Friday, March 27, 2015

Princess Hours (JKT48 3rd Gen) - Chapter 5

AZEKKK RUI APDET LAGI!! *efek semangat48 karena gak Lele bentar lagi muncul!!
ahaha gak juga sih.. emang lagi dapet bayangannya (?)

Oh, iya seperti yang gw bilang sebelumnya... selamat yang nebak Senna bener wkwkwk
Jawabannya ada di....
bawah (?)
di dalem ceritannya maksudnya wkwk :v
yaudah langsung aja dah

Princess Hours (JKT48)

Ciee pake foto AndElaine~~
tanda ada AndElaine moment disini? Baca aja elah :v
Chapter 5
“Se-Senna?”
Cukup keras Elaine menyebut nama cowok yang terlihat celingukkan itu. Elaine tidak bermaksud memanggil cowok tersebut. Namun cowok bernama ‘Senna’ itupun mendengarnya dan menengokkan kepalanya ke arah Elaine dan Gracia.
Terlihat senyuman yang begitu lebar terpampang di wajah tampannya. “Kwekkwek!! Grecot!!” Dengan semangat48, pemuda itu langsung berlari ke arah kedua gadis yang sedang saling tatap dalam bingung dan kagetnya. “Gw kangen banget sama kalian!” TIba-tiba dia memeluk Gracia, lalu juga Elaine. “Kalian apa kabar? Makin cantik aja kalian. Apalagi kamu Len.”

Gracia hanya memutar kedua bola matanya. Terlihat malas mendengar pujian itu.
“Makasih. Kami baik-baik aja, kok.”
“Syukurlah.” Sennapun tersenyum manis.
“Kok ada disini? Sendirian aja? Nadse mana?” Tanya Gracia beruntun.
“Duh Gre! Adanya aku kok yang ditanyaain Nadse, sih?” Senna terlihat cemberut. “Sambut dong! Baru balik nih dari Amrik. Nadse entar nyusul.” Jelas Senna.

Nandeva Sennabima: Cowok tampan, teman (?) Elaine dan Gracia saat…. Ah masa lalunya nanti saja :P *betewe jgn geli ye sama namanya *dan ini versi danso-nya nadse *member yg gw maksud di BTS
*betewe (2) nama Senna ini hasil diskusi (?) sama my bro (?) dina (@dinaeight) muehehe :3 thx din~
Nadhifa Salsabila (Nadse): Kembaran Senna. Cewek yang tidak kalah cantik dengan Gracia dan Elaine *soal jadiin kembar cewek-cowok juga setelah diskusi sama dina~
*Yups. seperti gw bilang di atas, jadiin kembar cewek-cowok itu hasil diskusi sama Dina.  Dan setelah gw bayangin (?) emang ((enakan)) klo ada Nadse-nya juga. Jadi, ide ini muncul bkn krn foto dibawah, malah gw baru liat nih foto jauh setelah obrolan sama Dinanya :v dan ternyata taunya pas ya (?)*

*from Nadse twitter*
Kembaran Nadse beneran? Beda tapi, ya../
*yaudahlah anggep aja ini Senna sama Nadse*
Elaine dan Gracia kembali saling tatap, entah karena apa. Ada sedikit raut kekhawatiran yang terpampang di wajah Gracia. Sementara Elaine terlihat tenang saja? Ada apa dengan cowok bernama Senna ini sebenarnya?
“Kalian kok malah bengong gitu, sih?” Elaine dan Gracia masih diam saja. “Oh, C’mon Girls! Kalian kok gak ada seneng-senengnya gitu ngeliat gw lagi?” Senna menatap Elaine dan Gracia secara bergantian. “Udah berapa tahun kita gak ketemu.” Senna mencoba menghitung dengan dua tangannya. “Oke dua tahun? Tiga tahun? Kalian gak kangen gitu sama gw?”
“Emm. Sorry Sen.” Akhirnya Gracia bersuara. “Gw sama Elaine, mau balik dulu. Udah sore.”
“Ngobrol-ngobrol dulu lah sama gw Gre. Udah lama kita gak main bareng, kan?” *tolong main barengnya jangan di saun gut ya :v

