Ciee Update... tapi ya gatau ah ga mau banayak cincong... dan ini gatau kapan juga lanjutnya ._.v
Semoga memuaskan.. walau saya rasa ga :v biasa nanggungers kan saya wkwk lol
Dan, maaf... Andelainenya... ah udah dah pada baca aja :v
Princess Hours (JKT48)Semoga memuaskan.. walau saya rasa ga :v biasa nanggungers kan saya wkwk lol
Dan, maaf... Andelainenya... ah udah dah pada baca aja :v
Chapter 2
Walau tinggal di rumah yang sederhana, tidak besar namun
tidak kecil juga. Keluarga kecil Elaine bisa dibilang keluarga yang harmonis.
Hidup mereka selalu dipenuhi tawa, ayah seorang pegawai kantoran, ibu seorang
ibu rumah tangga dan adik cowo yang masih SMP bernama Boby.
Seperti malam-malam biasanya dan sebelumnya, mereka
menghabiskan waktu malam di meja makan untuk mengobrol bersama, berusaha
menjaga family time yang mereka miliki.
“Gimana sekolah kamu ka?” tanya sang ayah.
“Biasa aja, ga ada yang beda sama dulu-dulu” jawab Elaine
sambil mengambilkan makanan untuk ayahnya.
“Satu kelas sama Gracia dan yang lainnya?” tanya ibunya kali
ini, yang sedang mengambil makanan untuk Boby.
“Makasih bu~” ucap Boby girang lalu mulai makan.
“ini yah makannya” Elaine memberikan makanan yang tadi
diambilnya untuk ayahnya “Ga kok bu, kan kita beda jurusan semua, tapi kalo
main yah masih berempat” jawab Elaine.
“Kak~ kalo ada cewe cantik kenalin ke Boby dong~~” ucap Boby
tiba-tiba.
“Masih kecil juga.”
“Ih! Aku udah gede tau.”
“Apanya? Yaudah, kamu mau siapa? Ka Gracia? Ka Sofia? Apa Ka
Cesen?”
“Idih.. bosen banget..”
“Wihh sombong banget… udah kamu sama siapa itu temen kamu
dari kecil aja…”
“Ihh siapa? Shanju? Ihh itu lagi.. ga.. ga mauuu”
“Hussh, udah ah, nanti aja masih kecil, kakakmu aja masih
jomblo terus” lerai sang ayah.
“Duh ayah jleb banget sih…” ucap Elaine dengan nada sedih,
yah seperti itulah kehangatan keluarga Elaine, yang mungkin Elaine tidak tahu…
sebentar lagi…. Dia akan ‘kehilangan’ mereka…
*bilangnya full of gen
3, tapi BebNju muncul wkwk, gpp ya, otp gw nyelip disini :v*
~~~
Yah, seperti yang Elaine katakan pada orang tuanya, kegiatan di kampusnya tidak ada yang berbeda dengan saatnya dulu ketika masih di SMA. Memang, begitulah yang terasa setelah beberapa minggu berlalu, hinggga keramaian suasana kampus, kembali mempertemukan dua orang yang memang akan bersama, sekarang atau nanti.
“Di lapangan ada rame-rame apa deh itu?” tanya Sofia pada
ketiga sahabatnya, saat keempatnya melewati salah satu bagian kampus mereka.
Dari kejauhan, mereka bisa mendengar, betapa hebohnya suara
mahasiswa apalagi mahasiswi yang terdengar suara teriakannya sampe luar hall
lapangan basket, penasaran, keempatnyapun menuju hall kampus mereka.
Saat tiba, hall sudah dipenuhi oleh para mahasiswi, dan di
tengah lapangan, dua tim sedang bermain basket, salah satu yang paling menjadi
sorotan utama adalah….
“Itu bukannya cowo yang waktu itu ya?” tanya Sofia pada
Cesen yang seperti biasa sibuk dengan HPnya.
“Wahh iya Sof yang kemaren, ahh si ganteng!!” teriak Cesen
tiba-tiba ikutan heboh, lalu dengan muka cengonya yang khas, memandangi Andrew
dengan mata berbinar.
