Sunday, August 10, 2014

Sebuah Cerita, Cita dan Cinta (VeNal)

Cerita ini curhatan? ga bukan~ sedikit mungkin? hmm entahlah.. abaikan.. oh iya ini dibuat dan terbagi dalam 3 bagian, dari sisi Ve, terus Kinal, baru akhirnya~ Selamat membaca~~

Sebuah Cerita, Cita dan Cinta (VeNal)


Sebuah cita-cita akan menjadi lebih indah untuk dikejar atau dijalani, ketika kita mencintai apa yang sedang kita kerjakan. Menjadikan kita lebih semangat dalam berkarya, dan membuat hati kita bahagia..

~Veranda’s Side~
Cinta.. aku sangat mencintai apa yang aku kerjakan. Tapi.. bukan cinta itu yang tidak aku miliki. Melainkan cinta dalam bentuk lain, cinta dari seseorang yang melengkapi hati ini.
Cerita ini berawal, saat aku Jessica Veranda, pelukis muda yang bisa dibilang saat itu sedang menjadi topic pembicaraan masyarakat pencinta seni, akhirnya membuka sebuah galeri.
(Ide dasar cerita dan menjadikan Ve seorang pelukis di ff ini, terinspirasi dari FF OS Furuyanagi (SKE48) – White Canvas *buatan anakpanti-san kalo ga salah inget*)

Aku begitu mencintai apa yang aku kerjakan, itulah sebabnya di usia muda aku sudah bisa membuka galeri, tapi begitu semuanya selesai, rasa jenuh dan lelah aku rasakan. Hiburan yang aku butuhkan, tapi begitu tersadar, aku sendirian, memang aku masih muda, tapi teman-teman seusiaku sudah menuju tahap yang lebih serius dengan pasangannya masing-masing.

Emm, bukannya tidak ada yang dekat denganku, aku dekat dengan salah satu juniorku di Universitas, Ghaida namanya. Ketampanan dan sifatnya yang ceria itu membuatnya jadi idola, bukannya aku tidak suka, hanya saja.. aku tidak nyaman.
Mencari seseorang yang nyaman itu.. ternyata sama sulitnya ketika aku mencari inspirasi. Sampai akhirnya cahaya bulan dan bintang di langit malam hari ini, mempertemukanku dengannya…
~~~

Dengan mengendarai mobilku, aku mengelilingi daerah sekitar galeriku, sekedar mencari udara atau mungkin inspirasi. Dan ternyata, tuhan memberikanku hal lain. Aku melihat adanya berbagai pertunjukan seni, salah satunya dance modern, banyak penonton mengerubungi mereka. Sebagai pecinta seni, aku tidak ingin melewatkannya.

Pukul 11 malam, pertunjukan berakhir, diakhir pertunjukan, salah seorang dancer berkeliling ke penonton untuk meminta bayaran sebagai upah mereka. Tentu saja padaku juga, saat itulah aku bertemu dengan seseorang yang menarik perhatianku. Seorang gadis tomboy namun manis, yang enerjik dan juga ramah, yang usianya kira-kira 3 tahunan lebih muda dari aku. Devi Kinal Putri.
Sedari awal, memang sosoknya lah yang menjadi perhatianku. Tanpa aku sadari, hampir disetiap mereka mengadakan pertunjukan, aku datang. Sampai Kinal juga sepertinya menyadari hal itu.
“Malam, ka Veranda” ucapnya lembut saat menghampiriku.
“Eh? Kok tahu nama aku?” Tanyaku heran, ya karena kami belum pernah saling memperkenalkan diri.

“Siapa yang ga tahu ka Ve, pelukis yang terkenal dan baru-baru ini membuka galeri di sekitar sini kan~” jawabnya tersenyum
“Tunggu Kinal” panggilku tiba-tiba padanya yang ingin berkeliling lagi.
“Iya ka Ve, kenapa?”
“Boleh minta nomer Handphone?” spontan pertanyaan ini keluar dari mulutku, Kinal terlihat kaget diawal, namun senyum manisnya yang terpampang diakhir membuat aku lega. Tanpa curiga, Kinal memberitahukan no HPnya padaku.
~~~
Semenjak itu, aku jadi sering SMS bahkan telponan dengan Kinal, baru kali ini aku merasa nyaman dengan seseorang. Enam bulan berlalu, kami makin dekat, bahkan aku meminta Kinal memanggilku “Ve” saja. Kedekatan kami membuat dirikupun bertanya, apa aku mencintai Kinal?
Namun aku tersadar dengan persamaan kami, apa pandangan masyarakat bila mengetahui ini? Tidak ingin terjerumus lebih jauh dan menghancurkan kehidupan kami masing-masing.. aku memutuskan untuk menjauhinya. Aku rasa Kinal kecewa, dia berusaha mencari, menemui dan menghubungiku, tapi aku selalu menghindarinya.

5 bulan berlalu, nyatanya bukan semakin membaik, aku hancur, boro-boro membuka pameran kedua. Untuk sekedar menyelesaikan sebuah lukisan saja.. aku tidak bisa.
Sosok Kinal masih membayangiku, apalagi kalau aku ingat sosoknya yang menangis membuatku miris. Akhirnya aku memutuskan untuk menghampiri tempat Kinal dan teman-temannya latihan dance.
~~~
Diluar gedung tua itu, aku bertemu dengan Shania, salah satu teman dance Kinal.
“Mau apa lagi?” Tanyanya ketus.
“Kinal ada?”
“Ga ada!” Shaniapun membalikan badannya dan akan pergi, namun aku menahannya.
“Kinal bener ga ada di dalam?” tanyaku masih penasaran
“Aduh!! Udah gw bilang ga ada ya ga ada!!” teriaknya, aku lihat Beby, teman dekat Kinal keluar dari gedung.

“Kalo ka Ve nyari Kinal, kita juga gatau, kita lost contact, Kinal keluar dari sini” jelas Beby membuat aku kaget. Kinal keluar dari kelompok dancenya? Aku memang tidak pernah menonton mereka lagi, ternyata keputusanku ini bukan cuma menghancurkan karirku, tapi mungkin juga masa depan Kinal. Lalu dimana Kinal sekarang?
Tuhan.. aku merindukan sosoknya, senyumannya, wajahnya, sifatnya, semua tentang Kinal. Dia adalah orang pertama yang membuatku lebih semangat, menjadikan karyaku lebih indah, membuatku lebih bahagia dan terbuka pada orang lain. Ya, aku tahu ini sebuah kesalahan dimatamu, tapi perasaanku ini, adalah sebuah cinta.

Jika cinta adalah salah satu seni kehidupan, dan hal itu sebuah kesalahan. Apakah ini salah satu contoh dari kalimat “Seni dan Agama tidak bisa bersatu”?

-------------------------------------------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m


-Jurimayu14-

No comments:

Post a Comment