“Iya. Tapi, lo baru dateng, kan? Lagian-”
“Yaudah kalau lu gak mau.” Senna memotong ucapan Gracia. “Kita berdua aja, ayo Kwek.” Tiba-tiba Senna menarik lengan Elaine, menjauhkannnya dari Gracia.
“Loh? Senna! Elaine!” Gracia terus memanggil keduanya. Namun, Senna tetap mengabaikannya.
Dengan langkah kaki yang begitu cepat, cowok bergaya hip-hop itu terus menarik Elaine. Membawa gadis itu menjauh dari keramaian kampus di sore hari ke bagian kampus yang cukup sepi. Selama di perjalanan, Elaine hanya diam saja. Tidak ada perlawanan saat ditarik. Cenderung pasrah? Kenapa?
“Huh.” Sennapun melepaskan genggaman tangannya. “Gre kenapa sih Kwek?”
“Entahlah.” Jawab Elaine singkat saja.
“Oh iya! Abis ini kamu mau kemana Kwek? Mau jalan-jalan berdua gak? Nanti pulang aku anterin kok! Rumah kamu masih sama, kan?”

“Pindah.”
“Heh?”
“Pindah. Aku udah pindah. Aku udah gak tinggal lagi-” Elaine berhenti sejenak. “Disitu.”
“Eh?? Serius?” Senna terlihat begitu kaget dengan pernyataan Elaine. “Terus pindah kemana? Kasih tau lah. Aku kangen banget sama mama-papa nih, Boby juga.”
“Gak kemana-mana. Sen, gw balik dulu aja, ya. Dah.” Tidak ada keraguan, Elaine langsung pergi tinggalkan Senna.
“Loh? Kwek! Tunggu dong. Kenapa sih?” Senna menggaruk kepala belakangnnya yang sebenernya tidak gatal itu.
Setelah beberapa detik diam karena bingung terhadap sikap Elaine, Sennapun berjalan pergi meninggalkan tempat itu. Tanpa sadar, melewati sosok Andrew yang ternyata sedari tadi memperhatikan keduanya…
~~~

Hari berganti, setelah masalahnya telah dibicarakan dengan Gracia, kini Elaine tinggal menemui Cesen dan Sofia. Keduanya terlihat sedang asik mengobrol dan berjalan ke arah hall lapangan basket Universitas mereka. Seperti biasa, Cesen sibuk dengan HPnya dan Sofia seperti ngobrol seorang diri. Tentu saja “Basket” menjadi topik utama pembicaraan gadis yang begitu menyukai warna Pink itu.
Dengan hati-hati, Elaine mengikuti keduanya dari belakang. Menepuk pundak keduanya bersamaan. Kagetkan dan hentikan langkah mereka.
“Mampus lu!” Latah Cesen, keduanyapun membalikan badan mereka. Terlihat kaget melihat keberadaan sahabat mereka yang tersenyum begitu manis pada keduanya itu.

“Sen, Sof.” Panggil Elaine dengan lembut. “Aku mau ngomong sama kalian.” Keduanya –Cesen dan Sofia- terlihat saling pandang dalam kebingungan. Apalagi, saat itu tidak ada Gracia disana. “Aku tau, salah gak cerita apa-apa ke kalian soal pertunangan itu. Aku juga tau, kalian diancam gak boleh deket-deket sama aku, tapi--”
“Wah, wah!” Suara tepuk tangan terdengar bersamaan dengan suara langkah-langkah kaki yang semakin mendekat dari balik tubuh Cesen dan Sofia. “Padahal udah dibilangin, kok udah deket-deket lagi?” Ketiganya –SEC- langsung menatap dengan kagetnya melihat tiga orang senior yang menghampiri mereka itu.
Dengan tampang senga dan judes, ketiga senior itu menatap SEC dengan tatapan tidak suka.

“Kalian ini dibilangin gak ngerti, ya?” Tanya gadis yang berdiri di tengah, terlihat seperti pemimpin di antara ketiganya. “Emangnya kita kurang jelas, ya?”
