AZEKKK RUI APDET LAGI!! *efek semangat48 karena gak Lele bentar lagi muncul!!
ahaha gak juga sih.. emang lagi dapet bayangannya (?)
Oh, iya seperti yang gw bilang sebelumnya... selamat yang nebak Senna bener wkwkwk
Jawabannya ada di....
bawah (?)
di dalem ceritannya maksudnya wkwk :v
yaudah langsung aja dah
ahaha gak juga sih.. emang lagi dapet bayangannya (?)
Oh, iya seperti yang gw bilang sebelumnya... selamat yang nebak Senna bener wkwkwk
Jawabannya ada di....
bawah (?)
di dalem ceritannya maksudnya wkwk :v
yaudah langsung aja dah
Princess Hours (JKT48)
Ciee pake foto AndElaine~~ tanda ada AndElaine moment disini? Baca aja elah :v |
Chapter 5
“Se-Senna?”
Cukup keras Elaine menyebut nama cowok yang terlihat
celingukkan itu. Elaine tidak bermaksud memanggil cowok tersebut. Namun cowok bernama
‘Senna’ itupun mendengarnya dan menengokkan kepalanya ke arah Elaine dan
Gracia.
Terlihat senyuman yang begitu lebar terpampang di wajah
tampannya. “Kwekkwek!! Grecot!!” Dengan semangat48, pemuda itu langsung berlari
ke arah kedua gadis yang sedang saling tatap dalam bingung dan kagetnya. “Gw
kangen banget sama kalian!” TIba-tiba dia memeluk Gracia, lalu juga Elaine.
“Kalian apa kabar? Makin cantik aja kalian. Apalagi kamu Len.”
Gracia hanya memutar kedua bola matanya. Terlihat malas
mendengar pujian itu.
“Makasih. Kami baik-baik aja, kok.”
“Syukurlah.” Sennapun tersenyum manis.
“Kok ada disini? Sendirian aja? Nadse mana?” Tanya Gracia
beruntun.
“Duh Gre! Adanya aku kok yang ditanyaain Nadse, sih?” Senna
terlihat cemberut. “Sambut dong! Baru balik nih dari Amrik. Nadse entar
nyusul.” Jelas Senna.
Nandeva Sennabima: Cowok tampan, teman (?) Elaine dan
Gracia saat…. Ah masa lalunya nanti saja :P *betewe
jgn geli ye sama namanya *dan ini versi danso-nya nadse *member yg gw maksud di
BTS
*betewe (2) nama Senna ini hasil diskusi (?) sama my bro (?) dina (@dinaeight) muehehe :3 thx din~
*betewe (2) nama Senna ini hasil diskusi (?) sama my bro (?) dina (@dinaeight) muehehe :3 thx din~
Nadhifa Salsabila (Nadse): Kembaran Senna. Cewek yang
tidak kalah cantik dengan Gracia dan Elaine *soal jadiin kembar cewek-cowok
juga setelah diskusi sama dina~
*Yups. seperti gw bilang
di atas, jadiin kembar cewek-cowok itu hasil diskusi sama Dina. Dan setelah gw bayangin (?) emang ((enakan))
klo ada Nadse-nya juga. Jadi, ide ini muncul bkn krn foto dibawah, malah gw
baru liat nih foto jauh setelah obrolan sama Dinanya :v dan ternyata taunya pas
ya (?)*
*from Nadse twitter* Kembaran Nadse beneran? Beda tapi, ya../ *yaudahlah anggep aja ini Senna sama Nadse* |
Elaine dan
Gracia kembali saling tatap, entah karena apa. Ada sedikit raut kekhawatiran
yang terpampang di wajah Gracia. Sementara Elaine terlihat tenang saja? Ada apa
dengan cowok bernama Senna ini sebenarnya?
“Kalian kok
malah bengong gitu, sih?” Elaine dan Gracia masih diam saja. “Oh, C’mon Girls!
Kalian kok gak ada seneng-senengnya gitu ngeliat gw lagi?” Senna menatap Elaine
dan Gracia secara bergantian. “Udah berapa tahun kita gak ketemu.” Senna
mencoba menghitung dengan dua tangannya. “Oke dua tahun? Tiga tahun? Kalian gak
kangen gitu sama gw?”
“Emm. Sorry
Sen.” Akhirnya Gracia bersuara. “Gw sama Elaine, mau balik dulu. Udah sore.”
