
ternyata ini sudah jam tujuh malam. Ya ampun. Di pantai jam sembilan malam,
kalau pakai dress nanti bisa sakit. Ah udahlah.
Aku membereskan barang-barangku setelah itu
aku duduk di tepi ranjang dan...ya apalagi yang aku pikirkan selain “pakai baju
apa malam ini?”.
“Ah
udahlah yang ini aja.” pikirku singkat sambil berganti pakaian dengan
sebuah dress dan satu buah pita di rambut.
Udah cantik belum ya? Duh apa lagi ya yang
kurang? Hhm.. Ah udah deh semoga di mata Beby ini udah terlihat cantik.
Tok Tok
Tok
“Iya sebentar~!”
Fuh! Fuh! Fuh! Tenang, Shan. Tenang. Gak usah
deg-degan. Ini cuma makan malam biasa. Iya. Makan malam biasa. Tenang Shan.
Ceklek~
Saat aku membuka pintu kamarku, aku melihat
Beby dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Rambutnya berubah menjadi pendek,
ia menggunakan jas, dan...ya pokoknya pakaian formal. Ternyata ini bukan makan
malam biasa.
“Kamu kenapa jadi ganteng gini?” tanyaku yang
gak tahu mau ngomong apalagi
“Kamu gak suka ya? Yaudah aku gan-“
“Gak gak gak. Aku suka. Suka banget. Serius.
Yaudah yuk jalan.”
Aku langsung mengkunci pintu kamarku dan
menggandeng tangan Beby dengan senyum yang merekah di wajahku. Huuuuuaaaa! Beby
ganteng bangeeettt! >.<) Jantungku berdegup berkali-kali lebih cepat dari
sebelumnya. Aku benar-benar dibuat terpesona oleh Beby malam ini.
“Silahkan duduk tuan putri..” anggukku sambil
memberikan senyum padanya. Ia membawaku ke sebuah resto yang classic dan cukup
romantis. Ditambah lagi pemandangan laut dan desiran ombak yang membuat suasana
menjadi lebih nyaman dan menenangkan.
“Kita gak dikasih daftar menu?” tanyaku
“Gak usah. Di sini pelayannya peka kok. Kamu
tinggal pikirin aja apa yang mau kamu makan.”
“Ini serius?”
“Coba aja kamu tutup mata kamu terus pikirin
apa yang mau kamu makan.”
Walaupun ini terdengar aneh, tapi aku coba
untuk menutup kedua mataku. Saat aku menutupnya rapat-rapat, entah kenapa bukan
lah makanan yang terlintas di pikiranku. Melainkan malah wajah tampan Beby yang
masih membuatku terpesona. Eeeerrgghh!
“Udah?” tanyanya yang membuatku membuka mataku
“Udah.” entah apa yang akan datang ke meja
kami jika ucapan Beby tentang pelayanan di sini memang benar
“Maaf menunggu. Ini dia pesanannya.” ucap
seorang pelayan yang membawakan satu beef steak dan segelas jus jeruk untukku
serta satu chicken steak dan segelas jus
jeruk untuk Beby.
“Selamat menikmati.” lanjutnya dan kami hanya
melemparkan senyum
“Gimana? Pesenannya bener gak sama apa yang
kamu pikirin?” aku menahan tawaku saat mendengar pertanyaan Beby. Jelas saja
ini bukan apa yang aku pikirkan hahaha. Sepertinya ia sudah merencanakan
beberapa hal. Mari kita lihat ada apalagi setelah ini.
“Iya sama kok.” ku lihat ia mengeluarkan
senyum bangganya dan itu membuatku semakin harus menahan tawa.
“Selamat makaaann~!” ucapnya
Selama makan tak ada obrolan yang terjadi.
Kami sibuk dengan pemikiran masing-masing. Aku sibuk menebak-nebak apa yang
akan Beby berikan lagi setelah ini, dan Beby mungkin sedang berpikir sesuatu
entah itu apa. Tapi ku lihat wajahnya tidak begitu tenang. Ia seperti sedikit
tegang nampak berpikir.
Baru saja aku selesai menghabiskan makan
malamku, tiba-tiba Beby menyuruhku untuk berpikir tentang satu makanan lain.
Karena katanya ia masih merasa lapar tapi tidak tahu ingin makan apa.
Lagi aku
menutup kedua mataku dan tidak berpikir tentang makanan tapi menebak-nebak apa
yang akan datang setelah ini.
“Udah?”
“Udah.”