“Mungkin perlu dikasarin, ty.”
“Atau di-”
“Diapain Kak Manda, Kak Tya dan Kak Farin??” Tanya seseorang, reflek ketiga gadis yang disebutkan namanya itu langsung menengok ke arah orang yang memanggil nama mereka.
Triarona Kusuma (Tya): Senior SEGC juga Andrew dan Nino. Ketua di gengnya.
Amanda Dwi Arista (Manda): Teman seangkatan dan geng Tya.
Putri Farin Kartika: Teman seangkatan dan geng Tya.

“Ohh… Yang satu lagi. Lengkap dong nih, ya.” Ucap Tya sambil menghampiri Gracia. Ya, sekali lagi Gracia. “Adik kelasku yang manis.” Rayu Tya sambil mengusap lembut pipi Gracia. “Untung kamu ada disini. Coba tolong bilangin kedua temannya untuk gak deket-deket sama si cewek tengil itu. Sebelum kita kasarin.” Gracia melirik sekilas pada ketiga sahabatnya, lalu menatap kembali pada Tya.
Sambil tersenyum, Gracia membuang tangan seniornya yang masih ada di pipinya itu. Lalu berjalan mendekati Cesen dan Sofia, menepuk kedua pundak sahabatnya dan akhirnya kembali membuka mulut.
“Mulai sekarang SEGC akan kembali berkumpul, kita gak perlu takut sama siapapun. Gak ada seorang manusiapun yang berhak memisahkan kita berempat.” Ucap Gracia dengan tegas dan diakhiri dengan tatapan cukup tajam pada tiga seniornya.

Kaget, tentu saja. Reflek ketiganya mendekat pada SEGC. Cesen dan Sofia hanya menunduk takut. Gracia -yang sebenarnya menahan rasa takutnya- memberanikan diri tetap menatap ketiganya seolah menantang, membiarkan keringat jatuh mengalir dari atas kepalanya. Elaine yang sedari tadi diam, terus memikirkan cara bagaimana mereka bisa ‘lepas’ dari ketiga seniornya itu.
“Kak Tya!” Panggil Elaine, Tya dan yang lainnyapun langsung menatap Elaine. Dengan gemetar ia melanjutkan ucapannya. “Aku inget, Andrew pernah bilang nyari Kak Tya.” Ucap Elaine asal. Deg. Deg. Deg. Jantung gadis itu berdegup kencang. Akankah kebohongan yang dikatannya itu dapat meloloskan mereka dari ‘jeratan’ para senior mereka itu?
“Jangan bercanda, gadis jalang.” *maaf kasar* Tentu saja Elaine dan ketiga sahabatnya kaget mendengar sebutan yang diberikan Tya pada gadis mini ini. “Mana mungkin Andrew nyariin gw?” Tanya Tya sambil melotot. *untung matanya gak keluar :v

“Pasti nih anak bohong!” Ucap Manda.
“A-Aku gak bohong kok! Kak Tya suka sama Andrew dari dulu, kan?” Tya memperhatikan Elaine dengan seksama. “Andrew itu orangnya open sama fansnya, dia juga tahu siapa aja fansnya.”
“Lo gak bercanda, kan?” Tya terlihat merespon. Yap, kena! Ternyata tebakan dan ide Elaine tidak salah. Elaine tahu resikonya jika setelah ini, Tya dan kawan-kawannya akan melabraknya karena kebohongannya. Tapi, Elaine tidak ambil pusing. Yang penting sekarang mereka berempat selamat dulu.
“Gak kok, Kak. Aku tahu itu setelah deket sama dia dan--”
“Sombong lo, ya! Awas kalau lo bohong!” Teriak Tya sambil medorong Elaine. “Ayo, cabut Man, Rin.” Tyapun berjalan meninggalkan SEGC.
“Ty? Lo serius?” Tanya Farin tidak percaya, namun Tya tetap berjalan pergi. Dengan kesalnya Manda dan Farinpun mengikuti Tya.