“Ngobrol-ngobrol
dulu lah sama gw Gre. Udah lama kita gak main bareng, kan?” *tolong main barengnya jangan di saun gut ya
:v
“Iya. Tapi,
lo baru dateng, kan? Lagian-”
“Yaudah kalau
lu gak mau.” Senna memotong ucapan Gracia. “Kita berdua aja, ayo Kwek.”
Tiba-tiba Senna menarik lengan Elaine, menjauhkannnya dari Gracia.
“Loh? Senna!
Elaine!” Gracia terus memanggil keduanya. Namun, Senna tetap mengabaikannya.
Dengan
langkah kaki yang begitu cepat, cowok bergaya hip-hop itu terus menarik Elaine.
Membawa gadis itu menjauh dari keramaian kampus di sore hari ke bagian kampus
yang cukup sepi. Selama di perjalanan, Elaine hanya diam saja. Tidak ada
perlawanan saat ditarik. Cenderung pasrah? Kenapa?
“Huh.”
Sennapun melepaskan genggaman tangannya. “Gre kenapa sih Kwek?”
“Entahlah.”
Jawab Elaine singkat saja.
“Oh iya! Abis
ini kamu mau kemana Kwek? Mau jalan-jalan berdua gak? Nanti pulang aku anterin
kok! Rumah kamu masih sama, kan?”
“Pindah.”
“Heh?”
“Pindah. Aku
udah pindah. Aku udah gak tinggal lagi-” Elaine berhenti sejenak. “Disitu.”
“Eh??
Serius?” Senna terlihat begitu kaget dengan pernyataan Elaine. “Terus pindah
kemana? Kasih tau lah. Aku kangen banget sama mama-papa nih, Boby juga.”
“Gak
kemana-mana. Sen, gw balik dulu aja, ya. Dah.” Tidak ada keraguan, Elaine
langsung pergi tinggalkan Senna.
“Loh? Kwek!
Tunggu dong. Kenapa sih?” Senna menggaruk kepala belakangnnya yang sebenernya
tidak gatal itu.
Setelah
beberapa detik diam karena bingung terhadap sikap Elaine, Sennapun berjalan
pergi meninggalkan tempat itu. Tanpa sadar, melewati sosok Andrew yang ternyata
sedari tadi memperhatikan keduanya…
~~~
Hari
berganti, setelah masalahnya telah dibicarakan dengan Gracia, kini Elaine
tinggal menemui Cesen dan Sofia. Keduanya terlihat sedang asik mengobrol dan
berjalan ke arah hall lapangan basket Universitas mereka. Seperti biasa, Cesen
sibuk dengan HPnya dan Sofia seperti ngobrol seorang diri. Tentu saja “Basket”
menjadi topik utama pembicaraan gadis yang begitu menyukai warna Pink itu.
Dengan
hati-hati, Elaine mengikuti keduanya dari belakang. Menepuk pundak keduanya
bersamaan. Kagetkan dan hentikan langkah mereka.
“Mampus lu!”
Latah Cesen, keduanyapun membalikan badan mereka. Terlihat kaget melihat
keberadaan sahabat mereka yang tersenyum begitu manis pada keduanya itu.
“Sen, Sof.”
Panggil Elaine dengan lembut. “Aku mau ngomong sama kalian.” Keduanya –Cesen
dan Sofia- terlihat saling pandang dalam kebingungan. Apalagi, saat itu tidak
ada Gracia disana. “Aku tau, salah gak cerita apa-apa ke kalian soal
pertunangan itu. Aku juga tau, kalian diancam gak boleh deket-deket sama aku,
tapi--”
“Wah, wah!”
Suara tepuk tangan terdengar bersamaan dengan suara langkah-langkah kaki yang
semakin mendekat dari balik tubuh Cesen dan Sofia. “Padahal udah dibilangin,
kok udah deket-deket lagi?” Ketiganya –SEC- langsung menatap dengan kagetnya
melihat tiga orang senior yang menghampiri mereka itu.
Dengan
tampang senga dan judes, ketiga senior itu menatap SEC dengan tatapan tidak
suka.
“Kalian ini
dibilangin gak ngerti, ya?” Tanya gadis yang berdiri di tengah, terlihat
seperti pemimpin di antara ketiganya. “Emangnya kita kurang jelas, ya?”