“Maaf menunggu lama. Ini dia pesanannya.”
seorang pelayan menaruh sebuah nampan beserta tutupnya di atas meja kami. Saat
ia membuka penutupnya, ku lihat ada sebuah kue ulangtahun bertuliskan “Happy
Birthday My S” beserta banyak lilin di atasnya.
“Selamat menikmati.” ucap pelayan itu lalu
pergi meninggalkan kami berdua
“Beb. Ini masih jam berapa?” tanyaku yang
lagi-lagi menahan tawa
“Jam setengah dua belas. Lagian aku gak nyuruh
kamu tiup lilin. Kan belum aku nyalain.”
“Terus mau dinyalain sekarang?”
“Enggak. Aku mau ngomong dulu. Tapi aku
bingung mau ngomong apa, soalnya..”
“Soalnya apa?”
“Soalnya.. Kamu.. Cantik banget. Aku jadi
bingung mau ngomong apa.” jawabnya agak gugup sambil menundukkan kepalanya dan
itu berhasil membuat pipiku merona merah
Perlahan Beby mulai menarik nafasnya
dalam-dalam dan menggenggam kedua tanganku di atas meja. Ia menatapku
dalam-dalam sambil mulutnya terbuka tapi tak ada suara yang keluar, lalu
kembali tertutup. Ku rasa ia benar-benar tak tahu harus bicara apa dan baru
kali ini ku lihat Beby benar-benar gugup. Bahkan ini lebih gugup dari saat ia
menembakku.
“Kamu mau ngomong apasih?” tanyaku
“A.. Aku..”
lagi, ia menarik nafasnya dalam-dalam
“Shan..” akhirnya ngomong juga
“Ya?”
“Walaupun ini belum harinya kamu ulangtahun,
tapi aku mau bilang sesuatu.”
“Bilang apa?”
“Diem dulu, Shan. Tunggu aku selesai baru kamu
ngomong ih.”
“Hahaha ok ok. Lanjut.”
“Ehem. Jadi..gini. Ya walaupun aku orangnya
cuek dan sangat sangat sangat gak romantis, tapi dibalik cueknya aku,
sebenernya aku selalu coba untuk romantis. Waktu jari kamu berdarah, waktu
makan kamu berantakan, waktu kamu bilang dingin, kadang aku gak tahu harus
ngapain. Ya mungkin aku harus banyak-banyak nonton film atau drama. Tapi
kayaknya itu bukan aku banget. Kamu masih mau sama aku yang kayak gini kan?
Hehe.” Ia berhenti sejenak dan melihat ke jam di tangannya
“Lima menit lagi, Shan. Ehem. Ok terus..harapanku
di umur kamu yang baru nanti, semoga kamu bisa semakin lebih dewasa lagi. Makin
sayang dan disayang Mama Papa. Gak sering-sering ngambek sama aku. Semakin
sukses di JKT48, semakin banyak fansnya. Dan yang paling penting, bisa sabar
pacaran sama aku.”
Bip
Bip~!
Bunyi arloji Beby yang sepertinya menunjukan
jam dua belas malam.
“Happy sweet seventeen Shania Junianatha.” aku
sedikit beranjak dari tempat dudukku, dengan tangan yang masih saling
bergenggaman, aku mendekatkan wajahku ke wajah Beby dan memberikannya ciuman
singkat tepat di bibir.
“Makasih banyak, Beby.” jawabku yang sudah
kembali duduk. Ku lihat wajahnya yang memerah.
“I- Iya. Sa- sama-sama.” ia langsung
melepaskan genggaman tangan kami dan mengambil sesuatu di kantung jasnya.
Ternyata itu adalah sebuah korek. Ia menyalakan lilin-lilin ini dan kami
sedikit bernyanyi.
“Eits! Jangan ditiup dulu. Kamu harus make a
wish.” aku menutup kedua mataku dan membuat beberapa permohonan. Tak lama aku
membuka mataku dan dengan sekali tiup ku matikan semua lilin.
“Makasih banyak ya Beby..”
“Iya sayang.”
Beruntunglah Beby hanya memberikan kue tart
yang berukuran kecil, jadi kami masih bisa menghabiskan kue ini sambil sedikit
obrolan ringan tentang jadwalku yang dua hari lagi akan berangkat ke Jepang
untuk shoting.
Rasanya bisa rayain pergantian umur sama Beby
di tempat dan perlakuan yang romantis kayak gini tuh...asdfghjkl banget deh.
Gak bisa dijelasin pakai kata-kata. Yang jelas, aku mau tahun-tahun berikutnya
masih kayak gini. Masih sama Beby. Amin hehe.