Dilain sisi Sofia sepertinya juga ikut terpesona, sebagai
sesama atlit basket, melihat cowo yang jago main basket tentunya adalah hal
yang disukainya…
Di tengah lapangan Andrew memang paling bersinar, tubuh
tingginya, wajah putihnya, sempurna untuk menjadi pemandangan. Dan saat ini
sedang satu lawan satu, semua temannya dijaga, waktu terus bergulir, keringat
bercucuran, akhirnya dengan trik tipuan, Andrew lolos, berlari dan… slam dunk!
Langsung saja semua penonton bersorak riang gembira, permainanpun berlanjut.
“Wihh dunk manteb!!” teriak Sofia heboh, Cesen disampingnya
masih menatap pertandingan itu dengan begitu terpesonanya, sementara Gracia dan
Elaine….
Duduk dari bangku yang agak jauh dari lapangan, keduanya
juga menonton pertandingan itu, hanya saja tidak se-excited para mahasiswi
lainnya. Bagi Gracia bukan pemainnya yang menarik melainkan momentnya yang
lumayan untuk dokumentasinya, dengan DSLR di tangannya dia mengabadikan
moment-moment di pertandingan ini.
“Cklek” kira-kira seperti itu bunyi yang muncul saat Gracia
mengambil sebuah foto.
“Liat deh len, si Cesen mukanya cengo banget” ucap Gracia
tertawa sambil menunjukkan foto yang di jepretnya pada Elaine.
“Husshh jangan gitu” respon Elaine sambil tertawa kecil.
Gracia kembali mengambil foto-foto. Dan Elaine…. Tidak bisa dipungkiri, sosok
Andrew memang menggoda untuk dilihat.
“Kwek…” panggil Gracia “ilenn~~” lagi “Kwek? Hello kwek?”
sekali lagi “Elaine!”
“Ahh? Hmm iya Gre?”
“Kok bengong? Liatin apa?”
“Ahh ga bukan apa-apa, kenapa Gre?”
“Liat deh nih” Gracia kembali menunjukkan hasil jepretannya
“gw kaya pernah liat nih cowok, dimana ya??” tanya Gracia, ya memperlihatkan
foto Andrew pada Elaine, tanpa disadari keduanya, ‘subjek’ yang mereka
bicarakan memperhatikan dari tengah lapangan….
“Drew..” panggil seseorang anggota basket “Yok lanjut..”
“Ahh iya, ayok!!” permainanpun kembali dimulai….
~~~
Sambil berjalan di koridor kampus, Sofia mulai membahas permainan basket yang tadi keempatnya tonton bersama.
“Udah lama gw kayanya ga nonton basket live seseru ini!!”
girang Sofia “jadi pengen cepet-cepet pulang terus main juga nih” tambahnya.
“Tapi, bener deh, tuh cowo kayanya pernah gw liat gitu
dimana… tapi dimana ya..” ucap Gracia sambil berpikir.
“Cowo yang mana?” tanya Sofia.
“Ini loh” Gracia menunjukkan hasil fotonya pada Sofia.
“Nah ini loh cowo yang waktu itu bikin heboh di lobby.. yang
katanya pemilik Univ..” jelas Sofia.
“Ohh ini toh, pemilik Univ ini bukannya bapak-bapak ya?”
tanya Gracia.
“Iya, Ajisapto Wicaksono, konglomerat, orang terkaya Negara
ini” jawab Elaine tiba-tiba.
Ajisapto Wicaksono:
Kakek Andrew dan Nino, orang super duper kaya.
“Ehh? Serius??” kaget Gracia dan Sofia bersamaan.
“Loh? Kamu gatau Gre?” Gracia menggeleng “Padahal kan kamu
sering dateng ke acara Wicaksono” Gracia terlihat berpikir.
“Berarti ini cowo cucunya?” tanya Sofia.