“Mungkin
perlu dikasarin, ty.”
“Atau di-”
“Diapain Kak
Manda, Kak Tya dan Kak Farin??” Tanya seseorang, reflek ketiga gadis yang
disebutkan namanya itu langsung menengok ke arah orang yang memanggil nama
mereka.
Triarona Kusuma (Tya): Senior SEGC juga Andrew dan Nino.
Ketua di gengnya.
Amanda Dwi Arista (Manda): Teman seangkatan dan geng Tya.
Putri Farin Kartika: Teman seangkatan dan geng Tya.
“Ohh… Yang
satu lagi. Lengkap dong nih, ya.” Ucap Tya sambil menghampiri Gracia. Ya,
sekali lagi Gracia. “Adik kelasku yang manis.” Rayu Tya sambil mengusap lembut
pipi Gracia. “Untung kamu ada disini. Coba tolong bilangin kedua temannya untuk
gak deket-deket sama si cewek tengil itu. Sebelum kita kasarin.” Gracia melirik
sekilas pada ketiga sahabatnya, lalu menatap kembali pada Tya.
Sambil
tersenyum, Gracia membuang tangan seniornya yang masih ada di pipinya itu. Lalu
berjalan mendekati Cesen dan Sofia, menepuk kedua pundak sahabatnya dan
akhirnya kembali membuka mulut.
“Mulai
sekarang SEGC akan kembali berkumpul, kita gak perlu takut sama siapapun. Gak
ada seorang manusiapun yang berhak memisahkan kita berempat.” Ucap Gracia
dengan tegas dan diakhiri dengan tatapan cukup tajam pada tiga seniornya.
Kaget, tentu
saja. Reflek ketiganya mendekat pada SEGC. Cesen dan Sofia hanya menunduk
takut. Gracia -yang sebenarnya menahan rasa takutnya- memberanikan diri tetap
menatap ketiganya seolah menantang, membiarkan keringat jatuh mengalir dari
atas kepalanya. Elaine yang sedari tadi diam, terus memikirkan cara bagaimana
mereka bisa ‘lepas’ dari ketiga seniornya itu.
“Kak Tya!”
Panggil Elaine, Tya dan yang lainnyapun langsung menatap Elaine. Dengan gemetar
ia melanjutkan ucapannya. “Aku inget, Andrew pernah bilang nyari Kak Tya.” Ucap
Elaine asal. Deg. Deg. Deg. Jantung gadis itu berdegup kencang. Akankah
kebohongan yang dikatannya itu dapat meloloskan mereka dari ‘jeratan’ para
senior mereka itu?
“Jangan
bercanda, gadis jalang.” *maaf kasar* Tentu
saja Elaine dan ketiga sahabatnya kaget mendengar sebutan yang diberikan Tya
pada gadis mini ini. “Mana mungkin Andrew nyariin gw?” Tanya Tya sambil
melotot. *untung matanya gak keluar :v
“Pasti nih
anak bohong!” Ucap Manda.
“A-Aku gak
bohong kok! Kak Tya suka sama Andrew dari dulu, kan?” Tya memperhatikan Elaine
dengan seksama. “Andrew itu orangnya open sama fansnya, dia juga tahu siapa aja
fansnya.”
“Lo gak
bercanda, kan?” Tya terlihat merespon. Yap, kena! Ternyata tebakan dan ide
Elaine tidak salah. Elaine tahu resikonya jika setelah ini, Tya dan
kawan-kawannya akan melabraknya karena kebohongannya. Tapi, Elaine tidak ambil
pusing. Yang penting sekarang mereka berempat selamat dulu.
“Gak kok,
Kak. Aku tahu itu setelah deket sama dia dan--”
“Sombong lo,
ya! Awas kalau lo bohong!” Teriak Tya sambil medorong Elaine. “Ayo, cabut Man,
Rin.” Tyapun berjalan meninggalkan SEGC.
“Ty? Lo
serius?” Tanya Farin tidak percaya, namun Tya tetap berjalan pergi. Dengan
kesalnya Manda dan Farinpun mengikuti Tya.
Elainepun
menghembuskan nafasnya, lega mereka selamat *untuk saat ini*.
“Kwek, kamu
serius soal tadi?” Elainepun menggeleng. “Terus kalau ketawan?”