“Kita balik ke kamar yuk? Udah malem banget.
Udaranya dingin.”
“Yuk.” aku beranjak dari dudukku. Baru satu
langkah aku berjalan, tiba-tiba ada sesuatu di badanku.
Ya. Beby memakaikan
jasnya padaku. Malam ini memang aku menggunakan dress yang cukup terbuka. Dan
dengan begini aku merasa cukup hangat. Ditambah lagi tanganku yang digenggamnya
erat.
Saat sampai di depan kamarku, sebenarnya aku
ragu-ragu untuk mengambil kunci kamar yang ada di tasku. Ada sesuatu yang ingin
aku tanyakan, tapi aku takut Beby jadi salah paham. Tapi kalau gak aku tanyain,
nanti aku malah susah tidur. Hhm.. Gimana ya?
“Kamu kenapa?” tanyanya dengan ekspresi
sedikit khawatir
“Gapapa. Ini jasnya makasih ya.” aku
melepaskan jas milik Beby dan memberikannya
“No problem, Shan. Ada lagi?”
“Hhm.. Kamu yakin mau tidur beda kamar sama
aku? Eh tapi bukan apa-apa sih maksudnya. Cuma aku belum pernah tidur sendirian
kalau bukan di rumah sendiri. Serius deh.” ucapku cepat sambil membuat bentuk V
dengan tangan kananku.
“Hahaha. Iya iya. Aku tidur sama kamu kok.
Gapapa kan?”
“Gapapa kok. Gapapa banget.”
“Yaudah buruan dibuka kamarnya. Dingin tau.”
Aku mengambil kunci kamar yang ada di dalam
tas kecilku.
“Duh!” ucapku yang tiba-tiba saja kunci
kamarnya jatuh. Aku membungkuk untuk mengambilnya dan langsung membuka kamarku.
Ceklek~
-Beby POV
“Yuk masuk.”
“.....” Beby not responding
“Beb. Ayuk masuk. Katanya dingin?”
“Ha? Apa? Oh i- iya iya.”
Astaga Tuhan. Apa yang aku pikirin barusan?
Astaga. Kenapa kunci kamar Shania harus jatoh gitu? Kan belahan dadanya jadi
keliatan jelas. Duh! Mikir apasih aku ini. Gak gak gak. Tahan Beby tahaaann.
Shania pasti gak sengaja jatohin kunci kamarnya. Jangan berpikir kalau itu
adalah godaan.
Fuh! Fuh! Fuh!
“Kamu mandi duluan sana.” ucapnya sambil duduk
di tepi ranjang dan mengecek handphonenya
“Baju aku masih di kamar sebelah, Shan.”
“Yaudah pake baju aku aja.” jawabnya tanpa
mengalihkan pandangan dari handphonenya
Aku hanya mengangguk dan berjalan menuju
lemari kamar vila. Saat ingin membuka pintu lemari, tiba-tiba saja aku menjadi
sedikit ragu.
Tunggu dulu deh. Ini lemari kan pasti isinya
pakaian dia semua. Pasti dari luar sampe dalem dan dari atas sampe bawah. Wah
wah wah. Gak deh. Nanti pikiranku makin kacau.
“Shan aku ambil di kamar sebelah aja ya.
Jangan dikunci.” angguknya singkat
Aku langsung menuju ke kamarku. Awalnya ku
pikir akan mandi di kamar Shania, tapi buat apa jadinya bulak-balik. Jadi
langsung saja aku mandi di kamarku. Saat aku sedang mengeringkan rambutku di
depan meja rias, ku lihat kotak yang memang sudah ku persiapkan untuk Shania.
“Kasih
sekarang atau nanti aja ya? Hhm.. Sekarang aja deh.” pikirku cepat sambil
meraih kotak itu dan melemparkan handukku asal
Tok Tok
Tok
“Shania..”
“Iya masuk aja.”
Ceklek~
“Lho kamu kok belum ganti baju?”
“Aku daritadi mau buka dressnya susah. Boleh
minta tolong?” tanyanya datar dan berhasil membuatku menelan ludah. W- wait!
Ini maksudnya apa minta tolong dibukain dressnya?! Ha?! Eeerr!
“Manja banget.” jawabku sok stay cool sambil
menghampirinya dan ikut duduk di belakangnya di tepi ranjang lalu membantu
membuka sreting dressnya. Aku menariknya perlahan dengan nafas dan degup
jantung yang mulai tidak karuan.
“Udah, Shan.” aku langsung memalingkan wajahku
ke arah pintu utama.
“Aku mandi dulu ya. Kamu jangan ngintip lho
hahaha.”