Elainepun menghembuskan nafasnya, lega mereka selamat *untuk saat ini*.
“Kwek, kamu serius soal tadi?” Elainepun menggeleng. “Terus kalau ketawan?”
“Kalau ketawan dan mereka macem-macem sama kalian, aku yang akan hadepin. Semua ini salah aku. Dan aku gak akan biarin mereka ganggu kalian. Kemarin kita udah bicarain ini kan, Gre?”
“Hmmfh. Lebih baik sekarang kita pergi dari sini dulu deh. Sof, Sen. Ayo.” Graciapun menarik keempatnya untuk pergi dari sana.
Sementara itu, dengan pedenya Tya mendatangi dan mengetuk pintu ruangan pribadi Nino dan Andrew. Kagetkan kedua pemuda yang sedang sama-sama sibuk dengan hobi mereka masing-masing. Seorang pelayan membukakan pintu, di depannya berdiri Tya yang menatap Andrew sambil tersenyum.
“Boleh, gw masuk, kan?” Tanya Tya dengan nada menggoda.

Andrew dan Nino masih sama-sama diam memperhatikan Tya, tentunya dengan tatapan yang berbeda. Andrew memperhatikan Tya dari atas sampe bawah balik lagi ke atas. Pakaian kakak seniornya itu begitu ketat, rok pendek jauh diatas paha, setelan hitam-hitam begitu menggoda. Akhirnya Nino berdiri setelah beberapa menit terdiam lalu menghampiri Tya.
“Maaf, ada apa ya, Kak?”
“Sorry ya, Nino.” Ucapnya sok akrab. “Kata… siapa itu cewek kecil pendek yang dijodohin sama kalian?”
“Elaine?”
“Iya. Itu si ya itu. Dia bilang, Andrew nyari gw, tuh anak gak bohong, kan?” Nino langsung menatap Andrew yang terlihat bingung juga.
Andrew merasa dirinya tidak pernah mencari Tya. “Tuh cewek bilang gitu?”
“Jadi dia bohong?”

“Engg.. Gw-” Andrew lagi-lagi memperhatikan bentuk tubuh Tya dan tersenyum penuh arti. “Ahh!! Iya, iya! waktu itu gw pernah ngomong sama tuh cewek.” Tyapun girang bukan kepalang. Jadi, Elaine dan ketiga sahabatnya selamat? “Iya, gw ada perlu sama lo, Kak.” Andrew tersenyum licik. “Bisa kalian pada keluar?” Pinta Andrew pada beberapa pelayan yang ada di dalam. Merekapun keluar satu persatu melewati Nino sambil membungkuk hormat pada ketiganya. “Lo juga bisa kan, No. Sorry.” Nino hanya diam, lalu keluar dan menutup pintu ruangan itu. Sudah tahu dengan sangat baik, apa yang akan terjadi selanjutnya…
“Jadi..” Andrew bangkit. “Kak Tya mau tahu kenapa aku nyariin kakak?” Berjalan mendekati Tya. “Menurut kakak, apa?” Tanya Andrew sambil mendorong Tya perlahan mendekati tembok.
“Pasti untuk sesuatu yang-”

TyAndela :v
“Yang apa?” Tanya Andrew dengan berbisik di telinga Tya dengan suara berat dan hembusan nafas yang... ah sudahlah.
Tya tidak menjawab pertanyaan itu. Keduanya hanya saling tersenyum. Perlahan, Andrew menempelkan tubuhnya pada Tya, mendekatkan bibir mereka untuk saling menempel. Tangan nakalnya mulai coba memasuki baju yang dipakai Tya. Begitu juga, Tya yang mulai mencari letak retsleting celana Andrew dalam ciuman mereka yang semakin panas.
*jangan dibayangin Tya-Andela nganu ya :v
Entahlah hanya mereka dan Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi berikutnya, yang pasti dengan itu, SEGC selamat.
~~~