“Kalau
ketawan dan mereka macem-macem sama kalian, aku yang akan hadepin. Semua ini
salah aku. Dan aku gak akan biarin mereka ganggu kalian. Kemarin kita udah
bicarain ini kan, Gre?”
“Hmmfh. Lebih
baik sekarang kita pergi dari sini dulu deh. Sof, Sen. Ayo.” Graciapun menarik
keempatnya untuk pergi dari sana.
Sementara
itu, dengan pedenya Tya mendatangi dan mengetuk pintu ruangan pribadi Nino dan
Andrew. Kagetkan kedua pemuda yang sedang sama-sama sibuk dengan hobi mereka
masing-masing. Seorang pelayan membukakan pintu, di depannya berdiri Tya yang
menatap Andrew sambil tersenyum.
“Boleh, gw
masuk, kan?” Tanya Tya dengan nada menggoda.
Andrew dan
Nino masih sama-sama diam memperhatikan Tya, tentunya dengan tatapan yang
berbeda. Andrew memperhatikan Tya dari atas sampe bawah balik lagi ke atas.
Pakaian kakak seniornya itu begitu ketat, rok pendek jauh diatas paha, setelan
hitam-hitam begitu menggoda. Akhirnya Nino berdiri setelah beberapa menit
terdiam lalu menghampiri Tya.
“Maaf, ada
apa ya, Kak?”
“Sorry ya,
Nino.” Ucapnya sok akrab. “Kata… siapa itu cewek kecil pendek yang dijodohin
sama kalian?”
“Elaine?”
“Iya. Itu si
ya itu. Dia bilang, Andrew nyari gw, tuh anak gak bohong, kan?” Nino langsung
menatap Andrew yang terlihat bingung juga.
Andrew merasa
dirinya tidak pernah mencari Tya. “Tuh cewek bilang gitu?”
“Jadi dia
bohong?”
“Engg.. Gw-”
Andrew lagi-lagi memperhatikan bentuk tubuh Tya dan tersenyum penuh arti. “Ahh!!
Iya, iya! waktu itu gw pernah ngomong sama tuh cewek.” Tyapun girang bukan
kepalang. Jadi, Elaine dan ketiga sahabatnya selamat? “Iya, gw ada perlu sama
lo, Kak.” Andrew tersenyum licik. “Bisa kalian pada keluar?” Pinta Andrew pada
beberapa pelayan yang ada di dalam. Merekapun keluar satu persatu melewati Nino
sambil membungkuk hormat pada ketiganya. “Lo juga bisa kan, No. Sorry.” Nino
hanya diam, lalu keluar dan menutup pintu ruangan itu. Sudah tahu dengan sangat
baik, apa yang akan terjadi selanjutnya…
“Jadi..”
Andrew bangkit. “Kak Tya mau tahu kenapa aku nyariin kakak?” Berjalan mendekati
Tya. “Menurut kakak, apa?” Tanya Andrew sambil mendorong Tya perlahan mendekati
tembok.
“Pasti untuk
sesuatu yang-”
“Yang apa?”
Tanya Andrew dengan berbisik di telinga Tya dengan suara berat dan hembusan
nafas yang... ah sudahlah.
Tya tidak
menjawab pertanyaan itu. Keduanya hanya saling tersenyum. Perlahan, Andrew menempelkan
tubuhnya pada Tya, mendekatkan bibir mereka untuk saling menempel. Tangan
nakalnya mulai coba memasuki baju yang dipakai Tya. Begitu juga, Tya yang mulai
mencari letak retsleting celana Andrew dalam ciuman mereka yang semakin panas.
*jangan dibayangin Tya-Andela nganu ya
:v
Entahlah
hanya mereka dan Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi berikutnya, yang pasti
dengan itu, SEGC selamat.
~~~
Akhirnya jam pulang kuliah tiba. Setelah meminta izin sama Nino –aneh memang, Nino juga merasa aneh- Elaine pergi untuk berkumpul bersama dengan ketiga sahabatnya. Keempatnya berkumpul bersama di kafe pinggir jalan favorit Gracia –kafe yang waktu itu Elaine ketemu Gre sama Shami-.
Dengan perlahan
Elaine menjelaskan satu persatu bagaiman semua ini terjadi. Saling meminta maaf
terjadi. Membuat mereka terkadang jadi pusat perhatian. Suasana harupun
menyelimuti mereka di awal, namun akhirnya tawa kembali membalut mereka. Wajah dan
ekspresi-ekspresi yang begitu di rindukan Elaine.