“Iya iya.” jawabku singkat. Saat ku dengar
suara pintu kamar mandi tertutup, aku langsung merebahkan tubuhku ke kasur
sambil mengecek keadaan jantungku.
“Tenang
Beb. Tenang..”
Tak lama pintu kamar mandi terbuka. Aku
langsung kembali ke posisi dudukku. Ku lihat ia dengan pajamanya berjalan ke
depan kaca rias dan duduk di sana. Lagi ia mengecek handphonenya. Aku pun
menghampirinya dan menaruh kotak yang sudah ku siapkan tadi di atas meja
riasnya.
“Waw. Apa nih?”
“Buka aja.” jawabku sambil melipat kedua
tangan di depan dadaku dan berharap semoga ia menyukai apa yang ku berikan
“Wah! Kalung! Ada huruf Snya juga! Aaaaa aku
suka bangeeett!” pandangan kami pun bertemu melalui cermin
“Pakein dong, Beb.” pintanya manja. Aku
langsung mengambil kalung itu dan merubah posisi diriku jadi menggunakan
dengkul agar tidak terlalu sulit memasangkan kalung. Ia mulai mengangkat
rambutnya dan....ya Tuhan. Aromanya wangi banget. Entah kenapa bagian leher
putih jenjangnya seakan-akan sedang menggodaku. Eeerr~!
“Beb? Susah?”
“E- enggak kok. Sebentar ya.” toloooonggg
aroma habis mandinya beda banget dari sebelum-sebelumnyaaaa aaaaakkkk!
Saat sudah berhasil memasangkan kalung di
leher Shania, aku memeluknya dari belakang dan menaruh daguku di pundak
kirinya.
“Bagus. Makasih ya, Beb.” lagi, pandangan kami
bertemu melalui cermin. Aku hanya mengangguk singkat. Awalnya memang aku hanya
ingin menaruh kepalaku di pundaknya, tapi entah sejak kapan aku mulai mencium
lehernya. Dengan perlahan namun pasti, salah satu tanganku mulai berani
menyentuh bagian dadanya. Ah. Entah apa yang ada dikepalaku saat ini. Yang
jelas aku hanya menginginkannya lebih.
Dengan bahasa tubuh, aku meminta Shania untuk
memutar tubuhnya dan mengahadap ke arahku. Aku pun duduk di pangkuannya. Kini
aku mulai berpindah ke bibir lembutnya. Ia menaruh kedua tangannya ke belakang
leherku guna memperdalam ciuman. Aku mulai meminta ruang untuk bisa bermain
dengan lidahnya. Dan dengan cepat, akses bermainpun ku dapatkan.
Lagi ciumanku mulai turun ke bagian lehernya.
Suara ciuman pun mulai samar-samar terdengar. Begitu pula desahan yang
ditimbulkan Shania. Tak lama ia menggenggam tanganku dan membimbingnya ke
bagian lain untuk dimanjakan. Entahlah. Sebelumnya Shania tidak pernah menggodaku
sampai sejauh ini. Kembali aku melumat habis bibirnya. Tak lama aku rasa kami
sama-sama membutuhkan oksigen. Aku melepaskan ciuman kami dan menatapnya
lembut.
“Shan-“
“Ssstt..” ia menaruh jari telunjuknya tepat di
bibirku
“Silahkan bimbinglah aku malam ini. Kenalkan
aku malam yang tak ku kenal.” aku hanya memberikan senyuman penuh makna dan
membawanya ke atas ranjang.
-
-Beby POV
Perlahan aku membuka kedua mataku dan melihat
ada sesosok bidadari yang sedang tidur dengan nyenyaknya di sebelahku. Aku merapihkan
posisi rambutnya yang cukup berantakan.
Aku pun mengusap pipinya lembut dengan ibu jariku. Tak lama, ia pun
mulai membuka kedua matanya lalu berikanku senyuman termanisnya. Singkat ia
memberikanku morning kiss tepat di kening, kedua pipiku, dan bibir.
“Morning..” ucapnya yang masih tersenyum
“Morning too my shanshine.” aku pun membalas
senyumannya
“Mau kemana kita hari ini?”
“Ke pantai dong masa ke dufan lagi haha.”
“Ih pagi-pagi udah ngejayus. Yaudah yuk mandi.
Aku laper nih.”
“Maksudnya yaudah yuk mandi itu apa ya?
Hahaha.”
“Ya maksudnya yaudah ayok mandi. Mau kamu
duluan apa aku duluan gitu ish.”