“Yah kan aku cuman dokumentasiin aja len~~” ucap Gracia
sambil gelayutan pada Elaine “Berarti gw liat nih cowo di salah satu acara yang
gw datengin ya…”
“Iya.. bisa jadi… harusnya…”
“Gre.. liat foto-foto tadi dong..” pinta Sofia tiba-tiba,
Sofia langsung melihat foto-foto yang diambil Gracia di hall basket tadi
“Wakakakak, ini Cesen cengo banget” ucapnya tertawa terbahak-bahak.
“Eumm…” tiba-tiba Elaine berhenti “Ngomong-ngomong soal
Cesen, dimana orangnya??” tanya Elaine yang heran, yah karena mereka hanya
bertiga, Sofia dan Gracia pun juga tidak menyadari hilangnya Cesen yang
sebenernya masih ada di….
“Ilen… Grecot… Sofi… kalian dimana??” tanya Cesen dengan
cengonya pada dirinya sendiri, yang entah mengapa masih ada di depan hall
basket….
~~~
Kini Andrew sendirian, sedang membersihkan dirinya di toilet dekat hall. Dengan handuk di kepalanya, Andrew berjalan keluar, terlihat 3 orang cewe menunggunya diluar. Cewe yang berada di tengah terlihat malu-malu saat melihat sosok Andrew. Terlihat coklat satu bungkus ada ditangannya, apa mungkin itu untuk Andrew?
“Itu Njel.. ka Andrew.. samperin lah..” ucap cewe di sebelah
kanan si pembawa coklat sambil menyenggol-nyenggolnya.
“Diliatin tuh sama ka Andrew..” ucap cewe satunya lagi. Yah
Andrew memang masih berdiri, menatap ketiganya bergantian, berdiri menunggu.
Andrew tau maksud cewe yang kelihatannya itu juniornya, tapi seperti biasa,
stay cool.
Perlahan sang pembawa coklat dengan malu-malunya dan wajah yang
terus menunduk ke bawah maju mendekati Andrew, tubuhnya yang jauh lebih pendek
dari Andrew, membuat cowo itu harus melongok-longok menunduk untuk melihat si
cewe. Sadar dilihatin, akhirnya cewe itu memberanikan diri berbicara.
“A-anu, i-ini, i-ini coklat buat ka Andrew…” ucapnya dengan
grogi dan memberi dengan tangan gemetar.
Ekspresinya, terlihat takut. Takut untuk ditolak, kedua
temannya di belakang terlihat berdoa untuk keberhasilan temannya, dan… Andrew
mengambil coklat itu dengan senyuman manis menghiasi wajahnya, reflek cewe itu
langsung menatap Andrew.
“Nama kamu siapa?” tanya Andrew tiba-tiba.
“A-Angel kak…”
Syahfira Angela Nurhaliza (Angel): Mahasiswi angkatan
baru.
“Nama yang cantik” ucap Andrew, lagi sambil tersenyum.
Siapapun perempuan yang melihat itu pasti akan meleleh. Wajah Angel langsung
memerah dan terasa panas “Ah iya kedua temannya Angel..” tiba-tiba Andrew
menghampiri kedua teman Angel “Nama kalian siapa?”
“A-aku Anin ka…”
“Feni…”
Aninditha Rahma Cahyadi (Anin): Mahasiswi angkatan baru.
Temen Angel.
Feni Fitriyanti: Mahasiswi angkatan baru. Temen Angel.
FeNin :p |
“Nah Anin dan Feni.. bisa tolong tinggalin ka Andrew sama
Angel berdua aja?” pinta Andrew sambil menatap keduanya bergantian dan lagi,
tersenyum begitu manis.
“I-iya ka...” jawab keduanya kompak, lalu pergi meninggalkan
Angel dan Andrew.
“Nah iya Angel..” Andrew meletakkan coklat yang diberikan
Angel di sebuah meja yang entah ada di dekat mereka, begitu juga kursi “Makasih
atas coklatnya, ka Andrew suka banget coklat, karena manis dan selalu bikin bahagia”
Andrew lalu duduk di kursi “Tapi ka Andrew belum tau rasa coklat yang kamu
kasih gimana..” perlahan Andrew membuka bungkus coklat tersebut. Angel hanya
menatapnya dalam bingung “Kenapa Angel? kok bengong aja? Sini duduk kalo pegel
berdiri” mendadak wajah Angel kembali memerah, karena Andrew tidak menyuruhnya
duduk di kursi sebelahnya, melainkan… memberi kode untuk duduk di pangkuannya.