Akhirnya jam pulang kuliah tiba. Setelah meminta izin sama Nino –aneh memang, Nino juga merasa aneh- Elaine pergi untuk berkumpul bersama dengan ketiga sahabatnya. Keempatnya berkumpul bersama di kafe pinggir jalan favorit Gracia –kafe yang waktu itu Elaine ketemu Gre sama Shami-.
Dengan perlahan Elaine menjelaskan satu persatu bagaiman semua ini terjadi. Saling meminta maaf terjadi. Membuat mereka terkadang jadi pusat perhatian. Suasana harupun menyelimuti mereka di awal, namun akhirnya tawa kembali membalut mereka. Wajah dan ekspresi-ekspresi yang begitu di rindukan Elaine.
“Jadi, sekarang kita berempat udah bisa berkumpul kaya dulu lagi. Walau pasti akan ada yang berbeda. Iya, kan Kwek?”
“Entahlah Gre, aku berharap gak ada yang jadi berbeda.”

“Tapi, Kwek-” Cesen terlihat ragu untuk mengutarakan isi kepalanya.
“Ngomong aja, Sen. Aku gak apa-apa kok.” Ucap Elaine tersenyum sambil mengusap lembut tangan Cesen yang duduk di hadapannya itu.
Cesen masih terlihat ragu untuk berbicara, diapun menatap Sofia yang duduk disamping kirinya itu. Sofia mengangguk tanda Cesen harus mengatakannya.
“Maaf Kwek, aku cuman kepikiran dan masih takut gimana kalau setelah ini Kak Tya dan lainnya nyerang kita lagi? Aku mau kuliah aku lancar-lancar aja, aku ngeri. Orang tua aku gak sekaya Gre, aku gak sepinter kamu dan gak seberuntung Sofi. Jadi-” Gracia langsung memegang tangan Cesen.
“Gw ngerti, Sofia juga ngerti. Elaine juga ngerti kok. Iya kan Kwek?” Gracia menatap Elaine yang terlihat menunduk. “Pokoknya lo, kita tenang aja. Kalau mereka macem-macem—Ya, pokoknya gak akan aku biarin kita di apa-apain.” Ucap Gracia sambil tersenyum.

Mendengar ucapan Gracia, Cesenpun ternyum balik pada Gracia. Namun, tiba-tiba senyum itu hilang. Wajah cengo Cesen kembali muncul. Tentu saja Gracia dan Sofia bingung, Elaine yang sedari tadi menundukpun juga langsung menatap Cesen khawatir.
“Sen, Cesen. Lo kenapa?” Sofia mencoba melambai-lambaikan tangannya di depan Cesen. “Lo gak kesambet, kan? Cesen.”
“Sof. Ada cowok ganteng Sof.” Jawab Cesen masih dengan cengonya.
“Hah?”
“Ada cowok ganteng lagi jalan kesini. Lima meter lagi, belakang Elaine, snapback dibalik, jeans abu-abu, baju corak bendera Amerika, lengan di gulung.” Jelas Cesen cukup detail, Sofia langsung melongok coba mencari cowok yang dimaksud Cesen.

Gracia dan Elainepun saling pandang seperti tahu siapa sosok yang dijelaskan Cesen, perlahan keduanya menengok ke belakang mereka. Benar saja, itu Senna. Dengan gayanya yang memang keren itu, berjalan mendekati SEGC. Gracia hanya melengos malas melihatnya.
“Kwekkwek~ Grecot~” Sapa Senna sambil meletakkan topinya di kepala Gracia.
“Apaan, sih.” Gracia terlihat risih dengan perlakuan Senna.
“Duh Gre! Betewe, ternyata kalian masih suka nongkrong disini ya.” Senna lalu menatap Elaine yang terlihat tidak peduli dan terus meminum abis jus melonnya. “Ahh! Ini pasti yang kalian berdua bilang ‘SEGC’ ‘SEGC’ itu, ya? Yang mana yang S, yang mana yang C?”