“Jadi,
sekarang kita berempat udah bisa berkumpul kaya dulu lagi. Walau pasti akan ada
yang berbeda. Iya, kan Kwek?”
“Entahlah Gre,
aku berharap gak ada yang jadi berbeda.”
“Tapi, Kwek-”
Cesen terlihat ragu untuk mengutarakan isi kepalanya.
“Ngomong aja,
Sen. Aku gak apa-apa kok.” Ucap Elaine tersenyum sambil mengusap lembut tangan
Cesen yang duduk di hadapannya itu.
Cesen masih
terlihat ragu untuk berbicara, diapun menatap Sofia yang duduk disamping
kirinya itu. Sofia mengangguk tanda Cesen harus mengatakannya.
“Maaf Kwek, aku
cuman kepikiran dan masih takut gimana kalau setelah ini Kak Tya dan lainnya
nyerang kita lagi? Aku mau kuliah aku lancar-lancar aja, aku ngeri. Orang tua
aku gak sekaya Gre, aku gak sepinter kamu dan gak seberuntung Sofi. Jadi-”
Gracia langsung memegang tangan Cesen.
“Gw ngerti,
Sofia juga ngerti. Elaine juga ngerti kok. Iya kan Kwek?” Gracia menatap Elaine
yang terlihat menunduk. “Pokoknya lo, kita tenang aja. Kalau mereka macem-macem—Ya,
pokoknya gak akan aku biarin kita di apa-apain.” Ucap Gracia sambil tersenyum.
Mendengar
ucapan Gracia, Cesenpun ternyum balik pada Gracia. Namun, tiba-tiba senyum itu
hilang. Wajah cengo Cesen kembali muncul. Tentu saja Gracia dan Sofia bingung,
Elaine yang sedari tadi menundukpun juga langsung menatap Cesen khawatir.
“Sen, Cesen.
Lo kenapa?” Sofia mencoba melambai-lambaikan tangannya di depan Cesen. “Lo gak
kesambet, kan? Cesen.”
“Sof. Ada
cowok ganteng Sof.” Jawab Cesen masih dengan cengonya.
“Hah?”
“Ada cowok
ganteng lagi jalan kesini. Lima meter lagi, belakang Elaine, snapback dibalik,
jeans abu-abu, baju corak bendera Amerika, lengan di gulung.” Jelas Cesen cukup
detail, Sofia langsung melongok coba mencari cowok yang dimaksud Cesen.
Gracia dan
Elainepun saling pandang seperti tahu siapa sosok yang dijelaskan Cesen, perlahan
keduanya menengok ke belakang mereka. Benar saja, itu Senna. Dengan gayanya
yang memang keren itu, berjalan mendekati SEGC. Gracia hanya melengos malas
melihatnya.
“Kwekkwek~
Grecot~” Sapa Senna sambil meletakkan topinya di kepala Gracia.
“Apaan, sih.”
Gracia terlihat risih dengan perlakuan Senna.
“Duh Gre!
Betewe, ternyata kalian masih suka nongkrong disini ya.” Senna lalu menatap
Elaine yang terlihat tidak peduli dan terus meminum abis jus melonnya. “Ahh!
Ini pasti yang kalian berdua bilang ‘SEGC’ ‘SEGC’ itu, ya? Yang mana yang S,
yang mana yang C?”
“Aku C!
Cesen!!” Ucap Cesen dengan senyum sumringah dan mata berbinar sambil menjulurkan
tangannya, Sennapun menyambutnya.
“Senna.
Berarti ini yang S?” Senna menjulurkan tangannya pada Sofia.
“Iya, Sofia.”
Keduanyapun berjabat tangan.
Sennapun
kembali merusuh padahal Gracia terlihat malas dan Elaine cuek padanya. Sosok
tampan dan ‘kinclong’ pemuda itu, membuat mereka lagi-lagi jadi pusat perhatian
di kafe itu. Juga curi perhatian Andrew yang kebetulan mobilnya lewat di depan
jalanan itu.
“Gimana Tuan
Muda?” Tanya sang supir.
“Jalan.”
Jawab singkat Andrew sambil menutup perlahan kaca mobilnya. Mobil ber-plat B 1
AYW itu akhirnya melaju kencang tinggalkan jalanan depan kafe itu.