“Oh kirain ajak mandi bareng hahaha. Yaudah
aku duluan.”
“Ih pagi-pagi udah mesum. Yaudah sana hush!
Hush!”
“Tapi kan baju aku di kamar sebelah.”
“Yaudah sana ke kamar kamu lah. Mau aku
temenin? Enggak kan?”
“Galak banget sih Neng kayak kurang jatah aja
hahaha.”
“Bebyyyy!” Shania melemparkanku beberapa buah
bantal, tapi tidak ada satu pun yang berhasil mengenaiku. Aku langsung
mengambil pakaianku yang tersebar dimana-mana dan memakainya di kamar mandi
lalu kembali ke kamarku untuk bersiap jalan-jalan.
Selesai bersiap-siap, aku dan Shania menuju ke
ruang makan resto karena di sana sudah disiapkan sarapan yang bisa dipilih
sendiri. Kami sarapan dengan membahas beberapa hal. Yang pasti bukan bahas hal
yang semalam, tapi yang lain. Setelah selesai sarapan, kami pun mengambil
beberapa foto selfie.
Setelah selesai sarapan kami pun melanjutkan
jalan-jalan kali ini ke pantai dengan genggaman tangan yang tidak terlepas.
Beruntungnya kondisi pantai saat ini tidak terlalu ramai, jadi aku dan Shania
bisa lebih nyaman menikmati liburan kami.
Saat sampai di pantai, hal yang pertama kami
lakukan adalah membuat tulisan nama pasangan kami di atas pasir. Tak lupa kami
juga mengabadikannya. Dengan aku yang membuat tulisan “B Love S” dan Shania yang membuat tulisan “S Love B”.
Selanjutnya kami bermain istana yang dibuat
dari pasir pantai. Susah memang. Tapi entah kenapa Shania ingin sekali
membuatnya. Ia bilang ia ingin memiliki istana dan menjadi seorang putri di
dalamnya. Dengan usaha keras yang tidak akan mengkhianati, akhirnya istana pun
berhasil kami buat.
“Wahai tuan putri. Mau kah kau menikah
denganku?” ucapku setengah berlutut di hadapannya dan berlagak seperti seorang
kesatria di dongeng-dongeng
“Ada syaratnya.”
“Apapun itu akan saya lakukan agar bisa
menikahi tuan putri.”
“Syaratnya adalah...kamu harus gendong aku
dari sini sampai ujung sana. Gimana? Hahaha.”
“Siap tuan putri. Apapun akan saya lakukan.”
aku langsung membelakanginya dan berdiri tegap. Semoga saja aku benar-benar
kuat menggendong Shania dengan tubuhku yang berbanding jauh dengannya.
“Eh kamu yakin?” tanyanya agak ragu
“Yakin. Ayok naik ke punggungku.”
Hap!
Shania pun berhasil naik ke punggungku. Aku mengkunci
kakinya agar tak jatuh dengan kedua tanganku. Belum satu langkah bergerak,
rasanya tubuhku sudah mau rubuh. Shania kayaknya harus diet deh. Duh duh duh.
“Bisa gak?”
“B- bisa kok bisa. Sebentar.” aku mulai
menarik nafas dalam-dalam dan....whuuuzzhh! Aku berlari menuju tempat yang
Shania tunjuk sebelumnya.
“Hahaha Beby pelan-pelan oooyy!” teriaknya
sambil tertawa
“Eh pegangan yang bener nanti jatoh!” balasku
yang masih berlari sambil berusaha menjaga keseimbangan
“Hahaha udah udah turunin aku hahaha. Beby
udah Beb! Hahaha.”
“Nanggung, Shan!” aku masih berlari sambil
melemparkan nyegir kudaku
“Beby! Hahaha”
“Shan jangan banyak gerak nanti ja-“
Byuuuurrr~~!!
Badanku pun rubuh tepat saat air laut sedang
menerjang sisi pantai. Alhasil baju kamis basah dan kotor. Aku jatuh dengan
posisi terlentang, begitu pun dengan Shania. Untung saja aku tidak menibannya.
Ku dengar tawanya dengan sangat lepas. Ku rasakan juga punggungku yang
sepertinya harus ku bawa ke tukang urut.
Aku merubah posisiku menjadi duduk dan menatap
Shania yang masih tertawa dengan posisi terlentang di atas pasir.
“Kamu besok-besok harus diet ya Shan.”
“Maksud kamu?” ekspresinya menjadi serius dan
duduk menatap tajam ke arahku
“Ya pokoknya kamu harus diet. Pinggang aku
sampe sakit baru gendong segitu doang.”