“Aku C! Cesen!!” Ucap Cesen dengan senyum sumringah dan mata berbinar sambil menjulurkan tangannya, Sennapun menyambutnya.
“Senna. Berarti ini yang S?” Senna menjulurkan tangannya pada Sofia.
“Iya, Sofia.” Keduanyapun berjabat tangan.
Sennapun kembali merusuh padahal Gracia terlihat malas dan Elaine cuek padanya. Sosok tampan dan ‘kinclong’ pemuda itu, membuat mereka lagi-lagi jadi pusat perhatian di kafe itu. Juga curi perhatian Andrew yang kebetulan mobilnya lewat di depan jalanan itu.
“Gimana Tuan Muda?” Tanya sang supir.
“Jalan.” Jawab singkat Andrew sambil menutup perlahan kaca mobilnya. Mobil ber-plat B 1 AYW itu akhirnya melaju kencang tinggalkan jalanan depan kafe itu.
~~~

Malam tiba, tentu saja Gracia dengan supirnya mengantar Elaine kembali ke rumahnya. Ah, rumah keluarga Wicaksono maksudnya.
“Aku langsung pulang ya, Kwek.”
“Makasih ya, Gre.” Pintu mobil Alphard abu-abu itu lalu ditutup oleh seorang pelayan dari keluarga Wicaksono –dan tentu saja Bu Marni- yang telah menyambut Elaine.
“Biar saya bawain, Nona muda.” Tawar Bu Marni yang ingin membawakan tas Elaine.
“Gak usah, Bu. Biar aku aja.”
Elainepun berjalan memasuki lobby –ya sebut saja lobby karena memang belum di ruang tamu- rumah keluarga Wicaksono. Ternyata tidak hanya para pelayan yang menyambut kepulangannya itu. Tetapi juga…

“Wah, wah! Enak banget yang abis main-main.” Elainepun langsung menatap ke arah kirinya, terlihat Andrew berdiri menatapnya tak suka.
“Maaf, tadi aku udah izin Nino-”
“Izin Nino? Emangnya Nino yang punya nih rumah? Cih! Baru dua bulan tinggal disini, udah macem-macem.” Mendengar ucapan Andrew, Elaine hanya diam menunduk. “Ngapain pada liat-liat?” Tanya Andrew sambil menatap satu persatu pelayan yang ada di sekitar ke dalam. “Udah sana pada ke dalem. Kaya gak ada kerjaan aja pada.” Merekapun langsung terburu-buru tinggalkan Andrew dan Elaine.
Elaine masih diam menunduk. Pikirannya menerawang-nerawang apa yang akan terjadi. Apa Andrew tau soal kebohongannya? Lalu marah padanya? Atau lebih buruk dari itu? Elaine juga tidak tahu.

“Sini lo!” Tiba-tiba Andrew menarik lengan Elaine dengan paksa. Menyeret gadis kecil itu ke bagian rumahnya yang cukup sepi di lantai terbawah itu.
Dengan kasarnya Andrew lalu melepaskan genggaman tangannya. Genggaman yang meninggalkan bekas merah di pergelangan tangan Elaine.
“Lo-”
“Kalau soal Kak Tya dan bawa-bawa nama kamu aku minta maaf.”
“Hah? Yang mana?”
“Yang bilang soal kamu nyariin Kak Tya dan buat Kak Tya nyamperin kamu.”
“Oh. Yang tadi itu. Iya, itu gak apa-apa. Tenang aja, gw malah makasih. Haha.” Elainepun menatap Andrew bingung. “Gak usah bingung, gw tau lo ngomong gitu buat nyelamatin diri, kan? Ahaha. Bego juga tuh cewe ketipu. Untung ganas.” *ini dafuq! :v* “Tenang, gw gak akan mempermasalahkan itu. Gw cuman mau nanya sesuatu. Lo kenal sama Senna?”

Elaine kaget mendengar pertanyaan Andrew. Andrew kenal sama Senna? Ini serius? Mata indah Andrew itu terlihat tidak bercanda dengan pertanyaannya dan ada kebencian tersirat dari matanya.
“Kenapa malah bengong natep gw gitu, sih? Nanti aja terpesonanya. Jawab dulu pertanyaan gw. Lo kenal sama Senna?”
Elaine memperhatikan sekelilingnya, hanya ada mereka berdua disana. Elaine berpikir, harus menjawab apa?
“Jawab gw, Elaine.” Untuk pertama kalinya, Elaine mendengar cowok dihadapannya itu memanggil namanya. "Heh! Lo ngerti gak, sih? Can you answer it?”
“Senna temen SMP aku sama Gre.”