~~~
Malam tiba, tentu saja Gracia dengan supirnya mengantar Elaine kembali ke rumahnya. Ah, rumah keluarga Wicaksono maksudnya.
“Aku langsung
pulang ya, Kwek.”
“Makasih ya,
Gre.” Pintu mobil Alphard abu-abu itu lalu ditutup oleh seorang pelayan dari
keluarga Wicaksono –dan tentu saja Bu Marni- yang telah menyambut Elaine.
“Biar saya
bawain, Nona muda.” Tawar Bu Marni yang ingin membawakan tas Elaine.
“Gak usah,
Bu. Biar aku aja.”
Elainepun
berjalan memasuki lobby –ya sebut saja lobby karena memang belum di ruang tamu-
rumah keluarga Wicaksono. Ternyata tidak hanya para pelayan yang menyambut
kepulangannya itu. Tetapi juga…
“Wah, wah!
Enak banget yang abis main-main.” Elainepun langsung menatap ke arah kirinya,
terlihat Andrew berdiri menatapnya tak suka.
“Maaf, tadi
aku udah izin Nino-”
“Izin Nino?
Emangnya Nino yang punya nih rumah? Cih! Baru dua bulan tinggal disini, udah
macem-macem.” Mendengar ucapan Andrew, Elaine hanya diam menunduk. “Ngapain
pada liat-liat?” Tanya Andrew sambil menatap satu persatu pelayan yang ada di
sekitar ke dalam. “Udah sana pada ke dalem. Kaya gak ada kerjaan aja pada.”
Merekapun langsung terburu-buru tinggalkan Andrew dan Elaine.
Elaine masih
diam menunduk. Pikirannya menerawang-nerawang apa yang akan terjadi. Apa Andrew
tau soal kebohongannya? Lalu marah padanya? Atau lebih buruk dari itu? Elaine
juga tidak tahu.
“Sini lo!”
Tiba-tiba Andrew menarik lengan Elaine dengan paksa. Menyeret gadis kecil itu
ke bagian rumahnya yang cukup sepi di lantai terbawah itu.
Dengan
kasarnya Andrew lalu melepaskan genggaman tangannya. Genggaman yang
meninggalkan bekas merah di pergelangan tangan Elaine.
“Lo-”
“Kalau soal
Kak Tya dan bawa-bawa nama kamu aku minta maaf.”
“Hah? Yang
mana?”
“Yang bilang
soal kamu nyariin Kak Tya dan buat Kak Tya nyamperin kamu.”
“Oh. Yang
tadi itu. Iya, itu gak apa-apa. Tenang aja, gw malah makasih. Haha.” Elainepun
menatap Andrew bingung. “Gak usah bingung, gw tau lo ngomong gitu buat
nyelamatin diri, kan? Ahaha. Bego juga tuh cewe ketipu. Untung ganas.” *ini dafuq! :v* “Tenang, gw gak akan
mempermasalahkan itu. Gw cuman mau nanya sesuatu. Lo kenal sama Senna?”
Elaine kaget
mendengar pertanyaan Andrew. Andrew kenal sama Senna? Ini serius? Mata indah
Andrew itu terlihat tidak bercanda dengan pertanyaannya dan ada kebencian
tersirat dari matanya.
“Kenapa malah
bengong natep gw gitu, sih? Nanti aja terpesonanya. Jawab dulu pertanyaan gw.
Lo kenal sama Senna?”
Elaine
memperhatikan sekelilingnya, hanya ada mereka berdua disana. Elaine berpikir,
harus menjawab apa?
“Jawab gw,
Elaine.” Untuk pertama kalinya, Elaine mendengar cowok dihadapannya itu
memanggil namanya. "Heh! Lo ngerti gak, sih? Can you answer it?”
“Senna temen
SMP aku sama Gre.”
“Terus? Kok
kayaknya akrab banget??” Elaine diam, berpikir. “Gw tanya sama lo, terus??”
Bentak Andrew.
“Senna pernah
pacaran sama kami.” *kami loh, kami
BRAK!!!
Dengan
kencang dan kerasnya, Andrew mendorong tubuh Elaine. Bunyi benturan keras
tubuhnya dengan lemari pajangan di belakangnya itu, tidak hanya kagetkan Elaine
yang tentunya kesakitan. Tapi juga Nino dan ibunya.