“Oh maksud kamu aku gendut gitu? Iya? Ha?! Nih
rasain nih!” dengan cepat ia langsung mencipratkan air laut ke arahku, tak mau
kalah aku pun membalasnya.
Setelah itu kami pun beralih bermain jet sky.
Aku yang mengendarai sedangkan Shania duduk manis dan disiplin di belakangku
sambil memeluk tubuhku erat.
“Beb jalan kesana Beb! Hahaha.” Shania
menunjuk ke arah yang ingin ia lewati
“Wuhuhuuuu~!! Seru gak Shan? Hahaha.”
“Seru bangeeett!” ia pun semakin mengencangkan
pelukannya dan aku kembali mengencangkan gas dan bergaya pada saat ingin belok.
Tapi karena adanya ombak kecil yang datang dan kurangnya keseimbangan, aku
gagal gaya dan akhirnya kami jatuh lagi.
“Ish sama kamu mah jatuh mulu.” ucapnya yang
baru saja timbul dari dalam laut. Untung pakai pelampung.
“Sama kamu juga aku jatuh terus.”
“Kapan? Gak pernah wleee.”
“Setiap hari. Setiap hari kan aku selalu jatuh
cinta sama kamu.”
“Cih.” ucapnya singkat lalu meninggalkanku
untuk berenang ke tepi pantai. Tapi sempat ku lihat rona merah di pipinya.
“Mau main apalagi nih?” tanyaku saat kami
sudah sama-sama sampai di tepi pantai
“Banana boat yuk? Aku kan belum pernah naik
itu sama kamu.”
“Tapi kan kita cuma berdu- Aduh!” tiba-tiba
saja ada sesuatu yang menghantam kepalaku. Dan itu....bola voli. Rasanya
asdfghjkl. Sakitnya khan maend.
“Siapa nih yang main bola voli?!” teriak
Shania yang tak bisa ku cegah karena aku masih dalam posisi duduk sambil
memegang kepalaku yang masih cenat-cenut.
“M- maaf ya, Kak. M- maaf.” ku arahkan
pandangan ke arah dua orang yang sedang membungkuk di depan Shania. Saat dua
orang itu berdiri tegap...
“Andela?” ucap Shania
“Elaine?” ucapku. Aku pun langsung berdiri
karena tidak terlalu ingin membuat keduanya merasa bersalah.
“Duh Beb maaf banget ya.”
“Iya Shan maaf banget ya. Tadi Elaine gak
sengaja.” ucap Andela yang berusaha mengemis maaf ke saudara jauhnya ini
“Udahlah Shan gak usah diperbesar. Aku gapapa
kok.”
“Gapapa apanya?! Orang ini tuh keras banget
Beb keras! Ish!”
“Udah, Shan gapapa. Nih Len bolanya. Lain kali
hati-hati ya.”
“I- iya iya. M- makasih ya Beb.”
“Ish!” Shania langsung mengeluarkan ekspresi
kesalnya sambil memandang tajam ke arah Elaine, tapi tiba-tiba saja...
“Hahaha~!!”
“Lah Shan kamu kenapa?”
“Hahaha gapapa kok gapapa hahaha.” ajaib.
Shania bisa berubah-rubah dengan cepat gini. Tumben.
“Serius kamu gapapa?” tanya Andela
“Hahaha aku gapapa kok. Yang kenapa-napa tuh
Elaine hahaha.”
“Elaine?” ucapku dan Andela bersamaan
“Len. Lain kali kalau masuk angin tuh jangan
ke pantai. Gak usah minta dikerokin juga, minum tolak angin aja. Sampe merah
gitu hahaha.”
“Ish! Kamu sih!” dengus kesal Elaine yang
pipinya mendadak merah padam. Entah apa yang sebenarnya Shania maksud.
“I- iya maaf, Len.” Andela pun mendadak jadi
tertunduk malu
“Hahaha yaudah yuk Beb kita capcus. Ndel,
jagain Elaine ya. Jangan sampe masuk angin lagi lho hahaha.” Shania pun
langsung menarik tanganku untuk menjauh dari mereka
“Kamu kenapa sih, Shan?” tanyaku saat sudah
agak jauh dari AndElaine
“Lho kamu gak tau apa yang aku bahas?”
gelengku cepat
“Ish. Kamu gak liat apa ada bekas merah di
leher Elaine?”
“Yaterus?”
“Ya ampun. Ya itu yang aku maksud. Dan itu
bukan karena Elaine masuk angin tapi-“
“Oh ok ok aku gak mau denger kelanjutannya.”
aku langsung menutup kedua telingaku dan berlari untuk mendahului Shania.