“Terus? Kok kayaknya akrab banget??” Elaine diam, berpikir. “Gw tanya sama lo, terus??” Bentak Andrew.
“Senna pernah pacaran sama kami.” *kami loh, kami

BRAK!!!
Dengan kencang dan kerasnya, Andrew mendorong tubuh Elaine. Bunyi benturan keras tubuhnya dengan lemari pajangan di belakangnya itu, tidak hanya kagetkan Elaine yang tentunya kesakitan. Tapi juga Nino dan ibunya.
“Ada apa itu, Nino?” Tanya Mira –ibu Nino- yang sedang tiduran di tempat tidurnya dengan lemahnya.
“Biar Nino cek dulu.”
Nino berjalan ke arah pintu kamar –atau mungkin lebih tepatnya tempat Mira mengurung diri- dan membukanya. Kebetulan ruangan itu berada di lantai terbawah. Ninopun membukanya, memang agak jauh tapi Nino bisa melihat Andrew yang sedang berdua dengan Elaine.

“Bukan apa-apa, mah. Cuma ada yang jatuh tadi.” Nino menutup pintu itu dan kembali menemani ibunya.
“Jadi lo mantannya Senna?” Tanya Andrew, pada Elaine yang tubuh kecilnya itu terjepit antara Andrew dan lemari. *iya ((terjepit)) :v* “Pantes, setiap ngeliat lo, rasanya gw pengen-”
“Apa-apaan ini, Andrew!” Teriak seseorang keras dari samping, spontan Andrew langsung menjauhkan diri dari Elaine.
“Ka-Kakek?”
“Iya ini kakek, kenapa?”
“Kakek kok udah ada di rumah?”
“Emangnya kenapa? Ini rumah kakek. Masalah?” Diam, tentu saja Andrew tidak berani melawan. “Kembali ke kamar kamu. Sekarang!”

Andrew menatap sekilas Elaine sebelum pergi berlalu dengan wajah malas.
“Elaine gak apa-apa?”
“Gak apa-apa kok, Kek.” Jawab Elaine sambil tersenyum.
Lagi, mata sipitnya tergoda untuk menatap punggung Andrew yang perlahan menghilang dari hadapannya. Di kamar, Andrew terlihat tidak tenang, gusar. Ada hal yang dipikirkannya. Tubuhnya yang terasa berat itu di hempaskannya ke atas tempat tidur.
Andrew duduk di tepi ranjangnya. Berdiam sejenak memandangi luasnya kamarnya itu. Berbagai hal mengenai masa lalunya merasuki pikirannya. Meja kecil di samping tempat tidurnya curi perhatiannya. Andrewpun membuka laci teratas di meja itu. Sebuah pigura yang terletak terbalik diambilnya. Terlihat sebuah foto masa SMA Andrew disana. Nino yang paling tinggi berdiri di pinggir kiri, di pinggir kanan berdiri Senna dengan gaya nyeleneh (?). Nadse ada diantara Nino dan Andrew. Dan yang paling mencuri perhatian Andrew adalah gadis yang berdiri diantara dia dan Senna.

Andrew menghembuskan nafasnya lalu meletakkan kembali foto tersebut di dalam lacinya. Badannya kembali direbahkan di atas tempat tidur. Andrewpun mencoba memejamkan matanya, untuk tidur dan mengabaikan para pelayan yang memanggilnya untuk makan bersama dengan keluarganya.
Di ruang makan, Elaine juga tidak bisa konsentrasi saat mengetahui Andrew menolak untuk makan malam. Gadis yang ternyata menyukai tim sepakbola Juventus itu tentunya tidak mungkin tidak kepikiran dengan ekspresi Andrew yang mengetahui hubungannya dengan Senna dulu. Sebenernya ada apa dengan Andrew dan Senna dulu?
Dan siapa gadis lain di dalam foto itu?

TBC
---------------------------------------------------------------------------------------
Ahh.. yang ini gak usah pake tebak, tebakan lah ya... gampang :v
Udah ketebak dari BTS (?)
.
.
Tunggu aja dah apdet selanjutnya yang kayanya gak bakalan cepet lagi... soalnya... belum bayngin (?)
Sekian.
---------------------------------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m

-Jurimayu14-

2 comments:

  1. Semangat thor lanjutinnya aku suka nih semangat semangay semangat ><

    ReplyDelete