“Angel~~ sini dong~~” lagi, Andrew meminta Angel untuk duduk
di pangkuannya. Dengan malu-malu, Angel menuruti permintaan Andrew untuk duduk
di pangkuannya. Wajahnya begitu merah, jantungnya berdetak begitu cepat dan
kencangg “Nah gini dong, sekarang coba makan~ aaa~” Andrew menyuapinya dengan
coklat yang sudah dibukanya, dengan bingung campur takut mungkin ya, Angel memakannya
“Gimana manis?” Angel hanya mengangguk “Kalo gitu lagi” Andrew memberikan
suapan kedua, namun siapa yang sangka Andrew tidak memberikannya dengan tangan
melainkan dengan mulutnya, yah itu ciuman antara Andrew dan Angel, dengan
coklat diantaranya. Benar-benar membuat Angel syok. Tapi, gadis itu tidak
melawan sedikitpun.
“Kamu bener, ini manis, persis kaya orang yang ngasih” ucap
Andrew sambil terus menatap Angel, lagi wajah Angel memerah, sudah persis
seperti udang rebus “Oh iya Angel sukanya apa?” tanya Andrew tiba-tiba.
“A-aku suka kucing ka…"
"Kenapa suka kucing?"
"Suka aja. Soalnya lucu, ngegemis, minta
dicubit-cubit terus….”
Andrew menatap Angel sambil tertawa kecil. “Ma-maaf ka…” Angel menunduk tidak enak karena excited
tiba-tiba soal kucing.
“Gapapa kok Angel~ suka kucing ya.. pantes kamu lucu” lagi,
Andrew merayu Angel, lalu mulai menyuapi potongan coklat ketiga kali ini dengan
tangannya ke mulut Angel, tapi yah.. tanpa kata menciumnya lagi. Ciuman yang
awalnya biasa saja, lama kelamaan menjadi semakin agresif, Andrew mulai
menjilati bagian luar bibir Angel yang terkena coklat, mulai menghisap bibir
mungil gadis itu. mungkin keduanya sudah jauh kalau saja….
Sedikit AndelAngel di chap ini :v :p |
“Deng-dong” bunyi awal sebelum sebuah pengumuman
dikumandangkan di kampus mereka, kagetkan keduanya. Dengan nafas tidak
beraturan Angel bangkit dari duduknya.
“A-aku le-lebih baik kembali sekarang ka…” dengan malu-malu
Angel lalu pamit dan meninggalkan Andrew yang hanya menggeleng-geleng entah
kenapa.
*thanks Danti (@dantpuji) soal sifatnya Angel, semoga pas baca ini puas xDD apa kurang? wkwk *dihajar iya deh gw
*thanks Danti (@dantpuji) soal sifatnya Angel, semoga pas baca ini puas xDD apa kurang? wkwk *dihajar iya deh gw
~~~
“Happy birthday kwek kwek~~” ucap Gracia, Sofia dan Cesen bersamaan. Di malam saat hari berganti dari tanggal 2 April menuju 3 April. Ketiganya menghampiri Elaine di rumahnya dengan membawa kue, suasana tengah malam itu berubah menjadi rame dan juga haru.
Di sore harinya, geng SEGC itu kembali merayakan ulang tahun
ke 18 Elaine sepulang kuliah. Tanpa disadari mungkin hari ulang tahunnya ini
akan jadi hari terakhirnya bisa bermain bebas dengan ketiga sahabatnya seperti
itu….
Ada yang berbeda kali ini ketika Elaine pulang ke rumahnya.
Tidak seperti biasanya, biasanya keramaian lah yang menyambutnya. Memang ini
rame, tapi rame karena benda-benda mewah baru yang tiba-tiba memenuhi rumahnya,
Elaine benar-benar dibuat heran, bahkan adiknya yang biasanya rusuh, terlihat
duduk anteng dan diam saja di depan TV.