“Ish Beby! Kamu bayangin yang enggak-enggak
sama Elaine yaaaa?!” teriaknya sambil mengejarku
Akhirnya kami pun sudah sampai di tempat
banana boat.
“Kak Kinal?” ragu-ragu aku menepuk pundak
seseorang yang berada di depanku
“Beby?” ternyata itu benar kak Kinal dan si
bidadari khayangan
“Lho kak Kinal sama kak Ve di sini juga?”
sahut Shania
“Iya, Shan hehe.” jawab kak Ve kalem
“Kalian mau naik banana boat juga?” tanya kak
Kinal
“Iya kak. Yuk bareng yuk.” jawabku
“Eh tunggu deh. Kak Kinal yakin mau ajak kak
Ve naik banana boat?”
“Yakin. Emangnya kenapa?”
“Itu leher kak Ve merah-merah masuk angin apa
gimana?” tanya Shania khawatir dan dengan bagaikan di sambar petir, wajah kak
Ve langsung merah padam dan ia mengeluarkan jurus gelembung pipinya.
“Ish! Kamu sih Nal!” kak Ve pun pergi
“Duh.. Shan, Beb. Kak Kinal tinggal dulu ya.”
Selama beberapa saat aku dan Shania saling
memandang satu sama lain dengan ekspresi bingung. Shania khawatir kok kak Venya
malah kabur? W- wait! Kayaknya ada sesuatu yang sama nih.
“Oh..” ucapku dan Shania secara bersamaan
sambil menunjukan senyum yang penuh makna
“Untung pacarku main rapih ya..” ucap Shania
sambil menepuk-nepuk pundakku
“Wets iyadong. Beby gitu!” jawabku bangga
“Eh kayaknya kita gak usah naik banana boat
deh, Shan. Dua jam lagi kita harus check out. Kayaknya kita balik ke Vila aja
buat siap-siap.”
“Yaudah yuk!” aku dan Shania pun kembali ke
Vila sambil bergenggaman tangan
Tak lama aku selesai dengan urusanku di kamar.
Sebentar aku melihat ke arah jam di tanganku, masih ada waktu dua jam. Masih
bisa digunakan untuk makan siang. Hhm.. Shania udah rapih belum ya?
Tok Tok
Tok
“Shania..”
“............”
“Shan? Kamu udah rapih belum?”
“............”
“Shan aku masuk ya..”
Ceklek~
Saat aku masuk ke dalam kamarnya, aku mendengar
suara isakan tangis. Dengan cepat aku langsung menghampiri sumber suara. Dan
benar saja ada Shania yang sedang menangis sambil duduk memeluk lutut di atas
ranjang. Segera aku menghampirinya dan mengusap punggungnya guna menenangkan.
“Shan kamu kenapa? Kok nangis?”
“Beb..” ucapnya dengan sedikit sesegukan
karena menangis
“Iya aku di sini. Kamu kenapa?”
“M- maafin aku..” ucapnya sambil menatap sendu
ke arahku
“Maaf kenapa?”
“K- kalung dari kamu..”
“Kenapa sama kalungnya?” belum sempat
menjawab, Shania kembali menangis.
“Kalungnya kenapa, Shan?” tanyaku lembut
“K- kalungnya ilang..” layaknya anak kecil
yang kehilangan sesuatu, begitulah Shania menangis dalam pelukanku
“Ssstt.. Udah gapapa, Shan. Yang penting
kamunya gak ilang.”
“Ish!” ia memukul lenganku
“Hahaha serius, Shan. Gapapa kok. Kayaknya
ilang pas main jet sky ya?” angguknya pelan sambil sedikit sesegukan
“Yaudah gapapa. Nanti bisa dibeli lagi. Lagian
itu kan bukan kado terakhir dari aku. Jadi tenang aja. Masih ada kado lain di
tahun-tahun berikutnya.”
“Tapi-“
“Ssstt udah udah. Jangan nangis gini, ah. Masa
yang lagi ulangtahun malah nangis.”
“Maafin aku ya, Beb.”
“Gapapa sayang.”
Ia pun melepaskan pelukan kami dan menatapku
dengan ekspresi manyun andalannya. Seperti sudah mengerti apa maunya, aku memberikan
Shania ciuman singkat di kening, kedua matanya, pipi, dan juga bibir. Setelah
itu kami saling melempar senyum dan berjalan keluar untuk makan siang.