“Ada apa itu,
Nino?” Tanya Mira –ibu Nino- yang sedang tiduran di tempat tidurnya dengan
lemahnya.
“Biar Nino
cek dulu.”
Nino berjalan
ke arah pintu kamar –atau mungkin lebih tepatnya tempat Mira mengurung diri-
dan membukanya. Kebetulan ruangan itu berada di lantai terbawah. Ninopun
membukanya, memang agak jauh tapi Nino bisa melihat Andrew yang sedang berdua
dengan Elaine.
“Bukan
apa-apa, mah. Cuma ada yang jatuh tadi.” Nino menutup pintu itu dan kembali
menemani ibunya.
“Jadi lo
mantannya Senna?” Tanya Andrew, pada Elaine yang tubuh kecilnya itu terjepit
antara Andrew dan lemari. *iya
((terjepit)) :v* “Pantes, setiap ngeliat lo, rasanya gw pengen-”
“Apa-apaan
ini, Andrew!” Teriak seseorang keras dari samping, spontan Andrew langsung
menjauhkan diri dari Elaine.
“Ka-Kakek?”
“Iya ini
kakek, kenapa?”
“Kakek kok
udah ada di rumah?”
“Emangnya
kenapa? Ini rumah kakek. Masalah?” Diam, tentu saja Andrew tidak berani
melawan. “Kembali ke kamar kamu. Sekarang!”
Andrew
menatap sekilas Elaine sebelum pergi berlalu dengan wajah malas.
“Elaine gak
apa-apa?”
“Gak apa-apa
kok, Kek.” Jawab Elaine sambil tersenyum.
Lagi, mata
sipitnya tergoda untuk menatap punggung Andrew yang perlahan menghilang dari
hadapannya. Di kamar, Andrew terlihat tidak tenang, gusar. Ada hal yang
dipikirkannya. Tubuhnya yang terasa berat itu di hempaskannya ke atas tempat
tidur.
Andrew duduk
di tepi ranjangnya. Berdiam sejenak memandangi luasnya kamarnya itu. Berbagai
hal mengenai masa lalunya merasuki pikirannya. Meja kecil di samping tempat
tidurnya curi perhatiannya. Andrewpun membuka laci teratas di meja itu. Sebuah
pigura yang terletak terbalik diambilnya. Terlihat sebuah foto masa SMA Andrew
disana. Nino yang paling tinggi berdiri di pinggir kiri, di pinggir kanan berdiri
Senna dengan gaya nyeleneh (?). Nadse ada diantara Nino dan Andrew. Dan yang
paling mencuri perhatian Andrew adalah gadis yang berdiri diantara dia dan
Senna.
Andrew menghembuskan
nafasnya lalu meletakkan kembali foto tersebut di dalam lacinya. Badannya
kembali direbahkan di atas tempat tidur. Andrewpun mencoba memejamkan matanya,
untuk tidur dan mengabaikan para pelayan yang memanggilnya untuk makan bersama
dengan keluarganya.
Di ruang
makan, Elaine juga tidak bisa konsentrasi saat mengetahui Andrew menolak untuk
makan malam. Gadis yang ternyata menyukai tim sepakbola Juventus itu tentunya
tidak mungkin tidak kepikiran dengan ekspresi Andrew yang mengetahui hubungannya
dengan Senna dulu. Sebenernya ada apa dengan Andrew dan Senna dulu?
Dan siapa
gadis lain di dalam foto itu?
TBC
---------------------------------------------------------------------------------------
Ahh.. yang ini gak usah pake tebak, tebakan lah ya... gampang :v
Udah ketebak dari BTS (?)
.
.
Tunggu aja dah apdet selanjutnya yang kayanya gak bakalan cepet lagi... soalnya... belum bayngin (?)
Sekian.
---------------------------------------------------------------------------------------
Ahh.. yang ini gak usah pake tebak, tebakan lah ya... gampang :v
Udah ketebak dari BTS (?)
.
.
Tunggu aja dah apdet selanjutnya yang kayanya gak bakalan cepet lagi... soalnya... belum bayngin (?)
Sekian.
---------------------------------------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca. Ditunggu komennya :)
Sankyuu~~ m(__)m
-Jurimayu14-
Semangat thor lanjutinnya aku suka nih semangat semangay semangat ><
ReplyDeleteDitunggu kelanjutannyaaa!
ReplyDelete