“De, ayah sama ibu dimana?” tanya Elaine pada adiknya itu.
“Di kamar ka..” jawab Boby yang memegang sebuah PSP, padahal
Elaine tahu adiknya tidak punya benda itu.
Masih heran dengan keadaan rumahnya, Elaine terus melihat
keadaan di sekelilingnya, hingga dirinya sampe di dapur. Terlihat satu set
makanan yang begitu mewah di atas meja makan mereka. Elaine melihat makanan itu
dalam bingung, lalu membaca memo kecil yang ada diatas tutupnya.
“Selamat ulang tahun cucu perempuan Hartanto….” Elaine
membacanya pelan “dari temen kakek? hmm” heran Elaine lalu kembali membaca
kata-kata berikutnya “Semoga suka, salam Ajisapto Wicaksono…. Hah?!!” teriak
Elaine benar-benar terkejut “Ajisapto Wicaksono??”
“Elaine…” panggil ibunya pelan, sadarkan Elaine.
“Ibu ini apa…”
“Biar ayah yang jelasin sama kamu, ikut ibu sini…” masih
bingung, Elaine jalan saja mengikuti sang ibu, menghampiri ayahnya yang sedang
duduk di dalam kamarnya.
“Ayah.. ini ada apa??” tanya Elaine pada sang ayah yang
menatapnya dalam diam.
“Coba kamu duduk sini” Elainepun menurut dan duduk di depang
sang ayah “ini salah satu kotak peninggalan kakek kamu, coba kamu liat” masih
bingung Elaine lalu membuka kotak itu, terdapat beberapa surat dan juga
foto-foto kakeknya saat muda “kamu tau siapa Ajisapto Wicaksono?”
“tau kok, konglomerat itu, kenapa yah?”
“Coba liat foto itu” ayahnya menunjuk foto saat kakek Elaine
masih remaja bersama seseorang yang dirangkulnya “itu kakek kamu dan pak
Ajisapto” Elaine melebarkan bola matanya dan menatap sang ayah “Beliau dan
kakek kamu bersahabat dari ketika mereka muda, hingga ayah besar bisa dibilang
tidak terputus walau alam sudah memisahkan mereka”
“lalu?”
“beliau dan kakekmu ingin menyatukan persahabatan mereka
dengan ikatan tali pernikahan, namun karena ayah dan anak beliau sama-sama
laki-laki….” Sang ayah sedikit ragu untuk melanjutkan saat menatap mata anak
perempuan satu-satunya itu “hal itu turun ke kamu, sesuai wasiat kakek dan
keinginan beliau.. saat umurmu 18 tahun, kamu akan ditunangkan dengan salah
satu cucu beliau dan akan tinggal bersama beliau, menjadi bagian keluarga
Wicaksono..” ucap sang ayah akhirnya.
“Tu-tunggu!! Jadi maksud ayah? Aku udah dijodohkan dengan….
Ibu! Ayah cuman bercanda kan?!” Elaine terus menatap kedua orang tuanya secara
bergantian yang hanya diam.
“Maaf Elaine, ayah ga bisa nolak keinginan beliau, ini juga
mau kakek kamu sebelum meninggal.. mulai minggu depan kamu sudah akan pindah ke
rumah keluarga Wicaksono jadi..” belum selesai ayahnya berbicara Elaine sudah
berlari ke kamarnya, mengabaikan panggilan ayah dan ibunya.
Hari-hari kuliah yang tidak biasa aja akan menanti Elaine…..
---------------------------------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m
-Jurimayu14-
Buyar seketika melihat boby disitu....... *disitukadangsayamerasasedih*
ReplyDeleteINI HARUS DILANJUTKAN?! AYOOOOOOOO KAK UI.... :3
ReplyDeleteTuh kan pasti nanggung ... kak rui mah -_-
ReplyDeleteTapi seru kak.. klanjutan.a penasaran
Lanjut lanjut lanjut \(^__^
ReplyDeleteAkhirnya diupdate juga. Paling nunggu update-an fic ini. Mudah2an chapter berikutnya gak lama.
ReplyDeleteLanjut dong thor :D
ReplyDelete