Setelah selesai makan siang, kami langsung
naik ke mobil Shania. Sepanjang perjalanan Shania terlelap di pundakku dengan
tangan kami saling terpaut satu sama lain. Sepertinya ia sangat lelah. Tak
sadar aku pun ikut tertidur bersamanya.
Satu jam. Dua jam. Tiga jam. Lima jam.
Akhirnya kami sampai di rumahku. Shania mampir sebentar ke rumahku karena aku
memiliki sesuatu yang harus ku berikan.
“Kita ngapain di kamar kamu?” tanyanya yang
masih berdiri di depan pintu kamarku
“Sini duduk dulu. Ada yang mau aku kasih liat
ke kamu.”
“Apa?”
“Sini duduk dulu.”
“Gak mau ah. Nanti dikasih yang aneh-aneh.
Kamu kan suka jail.”
“Yaudah gapapa deh gak duduk, tapi tutup mata
kamu dulu sebentar.” dengan patuh Shania menutup matanya
“Buka.”
“HUA?! KALUNGNYA?!”
“Hehehe. Keren kan.”
“Ih kok bisa ada di kamu sih?!” ia langsung
menghampiriku dan mengambil kalungnya
“Wets bisalah. Beby gitu lho hahaha. Bilang
apa coba sama aku?”
“Aku gak bakal bilang makasih. Soalnya kamu
jahat. Aku kan jadi kepikiran terus takut kamu marah. Aku sampe nangis pula.
Ish!” dengan panjang lebar ia langsung duduk di tepi ranjang tepat di depanku
“Pakein dong tolong.” lanjutnya. Aku hanya
bisa tersenyum simpul sambil memasangkan kalungnya.
“Sekarang gantian tutup mata kamu.” lanjut
Shania yang kini sudah duduk berhadapan denganku
“Ngapain?”
“Udah buruan tutup aja.” aku pun langsung
menutup kedua mataku entah ap-
Ceklek~!
“Lho Shan kok pintunya dikunci?” aku langsung
mengarahkan pandangan ke arah Shania yang sedang berdiri tepat di depan pintu
“Aku punya hukuman buat orang jahil.” ucapnya
sambil memberikan senyuman yang sangat menggoda~ Hhhrr~
“Just do what you want to do. I’m yours,
Shanshine.”
Dengan cepat ia memulainya dengan ciuman
manis. Kini tubuhnya berada tepat di atasku. Ku biarkan ia mendominasi ciuman
dan berkutat dengan lidahku. Dengan bebasnya tangan Shania bermain ke beberapa
titik yang membuatku mau tak mau mengeluarkan suara yang membuatnya semakin
liar.
Lama kelamaan ciumannya turun ke bagian
leherku dan kini tangannya sudah memasuki bagian belakang kaosku, sampai
tibalah... ups! Sampai sini aja ya. Gak boleh ngintip lho hehehe. Salam sayang
dari Beby & Shania! Huehehe.
-THE
END-
Terimakasih sudah membaca.
Ditunggu komentar-komentarnya ya.
Sampai jumpa di ff lainnya jika masih ada waktu
dan kesempatan dari sang owner hohoho.
-Salam, Admin Magang.
Busettt busetttt~ *kenapagaditerusindehhkanseruuu~* *apanya yang seru rayy??* Ceritanyaa kokk seruuu binggoooowwwww :3, gileee sekali ngepost langsung final chapter njirr:v seramm tapi tu tambs ap dehh buat yg bikinn kebawa suasana kokk :3 keep writing yaaa ♡♡ (b^^)d good job!!
ReplyDeleteAntara mau ngakak atau sedih :') ngecenginnya kurang tuh wkwk. Nju masalah gituan peka aja ya :v
ReplyDeleteYah knapa langsung di tamatin ... gapapa deh tetep seru..venal.a muncul dikit banget...
ReplyDeleteYosh di tunggu ff trbarunya.. keep writing ya nggy
Yahh ini udh tamat yaa tp keren buat penulisnya hauuceew deh pokoknya
ReplyDelete.baca dari chapter pertama lagi ahhh
Keep writing. Ff selanjutnya BebNju lagi yaa 😆😆
ReplyDeleteDari tadi baca ff ini bikin pikiran kemana mana >///< oh ya jangan lupa ya lanjut ff Venal itu
ReplyDeleteBebNju~
ReplyDeleteSi Beby romantis euy xixixi ada AndElaine nya nyempil XD
Keren author-san! Dtunggu ff BebNju lainnya!
wah dah main tamat aja, ya sudah ah. lanjut trus thor, bikin yang lebih greget lg ceritanya ya q tunggu karyamu yang laen
ReplyDelete